Anda di halaman 1dari 31

2.

1 Entropion
Definisi
Entropion adalah suatu keadaan terlipatnya margo palpebra kearah dalam. Terkadang
hal ini menyebabkan 'trichiasis' dimana bulu mata yang biasanya mengarah keluar kini
mengiritasipermukaan mata. Hal ini dapat menyebabkan beberapa masalah. Entropion
dapat terjadi satu atau pada kedua mata yang diklasifasikan menjadi 4 yaitu, kongenital,
involusi, spastik akut dan sikatrik.2, 4
Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion khususnya
entropion involusional palingsering ditemukan. Entropion involusional terjadi pada
orangtua dan biasanya ditemukan pada palpebra inferior sedangkan entropion sikatrik
lebih sering pada palpebra superior dan paling sering didahului oleh trakhoma.2,5

Gambar 2. Entropion 5

Klasifikasi
Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :
- Involusi
Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring dengan
meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan elastik
kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering ditemukan pada kelopak mata
bawah dan merupakan akibat kelemahan struktur horizontal kelopak mata, penipisan
dan disinsersi otot-otot rektraksi kelopak mata, tumpang tindih muskulus orbikularis
preseptal.2,5,6
Gambar 3. Entropion involusi kelopak mata bawah.2

Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi. Penelitian Jorge GC et
al disimpulkan bahwa karakteristik anatomi yang khas kelopak mata atas pada
populasi. Kelemahan horizontal dari kelopak mata dapat diketahui dengan kekuatan
kelopak mata yang lemah dan menurunnya kemampuan menarik kelopak mata lebih
dari 6 mm. Asia merupakan predisposisi entropion involusi kelopak mata atas.7
- Sikatrik
Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan parut di
konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu memendeknya lamella posterior
akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling sering ditemukan pada penyakit-penyakit
radang kronik seperti trakoma. Berbagai kondisi lain yang dapat menyebabkan
terjadinya entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik pemfigoid dan
sindrom steven johnson), inflamasi, infeksi (herpes zooster, trakoma), tindakan bedah
(enukleasi, koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan trauma kimia). Penggunaan
obat glaukoma dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan konjungtivitis
kronis yang menyebabkan pemendekan konjungtiva secara vertikal sehingga terjadi
entropion sikatrik sekunder. Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak mata atas atau
bawah.2,8

Gambar 4. Entropion sikatrik kelopak mata bawah.2


- Kongenital
Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan. Entropion
kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasm. Dapat terjadi
trauma pada kornea yang menyebabkan terbentuknya ulkus pada bayi. Pada entropion
kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea, sementara pada epiblefaron
kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus 6,9. Entropion
kongenital sering sering juga terdapat kelainan pada system kardiovaskular,
musculoskeletal, dan system saraf pusat. Entropion kongenital berbeda dengan
entropion didapat. Entropion didapat terjadi pada usia remaja dan diturunkan secara
autosomal dominan 10.

Gambar 5. Entropion kongenital kelopak mata bawah.2

- Entropion Spastik Akut


Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi okuli dimana
terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot orbikularis. Keadaan ini
juga paling sering terjadi setelah operasi intraokuler pada pasien dengan kelopak mata
preoperatif tidak menyadari atau memiliki kelopak mata yang sedikit menekuk ke
arah bola mata. Kontraksi otot orbikularis kelopak mata yang tertahan menyebabkan
rotasi ke dalam tepi kelopak mata. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya iritasi
dari yang telah ada sebelumnya. Taping pada kelopak mata, kauterisasi atau teknik
penjahitan dapat digunakan sementara tetapi karena perubahan itu biasanya menetap
sebainya dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan entropion secara
permanen. Namun pada beberapa kasus dapat digunakan toksin botullinum tipe A
(Botox) untuk memberikan efek paralisis pada otot orbikularis septal di sekitarnya.5
Patofisiologi
Perjalanan entropion involusional seiring dengan bertambahnya usia. Oleh
karena itu, entropion ini paling sering terjadi pada orang lanjut usia. Seiring dengan
meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan elastik
kelopak mata bawah.3
Faktor resiko yang mendukung terjadinya entropion involusional adalah : 2,4
o Kelemahan horizontal dari kelopak mata menyebabkan menekuknya tepi
tarsus inferior
o Kelemahan dari fasia capsulopalpebral (otot-otot retraktor palpebra)
o Degenerasi dari jaringan konektif palpebra yang memisahkan serat otot
orbikularis, dimana keadaan tersebut memungkinkan migrasi otot orbikularis
praseptal ke atas
Kelemahan struktur horizontal dapat dinilai dengan uji distraksi. kelemahan tersebut
adalah hasil dari peregangan involusi kelopak mata dan tendon kantus Biasanya,
retraktor kelopak mata bawah mempertahankan margin kelopak mata bawah.
Bagaimanapun penipisan dari otot- otot retraktor kelopak mata (capsulopalpebral
fascia and inferior tarsal muscle), bersamaan dengan tumpang tindihnya orbikularis
preseptal, membiarkan tepi inferior tarsal maju kedapan dan keatas, dan tepi kelopak
mata melipat kedalam. Beberapa tanda-tanda klinis terjadinya disinsersi pada retraktor
palpebra adalah 2
o garis putih subconjunctival beberapa milimeter di bawah batas tarsal inferior
yang disebabkan oleh bagian ujung retraktor yang terpisah.
o fornix inferior yang lebih dalam dari normal
o Kelopak mata bagian bawah lebih tinggi dari biasanya
o Sedikit atau tidak adanya gerakan inferior dari kelopak mata bagian bawah
Entropion sikatrik disebabkan oleh kontraktur tarsokonjungtiva vertikal dan
rotasi internal margin kelopak mata, dengan iritasi pada bola mata dari silia atau
kelopak mata yang terkeratinisasi. Riwayat penyakit pada mata pasien dapat
membedakan entropion sikatrik dan entropion involusi.
Entropion kongenital terjadi akibat disgenesis retensi kelopak mata bagian
bawah, cacat struktural pada plat tarsal, dan pemendekan relatif lamella
posterior.Tarsal kink adalah bentuk entropion bawaan yang tidak biasa dimana pelat
tarsal kelopak mata atas dilipat, sehingga terjadi entropion.
Entropion spastik akut biasanya terjadi setelah bedah intraokuler pada pasien
yang tidak memiliki gejala atau gejala ringan dari entropion involusi. Kontraksi otot
orbicularis oculi yang terus berlanjut menyebabkan rotasi ke dalam kelopak mata.
Meningkatnya frekuensi orbicularis spasme yang disebabkan oleh iritasi kornea.
Gejala Klinis
Rambut yang mengiritasi mata dan menyebabkannya produksi air mata yang
berlebih sehingga mata sangat lembab. Rambut dapat mengikis kornea, menyebabkan
ulkus kornea. Ulkus kornea ini sulit untuk sembuh karena rambut yang terus
menggosok. Ulkus menyebabkan pembuluh darah untuk tumbuh di kornea normal
jelas, dan ini dapat menyebabkan jaringan parut, yang mengganggu penglihatan. 4
Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman seperti adanya sensasi
benda asing, mata berair, mata merah, gatal, mata kabur dan fotofobia 7. Entropion
kronis dapat menyebabkan sensitifitas terhadap cahaya dan angin, dapat menyebabkan
infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea 11.
Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa :12
1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.
2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.
3. Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).
4. Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).
5. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital entropion).
Diagnosis
Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air mata yang
terus mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata dan mata merah yang
persisten. Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat mengidentifikasi
lipatan pinggir kelopak mata, kelemahan kelopak yang horizontal, melingkarnya
perseptal orbikularis, enophtalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, dan entropion yang
memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat menjadi ulkus dan formasi
panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin terdapat keratinisasi pada tepi
kelopak mata dan simblefaron.5
Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi test snapback yaitu dengan cara
menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah kelopak mata
dapat kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini tidak menimbulkan rasa sakit.
Gambar 6. Menilai kelemahan otot kelopak mata bawah 13

