Disusun Oleh:
RESIDEN PEMBIMBING:
SUPERVISOR PEMBIMBING:
0
BAB I
PENDAHULUAN
penderita mengalami penyakit serius dan preokupasi morbid terhadap tubuh atau
keadaan sehat, yang tidak sebanding dengan penyakit medis sebenarnya, serta yang
somatik lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik
menunjukkan gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan
pernyataan gejala fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan memperberat gejala fisik
yang disebabkan oleh keyakinan bahwa pasien tersebut sedang sakit dan keadaannya
enam bulan mencapai 4 sampai 6 persen dari keseluruhan populasi medis umum, namun
demikian angka presentase ini dapat mencapai 15 persen. Laki-laki dan wanita
penyakit dapat terjadi pada keseluruhan tingkatan umur, hipokondriasis paling sering
psikiatri paling sulit dan kompleks untuk diterapi secara medis. Gangguan somatoform
sendiri adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik dimana tidak
1
ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Namun dalam perkembangan ilmu
penelitian klinis. Studi random dengan memberikan terapi dengan menggunakan kontrol
dikembangkan.2
dan perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala yang dirasakan. Pasien
dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang menderita suatu penyakit yang
serius yang belum pernah dideteksi dan tidak dapat menerima penjelasan akan
perencanaan terapi yang kreatif, kaya dan bersifat biopsikososial oleh klinisi yang
dan psikoterapi.2,3
ada bukti yang baik dari kejadian tiga serangkai keyakinan terkena penyakit, terkait
marabahaya, dan pencarian bantuan medis, gejala-gejala ini dikatakan lebih baik
dipahami sebagai bentuk kecemasan yang terjadi untuk fokus pada masalah kesehatan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 HIPOKONDRIASIS
2.1.1 Definisi
penderita mengalami penyakit serius dan preokupasi morbid terhadap tubuh atau
keadaan sehat, yang tidak sebanding dengan penyakit medis sebenarnya, serta yang
abdomen yang dimiliki pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari
interpretasi pasien yang tidak realistik dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi
fisik, yang menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit
yang serius, kendati pun tidak ditemukan penyakit medis yang diketahui. Preokupasi
kemampuan mereka untuk berfungsi di dalam peranan personal, sosial, dan pekerjaan.5
independen primer, tetapi juga kepribadian atau gejala pada sejumlah gangguan
kepercayaan kuno bahwa keadaan tersebut disebabkan oleh gangguan fisik nyata pada
2.1.2 Epidemiologi
dalam enam bulan mencapai 4 sampai 6 persen dari keseluruhan populasi medis umum,
namun demikian angka presentase ini dapat mencapai 15 persen. Laki-laki dan wanita
3
mempunyai perbandingan yang sama untuk menderita hipokondriasis. Walaupun onset
penyakit dapat terjadi pada keseluruhan tingkatan umur, hipokondriasis paling sering
sosial lebih rendah, orang muda, lansia dan bangsa Yahudi. Hipokondriasis juga
didapatkan pada 3 persen mahasiswa kedokteran terutama pada dua tahun pertamanya,
namun keadaan ini hanyalah hipokondriasis yang bersifat sementara. Beberapa bukti
menyatakan bahwa diagnosis adalah lebih sering diantara kelompok kulit hitam
diagnosis.1
2.1.3 Etiologi
bahwa gejala yang timbul menunjukkan misinterpretasi pada gejala fisik yang
dan memperberat sensasi somatic yang mereka rasakan. Pasien ini mempunyai batasan
toleransi yang rendah terhadap ketidak nyamanan fisik. Sebagai contoh, pada orang
normal merasakan itu sebagai tekanan pada perut, pasien hipokondriasis menganggap
sebagai nyeri pada perut. Mereka memfokuskan diri pada sensasi tubuh, salah
menginterprestasi dan menjadi selalu teringat oleh sensasi tersebut karena kesalahan
