misi khusus.
Poverty (kemiskinan): percaya bahwa mereka telah dibuat miskin.
Guilt (rasa bersalah): percaya bahwa mereka telah melakukan kejahatan dan
pantos dihukum.
ada.
Hypochondriacal: percaya bahwa mereka mengidap suatu penyakit fistk.
Persecutory (penganiayaan): percaya bahwa semua orang berkonspirasi
melawan mereka.
Reference (referensi): percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh maja-
lah/televisi.
Jealousy (kecemburuan): percaya bahwa pasangan mereka tidak setia
mereka.
Infestation (serbuan): percaya bahwa mereka diserbu oleh serangga atau
parasit.
Passivity experiences: percaya bahwa mereka disuruh melakukan se-suatu,
atau merasakan emosi-emosi, atau dikendalikan dari iuar; somatic passivity
merasa seolah-olah mereka dipindahkan dari luar.1
5. Persepsi Abnormal1,2
6. Kognisi
Gangguan kognisi adalah patognomonikpada patologi medis, neurologis,
farmakologis atau bedah (sering disebut sebagai gangguan mental organic.
Menguji fungsi kognitif (intelektual) yang meliputi pemeriksaan tingkat
kesadaran (bervariasi dari kedaran penuh sampai koma), orientasi (situasi, waktu
tempat dan orang), perhatian, ingatan (ingatan segera, ingatan baru, ingatan jauh)
dan simpanan informasi (pengetahuan yang memdai sesuai umur dan situasi
sosialnya).2
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan fisik head to toe
Pemeriksaan Neurologis
Bila diduga terdapat gangguan serebral organic, pemeriksaan neurologic yang
lebih lengkap perlu dilaksanakan termasuk uji: kemampuan bahasa, kidal atau
kinan, memori, apraxia, agnosia, fungsi angka, disorientasi kanan-kiri,
kelancaran verbal.3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang lini pertama yang perlu dilaksanakan :
Uji darah
Alasan penting untuk dilakukan uji darah yakni memeriksa adanya gangguan
organic seperti endokrinopati dan gangguan penggunaan zat psikoaktif yang
mungkin menyebabkan gejala psikiatri. Selain itu juga untuk memeriksa
Diagnosis Banding
A.
Gangguan ini menyebabkan disfungsi psikologis pada satu area atau lebih:1-3
Fungsi kognitif (misal: gangguan ingatan dan intelegensia)
Sensorium (misal: gangguan kesadaran dan perhatian)
Berpikir (misal: waham/delusi)
Persepsi (misal: ilusi dan halusinasi)
Emosi/mood (ansietas, depresi dan manik)
Perilaku dan kepribadian (misal: perubahan perilaku seksual)
Anamnesis 3 :
Riwayat penyakit sekarang pasien bisa mengeluhkan adanya disfungsi
Pemeriksaan penunjang:
Selain pemeriksaan rutin uji darah dan uji urin, dapat dilakukan pemeriksaan
tambahan lain sesuai indikasi kecurigaan misal elektroensefalografi (EEG) pada
dugaan epilepsy, MRI/ CT-scan otak pada dugaan keganasan otak.3
i.
Delirium
Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang
biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif. Terdapat gangguan
kesadaran, sering disertai oleh persepsi abnormal (ilusi dan/atau halusinasi) dan
perubahan mood (ansietas, labilitas, mood depresif).2,3
Etiologi
Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola gejala
serupa yang berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab
utama dapat berasal dari penyakit susunan saraf pusat seperti (sebagai contoh
epilepsi), penyakit sistemik, dan intoksikasi atau reaksi. putus obat maupun zat toksik.
Neurotransmiter yang dianggap berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat
Area yang terutama terkena adalah formasio retikularis.3
Epidemiologi
Delirium bisa terjadi pada pasien yang menderita penyakit fisik, terutama pasien yang
dirawat inap:3
Gambaran Klinis 3
Gejala prodromal termasuk:
kebingungan (perpleksi)
agitasi
hipersensitif terhadap suara
Gambaran delirium sendiri meliputi:
Gangguan kesadaran. Tingkat kesadaran berfluktuasi, sering memburuk di
malam hari
Perubahan mood. Pasien mungkin cemas, perpleksi, agitasi dan depresi,
perilaku seksual
Motivasi pasien terpuruk pada rutinitas yang kaku disertai hilangnya minat
pada kegiatan baru dan berkurangnya motivasi, pasien tidak dapat mengatasi
keadaan stress hingga menjadi amat agitatif, marah atau putus asa.
Penatalaksanaan
Terapi nonfarmakologik sering dilakukan untuk demensia manifestasi tertentu
seperti gangguan irama sirkardian, reaksi katastrofik, dan berkelana tanpa
tujuan.