Dari tes ini dapat dilihat kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal.
Pada pinggir kelopak mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus
setelah entropion terbentuk. Forniks inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak
mata mungkin dapat mudah dikeluarkan. Tanda klinis lainnya meliputi gambaran
garis putih dalam ukuran milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari
retraktor kelopak mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari
kelopak bawah saat melihat ke bawah. Pindahnya bagian superior dari orbikularis
superior dapat dideteksi dengan melakukan observasi yaitu menutup mata yang
memerah setelah terlipat entropion kembali normal (tes kelengkungan orbikularis).2,5
Diagnosis Banding10
1. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).
Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit
kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.
2. Distikiasis
Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat keluarnya saluran
Meibom.
3. Trikiasis
Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul reaksi
radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut
4. Dermatokalasis
Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan gambaran yang
longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan arah bulu
mata pada kelopak atas menyerupai entropion
5. Epiblefaron
Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan ketegangan
otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak menyebabkan bulu mata
masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal selalu asimptomatik dan
berkaitan dengan pertambahan umur.
Tatalaksana
Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi sehingga
menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama untuk involusi
atau spastik entropion. Pencukuran bulu mata bisa dilakukan di tempat lokasi
trichiasis. Terapi kontak lensa (hidrogel, hidrogel silikon, yang memiliki diameter
lebih besar dari kornea atau sklera) untuk melindungi kornea.10
Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan
tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak
mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat
pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan
menempelkannya dengan ‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan
inferior4. Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan
lebih efisien pada entropion involusi 2,5
Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang
mendasari.Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari berikut muncul
persisten: iritasi okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata,
superfisial keratopathy, risiko ulserasi dan keratitis mikroba.10
Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan3
1. Entropion kongenital.
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia
kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion
involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak
yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada
bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik.
2. Entropion akut spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin
botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang
walaupun efeknya menghilang.
3. Entropion involusional.
a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra9
Metode perbaikan entropion ini berdasarkan jenis dan tingkatan masalah.
Salah satu perbaikan fasia kapsulopalpebra dapat menggunakan teknik
inferior refraktorplication. Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsiliar
dibuat 2 mm di bawah luka dari bawah punctum menuju cabang cantal.
Penutup kulit yang kecil disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan otot
orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan
dibuka, sehingga tepi fasia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan
adanya bantalan inferior orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan
kelopak mata bawah terhadap levator, dapat ditutup dengan empat jahitan
sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah ke
samping menunjukkan kelemahan kelopk mata bawah dan potongan tersebut
sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0
digunakan untuk menyambung kembali fasia kapsulopalpebra bawah dengan
perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak harus selalu dikoreksi dan banyaknya
jumlah fasia kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow
up pasien. Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi
fasia kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk
mencegahnya otot orbikularis.

Gambar 7. Operasi dengan perbaikan faisa kapsulopalpebra dengan teknik


inferior refraktorplication
Gambar 8. Koreksi entropion involusional dengan teknik Horizontal
Shortening-Modified Brick.

b. Jahitan quickert.10
Jika pasien yang menderita involusional entropion dan tidak mampu maka
teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan. Kelemahannya tingkat
kekambuhan dengan teknik ini sangatlah tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-
0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak
mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan
inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan
untuk koreksi. Berikut gambar jahitan dengan metode 3 jahitan.
Gambar 9. Teknik 3 jahitan pada lateral, tengah dan medial kelopak mata.

4. Entropion sikatrik.3
Prosedur Weis. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal
(prosedur Weis) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau bawah.
Anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4 mm dari
kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal yang berada 2-4 mm
dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan
detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau
Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral
melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke
atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di
atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dkoreksi untuk pastinya.
Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup
harus diangkat 10-14 hari.

