Anda di halaman 1dari 20

Step 1

1. Mixed injction : injeksi campuran dari injeksi konjuktiva dan siliar dr proses inflamasi

Step 2

1. Mengapa pasien datang dengan pengliatan mata buram setelah terkena pembersih kloset

Trauma asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea.
Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion
merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein
umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan
ground glass dari stroma korneal( buram) yang mengikuti trauma akibat asam.Sehingga
trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada
trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa Bila bahan asam mengenai mata maka akan
segera terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea,

Penurunan visus mendadak akibat defek pada kornea berupa defek pada epitel kornea atau
defek pada lapisan kornea yg lebih dalam lagi. Akan tetapi trauma asam akan membentuk
sawar presipitat jaringan nekrotik yang cenderung membatasi penetrasi dan kerusakan lebih
lanjut.
2. Mengapa pasien mengeluhkan mata merah berair dan bengkak?
Edema pada kelopak mata yang disebabkan adanya peningkatanpermeabilitas pembuluh
darah. Kerusakan pada jaringan palpebra sehingga mata tidak dapat menutup sempurna dan
terbentuknya jaringan parut pada palpebra.

Hiperemis konjungtiva hingga dapat terbentuknya kemosis.


3. Jelaskan mengenai macam2 trauma okulidan tanda2nya?
1. Penurunan visus mendadak akibat defek pada kornea berupa defek pada epitel kornea
atau defek pada lapisan kornea yg lebih dalam lagi. Akan tetapi trauma asam akan
membentuk sawar presipitat jaringan nekrotik yang cenderung membatasi penetrasi
dan kerusakan lebih lanjut.

2. Edema pada kelopak mata yang disebabkan adanya peningkatan permeabilitas pembuluh
darah. Kerusakan pada jaringan palpebra sehingga mata tidak dapat menutup sempurna dan
terbentuknya jaringan parut pada palpebra. 3. Hiperemis konjungtiva hingga dapat
terbentuknya kemosis.

4. Kerusakan pada kornea dapat bervariasi dari yang paling ringan, yaitu keratitis pungtata
superfisial hingga defek epitel luas berupa erosi kornea, hilangnya epitel kornea hingga
perforasi kornea. Walaupun jarang, perforasi kornea permanen dapat terjadi dalam
beberapa hari hingga minggu pada trauma kimia parah yang tidak ditangani dengan baik .
Pada defek epitel luas, hasil tes flouresin mungkin negatif.

5. Kabut stroma dapat bervariasi dari kornea bersih hingga opasifikasi sempurna.

6. Iskemik perilimbus merupakan indikator untuk prognosis penyembuhan kornea, karena


stem sel di limbus yang berperan dalam repopulasi epitel kornea. Semakin luas iskemik yang
terjadi di limbus, maka prognosis juaga semakin buruk. Tetapi keberadaan stem sel
perilimbus yang intak tidak dapat menjamin terbentuknya reepitalial yang normal.

7. Terjadinya reaksi peradangan pada bagian anterior, reaksi yang terbentuk bervariasi dari
flare sampai reaksi fibrinoid. Secara umum trauma basa lebih sering menyebabkan
peradangan bilik mata depan akibat kemampuannya yang dapat menembus lapisan kornea.

