1 Entropion
Definisi
Entropion adalah suatu keadaan terlipatnya margo palpebra kearah dalam. Terkadang
hal ini menyebabkan 'trichiasis' dimana bulu mata yang biasanya mengarah keluar kini
mengiritasipermukaan mata. Hal ini dapat menyebabkan beberapa masalah. Entropion
dapat terjadi satu atau pada kedua mata yang diklasifasikan menjadi 4 yaitu, kongenital,
involusi, spastik akut dan sikatrik.2, 4
Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion khususnya
entropion involusional palingsering ditemukan. Entropion involusional terjadi pada
orangtua dan biasanya ditemukan pada palpebra inferior sedangkan entropion sikatrik
lebih sering pada palpebra superior dan paling sering didahului oleh trakhoma.2,5
Gambar 2. Entropion 5
Klasifikasi
Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :
- Involusi
Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring dengan
meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan elastik
kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering ditemukan pada kelopak mata
bawah dan merupakan akibat kelemahan struktur horizontal kelopak mata, penipisan
dan disinsersi otot-otot rektraksi kelopak mata, tumpang tindih muskulus orbikularis
preseptal.2,5,6
Gambar 3. Entropion involusi kelopak mata bawah.2
Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi. Penelitian Jorge GC et
al disimpulkan bahwa karakteristik anatomi yang khas kelopak mata atas pada
populasi. Kelemahan horizontal dari kelopak mata dapat diketahui dengan kekuatan
kelopak mata yang lemah dan menurunnya kemampuan menarik kelopak mata lebih
dari 6 mm. Asia merupakan predisposisi entropion involusi kelopak mata atas.7
- Sikatrik
Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan parut di
konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu memendeknya lamella posterior
akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling sering ditemukan pada penyakit-penyakit
radang kronik seperti trakoma. Berbagai kondisi lain yang dapat menyebabkan
terjadinya entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik pemfigoid dan
sindrom steven johnson), inflamasi, infeksi (herpes zooster, trakoma), tindakan bedah
(enukleasi, koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan trauma kimia). Penggunaan
obat glaukoma dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan konjungtivitis
kronis yang menyebabkan pemendekan konjungtiva secara vertikal sehingga terjadi
entropion sikatrik sekunder. Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak mata atas atau
bawah.2,8
Dari tes ini dapat dilihat kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal.
Pada pinggir kelopak mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus
setelah entropion terbentuk. Forniks inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak
mata mungkin dapat mudah dikeluarkan. Tanda klinis lainnya meliputi gambaran
garis putih dalam ukuran milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari
retraktor kelopak mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari
kelopak bawah saat melihat ke bawah. Pindahnya bagian superior dari orbikularis
superior dapat dideteksi dengan melakukan observasi yaitu menutup mata yang
memerah setelah terlipat entropion kembali normal (tes kelengkungan orbikularis).2,5
Diagnosis Banding10
1. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).
Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit
kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.
2. Distikiasis
Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat keluarnya saluran
Meibom.
3. Trikiasis
Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul reaksi
radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut
4. Dermatokalasis
Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan gambaran yang
longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan arah bulu
mata pada kelopak atas menyerupai entropion
5. Epiblefaron
Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan ketegangan
otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak menyebabkan bulu mata
masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal selalu asimptomatik dan
berkaitan dengan pertambahan umur.
Tatalaksana
Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi sehingga
menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama untuk involusi
atau spastik entropion. Pencukuran bulu mata bisa dilakukan di tempat lokasi
trichiasis. Terapi kontak lensa (hidrogel, hidrogel silikon, yang memiliki diameter
lebih besar dari kornea atau sklera) untuk melindungi kornea.10
Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan
tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak
mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat
pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan
menempelkannya dengan ‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan
inferior4. Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan
lebih efisien pada entropion involusi 2,5
Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang
mendasari.Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari berikut muncul
persisten: iritasi okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata,
superfisial keratopathy, risiko ulserasi dan keratitis mikroba.10
Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan3
1. Entropion kongenital.
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia
kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion
involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak
yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada
bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik.
2. Entropion akut spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin
botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang
walaupun efeknya menghilang.
3. Entropion involusional.
a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra9
Metode perbaikan entropion ini berdasarkan jenis dan tingkatan masalah.
Salah satu perbaikan fasia kapsulopalpebra dapat menggunakan teknik
inferior refraktorplication. Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsiliar
dibuat 2 mm di bawah luka dari bawah punctum menuju cabang cantal.