Gambar 10. Prosedur Weiss.

Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan


gagal, lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu cangkokan
mungkin ditempatkan antara konjungtiva/retraktor kelopak bawah dan
perbatasan inferior tarsal. Berbagai material cangkok yang tersedia meliputi
tulang rawan telinga, langit-langit keras, dan selaput lendir. Terbentuknya
jaringan parut, dan defek produksi lamellar posterior, bahan cangkok
diletakkan dengan jahitan yang bisa diserap dan kelopak akan dapat
disembuhkan dengan jahitan yang direnggangkan. Lamellar posterior tersebut
menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat menarik kembali saat melihat ke
bawah.

Gambar 11. Posterior lamella grafting.


2.2 EKTROPION

Definisi

Ektropion merupakan kelainan posisi palpebra dimana tepi palpebra mengarah keluar
sehingga bagian dalam palpebra atau konjungtiva tarsalis berhubungan langsung dengan
dunia luar. Ektropion biasanya mengenai palpebra inferior dan mengakibatkan
kendurnya palpebra inferior.2

Epidemiologi

Prevalensi ektropion diantara usia lanjut adalah sebesar tiga persen. 3 Secara statistik
didapatkan bahwa prevalensi ektropion involusional pada pria lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita.4,5 Damasceno dkk di Brazil pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa
pevalensi tersebut didapatkan lebih sering pada pria (5,1%) dibandingkan dengan wanita
(1,5%).5 Para ahli berhipotesa bahwa penyebab perbedaan prevalensi ini adalah karena
secara umum pria mempunyai tarsus yang lebih lebar dan atrofi lebih kecil dibandingkan
dengan wanita. Hal yang berkebalikan terjadi pada entropion involusional dimana wanita
memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria.5

Carter dkk meneliti tentang prevalensi ektropion involusional antara ras Asia
dibandingkan dengan non Asia di San Francisco. Hasil yang didapatkan adalah
prevalensi diantara ras Asia secara signifikan lebih rendah (1,5%) dibandingkan dengan
non Asia (6,2%). Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan posisi lemak orbita
pada anatomi palpebra inferior diantara keduanya. Pada ras Asia, lemak orbita
mengalami protrusi ke anterior terhadap rima orbita, kemudian meluas ke arah superior
hingga batas inferior dari tarsus. Sedangkan pada ras kulit putih non Asia, posisi lemak
orbita tidak melebihi rima orbita dan hanya meluas ke superior hingga insersi fascia
kapsulopalpebra didalam septum orbita, yakni sekitar 5mm dibawah tepi inferior tarsus.
Lemak orbita yang meluas kearah anterior dan superior ini dapat berfungsi sebagai
penyokong lamella anterior palpebra dan mencegah terjadinya ektropion involusional.6

Klasifikasi

1. Ektropion kongenital
Ektropion kongenital sangat jarang kejadiannya dan biasanya melibatkan palpebra
inferior. Penyebab yang sering adalah insufisiensi dari lamela anterior. Ektropion
kongenital mungkin terkait dengan sindrom blepharophimosis, microphthalmos,
buphthalmos, kista orbital, Sindrom Down, dan ichthyosis (bayi collodion). Kadang
kasus ektropion kongenital didasari oleh karena kelumpuhan.7

2. Ektropion didapat

Ektropion involusional

Ektropion involusional adalah malposisi kelopak mata berupa berputarnya


margo palpebra menjauhi bola mata. Faktor utama adalah kelemahan margo palpebra
horisontal, biasanya karena kelemahan yang berkaitan dengan usia (kebanyakan
pasien lansia) dari ligamen kantus dan orbicularis pretarsal. Pasien dengan lempeng
tarsal yang lebih besar dari ukuran normal sesuai usianya biasanya memiliki ektropion
involusional, hal ini secara mekanis dapat menyebabkan penurunan tonus otot
orbicularis, hal ini juga berhubungan dengan lemahnya tonus ligamen kantus.8

Ektropion involusional bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu karena bola mata
yang terdorong ke belakang akibat pemanjangan lamelar posterior (lempeng tarsal).
Tanda-tanda dari kelainan ini adalah adanya sulkus supra orbital yang dalam dan
kantung mata palpebra inferior, ptosis ringan karena mundurnya ukuran bola mata.

Gambar 4. Ektropion involusional akibat penuaan


Sumber : http://www.medflux.com/gallery/details

Untuk mengoreksi ektropion involusional, posisi palpebra dan bola mata harus
diperhatikan. Karena sulitnya mengembalikan posisi bola mata ke depan dengan
membuat jaringan-jaringan rongga orbital kembli seperti normal, satu-satunya cara
yang dipakai adalah memendekkan palpebra itu sendiri. Bagian palpebra yang
dilakukan pemendekan dapat dilakukan di beberapa tempat seperti nasal, medial, atau
bagian temporal.8,9

Salah satu teknik untuk mengoreksi ektropion involusional adalah dengan


teknik Kuhnt-Szymanowsky. Langkah pertama, pisahkan lamela anterior (kulit &
muskulus orbikularis okuli) dengan lamela posterior dengan menggunakan bantuan
garis abu-abu (gray line). Lalu, dulakukan pemendekan tarsus dengan memotong
kelebihan lamela posterior (kulit & muskulus orbikularis) ke lateral dimana jaringan
parutnya jarang terlihat. Kemudian menjahit atau menempelkan tarsus ke kulit yang
utuh tersebut. 9

Prosedur ini sering diikuti dengan timbulnya trikiasis, yang disebabkan oleh
jaringan parut akibat arah pertumbuhan yang salah dari bulu mata. Juga, penataan
ulang tarsus membutuhkan kemampuan yang cukup karena angka kegagalan teknik
ini cukup tinggi.