8. Peningkatan tekanan intraokular (TIO) dapat terjadi secara mendadak akibat dari
deformasi dan pengurangan serabut kolagen serta keikutsertaan prostaglandin. Peningkatan
TIO yang terus menerus secara langsung berhubungan dengan derajat kerusakan segmen
anterior akibat peradangan.
4. Apa saja macam2 trauma kimia pada mata dan efeknya?
Trauma Mekanik
a. Trauma tumpul
 Kelopak
 Palpebra hematom
o Penyebab
Trauma akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya
o Penatalaksanaan
 Pada hematoma kelopak dini dapat diberikan kompres dingin untuk
menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit
 Bila telah lama, untuk memudahkan absorbsi dapat dilakukan
kompres hangat pada kelopak
 Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak
dan berbentuk kaca mata yang sedang dipakai, maka keadaan ini
disebut sebagai hematoma kaca mata dan merupakan keadaan sangat
gawat. Hematoma kaca mata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika
yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Darah masuk ke dalam
kedua rongga orbita sampai pada batas septum orbita kelopak mata,
akan memberikan bentuk hematoma ini.
 Konjungtiva
 Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik
pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak
terpajan ke duania luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa
mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada
konjungtiva.
Penatalaksanaannya : dapat diberikan dekongestan untuk mencegah
pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva.
 Hematom subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang
terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan
arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk
rejan,trauma tumpul basis kranii, atau pada keadaan pembuluh darah yang
rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah
pada usia lanjut, hipertensi, areriosklerosis, konjungtiva
meradang(konjungtivitis), anemia, dan obat-obatan tertentu.
Pengobatan dini yang dapat dilakukan kompres hangat. Perdarahan
subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati

Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan
bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringn konjungtiva atau sklera.
Kadang-kadang hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang
lebih burukseperti perforasi bola mata. Bila tekanan bola mata rendah
disertai tajam penglihatan menurun dengan hematoma subkonjungtiva
maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari adanya
ruptur sklera atauterlihatnya jaringan kororid yang menonjol
 Kornea
 Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan
edema kornea ataupun malahan ruptur daripada membran Descement.
Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan serbukan sel radang dan
neurovaskularisaso masuk ke dalam jaringan stroma kornea.

Edema kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya


pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.kornea akan
terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif.

Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonikseperti Nacl 5 %. Bila


terdapat peninggian tekananbola mata maka diberikan asetazolamida.

 Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Hal yang dapat
mengakibtkan erosi kornea adalah lensa kontak, sinar ultra violet, debu, dan
asap.
Akibatnya kornea yang mempunyai banyak serabut saraf sensibel terkena,
maka pasien akan merasa sakit sekali, dengan blefarospasme, lakrimasi,
fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila di beri
pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau. Hati-hati bila memakai obat
topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat
menambah kerusakan epitel. Pada erosi kornea yang perlu diperhatikan
adalah adanya infeksi yang timbul kemudian akibat barier epitel hilang.
Pengobatan biasanya diberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit
ataupun untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul.
Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk
mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya
bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh
permukaan kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh
dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik.
 Erosi kornea rekuren
 Uvea
 Iridoplegia
Pada trauma tumpul dapat terjadi kelumpuhan otot sfingter pupil sehingga
pupil menjadi lebar atau midriasis. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar.
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat
gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil, akan terlihat anisokoria
pada pupil.
Iridoplegia ini akan berlangsung beberap hari sampai beberapa minggu.
Kadang-kadang tidak menjadi normal lagi.
Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk mencegah
terjadinya kelelehan sfingter disertai dengan pemberian.

 Iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga
bentuk pupil menjadi berubah menjadi lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi
bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Pasien akan melihat ganda
dengan satu matanya. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebainya
dilakukan pembedahan dengan melakukan resposisi iris yang terlepas.

 Hifema
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien
duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan,
dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat
iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan
epifora dan blefarospasme.
Pasien dengan hifema harus tinggal dan dirawat di rumah sakit. Pasien tidur
dengan kepala miring 60 derajat, diberi koagulansia, dan mata ditutup. Pada
anak-anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi penyulit
glaukoma diberi asetazolamida.
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Kadang-kadang sesudah hifema
hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru
yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena
perdarahan lebih sukar hilang.
 Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga
menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior. Pada mata akan
terlihat mata merah, suar di dalam bilik mata depan, dan pupil mengecil.
Tajam penglihatan menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik
dan steroid topikal. Bila terlihat radang berat maka dapat diberikan steroid
sistemik.

