GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Disusun Oleh:
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Psikiatri
Periode 10 April 15 Mei 2017
Pembimbing
dr. Bintang Arroyantri P, SpKJ
Judul
Gangguan Obsesif-Komplusif
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 10 April 15 Mei 2017.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
Gangguan Obsesif-Komplusif untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen
Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Umum
Moh. Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Bintang Arroyantri P, SpKJ selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan ajaran dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikian lah penulisan tugas
ilmiah ini, semoga bermanfaat.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................6
2.1 Definisi...................................................................................................6
2.2 Epidemiologi..........................................................................................6
2.3 Etiologi...................................................................................................7
2.4 Gambaran Klinis...................................................................................11
2.5 Diagnosis..............................................................................................13
2.6 Diagnosis Banding...............................................................................18
2.7 Terapi....................................................................................................19
2.8 Perjalanan Penyakit dan Prognosis.......................................................23
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................48
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan obsesif-kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana pada
awal tahun 1980-an gangguan obsesif-kompulsif dianggap sebagai gangguan yang
jarang dan berespon buruk terhadap terapi. Sekarang diketahui bahwa gangguan
obsesif-kompulsif sering ditemukan dan sangat responsif terhadap terapi.6
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang mengganggu
(intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan dan
rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan
kecemasan seseorang sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan
seseorang tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi,
kecemasan akan meningkat. Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif biasanya
menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi
sebagai ego-distonik. Gangguan obsesif-kompulsif dapat merupakan gangguan yang
menyebabkan ketidakberdayaan karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat
mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan,
aktivitas sosial yang biasanya atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.6
2.2 Epidemiologi
Menurut studi ECA (Epidemiological Catchment Area) OCD diyakini langka,
gangguan obsesif-kompulsif memiliki prevalensi seumur hidup sebesar 2,5%.
Perkiraan terbaru tentang prevalensi seumur hidup umumnya berada pada kisaran 1,7-
4%.4 Penelitian ECA menemukan bahwa gangguan Obsesif-kompulsif adalah
gangguan kejiwaan yang tersering keempat (setelah fobia, gangguan penggunaan
narkoba dan gangguan depresif mayor).4
Pada orang dewasa, rasio laki-laki dan perempuan untuk terkena OCD adalah
sama, tetapi pada remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif
dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun. Secara
keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25
6
tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun.
Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena gangguan obsesif-kompulsif
dibandingkan orang yang menikah. Gangguan obsesif-kompulsif ditemukan lebih
jarang diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih. 4
Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi oleh
gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada
pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk
fobia sosial adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada
pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan penggunaan alkohol,
fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan makan. 4
Pada beberapa pasien, gangguan ini dimulai pada masa pubertas atau
sebelumnya, timbulnya gangguan obsesif-kompulsif saat remaja umumnya terjadi
pada laki-laki. Pasien lain dapat memiliki onset dikemudian hari, misalnya, setelah
kehamilan, keguguran, atau selama proses melahirkan. Biasanya pasien dengan
gangguan Obsesif-kompulsif mengunjungi beberapa dokter dan menghabiskan waktu
lebih dari 9 tahun untuk mencari pengobatan sebelum akhirnya didiagnosis dengan
benar. Pasien juga mungkin merasa malu untuk mengunjungi dokter, atau mungkin
tidak menyadari bahwa bantuan tersedia, sehingga jeda waktu dari onset gejala
menuju ke diagnosis yang benar adalah dapat mencapai 17 tahun.4
2.3 Etiologi
2.3.1 Faktor Biologis
Neurotransmiter. Banyak uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap
berbagai obat yang mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin terlibat
dalam pembentukan gejala gangguan obsesi-kompulsi. Data menunjukkan bahwa
obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem
neurotransmiter lain. Tetapi keterlibatan serotonin di dalam penyebab gangguan
obsesif-kompulsif tidak jelas pada saat ini.4
Neuroimunologi. Terdapat hubungan positif antara infeksi streptokokkus
dengan gangguan obsesif kompulsif. Infeksi streptokokkus grup A beta hemolitik
dapat menyebabkan demam reumatik dan sekitar 10-30% pasien mengalami chorea
Sydenham dan menunjukkan gejala obsesif kompulsif. Awitan infeksi biasanya terjadi
7
pada usia sekitar 8 tahun untuk menimbulkan gejala sisa itu. Keadaan ini disebut
pediatric autoimmune neuropsychiatric disorder associated with streptococcal
infection (PANDAS).5 Beberapa penelitian melaporkan kejadian gangguan obsesif-
kompulsif dengan atau tanpa gejala tik pada anak dan dewasa muda mengikuti infeksi
streptokokkus grup A. Sedikit laporan yang menyampaikan bahwa virus herpes
simpleks menjadi penyebab timbulnya gangguan obsesif kompulsif.3
Penelitian pencitraan otak. Berbagai penelitian pencitraan otak fungsional,
sebagai contoh PET (positron emission tomography), telah menemukan peningkatan
aktifitas (sebagai contoh, metabolisme dan aliran darah) di lobus frontalis, ganglia
basalis (khususnya kaudata), dan singulum pada pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif. Baik tomografi komputer (CT scan) dan pencitraan resonansi magnetik
(MRI) telah menemukan adanya penurunan ukuran kaudata secara bilateral pada
pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Baik penelitian pencitraan otak
fungsional maupun struktural konsisten dengan pengamatan bahwa prosedur
neurologis yang melibatkan singulum kadang-kadang efektif dalam pengobatan
pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu penelitian MRI baru-baru ini
melaporkan peningkatan waktu relaksasi T1 di korteks frontalis.4
Genetika. Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan obsesif-
kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian yang lebih
tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik.