Gambar 5.
Prosedur Kuhnt-Szymanowsky. Lamella posterior dibelah pada bagian medial; lamella
anterior dibelah pada bagian temporal.
Sumber : Ophtalmic Surgery Second Edition.

Teknik yang lebih rumit dan spesifik dari bedah ektropion adalah teknik
reanastomosis atau persambungan kembali, yang dipopulerkan oleh Smith. Teknik ini
dahulu direkomendasikan untuk menutup luka pada palpebra setelah operasi
pengangkatan tumor palpebra. Operaasi tumor palpebra dilakukan untuk mengurangi
jaringan parut vertikal yang bersifat kontraktur yang diakbatkan oleh luka pada daerah
margo palpebra. Memotong ujung luka mengurangi pemisahan luka dan menurunkan
kontraksi luka. Smith menunjukkan bahwa hasil yang sama juga dapat diterapkan
dengan sangat teliti pada penempelan palpebra. Teknik ini dimulai dengan insisi
margo palpebra secara vertikal, kemudian kelebihan jaringan palpebra ditentukan dan
dibuang. Setelah itu tahap terakhir adalah penyatuan kembali palpebra inferior yang
diinsisi tersebut. Jika prosedur ini dilakukan dengan benar, hasilnya akan sangat
bagus sekali tanpa meninggalkan defek pada margo palpebra. Di lain pihak, jika
dilakukan tanpa hati-hati, dapat meninggalkan cacat secara kosmetik dan dapat

menimbulkan iritasi dan epifora. Jika terdapat eversi kelopak disertai dengan eversi
pungtum, perlu juga dilakukan reseksi lamella posterior untuk menarik pungtum
mendekati bola mata. Teknik ini merupakan modifikasi dari prosedur Smith yang
disebut “Lazy T” operation.8

Gambar 6. Prosedur Smith


Sumber : http://www.oculist.net/

Gambar 7. Prosedur “Lazy T”


Sumber : http://www.oculist.net/
Pada tahun 1966, Bick mempublikasikan artikel yang berisi tentang modifikasi
dari teknik reseksi palpebra lateral. Teknik ini pertama kali dipublikasikan oleh Von
Ammon di Jerman pada pertengahan abad ke 19. Modifikasi Bick memakai teknik
dan peralatan bedah yang lebih modern dalam prosedure ini. Ia menyarankan untuk
menginsisi kantus lateral, melebarkan bagian lateral dari palpebra dan menempelkan
kembali palpebra inferior ke tendon kantus atau periosteum.8

2). Ektropion paralitik

Ektropion paralitik terjadi karena kelumpuhan saraf ketujuh dari penyebab


yang beragam, seperti Bell’s palsy, tumor sudut cerebellopontine, herpes zoster
oticus, dan infiltrasi atau tumor dari kelenjar parotis. Pasien dengan kelumpuhan
nervus tujuh membutuhkan pengamatan yang teliti untuk kemungkinan terjadinya
ulkus kornea. Jika obat-obatan tetes dan salep tidak dapat memberikan proteksi yang
adekuat, tarsorafi lateral dapat dilakukan. Jika terdapat hipoestesia kornea yang terjadi
secara bersamaan, tarsorafi nasal dapat dilakukan. Tarsorafi adalah operasi pada
palpebra yang bertujuan untuk menyatukan atau menempelkan palpebra superior dan
inferior. Perlekatan ini dihasilkan dengan menusuk margo palpebra inferior dan
menyambungkannya dengan palpebra superior dengan bantuan klem kalazion dan
menyambungkan kedua margo palpebra dengan benang. Jika kedua palpebra telah
menyatu, klem dilepaskan.8,9

Ektropion paralisis yang berlangsung lama menyebabkan masalah kosmetik


yang serius. Berat wajah bagian bawah palpebra akan menyebabkan perpanjangan
wajah ke bawah yang aneh sekali. Berbagai percobaan telah dilakukan untuk
memperbaiki fungsi dari kelopak mata pasien ini dengan tarsorafi lateral permanen,
transplantasi saraf, dan penganangkatan atau penggendongan wajah, termasuk
menempelkan fascia temporal pada otot untuk mengangkat wajah. Tapi,
pengangkatan wajah ini sering tidak berhasil dan gagal. Pengangkatan fascia temporal
tidak memberikan pergerakan sehingga wajah menjadi kaku dan transplantasi saraf
juga sering gagal karena. Karet silikon pengangkat terkadang dapat diharapkan untuk
beberapa waktu, namun setelah karet penyangga tersebut berkurang keelastisitasannya
prosedur ini tidak lagi dilakukan sekarang.

Gambar 8. Ektropion paralitik dengan Bell’s palsy


Sumber : http://medflux.com/gallery/data/media/5/paralytic

Gambar 9. Tarsorafi nasal


Sumber : http://www.oculist.net

Gambar 10. Tarsorafi lateral


Sumber : http://www.oculist.net/

Operasi yang mudah dan bekerja dengan baik adalah kombinasi dari
pemendekan palpebra lateral dengan tarsorafi lateral permanen. Prosedurnya dimulai
dengan reseksi palpebra lateral milik Bick. Setelah membuang kelopak yang berlebih,
bagian lateral dari palpebra inferior dibagi menjadi dua bagian. Tarsus digunakan
sebagai penutup dan prosedur diakhiri dengan penjahitan. Jahitan dibuka setelah
sepuluh hari kemudian. Prosedur ini meningkatkan penampilan dan kenyamanan
pasien.8