 Lensa
 Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa akibat
putusnya zonula zinii.
Gangguan kedudukan lensa ini dapat dalam bentuk ;
a) Subluksasi lensa
Terjadi akibat zonula zinn putus sebagian sehingga lensa berpindah
tempat. Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang.
Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa
iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa
yang elastis akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih
miopia. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan
sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi
sempit pada mata ini mudah terjadi glaukoma sekunder.
Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita
kelainan pada zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan).
b) Luksasi lensa anterior
Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka
lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di
dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi gangguan pengaliran
keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut
dengan gejala-gejalnya. Pasien akan mengeluh penglihatan menurut
mendadak, disertai rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan
blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa
di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil
yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi. Pasien secepatnya dikirim
pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlihat dahulu
diberikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola mata.
c) Luksasi lensa posterior
Pada keadaan putusnya zonulla zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa
sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di datarn
bawah polus posterior fundus okuli. Mata ini akan menunjukkan gejala
mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa
+ 12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya
akibat lensa mengganggu kampus pasien.
 Katarak traumatic
Trauma tumpul dapat mengakibatkan katarak pungtata, selain daripada
dapat mengakibatkan katarak, yang biasanya berjalan lambat, dan proses
degenerasinya dapat berjalan lanjut. Proses degenerasi lanjut ini dapat
mengakibatkan pencairan korteks lensa dan bocor melalui kapsul lensa.
Bahan lensa di luar kapsul sebagai benda asing menimbulkan reaksi di
dalam bilik mata depan sehingga menimbulkan reaksi uveitis yang disebut
sebagai uveitis fakotoksik dan glaukoma fakolitik.
Bila katarak telah menimbulkan reaksi fakolitik maka pasien akan mengeluh
mata sakit disertai dengan gejala uveitis lainnya sehingga lensa perlu
dikeluarkan dengan segera.
 Retina dan koroid
 Edema retina dan koroid
Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina. Edema
retina akan memberiakn warna retina yang lebih abu-abu akibat sukarnya
melihat jaringan uvea melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi
arteri retina sentral dimana terdapat edema retinakecuali daerah makula,
sehingga pada keadaan iniakan terlihat ”cherry red spot” yang berwarna
merah. Edema retina akibat trauma tumpuljuga mengakibatkanedema
makula sehingga tidak terdapat cherry red spot.
Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula
atau edema berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga
seluruh polus posterior fundus okuli berwarna abu-abu.
 Ablasi retina
Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid
pada penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk
terjadinya ablasi retina ini seperti retina tipis akibat retinitis sanata, miopia,
dan proses degenerasi retina lainnya. Bila terjadinya ablasi retina setelah
suatu trauma tidak diketahui dengan jelas karena waktu terjadinya tidak
selalu sama.
Pada pasien ekan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir
menganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula
maka tajam penglihatan akan menurun. Pada pemeriksaan funduskopi akan
terlihat retina yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat
terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah
seperti yang terputus-putus.

 Rupture koroid
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat
merupakan akibat daripada ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di
polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf
optik. Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea
maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat.
Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat akan
tetapi bila darah tersebut telah diabsorbsi maka akan terlihat bagian yang
ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup
koroid.

 Saraf optic
 Avulse papilsaraf optic
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di
dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini
akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering
berakhir dengan kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk dinilai kelainan
fungsi retina dan saraf optiknya.