Penelitian keluarga pada pasien gangguan obsesif kompulsif telah menemukan bahwa
35 persen sanak saudara derajat pertama pasien gangguan obsesif-kompulsif juga
menderita gangguan.4
Data biologis lainnya. Penelitian elektrofisiologis, penelitian
elektroensefalogram (EEG) tidur, dan penelitian neuroendokrin telah menyumbang
data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan depresif dan gangguan
obsesif-kompulsif. Suatu insidensi kelainan EEG nonspesifik yang lebih tinggi dari
biasanya telah ditemukan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif. Penelitian EEG
tidur telah menemukan kelainan yang mirip dengan yang terlihat pada gangguan
depresif, seperti penurunan latensi REM (rapid eye movement). Penelitian
neuroendokrin juga telah menemukan beberapa kemiripan dengan gangguan depresif,
8
seperti nonsupresi pada dexamethasone-suppression test pada kira-kira sepertiga
pasien dan penurunan sekresi hormon pertumbuhan pada infus clonidine (catapres).4,7
9
dari kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait
seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak
memiliki afek yang berhubungan dengannya. 4
Undoing. Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls mungkin dapat
lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas, operasi pertahanan sekunder
diperlukan untuk melawan impuls dan menenangkan kecemasan yang mengancam
keluar ke kesadaran. Tindakan kompulsif menyumbangkan manifestasi permukaan
operasi defensif yang ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan mengendalikan
impuls dasar yang belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan
sekunder yang cukup penting adalah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti
yang disebutkan sebelumnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang
dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara
irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang
menakutkan.4
Pembentukan reaksi. Pembentukan reaksi melibatkan pola perilaku yang
bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan
impuls dasar. Seringkali, pola yang terlihat oleh pengamat adalah sangat dilebih-
lebihkan dan tidak sesuai.4
Faktor psikodinamik lainnya. Pada teori psikoanalitik klasik, gangguan
obsesif-kompulsif dinamakan neurosis obsesif-kompulsif dan merupakan suatu
regresi dari fase perkembangan oedipal ke fase psikoseksual anal. Jika pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif merasa terancam oleh kecemasan tentang pembalasan
dendam atau kehilangan objek cinta yang penting, mereka mundur dari fase oedipal
dan beregresi ke stadium emosional yang sangat ambivalen yang berhubungan
dengan fase anal. Adanya benci dan cinta secara bersama-sama kepada orang yang
sama menyebabkan pasien dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Suatu
ciri yang melekat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah derajat
dimana mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi
gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak di belakangnya. Dengan demikian,
psikogenesis gangguan obsesif-kompulsif, mungkin terletak pada gangguan dan
perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan dengan fase perkembangan
anal-sadistik.4
10
Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam
karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak normal
selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta dan kebencian
kepada suatu objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut mungkin ditemukan
pada pola perilaku melakukan-tidak melakukan pada seorang pasien dan keragu-
raguan yang melumpuhkan dalam berhadapan dengan pilihan.7
Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara
pikiran awal, ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id, dipengaruhi
oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan. Orang
merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa di dunia luar terjadi tanpa
tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata hanya dengan berpikir tentang
peristiwa tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif
akan menakutkan bagi pasien gangguan obsesif-kompulsif.4
11
berlebihan bahkan cenderung aneh. Penyakit obsesif-kompulsif berbeda dengan
penyakit psikosa, karena pada psikosa penderitanya kehilangan kontak dengan
kenyataan. Penderita merasa takut dipermalukan sehingga mereka melakukan
ritualnya secara sembunyi-sembunyi. Sekitar sepertiga penderita mengalami depresi
ketika penyakitnya terdiagnosis.