3). Ektropion sikatrikal

Ektropion sikatrik terjadi dari jaringan parut dari lamela anterior yang
disebabkan oleh kondisi seperti luka bakar wajah, trauma, dermatitis kronis, eksisi
kulit yang berlebihan (atau laser) dengan blepharoplasty, perbaikan fraktur orbital
dengan pendekatan transkutan. Agen antineoplastik (misalnya, docetaxel) dan
inhibitor reseptor faktor pertumbuhan epidermis (misalnya, erlotinib, cetuximab) telah
dilaporkan menyebabkan ektropion sikatrikal. Ektropion sikatrikal berlawanan dengan
ektropion involusional. Diagnosis didasarkan pada riwayat, observasi yang teliti dari
kulit dan tanda-tanda penyakit kulit yang pernah dialami sebelumnya, peradangan
atau trauma termasuk operasi dan radiasi. Pemeriksaan yang paling penting adalah
dengan melakukan manuver membuka mulut pasien lebar-lebar dan melihat
timbulnya ektropion yang terdapat pada palpebra pasien.8

Gambar 11. Ektropion sikatriks dengan jaringan parut pada bagian inferior dari margo
palpebra mata kanan
Sumber : http://www.facultyofmedicine1.com

Penanganan pada ektropion sikatrikal adalah dengan menginsisi dan


membuang jaringan sikatriks pada palpebra dan menggantinya dengan transplantasi
dari kulit bagian palpebra superior atau dari bagian belakang telinga. Kulit yang
digunakan sebagai transpalan harus diambil dari kulit yang tidak berambut. Koreksi
yang maksimal harus diperhatikan untuk mengkompensasi terjadinya penyusutan dari
kulit transplan tersebut. Jika kelainan pada palpebra inferior tersebut cukup dalam dan
jika palpebra superior normal, satu atau dua penutup dari palpebra superior dapat
digunakan sebagai transplan.8

Pada kasus ektropion yang lama, peregangan horizontal pada palpebra dapat
terjadi yang mengharuskan dilakukannya prosedur tambahan yaitu berupa
pemendekan palpebra dengan cara reseksi palpebra bagian lateral atau palpebra
bagian sentral.8

Gambra 12. Transplantasi kulit pada ektropion sikatrikal


Sumber : http://www.oculist.net/

Patogenesis

Perubahan involusional pada palpebra inferior melibatkan beberapa


mekanisme yang penuaan, efek gravitasi, serta enoftalmus akibat atrofi dan atau
prolaps lemak orbita berkaitan dengan faktor usia. Palpebra inferior menjadi flacid
akibat relaksasi berlebihan dari jaringan, serta atonik akibat denervasi muskulus
orbikularis.10

Berbagai hipotesa telah dikemukakan sebagai dasar patogenesis terjadinya


ektropion involusional. Tiga faktor utama yang terlibat di dalamnya yakni
kekenduran horizontal palpebra inferior, terutama pada tendon kantus lateral,
kekenduran tendon kantus medial, dan yang ketiga adalah disinsersi dari retraktor
palpebra inferior. Kekenduran dapat disebabkan oleh perubahan involusional atau
proptosis kronik (axial ocular globe projection).8,10 Ketidakseimbangan ukuran antara
isi orbita dengan palpebra juga berperan dalam timbulnya kekenduran. Terjadi
penurunan isi orbita dikarenakan oleh atrofi lemak orbita dan melemahnya ligamen –
ligament inferior orbita sebagai penyokong.  Kekenduran tendon kantus medial dapat
menyebabkan eversi pungtum tanpa ektropion seluruh palpebra inferior yang terlihat
nyata. Disinsersi retraktor palpebra inferior mungkin kurang penting pada ektropion
dibandingkan dengan pada patogenesis entropion, akan tetapi bila disinsersi ini
didapatkan, maka dapat terjadi ektropion involusional subtipe tarsal. Faktor – faktor
tersebut saling berkorelasi satu sama lain, menyebabkan pemanjangan horizontal
palpebra inferior, dan terjadi eversi palpebra.8,10

Data statistik menunjukkan bahwa pasien – pasien ektropion involusional


mempunyai tarsus yang lebih besar dari ukuran normal sesuai dengan usianya.
Diperkirakan bahwa hal ini disebabkan karena pasien ektropion involusional
mengalami proses atrofi akibat penuaan pada tarsus yang lebih lambat. Meskipun
demikian, kekenduran kantus bersamaan dengan penurunan tonus muskulus
orbikularis preseptal dan pretarsal tetap dapat menimbulkan vektor mekanik atau gaya
gravitasi yang cukup besar untuk menarik tarsus yang lebar ini sehingga terjadi eversi
kelopak mata. Temuan tersebut membuat para ahli berpendapat bahwa tarsus yang
lebar merupakan faktor etiologi utama yang berperan dalam patogenesis ektropion
involusional, dan bukan merupakan akibat sekunder dari tertariknya tarsus akibat
kekenduran tendon.8,10

Penegakkan Diagnosis

Anamnesis

Pasien dengan ektropion involusional memiliki onset eversi kelopak mata


bawah secara gradual dengan progresivitas lambat, yang terjadi dalam beberapa
tahun.11 Adanya eversi pungtum akan menyebabkan keluhan epifora. Meskipun
demikian, pasien dengan ektropion involusional dapat tidak mengalami epifora karena
pasien lanjut usia banyak memiliki gangguan dalam produksi air mata.11
Tanda Klinis

Pasien dengan ektropion ditandai dengan terlihatnya kekenduran pada kelopak mata
bawah, dengan seluruh atau sebagian kelopak mengalami eversi menjauhi kelopak
mata. Dilakukan observasi lokasi ektropion tersebut berada pada sisi medial, lateral
ataupun seluruh kelopak mata bawah. Ektropion involusional juga dapat disertai
dengan kelainan involusional lain pada palpebra seperti dermatokalasis. Konjungtiva
yang terekspose tampak hiperemis dan pada keadaan kronik dapat mengalami
inflamasi dengan hipertrofi dan mengalami keratinisasi. Epiteliopati kornea inferior
juga dapat dijumpai.11

Gambar 13. Gambaran klinis ektropion berdasarkan gambaran palpebra. A.  Ektropion


medial. B. Ektropion generalisata dengan retraksi kelopak mata. C. Ektropion tarsal, dengan
perbalikan total dari tarsus. D. Ektropion sikatrik yang berkembang dari eksplorasi dasar
orbita.
Sumber : http://www.oculist.net/
 