 Optic neuropati traumatic


 Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik,
demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik.
 Tanda :
 Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata. Terdapat reaksi
defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina.
 Tanda lain yang dapat diemukan adalah gangguan penglihatan warna
dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat normal beberapa
minggu sebelum menjadi pucat.
 Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu dengan memberi
steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu
dipertimbangkan untuk pembedahan.
b. Trauma Tajam
 Penetran :menembus bolamata
 Non penetran : menggosok bola mata
Tanda
 Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan
konjungtiva ini atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan
penjahitan. Bila robekan konjungtiva lebih 1 cm diperlukan tindakan
penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap robekan
konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan sclera bersama-sama
dengan robekan konjungtiva tersebut.
 Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola
mata maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti:
i. Tajam penglihatan yang menurun
ii. Tekanan bola mata rendah
iii. Bilik mata dangkal
iv. Bentuk dan letak pupil yang berubah
v. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera
vi. Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan mata, iris, lensa,
badan kaca, atau retina
vii. Konjungtiva kemotis
Pengobatan
 Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya perforasi bola
mata maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata
ditutup dan segera dikirim pada dokter mata untulk dilakukan pembedahan.
 Pada setiap terlihat kemungkinan trauma perforasi sebaiknya dipastikan
apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto.
 Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotika
sistemik atau intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan.
 Pasien juga diberi anti tetanus profilaktik, analgetika, dan kalau perlu
penenang. Sebelum dirujuk mata tidak diberi salep, karena salep dapat
masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberi steroid local dan beban yang
diberikan pada mata tidak menekan bola mata.
Etiologi
 Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola
mata. Benda asing di dalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan.
Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnit
raksasa. Benda yang tidak magnetik dikeluarkan vitrektomi.
Penyulit
 Penyulit yang dapat timbul pada terdapatnya benda asing intraokular adalah
endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ptisis
bulbi.
c. Trauma Benda Asing
 Logam dan Non logam
 Binatang

Trauma Non Mekanik

1. Trauma Kimia
Bahan kimia yang dapat mengakibaIkan kelainan pada mata dapat dibedakan
dalam bentuk:
1. Trauma Asam
2. Trauma Basa atau Alkali.

Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada:


 pH,
 Kecepatan,
 Jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata.
 Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat dapat merusak
dan menembus kornea.

Pengobatan
 Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.
 lrigasi daerah yang terkena trauma kimia merupa tindakan yang segera
harus dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat.
 Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi atau air bersih
lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.
 Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada
saat itu seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan asam berat.
 Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat blefarospasme
berat.
 Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3% sedang untuk
basa larutan asam borat, asam asetat 0.5% atau bufer as asetat pH 4.5%
untuk menetralisir. Diperhatikan kemungkinan terdapat benda asing
penyebab luka tersebut.
 Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberi adalah
antibiotika topikal, sikioplegik dan bebat mata selama mata masih sakit.
 Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat yang biasanya
sempurna setelah 3-7 hari.

Klasifikasi
 Trauma Asam
 Etiologi
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorga organik (asetat,
forniat),d an organik anhidrat (asetat).
 Patofisiologi
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan
ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak
tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan
terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan
konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma basa sehingga
kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.
 Pengobatan
a. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena
secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan
melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.
b. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam
penglihatan tidak banyak terganggu.

 Trauma Basa atau Alkali


 Patofisiologi
a. Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang
sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea,
bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa
akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia
alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai
dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam
bilik mata depan dalam waktu 7 detik.
b. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah
bertambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke
dalam bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan
kebutaan penderita.
 Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam :
 Derajat 1 hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
 Derajat 2 hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea
 Derajat 3 :hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan
lepasnya epitel kornea
 Derajat 4: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.
 Pengobatan
a. Tindakan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya
melakukan irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi
dilakukan selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling
sedikit 60 menit segera setelah trauma.
b. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa.
EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk
menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke tujuh.
 Penyulit
Penyulit yang dapat timbul trauma alkali adalah
a. Simblefaron,
b. Kekeruhan kornea,
c. Edema dan neovaskularisasi kornea,
d. Katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata.

