Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA FEBRUARI 2015

LAPORAN KASUS
Gangguan Anxietas Ytt (F41.9) dengan Episode Depresif Ringan (F32.0)
REFERAT AMNESIA PSIKOGENIK (F44.0)

OLEH :
Fitri Inda
110 210 0069

PEMBIMBING :
dr. Jumiarni Umar

SUPERVISOR :
dr. Rabiah Thantawie, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2015
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2015
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFERAT AMNESIA PSIKOGENIK (F44.0)

OLEH :
Fitri Inda
110 210 0069

PEMBIMBING :
dr. Jumiarni Umar

SUPERVISOR :
dr. Rabiah Thantawie, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2015
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Fitri Inda
NIM : 110 210 0069
Judul referat : Amnesia psikogenik (F44.0)
Judul kasus : Gangguan Anxietas Ytt (F41.9) dengan Episode Depresif
Ringan ( F32.0)

Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Februari 2015

Supervisor Pembimbing

(dr. Rabiah Thantawie, Sp.KJ) (dr. Jumiarni Umar)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya

serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta sahabat dan

keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan

judul Gangguan Anxietas Ytt dan Episod Depresif Ringan dan referat ini

dengan judul Amnesia Psikogenik sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa.

Selama persiapan dan penyusunan referat ini rampung, penulis mengalami

kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari

berbagai pihak akhirnya referat ini dapat terselesaikan serta tak lupa penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian referat ini.

Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan

rahmat yang melimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan referat ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

menyempurnakan penelitian yang serupa dimasa yang akan datang. Saya berharap

sekiranya laporan kasus dan referat ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Makassar, Februari 2015

Hormat Saya,
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

LAPORAN KASUS : Gangguan Anxietas Ytt dan Episod Depresif Ringan. 1

REFERAT : Amnesia Psikogenik

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 15

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Definisi .......................................................................................... 16

II.2 Epidemiologi ................................................................................. 16

II.3 Etiologi .......................................................................................... 16

II.4 Diagnosis ...................................................................................... 17

II.5 Gambaran Klinis ........................................................................... 18

II.6 Diagnosis Banding ........................................................................ 19

II.7 Perjalanan Gangguan dan Prognosis ............................................. 22

II.8 Terapi ............................................................................................ 22

BAB III PENUTUP .................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24