skema kognitifnya.6
Teori yang lain mengemukakan bahwa hipokondriasis dapat suatu sifat yang
dipelajari yang dimulai masa kanak-kanak dimana pada anggota keluarganya sering
terpapar oleh suatu penyakit. Etiologi lain yang diajukan adalah bahwa hipokondriasis
adalah bagian dari gangguan depresi atau obsesif-kompulsif dengan fokus gejala pada
keluhan fisik.6
4
Misinterpretasi gejala-gejala tubuh
Mereka memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya terhadap
gangguan fisik, dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang
keliru.6
sakit oleh seseorang untuk menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat
dipecahkan.6
Psikodinamika
dipindahkan (melalui represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik. Hipokondriasis juga
dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah, rasa keburukan yang melekat, suatu
ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri sendiri (self-concern)
yang berlebihan.6
sakit oleh seseorang untuk menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat
dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah, rasa keburukan yang melekat, suatu
ekspresi harga diri yang rendah dan tanda perhatian terhadap diri sendiri yang
berlebihan.6
5
2.1.4 Patofisiologi
somatoform lain seperti gangguan somatisasi, konversi dan kelainan bentuk tubuh
somatoform seperti hipokondriasis dapat saja merupakan hasil atas kebiasaan tak sadar
yang dilakukan pasien untuk menghindari konflik internal dan stressor eksternal.2,7
Formulasi dari gangguan spectrum obsesif kompulsif ini walaupun bukan bagian
dari consensus diagnostik dan klasifikasi psikiatri, melintasi sedikit bagian dalam
defisit neurokimia ini bersifat ringan, beberapa defisit menunjukkan mengapa gejala
dapat menjadi berlebihan, dan berakibat komorbid, dan mengapa terapi yang efektif itu
bersifat parallel antara orang yang satu dan orang yang lain.7
Pada studi terakhir dari marker biologis, peneliti yang berdasarkan kriteria
penurunan level neurotropin 3 (NT-3) dan serotonin trombosit (5-HT) dalam plasma
dibandingkan dengan subjek kontrol. NT-3 adalah marker dari fungsi neuronal
dan perhatian terhadap penyakitnya, dibandingkan dengan gejala yang dirasakan. Pasien
dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang menderita suatu penyakit yang
6
serius yang belum pernah dideteksi dan tidak dapat menerima penjelasan akan
memiliki penyakit yang serius. Hipokondriasis biasanya disertai dengan gejala depresi
dan anxietas dan biasanya bersamaan dengan gangguan depresi dan anxietas.8,9
Mereka mewaspadai indikasi penyakit yang bahkan sangat ringan, tetapi bagi mereka
menjadi sinyal yang sangat kuat. Preokupasi tubuh mereka sangat berat dan meluas ke
status kesehatan umum mereka. Pasien meneliti sendiri tubuh mereka sendiri secara
intens. Mereka mempunyai kebiasaan mengujungi dokter umum dan klinik rumah sakit
serta menumpuk riwayat perawatan medis yang banyak. Akhirnya mereka tetap saja
tidak puas akan kontak mereka dengan profesi kedokteran yang sering mereka kritik dan
seringkali terjadi.9
dapat muncul setelah stress yang berat, paling sering adalah akibat kematian atau
penyakit yang sangat serius dari seseorang yang sangat penting bagi pasien ataupun
penyakit serius yang pernah diderita oleh pasien namun telah sembuh yang dapat
dimana perlangsungannya kurang dari enam bulan, maka didiagnosis sebagai gangguan
2.1.6 Diagnosis
ada:10,11
7
i. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang
ii. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter
keluhan-keluhannya.
iii. Kepercayaan pada kriteria 1 bukanlah intensitas delusi (seperti gangguan delusi,
tipe somatik) dan tidak terpusat pada satu kelainan yang tampak (seperti pada
gangguan dismorfik).
