PENDAHULUAN
1. Pengenalan syok
Ada dua pemeriksaan dalam hitungan detik dapat
memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik,
yakni keadaan kulit akral dan nadi
Keadaan kulit akral
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovelemia.
Penderita trauma yang kulitnya kemerahan, terutama
pada wajah dan ekstremitas, jarang yang dalam
keadaan hipovelemia. Sebaliknya wajah pucat
keabuan dan kulit ekstremitas yang pucat sertta
dingin, merupakan tanda syok.
Nadi
Nadi yang besar seperti arteri femoralis atau arteri
carotis harus diperiksa bilateral, untuk kekuatan andi,
kecepatan dan irama. Pada syok nadi akan kecil dan
cepat. Bila nadi kecil dan cepat, kulit pucat, dan akral
dingin, keadaan itu adalah keadaan syok. Diperlukan
kehilangan volume darah >30% untuk dapat terjadi
penurunan tekanan darah yang signifikan.
2. Kontrol perdarahan
Perdarahan dapat secara eksternal (terlihat) dan internal
(tidak terlihat). Perdarahan internal berasal dari:
rongga thorak
rongga abdomen
fraktur pelvis
fraktur tulang panjang
Perdarahan Ekternal:
Perdarahan eksternal dikendalikan dengan
penekanan langsung pada luka.
Jarang diperlukan penjahitan untuk mengendalikan
perdarahan luar. Torniket jangan dipakai, karena apabila
dipasang secara benar ( diatas tekanan sistolik) justru akan
merusak jaringan karena menyebabkan iskemia distal dari
torniket. Pemakaian hemostat (di klem) memerlukan
waktu dan dapat merusak jaringan sekitar seperti saraf dan
pembuluh darah.
Perdarahan Internal:
Spalk/bidai dapat digunakan untuk mengontrol
perdarahan dari suatu fraktur pada ekstremitas.
Pneumatic anti shock garment adalah suatu alat
untuk menekan pada keadaan fraktur pelvis, namun alat
ini mahal dan sulit didapat. Sebagai gantinya dapat
dipakai gurita sekitar pelvis.
Perdarahan intra abdominal atau intratorakal yang
massif, dan tidak dapat diatasi derngan pemberian cairan
intravena yang adekuat, menuntut diadakannya operasi
segera untuk menghentikan perdarahan (resusitasi
laparotomy /thoracotomy).
3. Perbaikan Volume
Kehilangan darah sebaiknya diganti dengan darah,
namun penyediaan darah memerlukan waktu, karena itu
pada awalnya akan diberikan cairan kristaloid 1-2 liter
untuk mengatasi syok hemoragik melalui 2 jalur dengan
jarum intravena yang besar.
Cairan kristalod ini sebaiknya ringer laktat walaupun
NaCl fisiologis juga dapat dipakai. Cara ini diberikan
dengan tetesan cepat melalui suatu kateter intravena yang
besar (minimal ukuran 16). Cairan ini juga harus
dihangatkan untuk menghindari terjadinya hipotermia.
Pemasangan kateter urin dapat dipertimbangkan disini,
guna pemantauan urin.