2. Trauma Radiasi Elektromagnetik


Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah
 Sinar inframerah
 Sinar ultraviolet
 Sinar X dan sinar terionisasi
Trauma Sinar Infra Merah
 Patofisiologi
Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari
dan pada saat bekerja dipemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat
terkonsentrasinya sinar inframerah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang
ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan menggeluarkan sinar infra
merah. Bila seseorang berada pada jarak kaki sela satu menit di depan kaca
yang mencair dan pupilnya lebar atau midria maka suhu lensa akan naik
sebanyak 9 derajat Celcius. Demikian pula yang mengabsorpsi sinar infra
merah akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di
dekatnya. Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak
dan eksfoliasi kapsul lensa.
 Factor resiko terkena
Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada pekerja industri
gelas dan pemanggangan logam.
 DD
1. Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superfisial, katarak
kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid.
2. Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat skotoma sement ataupun
permanen.
 Pengobatan
1. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali
mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini.
2. Steroid sistemik dan lokal diberikan uniuk mencegah terbentuk jaringan
parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul.

Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)


 Definisi
Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat
mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM.
 Patofisiologi
Sinar ultra violet banyak terdapat padd saat bekerja las, dan menatap sinar
matahari atau pantulan sinar matahari di atas salju. Sinar ultraviolet akan
segera merusak epitel kornea. Sinar ultra violet biasanya memberikan
kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina
tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah
beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan
yang menetap.
 Tanda dan gejala
1. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-
10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit mata seperti
kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva
kemotik.
2. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, yang
kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluoresein
positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura paipebra.
3. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu.
4. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan
lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan
pada komea. Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra violet
sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat.
 Pengobatan
Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetik, dan
mata ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.
Sinar lonisasi dan Sinar X
Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk:
1. Sinar alfa yang dapat diabaikan
2. Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan
3. Sinar gama dan
4. Sinar X
 Patofisiologi
1. Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya
retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energi dan tipe sinar, lensa
yang lebih muda dan lebih peka.
2. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara
tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari set germinatif lensa tidak
menjadi jarang.
3. Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang
diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan,
mikroaneuris mata, dan eksudat.
4. Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan
kerusakan permanen yang sukar diobati. Biasanya akan terlihat sebagai
keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat akan
mengakibatkan parut konjungtiva atrofi set goblet yang akan mengganggu
fungsi air mata.
 Pengobatan
1. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal dengan steroid 3 kali
sehari dan sikioplegik satu kali sehari.
2. Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan
pembedahan.

5. Apa yg dimaksud korpus aleneum pd mata dan jenis-jenisnya?


corpus alienum merupakan istilah medis yang berarti benda asing. Corpus alienum
merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sklera,
kornea, dan konjungtiva. Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh
lapisan sklera atau kornea serta jaringan lain dalam bola mata kemudian bersarang dalam
bola mata dan menimbulkan perforasi sehingga benda asing tersebut bersarang didalam
rongga orbita.Hal ini biasanya akan ditemukan suatu luka terbuka dan biasanya terjadi
prolaps iris, lensa,maupun badan kaca.

Benda asing yang masuk ke konjungtiva sebagian besar merupakan akibat dari
kecelakaan yan terjadi selama melakukan aktivitas sehari-hari. Jenis benda asing yang
paling banyak masuk kedalam mata adalah:

-Bulu mata
-Serbuk gergaji
-Kosmetik
-Lensa kontak
-Partikel logam
-Pecahan kaca

Benda yang masuk kedalam mata dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
Benda logam :emas, perak, platina, timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga besi

Benda bukan logan :batu, kaca, perselin, karbon, bahan tumbuh-tumbuhan, pakaian, dan
bulu mata

Benda inert :benda yang terdiri dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi pada
mata, walaupun di beberapa kasus terdapat reaksi yang ringan dan tidak
mengganggu fungsi mata sepertiemas, perak, platina, batu, kaca, porselin, dan plastik
jenis tertentu

Benda reaktif :yaitu benda yang menimbulkan reaksi pada mata sehingga mengganggu
fungsi mata sepertitimah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga, kuningan, besi, tumbuh-
tumbuhan, pakaian, dan bulu ulat.