Kantus lateral palpebra normal berada pada posisi 10-15˚ lebih superior daripada
kantus medial. Seiring dengan pertambahan usia, posisi kantus lateral akan menurun
mengalami rotasi berlawanan arah dengan jarum jam, dan kemudian didapatkan posisi
kantus lateral lebih di bawah kantus medial karena adanya kekenduran.11

Pemeriksaan Penunjang

Sebelum dilakukan tatalaksana pembedahan, perlu dilakukan evaluasi pre operatif


untuk mengetahui berat ringannya ektropion beserta komplikasi sekunder yang terjadi
akibat kondisi ektropion yang berkepanjangan. 11 Beberapa pemeriksaan yang penting
untuk dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Evaluasi sistem ekskretorik lakrimal


Yang pertama kali dilakukan adalah evaluasi posisi pungtum lakrimal. Letak
pungtum lakrimal inferior adalah lateral terhadap karunkula pada keadaan
istirahat, dan tepat dibawan pungtum superior. Pada palpebra normal, pungtum
tersebut terletak di sisi posterior menghadap bola mata dan tidak terlihat tanpa
menarik palpebra inferior ke bawah. Posisi pungtum yang mulai menjauhi bola
mata merupakan tanda awal terjadinya ektropion. 11 Ektropion involusional yang
melibatkan pungtum, dapat mengalami obliterasi pungtum karena keratinisasi
akibat eksposure kronik konjungtiva. Oleh karena itu evaluasi pungtum dan
kanalikuli inferior perlu dilakukan sebelum pembedahan.11
2. Evaluasi kelemahan
Pinch test digunakan untuk mengevaluasi kelemahan palpebra inferior. Bila
kelopak mata bawah dapat ditarik menjauhi bola mata sejauh lebih dari 6mm,
maka dikatakan bahwa mulai terjadi horizontal kelemahan.8 kelemahan
dikategorikan signifikan bila kelopak dapat ditarik sejauh lebih dari 10mm. Dapat
juga dilakukan pemeriksaan snap back test, yakni kelopak mata bawah ditarik ke
bawah menjauhi bola mata, kemudian dilepaskan seketika hingga kembali ke
posisi semula. Bila didapatkan kelemahan, maka kelopak mata akan kembali ke
posisinya dengan lambat dan membutuhkan bantuan kedipan kelopak mata untuk
dapat kembali.11

Gambar 14. Pemeriksaan snap back test untuk mengetahui horizontal kekenduran.
Sumber : http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/plastic_surgery/
 
Evaluasi selanjutnya adalah kekenduran tendon kantus medial, yang
dinamakan lateral distraction test. Bila kelopak mata bawah ditarik ke lateral dan
terlihat bahwa pungtum lakrimal mengalami pergeseran ke lateral, berarti bahwa
terjadi kekenduran pada tendon kantus medial.8 Pada keadaan normal, pungtum
terletak lateral karankula, dan pergeseran akibat traksi lateral tersebut tidak
melebihi 1-2 mm. Jarang didapatkan kekenduran tendon kantus medial tanpa
mendapatkan kekenduran horizontal. Pentingnya evaluasi hal ini adalah untuk
melakukan penguatan tendon kantus medial dengan plikasi sebelum melakukan
koreksi palpebra inferior secara horisontal supaya pungtum tidak mengalami
pergeseran permanen.7-10
Riwayat epifora yang banyak terjadi dari kelopak mata sisi lateral
menunjukkan adanya kecurigaan terhadap kekenduran tendon kantus lateral.
Pemeriksaan kekenduran kantus lateral dilakukan terlebih dahulu dalam keadaan
palpebra istirahat. Dilakukan evaluasi karena dalam keadaan normal, kontur
kantus lateral tersebut masih berbentuk angular dan terdapat dalam jarak 1-2mm
dari rima orbita lateral. Bila palpebra inferior ditarik secara horizontal dan sudut
kantus lateral membundar, maka terdapat kekenduran tendon kantus lateral.
Selanjutnya diukur jarak antara sudut kantus lateral, yang tidak boleh bergeser
lebih dari 1-2mm.11

Tatalaksana

Koreksi ektropion dapat dicapai melalui pembedahan. Sebelum dilakukan


pembedahan, pasien dapat diberikan tetes air mata buatan untuk menghilangkan
gejala – gejala tidak nyaman pada mata.3  Prinsip pembedahan terhadap ektropion
pada dasarnya bersifat spesifik dan bergantung pada jenis kekenduran dan derajat
ektropion itu sendiri. Berdasarkan pemilihan tehnik pembedahan yang paling sesuai,
ektropion dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu:

Punctal ectropion
Ektropion awal yang hanya melibatkan pungtum dapat dikoreksi dengan tehnik
retropunctal cautery. Tahapan prosedur pembedahan ini adalah sebagai berikut:12
-          Satu hingga dua milliliter lidokain 2% dengan 1:80.000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva ke sisi medial kelopak mata bawah.
-          Dilakukan kauterisasi dengan deep burn pada konjungtiva, 3-4mm di bawah
pungtum lakrimal, Selanjutnya efek terhadap posisi pungtum diobservasi dan
jumlah serta kedalaman burning diturunkan perlahan.
-          Prosedur diakhiri dengan pemberian salep antibiotik pada mata. Sebagai terapi
post operatif, tetes mata antibiotik diberikan tiga kali sehari selama satu minggu.

Gambar 15. Retropunctaru cautery.


Sumber : Ophtalmic Surgery : Principles & Practice.