Berbagai perilaku gangguan yang sering terjadi yaitu, membersihkan atau
mencuci tangan, memeriksa atau mengecek, menyusun, mengkoleksi atau menimbun
barang, menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif), takut
terkontaminasi penyakit/kuman, takut membahayakan orang lain, takut salah, takut
dianggap tidak sopan, perlu ketepatan atau simetri, bingung atau keraguan yang
berlebihan, mengulang berhitung berkali-kali (cemas akan kesalahan pada urutan
bilangan).
Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif kadang memilki
pikiran intrusif tanpa tindakan repetatif yang jelas akan tetapi sebagian besar
penderita menunjukkan perilaku kompulsif sebagai bentuk lanjutan dari pikiran-
pikiran negatif sebelumnya yang muncul secara berulang, seperti ketakutan terinfeksi
kuman, penderita gangguan obsesif-kompulsif sering mencuci tangan (washer) dan
perilaku umum lainnya seperti diatas.
12
3. Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau
kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan
mengurangi stres yang dirasakannya.
4. Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terus-
menerus dalam beberapa kali setiap harinya.
5. Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita
dan menghabiskan waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan
mengganggu fungsi normal seseorang, atau kegiatan social atau suatu
hubungan dengan orang lain.
6. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang
seperti mencuci tangan dan melakukan pengecekan dengan maksud tertentu.
2.5 Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:
Salah satu obsesi atau kompulsif
Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang
dialami, pada suatu saat dimana selama gangguan, sebagai intrusif dan tidak
sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran
yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.
Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau
bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya dengan pikiran atau
tindakan lain.
Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan obsesional
adalah keluar dari pikirannya sendiri( tidak disebabkan dari luar seperti
penyisipan pikiran).
Kompulsif seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan
mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang
berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respon
13
terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipatuhi secara
kaku.
Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan
penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan,
tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara
yang realistik dengan apa mereka dianggap untuk menetralkan atau mencegah,
atau jelas berlebihan.
Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa
obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini tidak
berlaku bagi anak-anak
Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan waktu
(menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna mengganggu
rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau aktifitas atau
hubungan sosial yang biasanya.
Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas
padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan,
menarik rambut jika terdapat trikotilomania, permasalahan pada penampilan jika
terdapat gangguan dismorfik tubuh, preokupasi dengan obat jika terdapat suatu
gangguan penggunaan zat, preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius
jika terdapat hipokondriasis, preokupasi dengan dorongan atau fanatasi seksual
jika terdapat parafilia, atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif
berat).
Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Sebutkan jika: Dengan tilikan buruk:jika selama sebagian besar waktu selama
episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah
berlebihan atau tidak beralasan.7
14
Obsesi dan konpulsif harus secara signifikan mempengaruhi kehidupan sehari-
hari.
Mungkin atau mungkin tidak menyadari bahwa obsesi dan konpulsif berlebihan
atau tidak masuk akal.
Obsesi harus memenuhi kriteria khusus:
Gagal, dorongan, atau gambar yang mengganggu, berulang, dan terus-
menerus yang menyebabkan kesusahan.
Pikiran tidak hanya terlalu fokus pada masalah nyata dalam hidup.
Tidak berhasil mencoba untuk menekan atau mengabaikan pikiran, dorongan,
atau gambar yang mengganggu.
Mungkin atau mungkin tidak tahu bahwa pikiranhanya menghasilkan
pemikiran ini dan bahwa mereka tidak menimbulkan ancaman yang
sebenarnya.
Kompulsif harus memenuhi kriteria khusus:
Perilaku ritualistik berlebihan dan berulang yang penderita rasa harus
dilakukan, atau sesuatu yang buruk akan terjadi. Contohnya termasuk mencuci
tangan, menghitung, ritual mental diam, memeriksa kunci pintu, dll.