Faktor resiko terjadinya corpusalienum pada mata dapat berupa:

-Pekerja di bidang industri yang tidak memakai pelindung mata


-Pekerja las-Pemotong keramik
-Tukang kayu

Tanda dan Gejala


Jika terdapat benda asing pada mata, gejala-gejala yang dirasakan dapat berupa:
1.Adanya perasaan tidak nyaman
2.Adanya sensai benda asing pada mata
3.Air mata keluar berlebihan
4.Sensitif terhadap cahaya
5.Nyeri pada mata
6.Mata merah
Beratnya kerusakan pada organ di dalam bola mata dipengaruhi oleh:
1.Besarnya corpus alienum
2.Kecepatan masuknya
3.Ada tidaknya terjadi infeks
i4.Jenis benda asing
6. Bagaimana proses dari penyembuhan yg disebabkan oleh trauma kimia?
Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat ditemukan berupa kemosis,
edema pada kelopak mata, luka bakar derajat satu pada kulit sekitar, serta adanya sel dan
flare pada bilik mata depan. Pada kornea dapat ditemukan keratitis pungtata sampai erosi
epitel kornea dengan kekeruhan pada stroma. Sedangkan pada derajat berat mata tidak
merah, melainkan putih karena terjadinya iskemia pada pembuluh darah konjungtiva.
Kemosis lebih jelas, dengan derajat luka bakar yang lebih berat pada kulit sekitar mata, serta
opasitas pada kornea.
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan
yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:
Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal hal sebagai
berikut:
 Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi
pembuluh darah pada limbus.
 Hilangnya stem sel limbus dapat berdampak pada vaskularisasi
 kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.
 Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan presipitasi
glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
 Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan iris
dan lensa.
 Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk
memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
 Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:
 Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel
epitelial yang berasal dari stem sel limbus
 Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis kolagen yang
baru

7. Apa saja kegawatdarutan mata?


Sangat gawat
•Oklusi arteri retina sentral
•Luka bakar kimiawi
Gawat
•Laserasi kelopak
•Konjungtivitis gonore
•Skleritis
•Trauma tumpul mata
•Erosi kornea
•Laserasi kornea
•Benda asing kornea
•Tukak kornea
•Hifema
•Iritis akut
•Glaukoma akut
•Fakogenik glaukoma
•Selulitis orbita
•Trauma radiasi
•Trauma tembus bola mata
•Benda asing magnetik intraokuler
Semi gawat
•Defisiensi vitamin A
•Trakoma
•Katarak kongenital
•Glaukoma kongenital
•Perdarahan badan kaca
•Retinoblastoma
•Hipertensi maligna
•Diabetik retinopati
•Neuritis optik
•Eksoftalmus akut
•Tumor intra orbita
•Strabismus
•Leukemia pada mata
•Perdarahan retrobulbar
•Eksoftalmus goiter

8. Apa diagnosis dan dd pasien?


1) Klasifikasi Hughes
a) Ringan : Erosi epitel kornea, kornea sedikit kabur, tidak ada nekrosis iskemik konjungtiva
atau sclera.
b) Sedang : Opasitas kornea mengaburkan detail iris, nekrosis iskemik yang minimal di
konjungtiva dan sclera.
c) Berat : Garis pupil kabur, iskemik nekrosis konjungtiva atau sclera yang signifikan.
2) Klasifikasi Thoft
a) Grade 1 : Kerusakan epitel kornea, tidak ada iskemik
b) Grade 2 : Kornea kabur, tapi iris masih bias terlihat, iskemik kecil dari 1/3 limbus
c) Grade 3 : Epitel kornea hilang total, stroma kabur sehingga iris juga terlihat kabur, iskemik
sepertiga sampai setengah limbus
d) Grade 4 : Kornea opak, iskemik lebih dari setengah limbus
9. Apa komplikasi dari skenario?
1. Simblefaron adalah adhesi antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. Dengan
gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan
terganggu.
2. Kornea keruh, edema, neovaskuler akibat adanya denaturasi protein dan kerusakan pada
struktur kornea akibat zat kimia
3. Sindroma mata kering.
4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.
Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-lahan.
Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak
traumatik.
5. Glaukoma sudut tertutup yang terjadi akibat tebentuk sumbatan pada drainase cairan
aqueous humour
6. Entropion dan phthisis bulbi. Keadaan ini terjadi akibat komplikasi jangka panjang pada
trauma kimia.