Pilihan tehnik pembedahan punctal ectropion lain selain kauterisasi adalah dengan
melakukan penjahitan transcutaneous eight pattern posterior terhadap pungtum.
Tahapan prosedur pembedahan ini yakni:12
-          Anestesi lokal dengan lidokain dan epinefrin diinjeksikan subkonjungtiva pada
kelopak mata bawah sisi medial.
-          Kelopak mata bawah dieksposure dengan traction suture atau dilakukan
penekanan dengan jari. Dilakukan eksisi konjungtiva dan jaringan subkonjungtiva
posterior terhadap pungtum dengan bentuk oval.
-          Penjahitan dengan benang 5-0 melalui kulit palpebra hingga luka. Jahitan
melalui tepi konjungtiva anterior hingga posterior, kemudian posterior hingga
anterior hingga menyerupai pola angka delapan. Jarum kemudian dilewatkan
kembali ke kelopak melalui kulit di sekitar jahitan pertama kali dibuat, dan
kemudian dibuat simpul.

Ektropion medial tanpa kekenduran horizontal


Tehnik terpilih untuk koreksi ektropion subtipe ini adalah dengan medial spindle
procedure. Pungtum umumnya didilatasi terlebih dahulu dengan dilator pada saat
yang bersamaan karena sering mengalami stenosis pada ektropion involusional
seperti ini. Perforated puncal plug maupun stent bikanalikular atau
monokanalikular juga dapat dipasang secara sementara untuk menjaga patensi
pungtum. Prosedur destruktif terhadap pungtum seperti pungtoplasti tidak
dianjurkan untuk dilakukan karena penampilan dan fungsi pungtum dapat kembali
normal setelah dilakukan reposisi pungtum.13

Gambar 16. Medial Spindle Procedure


Sumber : Tarsal ectropion. Am J Ophthalmol 93:491, 1982
Tahapan medial spindle procedure ini adalah sebagai berikut:13
-          Satu hingga dua milliliter lidokain 2% dengan 1:80.000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva ke sisi medial kelopak mata bawah.
-          Probe Bowman 00 diinsersikan pada kanalikuli inferior
-          Konjungtiva di bawah pungtum inferior diangkat dengan forceps Paufique
kemudian dilakukan eksisi diamond shaped dengan cara menggunting konjungtiva
secara horizontal kemudian lateral forceps.
-          Penjahitan menggunakan vicryl 5-0  melalui otot – otot retraktor pada dasar
eksisi konjungtiva ke arah bola mata, kemudian jarum dibalikkan melalui tepi
superior eksisi pada sisi apek lain dari eksisi diamond. Jarum dibalikkan kembali
melalui sisi inferior pada sisi apeks yang lain dan keluar menembus kulit kelopak
mata bawah pada batas antara kelopak dengan pipi.
-          Fungsi dari jahitan tersebut adalah untuk melekatkan retraktor inferior ke sisi
superior eksisi untuk menarik pungtum lakrimal ke arah posterior dan menutup
luka. Posisi pungtum yang ideal seharusnya adalah dalam posisi sedikit inverse ke
arah bola mata.
Perawatan luka postoperatif diberikan menggunakan antibiotik salap tiga kali
sehari selama dua minggu dan pasien tidak diperbolehkan untuk menarik kelopak
mata bawahnya ke inferior. Jahitan dibuka setelah dua hingga tiga minggu.13

Ektropion medial dengan kekenduran horizontal

Koreksi terbaik bagi ektropion involusional medial dengan kekenduran horizontal


adalah dengan medial spindle procedure dikombinasikan dengan medial wedge
resection kelopak mata bawah. Wedge resection bertujuan untuk mengeliminasi
konjungtiva yang telah mengalami keratinisasi. Tahapan prosedur pembedahan ini
adalah sebagai berikut:12
-          Satu hingga dua milliliter lidokain 2% dengan 1:80.000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva ke sisi medial kelopak mata bawah.
-          Medial spindle procedure dilakukan terlebih dahulu, namun jahitan tidak
disimpul terlebih dahulu hingga dilakukan wedge resection.
-          Margo palpebra dipegang dengan menggunakan Paufique forseps, kemudian
dibuat insisi vertikal melalui margo dengan kedalaman sekitar 2mm dengan blade
no.15 kemudian dilanjutkan menggunakan gunting iris hingga dasar tarsus.
-          Forceps Paufique kemudian digunakan kembali dalam meng-overlapping batas
sisi lateral dan medial untuk mengukur besar kelopak mata yang dapat di eksisi
secara aman tanpa menimbulkan tension
-          Selanjutnya dilakukan insisi vertikal kembali melalui batas kelopak yang
saling overlapping.
-          Wedge excision dilakukan dengan menggunting 45˚ inferomedial dan
inferolateral dari dasar luka yang telah dibuat sebelumnya.
-          Penjahitan dilakukan menggunakan benang vicryl 5-0 melalui tarsus dibawah
margo palpebra, dan dipastikan bahwa jahitan berada di atas konjungtiva posterior
dan sedikit di bawah kulit. Jahitan dengan vircyl 5-0 selanjutnya dibuat dalam
posisi horizontal melalui tarsus dan muskulus orbikularis okuli. Area gray line 2-
3mm dari tepi luka dikahit menggunakan benang silk 6-0 secara horisontal, dan
kulit dijahit dengan menggunakan jahitan interuptus menggunakan vicryl 7-0 atau
silk hitam 6-0.
-    Salep antibiotik dioleskan ke mata.
 
Perawatan post operatif diberikan dengan tetes mata antibiotik tiga kali sehari
selama dua minggu dan pasien tetap tidak diperkenankan menarik kelopak
matanya ke bawah. Jahitan dipertahankan hingga minimal 2 minggu.12

Gambar 17. medial spindle procedure dikombinasikan dengan medial wedge resection

Sumber : Ophtalmic Surgery : Principles & Practice.