Penutup kulit yang kecil disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan otot
orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan
dibuka, sehingga tepi fasia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan
adanya bantalan inferior orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan
kelopak mata bawah terhadap levator, dapat ditutup dengan empat jahitan
sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah ke
samping menunjukkan kelemahan kelopk mata bawah dan potongan tersebut
sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0
digunakan untuk menyambung kembali fasia kapsulopalpebra bawah dengan
perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak harus selalu dikoreksi dan banyaknya
jumlah fasia kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow
up pasien. Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi
fasia kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk
mencegahnya otot orbikularis.
b. Jahitan quickert.10
Jika pasien yang menderita involusional entropion dan tidak mampu maka
teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan. Kelemahannya tingkat
kekambuhan dengan teknik ini sangatlah tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-
0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak
mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan
inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan
untuk koreksi. Berikut gambar jahitan dengan metode 3 jahitan.
Gambar 9. Teknik 3 jahitan pada lateral, tengah dan medial kelopak mata.
4. Entropion sikatrik.3
Prosedur Weis. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal
(prosedur Weis) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau bawah.
Anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4 mm dari
kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal yang berada 2-4 mm
dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan
detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau
Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral
melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke
atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di
atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dkoreksi untuk pastinya.
Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup
harus diangkat 10-14 hari.
Definisi
Ektropion merupakan kelainan posisi palpebra dimana tepi palpebra mengarah keluar
sehingga bagian dalam palpebra atau konjungtiva tarsalis berhubungan langsung dengan
dunia luar. Ektropion biasanya mengenai palpebra inferior dan mengakibatkan
kendurnya palpebra inferior.2
Epidemiologi
Prevalensi ektropion diantara usia lanjut adalah sebesar tiga persen. 3 Secara statistik
didapatkan bahwa prevalensi ektropion involusional pada pria lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita.4,5 Damasceno dkk di Brazil pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa
pevalensi tersebut didapatkan lebih sering pada pria (5,1%) dibandingkan dengan wanita
(1,5%).5 Para ahli berhipotesa bahwa penyebab perbedaan prevalensi ini adalah karena
secara umum pria mempunyai tarsus yang lebih lebar dan atrofi lebih kecil dibandingkan
dengan wanita. Hal yang berkebalikan terjadi pada entropion involusional dimana wanita
memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria.5
Carter dkk meneliti tentang prevalensi ektropion involusional antara ras Asia
dibandingkan dengan non Asia di San Francisco. Hasil yang didapatkan adalah
prevalensi diantara ras Asia secara signifikan lebih rendah (1,5%) dibandingkan dengan
non Asia (6,2%). Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan posisi lemak orbita
pada anatomi palpebra inferior diantara keduanya. Pada ras Asia, lemak orbita
mengalami protrusi ke anterior terhadap rima orbita, kemudian meluas ke arah superior
hingga batas inferior dari tarsus. Sedangkan pada ras kulit putih non Asia, posisi lemak
orbita tidak melebihi rima orbita dan hanya meluas ke superior hingga insersi fascia
kapsulopalpebra didalam septum orbita, yakni sekitar 5mm dibawah tepi inferior tarsus.
Lemak orbita yang meluas kearah anterior dan superior ini dapat berfungsi sebagai
penyokong lamella anterior palpebra dan mencegah terjadinya ektropion involusional.6
Klasifikasi
1. Ektropion kongenital
Ektropion kongenital sangat jarang kejadiannya dan biasanya melibatkan palpebra
inferior. Penyebab yang sering adalah insufisiensi dari lamela anterior. Ektropion
kongenital mungkin terkait dengan sindrom blepharophimosis, microphthalmos,
buphthalmos, kista orbital, Sindrom Down, dan ichthyosis (bayi collodion). Kadang
kasus ektropion kongenital didasari oleh karena kelumpuhan.7
2. Ektropion didapat
Ektropion involusional
Ektropion involusional bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu karena bola mata
yang terdorong ke belakang akibat pemanjangan lamelar posterior (lempeng tarsal).
Tanda-tanda dari kelainan ini adalah adanya sulkus supra orbital yang dalam dan
kantung mata palpebra inferior, ptosis ringan karena mundurnya ukuran bola mata.
Untuk mengoreksi ektropion involusional, posisi palpebra dan bola mata harus
diperhatikan. Karena sulitnya mengembalikan posisi bola mata ke depan dengan
membuat jaringan-jaringan rongga orbital kembli seperti normal, satu-satunya cara
yang dipakai adalah memendekkan palpebra itu sendiri. Bagian palpebra yang
dilakukan pemendekan dapat dilakukan di beberapa tempat seperti nasal, medial, atau
bagian temporal.8,9
Prosedur ini sering diikuti dengan timbulnya trikiasis, yang disebabkan oleh
jaringan parut akibat arah pertumbuhan yang salah dari bulu mata. Juga, penataan
ulang tarsus membutuhkan kemampuan yang cukup karena angka kegagalan teknik
ini cukup tinggi.