BAB I
PENDAHULUAN

Amnesia merupakan gangguan memori. Amnesia retrograde adalah hilangnya memori


untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum terjadinya keadaan tersebut, sedangkan amnesia
anterograde adalah ketidakmampuan untuk menerima hal baru atau pengalaman selama
berlangsungnya keadaan tersebut. 1
Amnesia disosiatif merupakan salah satu gangguan yang termasuk dalam gangguan
konversi juga disebut disosiatif karena dahulu dianggap terjadi hilangnya asosiasi antara berbagai
proses mental seperti identitas pribadi dan memori, sensori dan fungsi motorik. 1
Suatu bentuk lazim pada amnesia disosiatif mencakup amnesia mengenai identitas
pribadi tetapi daya ingat mengenai mengenai informasi umum tetap baik. Gambaran klinisnya
tepat seperti kebalikan gejala yang ditemukan pada demensia, pasien dapat mengingat nama
mereka tetapi lupa akan informasi umum, seperti menu makan siang mereka. Kecuali karena
amnesianya, pasien dengan amnesia disosiatif tampak benar-benar intak dan dapat berfungsi
dengan sesuai. Sebaliknya, pada sebagian besar amnesia akibat keadaan medis umum (seperti
amnesia pasca kejangdan amnesia toksik), pasien dapat bingung dan berperilaku kacau. Jenis
amnesia lain (contoh., amnesia global singkat dan amnesia pasca geger otak) disertai amnesia
anterograde, yang tidak terjadi pada pasien dengan amnesia disosiatif. 2
Cara membedakan amnesia psikogenik dan amnesia organik yaitu pasien amnesia
organik mampu mempelajari dan menerima informasi baru dalam artian tidak ada kehilangan
memori anterograde. 1
Gangguan disosiatif terbagi atas gangguan identitas disosiatif, gangguan
depersonalisasi, amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan gangguan disosiatif
lainnya yang tidak diklasifikasikan (NOS).3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 DEFINISI
Gejala amnesia lazim terdapat pada amnesia disosiatif, fugue disosiatif, dan
gangguan identitas disosiatif. Amnesia disosiatif adalah ketidakmampuan untuk
mengingat detail personal yang penting dan pengalaman yang sering kali
berhubungan dengan kejadian traumatis atau sangat menekan. Memori ini hilang
tanpa berhubungan dengan disfungsi otak yang berkaitan dengan kerusakan otak
atau obat-obatan, juga bukan sebuah kondisi lupa yang umumnya terjadi. Orang-
orang yang mengalami amnesia disosiatif sangat umum memberikan gambaran
tentang sebuah rentang atau rangkaian dalam ingatan mereka mengenai kejadian
bermasalah di masa lalu atau bagian-bagian kehidupan mereka.2,4,5
II.2 EPIDEMIOLOGI
Amnesia disosiatif dianggap sebagai gangguan disosiatif yang paling lazim
ditemukan walaupun data epidemiologis untuk semua gangguan disosiatif terbatas
dan tidak pasti. Amnesia disosiatif dianggap lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan laki-laki dan lebih sering pada dewasa muda dibandingkan dewasa
yang lebih tua tetapi gangguan ini dapat terjadi pada semua usia. Mengingat
gangguan ini biasanya disebabkan oleh peristiwa traumatik atau penuh tekanan,
insidennya mungkin meningkat selama waktu perang dan bencana alam. Kasus
amnesia disosiatif yang terkait lingkungan rumah tangga-contohnya penyiksaan
pada pasangan dan anak-mungkin jumlahnya konstan. Sebagian besar kasus
ditemukan di ruang gawat darurat rumah sakit, tempat pasien amnesia dibawa
stelah ditemukan di jalan.2,4,6
II.3 ETIOLOGI
Kompleksitas mengenai pembentukan dan perolehan kembali daya ingat
yang baru dihargai, dapat membuat amnesia disosiatif secara institusi dapat
dimengerti karena banyak area yang berpotensi mengalami disfungsi. Sebagian
besar pasien dengan gangguan disosiatif tidak mampu mengingat kembali
kenangan yang menyakitkan dari suatu peristiwa traumatik dan penuh tekanan
sehingga kandungan emosi terhadap kenangan tersebut secara jelas menjadi dasar
patofisiologi dan penyebab gangguan ini.2,4