Ektropion medial dengan kekenduran tendon kantus medial
Medial canthal plication procedure dilakukan pada ektropion medial dengan
kekenduran tendon kantus medial. Seringkali prosedur plikasi ini tidak mampu
memberikan hasil jangka panjang yang adekuat, sehingga pada kasus dengan
kekenduran yang sangat berat, alternative pembedahan dengan medial canthal
resection procedure dapat dilakukan.

Gambar 18. medial canthal placation


Sumber : Ophtalmic Surgery : Principles & Practice.

Tahapan – tahapan dalam prosedur medial canthal placation adalah sebagai berikut:
-          Satu hingga dua milliliter lidokain 2% dengan 1:80000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva pada sisi medial kelopak mata bawah
dan plika semilumaris, dan 1-2ml lidokain selanjutnya untuk blok nervus
infratroklearis.
-          Dilakukan insisi konjungtiva diantara karunkula dengan plika semilunaris,
meluas hingga akhir medial dari tarsus inferior. Selanjutnya dilakukan diseksi
secara tumpul ke bawah hingga posterior lacrimal crest. Retraktor Wright kecil
dapat digunakan untuk membantu visualisasi periosteum dari crest lakrimal.
-          Selanjutnya dibuat jahitan double armed Ethibond 5-0 melalui posterior
lacrimal crest, dan tiap jahitan dilewatkan melalui tarsus medial sebelum
kemudian dibuat simpul dan ditarik ke arah bola mata. Jahitan dengan vicryl 7-0
subkonjungtiva dibuat dan disimpul untuk memastikan bahwa jahitan sebelumnya
tidak mengalami exposed.
-          Prosedur diakhiri dengan memberikan salap antibiotik pada mata. Dan
kemudian tincture benzoin diaplikasikan pada kulit pipi dan dahi, dan dilakukan
dressing dengan penekanan ringan, yang tidak dibuka hingga 4-5 hari. Jahitan
pada prosedur ini tidak perlu diangkat di kemudian hari.
 
Tahapan – tahapan medial canthal resection procedure yakni sebagai berikut:12
-          Satu hingga dua milliliter lidokain 2% dengan 1:80.000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva ke sisi medial kelopak mata bawah.
-          Dibuat insisi vertikal full thickness palpebra di dekat karunkula dan selanjutnya
dilakukan insisi konjungtiva diantara karunkula dan plika semilunaris, meluas
hingga sisi medial tarsus inferior
-          Diseksi tumpul ke arah posterior lacrimal crest dan kemudian dibuat eksisi
segitiga dengan ukuran yang cukup dan tidak menimbulkan tension saat luka
eksisi dijahit.
-          Kanalikuli dibuka dan dapat diletakkan stent silicon monokanalikular pada
kanalikulus, sebelum luka selanjutnya dijahit.  

Ektropion seluruh kelopak mata dengan kekenduran tendon kantus lateral

Pemilihan prosedur pembedahan pada ektropion subtipe ini dibagi lagi berdasarkan
beberapa pertimbangan – pertimbangan khusus yakni derajat rounding kantus lateral,
keberadaan kulit berlebih pada kelopak mata bawah, derajat kekenduran horisontal,
serta kondisi kesehatan pasien secara umum. Bila didapatkan kekenduran tendon
kantus lateral secara signifikan dan penyempitan aperture palpebra horisontal, maka
prosedur paling sesuai untuk dilakukan adalah lateral tarsal strip procedure. Prosedur
ini tidak memerlukan pengangkatan jahitan post operasi, namun dapat menimbulkan
hasil yang kurang memuaskan berupa overlap kelopak mata atas pada kantus media
bila didapatkan pula kekenduran pada kelopak mata atas.12

Tahapan – tahapan dalam prosedur lateral tarsal strip adalah sebagai berikut:12
-          Satu hingga dua mililiter lidokain 2% dengan 1:80.000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva ke sisi medial kelopak mata bawah
-          Dilakukan kantotomi lateral hingga sisi lateral dari rima orbita lateral
-          Kelopak mata bawah kemudian diangkat dengan arah superotemporal dan
inferior tendon kantus lateral kemudian digunting dengan gunting tumpul. Septum
orbita juga dibebaskan dari jaringan sekitar hingga kelopak mata menjadi longgar.
Setelah kelopak mata dibebaskan dari perlekatannya pada kantus, lamella anterior
dan posterior kemudian dilakukan splitting sepanjang grey line.
-          Lateral tarsal strip dibuat dengan memotong batas inferior tarsus, lalu margo
inferior tarsal strip dieksisi dan ditarik ke arah margo lateral orbita untuk
menentukan panjang yang dibutuhkan. Selanjutnya tarsal strip diposisikan
sebelum kemudian dilakukan penjahitan.

Gambar 11. Tahapan prosedu lateral tarsal strip.


Sumber : http://www.oculist.net/

Jika didapatkan pasien dengan ektropion involusional seluruh kelopak mata dengan
kekenduran tendon kantus lateral dan memiliki kulit kelopak mata yang berlebih,
dapat dilakukan lateral wedge resection sebagai alternatif dari lateral tarsal strip yang
dikombinasikan dengan blefaroplasti. Pada prosedur wedge excision ini dilakukan full
thickness horizontal eyelid shortening.16 Wedge resection berbentuk pentagonal
terbaik dilakukan pada batas sepertiga lateral dengan duapertiga medial palpebra
inferio, yakni dilakukan insisi vertikal dari margo palpebra hingga forniks inferior.
Tepi luka kemudian saling overlapping hingga margo palpebra tepat mencapai bola
mata. Margo palpebra nasal kemudian dikaitkan pada titik dimana ia mengalami
overlapping dengan tepi temporal. Jahitan margo dilakukan dengan silk 6-0 secara
interuptus, pertama kali dibuat melalui orificium Meibom, melalui barisan bulu mata,
kemudian mencapai grey line. Tarsus dan konjungtiva kemudian ditutup dengan
chrom 5-0, dan kulit ditutup dengan jahitan 6-0.9,10

Anda mungkin juga menyukai