Gambar 5.
Prosedur Kuhnt-Szymanowsky. Lamella posterior dibelah pada bagian medial; lamella
anterior dibelah pada bagian temporal.
Sumber : Ophtalmic Surgery Second Edition.
Teknik yang lebih rumit dan spesifik dari bedah ektropion adalah teknik
reanastomosis atau persambungan kembali, yang dipopulerkan oleh Smith. Teknik ini
dahulu direkomendasikan untuk menutup luka pada palpebra setelah operasi
pengangkatan tumor palpebra. Operaasi tumor palpebra dilakukan untuk mengurangi
jaringan parut vertikal yang bersifat kontraktur yang diakbatkan oleh luka pada daerah
margo palpebra. Memotong ujung luka mengurangi pemisahan luka dan menurunkan
kontraksi luka. Smith menunjukkan bahwa hasil yang sama juga dapat diterapkan
dengan sangat teliti pada penempelan palpebra. Teknik ini dimulai dengan insisi
margo palpebra secara vertikal, kemudian kelebihan jaringan palpebra ditentukan dan
dibuang. Setelah itu tahap terakhir adalah penyatuan kembali palpebra inferior yang
diinsisi tersebut. Jika prosedur ini dilakukan dengan benar, hasilnya akan sangat
bagus sekali tanpa meninggalkan defek pada margo palpebra. Di lain pihak, jika
dilakukan tanpa hati-hati, dapat meninggalkan cacat secara kosmetik dan dapat
menimbulkan iritasi dan epifora. Jika terdapat eversi kelopak disertai dengan eversi
pungtum, perlu juga dilakukan reseksi lamella posterior untuk menarik pungtum
mendekati bola mata. Teknik ini merupakan modifikasi dari prosedur Smith yang
disebut “Lazy T” operation.8
Operasi yang mudah dan bekerja dengan baik adalah kombinasi dari
pemendekan palpebra lateral dengan tarsorafi lateral permanen. Prosedurnya dimulai
dengan reseksi palpebra lateral milik Bick. Setelah membuang kelopak yang berlebih,
bagian lateral dari palpebra inferior dibagi menjadi dua bagian. Tarsus digunakan
sebagai penutup dan prosedur diakhiri dengan penjahitan. Jahitan dibuka setelah
sepuluh hari kemudian. Prosedur ini meningkatkan penampilan dan kenyamanan
pasien.8
Ektropion sikatrik terjadi dari jaringan parut dari lamela anterior yang
disebabkan oleh kondisi seperti luka bakar wajah, trauma, dermatitis kronis, eksisi
kulit yang berlebihan (atau laser) dengan blepharoplasty, perbaikan fraktur orbital
dengan pendekatan transkutan. Agen antineoplastik (misalnya, docetaxel) dan
inhibitor reseptor faktor pertumbuhan epidermis (misalnya, erlotinib, cetuximab) telah
dilaporkan menyebabkan ektropion sikatrikal. Ektropion sikatrikal berlawanan dengan
ektropion involusional. Diagnosis didasarkan pada riwayat, observasi yang teliti dari
kulit dan tanda-tanda penyakit kulit yang pernah dialami sebelumnya, peradangan
atau trauma termasuk operasi dan radiasi. Pemeriksaan yang paling penting adalah
dengan melakukan manuver membuka mulut pasien lebar-lebar dan melihat
timbulnya ektropion yang terdapat pada palpebra pasien.8
Gambar 11. Ektropion sikatriks dengan jaringan parut pada bagian inferior dari margo
palpebra mata kanan
Sumber : http://www.facultyofmedicine1.com
Pada kasus ektropion yang lama, peregangan horizontal pada palpebra dapat
terjadi yang mengharuskan dilakukannya prosedur tambahan yaitu berupa
pemendekan palpebra dengan cara reseksi palpebra bagian lateral atau palpebra
bagian sentral.8
Patogenesis
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Pasien dengan ektropion ditandai dengan terlihatnya kekenduran pada kelopak mata
bawah, dengan seluruh atau sebagian kelopak mengalami eversi menjauhi kelopak
mata. Dilakukan observasi lokasi ektropion tersebut berada pada sisi medial, lateral
ataupun seluruh kelopak mata bawah. Ektropion involusional juga dapat disertai
dengan kelainan involusional lain pada palpebra seperti dermatokalasis. Konjungtiva
yang terekspose tampak hiperemis dan pada keadaan kronik dapat mengalami
inflamasi dengan hipertrofi dan mengalami keratinisasi. Epiteliopati kornea inferior
juga dapat dijumpai.11
Pemeriksaan Penunjang
Gambar 14. Pemeriksaan snap back test untuk mengetahui horizontal kekenduran.