Satu pengamatan yang relevan mengenai orang pada umumnya adalah
bahwa pembelajaran merupakan suatu hal yang sering bergantung pada keadaan,
yaitu bergantung pada konteks saat pembelajaran terjadi. Dengan demikian, orang
dapat mengingat letak saklar lampu di dalam mobil mereka dengan lebih mudah
saat sedang mengendarai mobil dibandingkan ketika sedang menonton televisi.
Teori pembelajaran yang bergantung keadaan ini berlaku untuk amnesia disosiatif
yaitu bahwa kenangan mengenai peristiwa traumatik dibiarkan selama peristiwa
tersebut dan keadaan emosional dapat sedemikian hebatnya sehingga sulit bagi
orang tersebut untuk mengingat informasi yang dipelajari selama keadaan
tersebut.2,4
Di dalam pendekatan psikoanalitik terhadap amnesia disosiatif, gangguan
ini terutama dianggap sebagai mekanisme defisiensi yaitu seseorang mengganti
kesadaran sebagai suatu cara untuk menghadapi konflik emosional atau stressor
eksternal. Defense sekunder yang terlibat dalam amnesia disosiatif mencakup
represi (impuls yang mengganggu dihalangi dari kesadaran) dan penyangkalan
(suatu aspek realitas eksternal diabaikan oleh pikiran yang disadari).2,4
II.4 DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik amnesia disosiatif pada revisi teks Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR) edisi keempat menekankan
bahwa informasi yang ditekankan biasanya memiliki sifat traumatik atau penuh
tekanan. Amnesia disosiatif dapat didiagnosis hanya ketika gejalanya tidak
terbatas pada amnesia yang terjadi selama perjalanan gangguan identitas disosiatif
dan bukan merupakan akibat keadaan medis umum (contohnya trauma kepala atau
konsumsi suatu zat).2,4
Pedoman diagnostik amnesia disosiatif menurut PPDGJ-III mengatakan
bahwa ciri utama adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenai kajadian
penting yang baru terjadi (selektif), yang bukan disebabkan oleh gangguan mental
organik dan terlalu luas untuk dapat dijelaskan atas dasar kelupaan yang umum
terjadi atau atas dasar kelelahan.9
Diagnosis pasti memerlukan9:
a. Amnesia, baik total atau parsial, mengenai kajadian yang stressful atau
traumatik yang baru terjadi (hal ini mungkin hanya dapat dinyatakan bila ada
saksi yang memberi informasi)
b. Tidak ada gangguan mental organik , intoksikasi atau kelelahan berlebihan
(sindrom amnesik organik, F04, F1x.6).
Yang paling sulit dibedakan adalah amnesia buatan yang disebabkan oleh
simulasi secara sadar (malingering). Untuk itu penilaian secara rinci dan berulang
mengenai kepribadian premorbid dan motivasi diperlukan. Amnesia buatan
(conscious simulation of amnesia) biasanya berkaitan dengan problema yang jelas
mengenai keuangan, bahaya kematian dalam peperangan, atau kemungkinan
hukuman penjara atau hukuman mati.9
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yasuno dkk, salah satu cara untuk
memeriksa adanya gangguan fungsional pada daerah otak yaitu dengan
menggunakan PET (Positron Emission Tomography). Pada pasien amnesia
psikogenik terjadi aktivasi yang meningkat pada regio temporal medial anterior
kanan termasuk amigdala sedangkan pada kontrol, peningkatan aktivasi terjadi
pada kedua regio hipokampus. Setelah diberikan pengobatan selama 12 bulan,
regio temporal medial anterior kanan menjadi kurang aktif sementara regio
hipokampus kanan menjadi lebih aktif. 7
II.5 GAMBARAN KLINIS
Walaupun episode jarang amnesia disosiatif terjadi spontan, riwayatnya
biasanya mengungkapkan adanya trauma emosi pencetus yang berisi emosi
menyakitkan serta konflik psikologis, contohnya orang menyaksikan cedera berat
pada bencana alam atau khawatir akan nyawa mereka. Ekspresi impuls khayalan
atau yang sebenarnya (seksual atau agresif) yang tidak mampu dihadapi seseorang
dapat juga berlaku secara pencetus, dan amnesia dapat menyertai perilaku yang