Terapi farmakologik menjadi penting ketika terdapat agitasi, ledakan amarah
yang disertai kekerasan fisik, delusi atau halusinasi signifikan.
o Antipsikotik umumnya efektif untuk gejala psikosis dan perilaku
asitasi nonpsikotik
o Neuroleptik yang lebih kuat seperti haloperidol mempunyai profil efek
samping yang lebih baik daripada obat potensi rendah (tiorizadin dan
klorpromasin)
o Benzodiazepin dapat digunakan jika neuroleptic dikontraindikasikan,
umumnya dengan waktu kerja pendek seperti lorazepam, temazepam,
dan oksazepam paling baik digunakan.
o Untuk demesia vascular difokuskan pada terapi faktor resiko yaitu
salah satunya hipertensi sebagai faktor resiko utama.
B.
(dilatasi), sakit pada otot dan sendi, perut terasa kejang (kramp).
Terapi: detoksifikasi bisa dilaksanakan dalam jangka waktu yang disetujui
bersama dengan menggunakan obat lain seperti chlormetiazol atau
benzodiazepine untuk mengatasi dampak pengurangan dosis opioid.Dalam
kasus ketergantungan heroin tinggi, opioid yang kurang poten seperti
methadone sering digunkan.
keringat.
Putus zat: mual, muntah, otot perut kram (kaku), lemah, letih, tidak nafsu
makan, berkeringat, tremor (bergetar) pada tangan, cemas, irritable, delirium,
kejang dan bisa menginggal.
Kokain
Didapatkan dari daun koka dan biasanya digunakan klinis sebagai anastetik local,
misal tetes mata. Jenis yang seringkali disalahgunakan adalah daun koka (dikunyah),
kokain hidroklorida (dalam bentuk bubuk yang bisa dihirup melalui hidung atau
dilarutkan dalam air dan disuntukkan intravena), dan crack cocaine (free base, bentuk
alkaloid kokain yang bisa dihisap yang dilepaskan dalam bentuk asap). Menimbulkan
ketergantungan psikologis yang kuat.
Intoksikasi: nadi cepat, tekanan darah naik, suhu badan naik, keringat,
Midriasis (pupil dilatasi), euphoria, agresif, halisunasi visual maupun taktil,
gangguan mengambil keputusan, fungsi sosial dan pekerjaan. Dosis tinggi
Amphetamin
Seperti dexamfetamin, xecara klinis digunakan untuk pengobatan narkolepsi dan
adjuvant hiperkinesis pada anak.Stimulan saraf pusat terkait amphetamine, seperti
fenfluramine dan dexfenfluramine kadang klinis digunakan sebagai supresan pusat
nafsu makan. Dexfenfluramin dapat menyebabkan ketergantungan psikologis.
Penggunaan illegal sering secara oral, atau untuk mendapat efek serbuan yang lebih
kuat secara intravena.
Intoksikasi zat : euphoria, gelisah, perasaan nyaman dan peningkatan percaya
diri, peningkatan energy dan hasrat, berkurangnya kebutuhan tidur, nadi cepat,
tekanan darah naik, midriasis, keringat, gangguan mengambil keputusan,
Alkohol
Penatalaksanaan
1) Penanganan keadaan gawat darurat
2) Medikamentosa sesuai dengan gejala yang ada
3) Detoksifikasi
4) Terapi substitusi
5) Konseling
6) Psikoterapi
7) Rehabilitasi
Pencegahan
1) Edukasi dan sosialisasi tentang bahaya zat psikoaktif
2) Pengasuhan anak yang adekuat sejak kecil
Skizofrenia
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh. Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan
kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala
psikosis, dan dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.1
(avolition)
Disfungsi sosial/pekerjaan
Durasi
Symptom-simptom gangguan ini paling ada untuk paling sedikit 6 bulan. Dalam
periode ini paling tidak mencakup minimal 1 bulan dimana symptom-siptom
muncul.
Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama gejala, untuk gejala
psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang satu bulan
dan yang tidak disertai dengan suatu gangguan mood, gangguan berhubungan
dengan zat, atau suatu gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis
iv.
v.
vi.
perasaan
Tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis
Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive. Bila ada riwayat Autistic
Disoreder atau PDD lainnya, diagnosis tambahan skizofren hanya dibuat bila ada
halusinasi atau delusi yang menonjol selama paling tidak 1 bulan.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat prevalensi seumur hidup untuk skizofrenia berkisar 1 %, ini
berarti 1 dalam 100 orang akan mengalami skizofrenia dalam hidupnya. Menurut
studi The Epidemiological Catchment Area yang disponsori oleh National Institute of
Mental Health prevalensi seumur hidup skizofrenia berkisar antara 0,6-1,9%. Menurut
Gejala Negative
1. Alam perasaan tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat
terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2. Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak dengan
3.
4.
5.
6.
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti
keyakinan- keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak
wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat
meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek
datar.
Penatalaksanaan
Non-farmakologis
Terapi psikososial
Dengan terapi psikososial dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga atau
masyarakat, pasien diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak
kegiatan dan kesibukan dan banyak bergaul.