Sumber : http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/plastic_surgery/
Evaluasi selanjutnya adalah kekenduran tendon kantus medial, yang
dinamakan lateral distraction test. Bila kelopak mata bawah ditarik ke lateral dan
terlihat bahwa pungtum lakrimal mengalami pergeseran ke lateral, berarti bahwa
terjadi kekenduran pada tendon kantus medial.8 Pada keadaan normal, pungtum
terletak lateral karankula, dan pergeseran akibat traksi lateral tersebut tidak
melebihi 1-2 mm. Jarang didapatkan kekenduran tendon kantus medial tanpa
mendapatkan kekenduran horizontal. Pentingnya evaluasi hal ini adalah untuk
melakukan penguatan tendon kantus medial dengan plikasi sebelum melakukan
koreksi palpebra inferior secara horisontal supaya pungtum tidak mengalami
pergeseran permanen.7-10
Riwayat epifora yang banyak terjadi dari kelopak mata sisi lateral
menunjukkan adanya kecurigaan terhadap kekenduran tendon kantus lateral.
Pemeriksaan kekenduran kantus lateral dilakukan terlebih dahulu dalam keadaan
palpebra istirahat. Dilakukan evaluasi karena dalam keadaan normal, kontur
kantus lateral tersebut masih berbentuk angular dan terdapat dalam jarak 1-2mm
dari rima orbita lateral. Bila palpebra inferior ditarik secara horizontal dan sudut
kantus lateral membundar, maka terdapat kekenduran tendon kantus lateral.
Selanjutnya diukur jarak antara sudut kantus lateral, yang tidak boleh bergeser
lebih dari 1-2mm.11
Tatalaksana
Punctal ectropion
Ektropion awal yang hanya melibatkan pungtum dapat dikoreksi dengan tehnik
retropunctal cautery. Tahapan prosedur pembedahan ini adalah sebagai berikut:12
- Satu hingga dua milliliter lidokain 2% dengan 1:80.000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva ke sisi medial kelopak mata bawah.
- Dilakukan kauterisasi dengan deep burn pada konjungtiva, 3-4mm di bawah
pungtum lakrimal, Selanjutnya efek terhadap posisi pungtum diobservasi dan
jumlah serta kedalaman burning diturunkan perlahan.
- Prosedur diakhiri dengan pemberian salep antibiotik pada mata. Sebagai terapi
post operatif, tetes mata antibiotik diberikan tiga kali sehari selama satu minggu.
Pilihan tehnik pembedahan punctal ectropion lain selain kauterisasi adalah dengan
melakukan penjahitan transcutaneous eight pattern posterior terhadap pungtum.
Tahapan prosedur pembedahan ini yakni:12
- Anestesi lokal dengan lidokain dan epinefrin diinjeksikan subkonjungtiva pada
kelopak mata bawah sisi medial.
- Kelopak mata bawah dieksposure dengan traction suture atau dilakukan
penekanan dengan jari. Dilakukan eksisi konjungtiva dan jaringan subkonjungtiva
posterior terhadap pungtum dengan bentuk oval.
- Penjahitan dengan benang 5-0 melalui kulit palpebra hingga luka. Jahitan
melalui tepi konjungtiva anterior hingga posterior, kemudian posterior hingga
anterior hingga menyerupai pola angka delapan. Jarum kemudian dilewatkan
kembali ke kelopak melalui kulit di sekitar jahitan pertama kali dibuat, dan
kemudian dibuat simpul.
Gambar 17. medial spindle procedure dikombinasikan dengan medial wedge resection
Tahapan – tahapan dalam prosedur medial canthal placation adalah sebagai berikut:
- Satu hingga dua milliliter lidokain 2% dengan 1:80000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva pada sisi medial kelopak mata bawah
dan plika semilumaris, dan 1-2ml lidokain selanjutnya untuk blok nervus
infratroklearis.
- Dilakukan insisi konjungtiva diantara karunkula dengan plika semilunaris,
meluas hingga akhir medial dari tarsus inferior. Selanjutnya dilakukan diseksi
secara tumpul ke bawah hingga posterior lacrimal crest. Retraktor Wright kecil
dapat digunakan untuk membantu visualisasi periosteum dari crest lakrimal.