dikemudian hari oleh orang tersebut dirasakan patut dicela secara moral
(contohnya kekerasan, perselingkuhan di luar pernikahan).2,4
Walaupun tidak penting untuk diagnosis, awitan amnesia biasanya tiba-tiba
dan pasien biasanya menyadari bahwa mereka kehilangan daya ingat. Sejumlah
pasien merasa kesal atas hilangnya daya ingat tersebut tetapi pasien lain tampak
tidak peduli. Jika pasien tidak menyadari bahwa mereka kehilangan daya ingat
tetapi klinisi mencurigai adanya amnesia disosiatif, pernyataan spesifik yang
dapat mengungkap gejala sering harus ditanyakan.2,4
Pasien yang mengalami amnesia biasanya sadar sebelum dan sesudah
amnesia terjadi. Meskipun demikian, sejumlah kecil pasien melaporkan sedikit
kesadaran berkabut selama periode di sekitar awitan amnesia. Depresi dan
ansietas adalah faktor predisposisi yang paling lazim ada dan sering tampak pada
pemeriksaan status mental. Amnesia dapat memberikan keuntungan primer atau
sekunder. Seorang perempuan yang lupa akan kelahiran bayinya yang meninggal
mendapatkan keuntungan primer dengan melindungi dirinya sendiri dari emosi
menyakitkan. Seorang prajurit yang mengalami kasus amnesia mendadak
sehingga dikeluarkan dari medan perang adalah contoh keuntungan sekunder.2,4
Amnesia disosiatif dapat berupa satu dari beberapa bentuk: amnesia
terlokalisasi, yaitu jenis yang paling lazim, adalah hilangnya daya ingat untuk
peristiwa dalam waktu singkat (beberapa jam hingga beberapa hari); amnesia
menyeluruh, adalah hilangnya daya ingat untuk semua pengalaman seumur hidup;
amnesia selektif (juga dikenal sebagai tersistematisasi) adalah kegagalan
mengingat kembali beberapa tetapi tidak semua peristiwa yang terjadi selama
waktu yang singkat.8
Seseorang dengan amnesia sering melakukan konfabulasi sebagai salah satu
strategi adaptif. Konfabulasi adalah mereka-reka informasi palsu untuk menutupi
kesenjangan daya ingat.2
II.6 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding amnesia disosiatif meliputi berbagai keadaan medis
umum serta gangguan jiwa lain. Klinisi harus melakukan anamnesis medis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, anamnesis psikiatrik, dan
pemeriksaan status mental.2,4
Amnesia pada keadaan demensia dan delirium biasanya disertai banyak
gejala kognitif lainnya yang mudah dikenali. Ketika pasien mengalami amnesia
mengenai informasi pribadi pada keadaan ini, demensia atau delirium biasanya
sudah lanjut dan mudah dibedakan dengan amnesia disosiatif.2,4
Epilepsi dapat menyebabkan gangguan daya ingat mendadak disertai
kelainan motorik dan elektroensefalogram (EEG). Pasien dengan epilepsi rentan
mengalami bangkitan selama periode stress, dan sejumlah peneliti mendalilkan
bahwa penyebab mirip epileptik dapat terlibat dalam gangguan disosiatif. Riwayat
adanya aura, trauma kepala, atau inkontinensia dapat membantu klinisi mengenali
amnesia akibat epilepsi.2,4
Diagnosa lain yang mirip dengan amnesia psikogenik adalah amnesia global
singkat. Amnesia global singkat adalah suatu amnesia retrograd yang akut dan
singkat, lebih mengenai daya ingat jangka pendek bukannya jangka panjang.
Walaupun pasien biasa menyadari amnesianya, mereka tetap dapat melakukan
tindakan fisik dan mental yang rumit selama 6 hingga 24 jam yaitu selama
amnesia global singkat berlangsung. Pemulihan gangguan ini biasanya sempurna.
Amnesia global singkat paling sering disebabkan oleh serangan iskemik singkat
(transient ischemic attack) yang mengenai sruktur otak garis tengah limbik.
Gangguan ini juga dapat disebabkan oleh sakit kepala migrain, bangkitan, dan
intoksikasi obat sedatif-hipnotik.2,4
Amnesia global singkat dapat dibedakan dengan amnesia disosiatif melalui
beberapa hal. Amnesia disosiatif tidak menyebabkan amnesia anterograd selama
episode gangguan. Pasien dengan amnesia global singkat cenderumg lebih mudah