iv. Preokupasi yang menyebabkan distress yang signifikan secara klinis atau
Pemeriksaan Psikiatri
8
Tidak adanya kelainan pada pemeriksaan fisis, pada pemeriksaan yang serial,
pemeriksaan fisis untuk meyakinkan tidak ada kelainan organik. Pada pemeriksaan fisis,
ditenangkan
berkeringat, suara yang tegang atau gemetar, dan tatapan mata yang tajam
2. Status psikomotor
Agitasi
4. Proses berpikir
sedang
dibicarakan
lain
9
5. Isi pikiran
Berbicara tentang apa yang dipikirkan bahwa dalam tubuhnya telah terjadi
merasakannya
Dapat merasa putus asa dan tidak ada lagi harapan tentang penyakitnya,
tidak terdapat keinginan untuk bunuh diri, walaupun secara bersamaan terdapat
depresi
5. Fungsi kognitif
Penuh perhatian
6. Insight
7. Daya nilai
10
Gangguan somatik ditandai dengan onset yang dini (<30 hari), dapat kambuh
mencakup keluhan fisik yang multiple. Pada kelainan somatisasi, yang terjadi adalah
preokupasi tentang beberapa gejala yang timbul, bukan tentang penyakit yang
mendasarinya. Gejala yang timbul haruslah memenuhi pola yang spesifik untuk dapat
diklasifikasikan sebagai gangguan somatisasi yaitu perasaan nyeri yang terjadi pada
empat tempat yang berbeda, 2 gejala gastrointestinal yang berbeda, 1 gejala seksual dan
1 gejala neurologi.9,11,15
keluhan pada beberapa organ tanpa adanya keterkaitan dan hubungan dengan kelainan
somatic yang ada. Onset gangguan somatisasi lebih dini dari hipokondriasis (<15 hari
pada 50% kasus). Wanita lebih sering terkena, rasio wanita: laki-laki; 10:1. Perbedaan
yang lain juga adalah pada gangguan somatisasi, pasien lebih terfokus pada gejala
Kondisi medis non psikiatri khususnya gangguan yang tampak dengan gejala
miastenia gravis, sklerosis multiple, penyakit degenerative pada sistem saraf, lupus
Waham somatik penyakit fisis dapat timbul pada gangguan psikotik, termasuk depresi
waham, yaitu pada keadaan ini seseorang mungkin akan menerima bahwa penyakitnya
tidak ada, meskipun ini sulit dibedakan, terutama pada awal keadaan. Kekhawatiran
hipokondriasis juga dapat timbul pada gangguan anxietas menyeluruh, gangguan panik
2.1.8 Penatalaksanaan
11
Pasien hipokondriakal biasanya tahan terhadap pengobatan psikiatrik. Beberapa
medis dan dipusatkan untuk menurunkan stress dan penjelasan tentang mengatasi
yang terpilih, sebagian cara ini memberikan dukungan sosial dan interaksi sosial yang
Jadwal pemeriksaan fisik yang sering dan teratur adalah berguna untuk
menenangkan pasien bahwa mereka tidak ditelantarkan oleh dokternya dan keluhan
mereka ditanggapi dengan serius. Tetapi prosedur diagnostik dan terapeutik harus
dilakukan hanya jika bukti objektif mengharuskannya. Jika mungkin klinisi harus
menahan diri supaya tidak mengobati temuan pemeriksaan fisik yang tidak jelas atau
kebetulan.5,14,15,17
suatu kondisi yang responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemasan atau gangguan
depresif berat. Jika hipokondriasis adalah sekunder akibat adanya gangguan mental
primer lainnya, gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan itu sendiri. Jika
hipokondriasis adalah reaksi situasional yang sementara, klinisi harus membantu pasien
untuk mengatasi stress tanpa mendorong perilaku sakit mereka dan pemakaian peranan
penderita sering tidak dapat menerima rujukan ke seorang psikiater. Jelas, penyakit
organic sebaiknya disingkirkan dan gangguan psikiatrik primer apapun seperti depresi
harus diterapi.16,17,18
kesulitan emosional yang menyebabkan timbulnya keluhan fisis. Terapi psikiatrik lebih
12
baik diberikan dalam suasana klinis non-psikiatrik, dengan penekanan pada
terhadap timbulnya gejala dan cara mengatasi gejala tersebut. Dokter harus berhati-hati
jika gejala jelas tampak berperan sebagai pertahanan psikologis yang kuat dan habis-
Obat antidepresan, terutama tipe SSRI, dianjurkan oleh beberapa orang ahli
untuk semua pasien seperti ini, terutama jika sebagian besar gejala hipokondrial dalam
populasi umum disebabkan oleh depresi. Terapi antidepresan tentu saja merupakan