10. Apa yang dokter jaga berikan pada paiesn pd pertolongnan pertama?Apa tatalaksana pd
pasien?

Tatalaksana emergensi yang diberikan yaitu:

1. Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat


selama minimal 30 menit. Jika hanya tersedia air non steril, maka air
tersebut dapat digunakan. Larutan asam tidak boleh digunakan untuk
menetralisasi trauma basa. Spekulum kelopak mata dan anestetik topikal dapat digunakan
sebelum dilakukan irigasi. Tarik kelopak mata bawah dan eversi kelopak mata atas untuk
dapat mengirigasi forniks.

2. Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi dihentikan, ukurlah pH dengan menggunakan
kertas lakmus. Irigasi diteruskan hingga mencapai pH netral (pH=7.0)

3. Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva forniks diswab dengan menggunakan moistened
cotton-tipped applicator atau glass rod. Penggunaan Desmarres eyelid retractor dapat
membantu dalam pembersihan partikel dari forniks dalam.

Selanjutnya, penatalaksana untuk trauma kimia derajat ringan hingga derajat sedang
meliputi:

1. Forniks diswab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau glass rod
untuk membersihkan partikel, konjungtiva dan kornea yang nekrosis yang mungkin masih
mengandung bahan kimia. Partikel kalsium hidroksida lebih mudah dibersihkan dengan
menambahkan EDTA.
2. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) dapat diberikan untuk mencegah spasme silier
dan memiliki efek menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah dan mengurangi inflamasi.
3. Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis untuk infeksi. (tobramisin, gentamisin,
ciprofloxacin, norfloxacin, basitrasin, eritromisin)
4. Analgesik oral, seperti acetaminofen dapat diberikan untuk mengatasi nyeri.
5. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30 mmHg dapat diberikan Acetazolamid
(4x250 mg atau 2x500 mg ,oral), beta blocker (Timolol 0,5% atau Levobunolol 0,5%).
6. Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak dilakukan pressure patch).

Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi, meliputi

1. Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai tekanan
intraokular dan penyembuhan kornea.

2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing


3. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.
4. Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari; eritromisin 2-4 kali
sehari)
5. Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per hari). Steroid
dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang menghambat reepitelisasi. Hanya
boleh digunakan selama 7-10 hari pertama karena jika lebih lama dapat menghambat
sintesis kolagen dan migrasi fibroblas sehingga proses penyembuhan terhambat, selain itu
juga meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis kornea (keratolisis). Dapat diganti dengan
non-steroid anti inflammatory agent.
6. Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan TIO bisa
terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade jaringan trabekulum oleh debris inflamasi.
7. Diberikan pressure patch di setelah diberikan tetes atau salep mata. 8. Dapat diberikan
air mata artifisial.

11. Bagaimana derajat luka pd mata akibat trauma dan prognosisnya?


Derajat sudah dibahas
Prognosis
trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut.Derajat
iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu indikator
keparahan trauma dan prognosis penyembuhan.Iskemik yang paling luas pada pembuluh
darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosis yang buruk. Bentuk paling berat pada
trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana prognosisnya adalah
yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan.
Kebanyakan kasus dapat sembuh sempurna meskipun ada juga yang disertai komplikasi
seperti glaukoma, kerusakan kornea, dry eye syndrome dan beberapa kasus menimbulkan
kebutaaan

Anda mungkin juga menyukai