kesal dan khawatir akan gejala mereka dibandingkan pasien dengan gangguan
disosiatif. Identitas pribadi pasien dengan amnesia disosiatif hilang; sedangkan
pada pasien dengan amnesia global singkat tetap baik. 2,4
Hilangnya daya ingat pasien dengan amnesia disosiatif dapat bersifat
selektif untuk hal tertentu dan biasanya tidak menunjukkan gradien temporal;
hilangnya daya ingat pasien dengan amnesia global singkat bersifat menyeluruh
dan peristiwa lampau diingat lebih baik dibandingkan peristiwa yang baru terjadi.
Oleh karena hubungan amnesia global singkat dengan masalah vaskular,
gangguan ini lebih lazim terjadi pada pasien berusia 60 dan 70-an tahun,
sedangkan amnesia disosiatif paling lazim ditemukan pada pasien berusia 20
hingga 40-an tahun, suatu periode yang dikaitkan dengan stresor psikologis yang
lazim terlihat pada pasien ini. Masalah vasospastik lain di lobus temporalis atau
thalamus telah dilaporkan pada saat tejadinya serangan amnestik singkat, bahkan
pada orang dewasa muda.2,4
Pada DSM-IV-TR, gangguan berjalan saat tidur digolongkan sebagai
parasomnia, suatu jenis gangguan tidur. Pasien yang menderita gangguan berjalan
saat tidur berperilaku aneh yang menyerupai perilaku seseorang di dalam keadaan
disosiatif. Mereka menunjukkan perubahan keadaan kesadaran akan lingkungan
mereka; mereka sering mengalami ingatan kembali yang bersifat halusinasi dari
jelas mengenai peristiwa yang traumatik bagi emosi mereka di masa lalu yang
pada keadaan sadar biasanya tidak ada kenangan tersebut. Pasien seperti ini
menghindari kontak dengan lingkungan, tampak memiliki preokupasi akan
kehidupan pribadinya, dan menetap ke suatu arah jika mata mereka terbuka.
Mereka dapat tampak kesal, berbicara dengan bersemangat dalam kata-kata dan
kalimat yang sering sulit dimengerti. Atau terlibat dalam pola aktivitas yang
tampaknya bermakna, berulang-ulang setiap terjadi suatu episode. Di akhir
episode berjalan saat tidur, pasien mengalami amnesia.2,4
Walaupun amnesia sesaat mengenai pengalaman yang tidak terlalu lampau
ditemukan pada pasien dengan gangguan berjalan saat tidur serta pasien dengan
amnesia terlokalisasi dan amnesia menyeluruh, keadaan kesadaran selama periode
amnesia kedua gangguan ini berbeda cirinya. Pasien dengan amnesia, berlawanan
dengan gangguan berjalan saat tidur, biasanya tidak ada hal tidak tepat yang
terjadi saat diamati oleh pemeriksa dan tampak sepenuhnya sadar sebelum dan
sesudah amnesia terjadi.2,4
Gangguan stres pascatrauma, gangguan stres akut, dan gangguan
somatoform (terutama gangguan somatisasi dan gangguan konversi) harus
dipertimbangkan di dalam diagnosis banding dan bisa terdapat bersamaan dengan
amnesia disosiatif. Gangguan somatoform dapat diakibatkan oleh peristiwa
traumatik yang sama dengan yang biasanya ditemukan pada amnesia disosiatif. 2,4
Yang paling sulit dibedakan adalah amnesia buatan yang disebabkan oleh
simulasi secara sadar (malingering). Untuk itu penilaian secara rinci dan berulang
mengenai kepribadian premorbid dan motivasi diperlukan. Setiap keuntungan
sekunder yang mungkin, terutama menghindari hukuman umtuk aktivitas kriminal
harus meningkatkan kecurigaan klinisi, walaupun keuntungan sekunder tidak
menyingkirkan diagnosis amnesia disosiatif.2,9
II.7 PERJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS
Gejala amnesia disosiatif biasanya berakhir tiba-tiba dan pemulihan
biasanya sempurna dengan sejumlah kecil kekambuhan. Pada beberapa kasus,
terutama jika terdapat keuntungan sekunder keadaan ini dapat bertahan lama.
Klinisi harus mencoba memulihkan ingatan pasien yang hilang sesegera mungkin;
kalau tidak ingatan yang tertekan dapat membentuk suatu inti di dalam pikiran
yang tidak disadari dan di sekitar inti tersebut episode amnesia di masa mendatang
dapat terjadi.2,4
II.8 TERAPI
a. Psikoterapi
Wawancara dapat memberikan petunjuk kepada klinisi mengenai pencetus