Perlakuan ritualistik memakan waktu paling sedikit satu jam atau lebih per
hari.
Penderitamelakukan ritual fisik atau tindakan mental ini untuk mengurangi
kecemasan parah yang disebabkan oleh pikiran obsesif.
15
Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti
dimaksud di atas.
Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.
penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya
gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala
obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis
diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada
gangguan depresif pada saat gejalobsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari
keduanya tidak adayang menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai
diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan
pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom
Tourette, atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai bagian dari
kondisi tersebut.
16
F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif ( obsesional ritual)
Pedoman Diagnostik
Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya
mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi
yang dianggap berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan
keteraturan.
Hal tersebut dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang
mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual tersebut
merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya
tersebut.
Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa
jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan
mengambil keputusan dan kelambanan. 2
17
persen pasien. Sejumlah pasien OCD memiliki ciri khas yang mengesankan
gangguan kepribadian obsesif kompulsif tetapi sebagian besar tidak. Pasien
dengan OCD terutama laki-laki, memiliki angka membujang yang lebih tinggi dari
rata-rata. Pasien yang menikah memiliki jumlah perpecahan perkawinan yang
lebih besar dari biasa.
18
Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah
Hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan pengendalian
impuls lain, seperti kleptomania dan judi patologis. Pada semua gangguan ini, pasien
memiliki pikiran berulang (contohnya kepedulian akan tubuh) atau perilaku berulang
(contohnya mencuri). Sejumlah kelompok riset meneliti gangguan ini dan gangguan
lain seperti perilaku seksual kompulsif, hubungannya dengan OCD, dan responnya
terhadap berbagai terapi.
2. 8. Terapi
Dengan mengumpulkan bukti-bukti bahwa gangguan obsesif kompulsif adalah
sangat ditentukan oleh faktor biologis, teori psikoanalitik klasik telah ditinggalkan.
Selain itu karena gejala obsesif kompulsif tampaknya sangat tahan terhadap
psikoterapi psikodinamika dan psikoanalisis, terapi farmakologis dan perilaku
menjadi sering. Tetapi faktor psikodinamika mungkin cukup bermanfaat dalam
mengerti apa yang mencetuskan eksaserbasi gejala dan dalam mengobati berbagai
bentuk penolakan pengobatan, seperti ketidakpatuhan terhadap pengobatan.9
Banyak pasien gangguan obsesif-kompulsif secara terus menerus menolak
usaha pengobatan. Mereka menolak menggunakan medikasi dan menolak melakukan
tugas pekerjaan rumah dan aktifitas yang dianjurkan lainnya yang diberikan oleh ahli
terapi perilaku. Gejala obsesif-kompulsif sendiri, tidak peduli bagaimana beratnya
didasarkan secara biologis, mungkin memiliki arti psikologis penting yang
menyebabkan pasien enggan mengungkapkannya. Suatu penggalian psikodinamika
terhadap penolakan pasien terhadap pengobatan dapat menyebabkan peningkatan
kepatuhan.
Penelitian yang terkendali baik telah menemukan bahwa farmakoterapi atau
terapi perilaku atau kombinasinya efektif secara bermakna dalam menurunkan gejala
pasien gangguan obsesif kompulsif. Keputusan tentang terapi mana yang aka
digunakan berdasarkan pada pertimbangan dan pengalaman klinisi dan penerimaan
pasien terhadap berbagai modalitas.
2.8.1 Farmakoterapi
19
Kemajuan farmakoterapi dalam gangguan obsesif-kompulsif telah dibuktikan
dalam banyak uji klinis. Manfaat tersebut ditingkatka oleh pengamatan bahwa
penelitian menemukan angka respon plasebo adalah kira-kira lima persen. Persentase
tersebut rendah dibandingkan angka respon plasebo 30 sampai 40 persen yang sering
ditemukan pada penelitian obat antidepresan dan ansiolitik.
Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam
rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat sampai enam
minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu delapan sampai enam belas
minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun
pengobatan dengan obat antidepresan masih kontroversial, sebagian pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan
tampaknya mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar adalah
memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine (Anafranil) atau
inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin specific reuptake
inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac).7
a. Clomipramine
Obat standar untuk pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah
clomipramine, suatu obat tetrasiklik spesifik serotonin yangjuga digunakan
untuk pengobatan gangguan depresif. Kemajuan clomipramine dalam
mengobati gangguan obsesif kompulsif didukung oleh banya uji coba klinis.