pilihan terapi lini kedua jika terapi perilaku-kognitif gagal atau jika terdapat penyakit
penyerta yang bermakna atau gejala-gejala yang berat. Psikoterapi kelompok adalah
pendekatan psikoterapi terpilih meskipun tujuan utama terapi ini biasanya suportif
bukan kuratif.13,16,19,20
Secara keseluruhan, gejala pasien yang disebabkan alasan psikologis dan sosial
dan tidak adanya intervensi bedah atau medis spesifik yang dapat menyembuhkan
keinginan untuk sakit haruslah diingat. Tujuannya adalah agar dapat fokus terhadap
pasien secara menyeluruh. Pasien harus dipantau secara teratur dan perhatian harus
diberikan pada keadaan sosial dan personal apapun yang dianggap menyebabkan
sederhana. Terapi utama adalah perhatian personal seorang dokter. Prosedur teraputik
diagnostik invasif dan rumit sebaiknya hanya dilakukan bila terdapat manfaat nyata
diterapi.13,18,20
yang dilakukan. Tujuan dari pemberian farmakoterapi adalah untuk mengurangi gejala
13
dan gangguan yang menyertai (contohnya depresi), untuk mencegah komplikasi, dan
dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan sampai pada dosis terapi. Hal ini untuk
Terapi Kognitif
pasien untuk mengenali, bahwa masalah utama mereka adalah rasa takut terhadap
menderita suatu penyakit dan bukannya menderita penyakit itu. Pasien juga diminta
untuk memantau sendiri kekhawatiran yang muncul dan mengevaluasi kenyataan dan
alternatif untuk tanda fisik yang biasanya mereka interpretasikan sebagai suatu
penyakit. Percobaan mengenai kebiasaan juga digunalan sebagai usaha untuk mengubah
kebiasaan pikiran pasien. Singkatnya, pasien diberitahukan untuk secara intens fokus
pada gejala fisik yang spesifik dan memantau peningkatan rasa cemas yang muncul.
muncul.2,6,16,19
Manajemen Stres
14
Sebuah studi oleh Clark dkk membandingkan terapi kognitif dan juga manajemen
stress kebiasaan. Manajemen ini difokuskan pada keadaan dimana stress berkontribusi
mengidentifikasi stressor yang ada dan diajarkan teknik manajemen stres untuk
membantu pasien mampu menghadapi stressor yang ada. Teknik yang diajarkan kepada
pasien adalah teknik relaksasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Walaupun
teknik ini tidak secara langsung difokuskan terhadap terapi hipokondriasis, teknik ini
2.1.9 Prognosis
berlangsung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh episode
tenang yang sama panjangnya. Prognosis baik berhubungan dengan status sosioekonomi
yang tinggi, awal yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya
sampai beberapa tahunan dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama panjangnya.
Mungkin terhadap hubungan yang jelas antara eksaserbasi gejala hipokondriakal dan
stresor psikososial. Walaupun hasil penelitian besar yang dilakukan belum dilaporkan
akhirnya membaik secara bermakna. Prognosis yang baik adalah berhubungan dengan
15
status sosioekonomi yang tinggi, onset gejala yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan
kepribadian dan tidak adanya kondisi non-psikiatrik yang menyertai. Sebagian besar
anak hipokondriakal menjadi sembuh pada masa remaja akhir atau masa dewasa
awal.5,17,20
Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya
pengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai
prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna. Sedangkan bila
gejala disebabkan oleh gangguna anxietas menyeluruh atau depresif, prognosis adalah
lebih baik.1,3,10,19
BAB III
KESIMPULAN
16
Hipokondriasis merupakan salah satu dari enam gangguan somatoform yang
lainnya oleh karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang
gejala fisik di dalam dirinya. Gejala yang timbul bisa saja merupakan pernyataan gejala
fisik yang dilebih-lebihkan, yang justru akan memperberat gejala fisik yang disebabkan
oleh keyakinan bahwa pasien tersebut sedang sakit dan keadaannya lebih buruk dari
gejala yang lebih ringan daripada kepercayaan bahwa ia menderita penyakit tertentu.