Terapi electrokonvulsif
Terapi
Elektrokonvulsif
juga
dikenal
sebagai
terapi
electroshock
pada
penatalaksanaan terapi biologis. Tetapi terapi ini telah menjadi pokok perdebatan dan
keprihatinan masyarakat karena beberapa alasan.
Farmakologis
Obat-obat antipsikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai trankuiliser
mayor. Obat antipsikotik pada umumnya membuat tenang dengan mengganggu
kesadaran dan tanpa menyebabkan eksitasi paradoksikal. Mekanisme Kerja
Antipsikotik menghambat (agak) kuat reseptor dopamine (D2) di sistem limbis otak
dan di samping itu juga menghambat reseptor D1/D2 ,1 (dan 2) adrenerg, serotonin,
muskarin dan histamin.
Golongan obat antipsikotik ada 2 macam yaitu:
trifluperezine.
Golongan antipsikotik atipikal : aripiprazole, clozapin, olanzapine, quetiapine,
ini dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilitas), kemudian diturunkan setiap dua
minggu, sampai mencapai dosis pemeliharaan. dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun
(diselingi masa bebas obat 1-2 hari/minggu). Kemudian tapering off, dosis diturunkan
tiap 2-4 minggu dan dihentikan.
Efek samping penggunaan antipsikotik:
1. Gejala ekstrapiramidal (GEP) dapat berbentuk antara lain:
Parkinsonisme yakni hipokinesia, kadang-kadang tremor tangan dan
(gejala ekstrapiramidal).
2. Sedasi
3. Efek antikolinergis yang bercirikan mulut kering, penglihatan buram,
obstipasi, retensi kemih, terutama pada lansia.
4. Gejala penarikan, bila penggunaannya dihentikan mendadak dapat terjadi sakit
kepala, sukar tidur, mual, muntah, anorexia dan rasa takut (Tjay dan Rahardja,
2007).
Gangguan Suasana Alam Perasaan (mood)
Untuk memasukan ke dalam blok ini, blok F0, F1, dan F2 harus disingkirkan. Gejala
dasarnya berupa gangguan suasana perasaan/mood (depresi atau manik) yang
umumnya bersifat episodik. Kadang-kadang ditemukan juga gejala psikotik, tetapi
jangka waktunya lebih pendek daripada episode gangguan mood yang mendasarinya.
Gangguan mood merupakan suatu kondisi dimana emosi yang muncul telah terdistorsi
sehingga terlihat tidak sesuai dengan situasi dan kondisi sekitarnya. Mood yang
menurun / tertekan disebut depresi, mood yang meningkat / ekspansif disebut mania
(manik).1
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung
dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan
kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan,
penyimpangan seksual. Depresi adalah sutu gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
untuk
menghindari kekambuhan
o Penderita diajarkan untuk rileks, tidak menggunakan alkohol
ataupun obat-obatan lain tanpa sepengetahuan dokter
o Konsultasi ke fasilitas psikiatri bila timbul gejala- gejala bipolar
termasuk kemungkinan melakukan tindak kekerasan dan bunuh
diri. Pengobatan dini dapat membantu mencegah kekambuhan dan
Duloxetin, Venlafazine
Monoamine Oksidase Inhibitors (MAOI), contoh Moclobemide
Tricycle Antidepresan, contoh Amitriptilin, Imipramin
b) Electro Convulsive terapi
Untuk Gangguan Depresi berat dengan ciri psikotik
Gangguan Depresi dengan ancaman bunuh diri
c) Rawat Inap
pada kasus episode berat, dengan kemungkinan tindakan yang mengacam
nyawa (resiko bunuh diri, asupan makanan buruk)
d) Konseling, Psikoterapi dan Rehabilitasi
Kesimpulan
Pasien ini diduga mengalami gangguan mental yang mengarah ke psikosis.
Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi. Namun untuk lebih menegakan diagnosis
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang terutama pemeriksaan urin atas indikasi
penggunaan obat-obatan terlarang. Selain itu pada pemeriksaan fisik juga dapat dicari
bukti-bukti seperti bekas punksi vena, untuk mendiagnosis gangguan mental tersebut
akibat penggunaan zat psikoaktif atau bukan.
Daftar Pustaka
1. Sadock, Benjamin J. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2010.
2. Bresler, Michael Jay. Manual kedokteran darurat. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2006.
3. Puri, Basant K. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2011.
4. Sean OH. Kedokteran emergensi: vadamecum. Jakarta: EGC; 2012.
5. Mangindaaan L. Buku Ajar Psikiatri: Diagnosis Psikiatrik. Jakarta: Penerbit
FKUI; 2010.
6. Tomb DA. Buku Saku Psikiatri: Klasifikasi Psikiatrik. Gangguan Psikososial.
6thed. Jakarta: EGC; 2010.