Clomipramine biasanya dimulaidengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur
dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap dua sampai
tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampak efek samping
yang membatasi dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat trisiklik, obat ini
disertai dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi, disfungsi seksual dan
efek samping antikolinergik, seperti mulut kering. 4
20
kompulsif, dan paroxetin mungkin juga efektif. Fluvoxamine, SSRI yang lain
masih belum tersedia di Amerika Serikat tetapi telah terbukti efektif dalam
mengobati gangguan obsesif kompulsif.
Penelitian tentang Fluoxetine dalam gangguan obsesif-kompulsif
menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat
terapeutik. Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi, kegelisahan,
nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping gastrointestinal, SSRI dapat
ditoleransi dengan lebih baik daripada obat trisiklik. Dengan demikian, kadang-
kadang SSRI digunakan sebagai obat lini pertama dalam pengobatan gangguan
obsesif kompulsif. 4
Jika terapi dengan clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak terapis
memperkuat obat pertama dengan penambahan valproat (Depakene), litium
(Eskalith), atau karbamazepin (Tegretol). Obat lain yang dapat dicoba dalam
terapi OCD adalah venlafaksin (Effexor), pindolol (Visken), dan MAOI,
khususnya fenelzin (Nardil). Agen farmakologis lain untuk terapi pasien yang
tidak responsif mencakup buspiron (BuSpar), 5-hidroksitriptamin (5-HT), L-
triftofan, dan klonazepam (Klonopin). Agen antipsikotik dapat membantu
ketika juga terdapat gangguan tic atau sindrom Tourette.4
21
stimulusdiharapkan akan menghasilkan kecemasan yang minimal karena adanya
habituasi.9
2.8.3 Psikoterapi
Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien
gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat
keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial. Dengan
kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional, simpatik, dan
mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi berdasarkan bantuan tersebut,
tanpa hal tersebut gejalanya akan menyebabkna gangguan. Kadang-kadang jika ritual
dan kecemasan obsesional mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleraansi, perlu
untuk merawat pasien di rumah sakit sampai tempat penampungan institusi dan
menghilangkan stres lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang
dapat ditoleransi.4
Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku pasien.
Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota keluarga melalui
dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasihat tentang bagaimana
menangani dan berespons terhadap pasien.4,7
22
perkembangan kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan pengobatan
Phenytoin (Dilantin). Beberapa pasien yang tidak respon dengan bedah psiko saja dan
dengan farmakoterapi atau terapi perilaku sebelum operasi menjadi respon terhadap
farmakoterapi atau terapi perilaku setelah bedah psiko.7,4,9
23
BAB III
KESIMPULAN
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang mengganggu
(intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan dan
rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Gangguan Obsesif-
kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder/OCD) adalah gangguan kecemasan yang
ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan disertai tindakan kompulsif.
Prevalensi seumur hidup gangguan Obsesif-kompulsif berada pada kisaran
1,7-4% dan menempati peringkat keempat gangguan jiwa terbanyak setelah fobia,
gangguan penggunaan narkoba dan gangguan depresif mayor.
Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan,
kehilangan dan penyerangan. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual,
yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja. Sebagian besar ritual
bisa dilihat langsung, seperti mencuci tangan berulang-ulang atau memeriksa pintu
berulang-ulang untuk memastikan bahwa pintu sudah dikunci. Ritual lainnya
merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau membuat pernyataan berulang
untuk menghilangkan bahaya.
Persyaratan diagnosis DSM-IV TR pada distress pribadi dan gangguan
fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan
atau biasa. Gangguan neurologis utama untuk dipertimbangkan dalam diagnosis
banding adalah gangguan tourette, gangguan tic lainnya, epilepsy lobus temporalis,
dan kadang-kadang trauma serta komplikasi pasca ensefalitis.
Penelitian yang terkendali baik telah menemukan bahwa farmakoterapi atau
terapi perilaku atau kombinasinya efektif secara bermakna dalam menurunkan gejala
pasien gangguan obsesif kompulsif. Keputusan tentang terapi mana yang aka
digunakan berdasarkan pada pertimbangan dan pengalaman klinisi dan penerimaan
pasien terhadap berbagai modalitas.
Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya menahan) pada
kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan
di rumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya
gagasan yang terlalu dipegang (overvalued)-yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi,
24
dan adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal).
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik,
adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi obsesional
tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis.
25
DAFTAR PUSTAKA
26