dikategorikan dalam DSM-IV. V dibedakan dari kelainan delusi somatic lainnya oleh
karena gangguan ini dihubungkan dengan pengalaman gejala fisik yang dirasakan oleh
dalam dirinya.
Pasien dengan hipokondriasis percaya bahwa mereka sedang menderita suatu penyakit
yang serius yang belum pernah dideteksi, dan tidak dapat menerima penjelasan akan
memiliki penyakit yang serius. Hipokondriasis biasanya disertai dengan gejala depresi
dan anxietas dan biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan depresi dan anxietas.
berlangsung paling kurang 6 bulan, keadaan hipokondrial yang sementara dapat muncul
setelah stress yang berat, paling sering adalah akibat kematian atau penyakit yang
sangat serius dari seseorang yang sangat penting bagi pasien, ataupun penyakit serius
17
yang yang pernah diderita oleh pasien namun telah sembuh, yang dapat meninggalkan
mempunyai tujuan tertentu. Ditemukan factor genetic dalam transmisi gangguan ini.
Selain itu dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolisme suatu zat tertentu
pada lobus frontalis dan hemisfer non dominan. Ciri utama gangguan ini adalah adanya
meskitpun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negative dan juga telah dijelaskan oleh
Farmako terapi digunakan sebagai pelengkap dari psikoterapi dan terapi edukasi
yang dilakukan. Tujuan dari pemberian farmako terapi adalah untuk mengurangi gejala
dan gangguan yang menyertai (contohnya depresi), untuk mencegah komplikasi, dan
obsesif-kompulsif. Apabila salah satu dari gangguan diatas ada, penatalaksanaan yang
dengan dosis rendah, kemudian dinaikkan sampai pada dosis terapi. Hal ini untuk
mencegah efek samping dimana pasien dengan gangguan hipokondrik sangat sensitif
Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya
mengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai
dan psikoterapi. Prognosis baik berhubungan dengan status sosioekonomi yang tinggi,
18
awal yang tiba-tiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya kondisi medis
DAFTAR PUSAKA
1. Basant K.P, Paul J.L, Ian H.T. 2002. Gangguan Disosiasi (Konversi) dan
Somatoform, Gangguan Hipokondrial dalam Buku Ajar Psikiatri (Textbook of
Psychiatry), Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC. Hal 224-7.
19
5. Kaplan H.I, Sadock B.J,and Greeb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri. In : Gangguan
Somatoform. Jilid Dua. Ciputat: Binarupa Aksara. 94-7.
6. Michael G.G, Juan J.L, Nancy A. 2002. Somatoform Disorder and other causes of
medically unexplained symptoms, Hypochondriasis In New Oxford Textbook of
Psychiatry, Psychiatry and Medicine.
10. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III,
Cetakan Pertama. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. Hal:
84.
11. Maramis, Willy F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Cetakan pertama 2009.
Surabaya: Airlangga University Press
13. Saddock BJ, Sadock VA, Ruiz Pedro. Comprehensive Textbook of Psychiatry.
10th edition. Philadhelphia; lippincot Williams 7 Walkins. 2009.p1605-1614.
16. Jonathan S. A. 2010. Hypochonriasis: What is it and How do you Treat it.
University of North Carolina at Chapel Hill. Diakses dari
http://www.ocdchicago.org/images/uploads/pdf/EP13.pdf. Tanggal akses 24
Agustus 2017.
17. I.M Ingram, G.C Timbury, R.M Mowbray. dalam Catatan Kuliah Psikiatri. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
20. Pilowsky, Issy. Abnormal Illness Behavior. Chichester, UK: John Wiley and Sons,
1997.
21