- Selanjutnya dibuat jahitan double armed Ethibond 5-0 melalui posterior
lacrimal crest, dan tiap jahitan dilewatkan melalui tarsus medial sebelum
kemudian dibuat simpul dan ditarik ke arah bola mata. Jahitan dengan vicryl 7-0
subkonjungtiva dibuat dan disimpul untuk memastikan bahwa jahitan sebelumnya
tidak mengalami exposed.
- Prosedur diakhiri dengan memberikan salap antibiotik pada mata. Dan
kemudian tincture benzoin diaplikasikan pada kulit pipi dan dahi, dan dilakukan
dressing dengan penekanan ringan, yang tidak dibuka hingga 4-5 hari. Jahitan
pada prosedur ini tidak perlu diangkat di kemudian hari.
Tahapan – tahapan medial canthal resection procedure yakni sebagai berikut:12
- Satu hingga dua milliliter lidokain 2% dengan 1:80.000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva ke sisi medial kelopak mata bawah.
- Dibuat insisi vertikal full thickness palpebra di dekat karunkula dan selanjutnya
dilakukan insisi konjungtiva diantara karunkula dan plika semilunaris, meluas
hingga sisi medial tarsus inferior
- Diseksi tumpul ke arah posterior lacrimal crest dan kemudian dibuat eksisi
segitiga dengan ukuran yang cukup dan tidak menimbulkan tension saat luka
eksisi dijahit.
- Kanalikuli dibuka dan dapat diletakkan stent silicon monokanalikular pada
kanalikulus, sebelum luka selanjutnya dijahit.
Pemilihan prosedur pembedahan pada ektropion subtipe ini dibagi lagi berdasarkan
beberapa pertimbangan – pertimbangan khusus yakni derajat rounding kantus lateral,
keberadaan kulit berlebih pada kelopak mata bawah, derajat kekenduran horisontal,
serta kondisi kesehatan pasien secara umum. Bila didapatkan kekenduran tendon
kantus lateral secara signifikan dan penyempitan aperture palpebra horisontal, maka
prosedur paling sesuai untuk dilakukan adalah lateral tarsal strip procedure. Prosedur
ini tidak memerlukan pengangkatan jahitan post operasi, namun dapat menimbulkan
hasil yang kurang memuaskan berupa overlap kelopak mata atas pada kantus media
bila didapatkan pula kekenduran pada kelopak mata atas.12
Tahapan – tahapan dalam prosedur lateral tarsal strip adalah sebagai berikut:12
- Satu hingga dua mililiter lidokain 2% dengan 1:80.000 unit adrenalin
diinjeksikan subkutan dan subkonjungtiva ke sisi medial kelopak mata bawah
- Dilakukan kantotomi lateral hingga sisi lateral dari rima orbita lateral
- Kelopak mata bawah kemudian diangkat dengan arah superotemporal dan
inferior tendon kantus lateral kemudian digunting dengan gunting tumpul. Septum
orbita juga dibebaskan dari jaringan sekitar hingga kelopak mata menjadi longgar.
Setelah kelopak mata dibebaskan dari perlekatannya pada kantus, lamella anterior
dan posterior kemudian dilakukan splitting sepanjang grey line.
- Lateral tarsal strip dibuat dengan memotong batas inferior tarsus, lalu margo
inferior tarsal strip dieksisi dan ditarik ke arah margo lateral orbita untuk
menentukan panjang yang dibutuhkan. Selanjutnya tarsal strip diposisikan
sebelum kemudian dilakukan penjahitan.
Jika didapatkan pasien dengan ektropion involusional seluruh kelopak mata dengan
kekenduran tendon kantus lateral dan memiliki kulit kelopak mata yang berlebih,
dapat dilakukan lateral wedge resection sebagai alternatif dari lateral tarsal strip yang
dikombinasikan dengan blefaroplasti. Pada prosedur wedge excision ini dilakukan full
thickness horizontal eyelid shortening.16 Wedge resection berbentuk pentagonal
terbaik dilakukan pada batas sepertiga lateral dengan duapertiga medial palpebra
inferio, yakni dilakukan insisi vertikal dari margo palpebra hingga forniks inferior.
Tepi luka kemudian saling overlapping hingga margo palpebra tepat mencapai bola
mata. Margo palpebra nasal kemudian dikaitkan pada titik dimana ia mengalami
overlapping dengan tepi temporal. Jahitan margo dilakukan dengan silk 6-0 secara
interuptus, pertama kali dibuat melalui orificium Meibom, melalui barisan bulu mata,
kemudian mencapai grey line. Tarsus dan konjungtiva kemudian ditutup dengan
chrom 5-0, dan kulit ditutup dengan jahitan 6-0.9,10