yang bersifat traumatik secara psikologis. Selain itu, hipnosis dapat digunakan
terutama sebagai suatu cara yang membuat pasien cukup santai sehingga
mereka dapat mengingat kembali hal yang telah mereka lupakan. Saat pasien
ditempatkan pada keadaan somnolen, inhibisi mental dihilangkan dan bahan
amnestik akan muncul ke dalam kesadaran sehingga dapat diingat kembali.
Ketika ingatan yang hilang telah diperoleh kembali, psikoterapi umumnya
disarankan untuk membantu pasien menyatukan kembali kenangan mereka ke
dalam keadaan sadar mereka.2,10
b. Farmakoterapi
Wawancara yang dibantu obat dengan barbiturat kerja singkat, seperti
thiopental (pentothal) dan natrium amobarbital yang diberikan secara
intravena, serta benzodiazepine dapat membantu pasien memulihkan ingatan
yang telah dilupakan.4
BAB III
PENUTUP
Amnesia disosiatif adalah ketidakmampuan untuk mengingat detail personal
yang penting dan pengalaman yang sering kali berhubungan dengan kejadian
traumatis atau sangat menekan. Gangguan ini dianggap lebih sering terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki dan lebih sering pada dewasa muda
dibandingkan dewasa yang lebih tua tetapi gangguan ini dapat terjadi pada semua
usia. Sebagian besar pasien dengan gangguan disosiatif tidak mampu mengingat
kembali kenangan yang menyakitkan dari suatu peristiwa traumatik dan penuh
tekanan sehingga kandungan emosi terhadap kenangan tersebut secara jelas
menjadi dasar patofisiologi dan penyebab gangguan ini.
Amnesia disosiatif dapat didiagnosis hanya ketika gejalanya tidak terbatas
pada amnesia yang terjadi selama perjalanan gangguan identitas disosiatif dan
bukan merupakan akibat keadaan medis umum. Awitan amnesia biasanya tiba-tiba
dan pasien biasanya menyadari bahwa mereka kehilangan daya ingat. Sejumlah
pasien merasa kesal atas hilangnya daya ingat tersebut tetapi pasien lain tampak
tidak peduli. Gejala amnesia disosiatif biasanya berakhir tiba-tiba dan pemulihan
biasanya sempurna dengan sejumlah kecil kekambuhan.
Pengobatan yang diberikan pada amnesia disosiatif adalah obat dengan
barbiturat kerja singkat, seperti thiopental (pentothal) dan natrium amobarbital
yang diberikan secara intravena, serta benzodiazepine dapat membantu pasien
memulihkan ingatan yang telah dilupakan. Hipnosis dapat digunakan terutama
sebagai suatu cara yang membuat pasien cukup santai sehingga mereka dapat
mengingat kembali hal yang telah mereka lupakan.
DAFTAR PUSTAKA
1 Erickson, KR. Amnestic Disorders. West J Med 1990 Feb; 152: 159-166
2 Kaplan, harold I. Dalam: Ansietas. Cancro Robert, editor. Ilmu Kedokteran
Jiwa Darurat. Jakarta: Widya medika, 1998. Hal. 288-290
3 kay j, tasman a. dissociative disorder. In: kay j, tasman a, editors. essentials of
psichiatry: british library cataloguing in publication data; 2006. p. 285-696.
4 sadock Kd. Gangguan disosiatif. In: sadock bJ, sadock va, editors. Buku ajar
pskikiatri klinis. Jakarta: EGC; 2010. p. 288-297.
5 Halgin, P, Richard; Whitbourne, Krauss, Susan. 2009. Abnormal Psychology
Clinical Perspective on Psychological Disorder. 6th Edition. Mc. Graw Hill.
New York
6 A.tomb D. Gangguan disosiatif. In: Buku saku Psikiatri, editor. tomb da.
jakarta: EGC penerbit buku kedokteran; 2004. p. 111-115.
7 Yasuno F, Nishikawa T, Nakagawa Y, Ikejiri Y, Tokunaga H, Mizuta I,
Shinozaki K, Hashikawa K, Sugita Y, Nishimura T, Takeda M Psychiatry
Res Jul 2000; 99(1); 43-57
8 Staniloiu, Angelica., Hans J. Markowitsch. The Remains of the Day in
Dissociative Amnesia. 2012. Germany.
9 Maslim, R. Amnesia Disosiatif. Dalam : Masli, R., Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. hal.81.
10 Lee, Sang-Shin., Sinhyung Park, Si-Sung Park. Use of Lorazepam in Drug
Assisted Interviews: Two cases of Dissociative Amnesia. 2011. Korea.

Anda mungkin juga menyukai