Anda di halaman 1dari 7

KEGAWATDARURATAN PASIEN DENGAN TRAUMA MATA

Oleh Ninik Ambar Sari

DEFINISI
Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan atau rongga
orbita karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata dengan keras/cepat ataupun
lambat.

KLASIFIKASI
Trauma mata dapat dibagi maenjadi:
I. Trauma Mekanik:
1. Trauma tumpul (contusio oculi)
2. Trauma tajam (perforasi trauma)

II. Trauma Fisika


1. Trauma radiasi sinar inframerah
2. Trauma radiasi sinar ultraviolet
3. Trauma radiasi sinar X dan sinart terionisasi

III. Trauma Kimia


1. Trauma asam
2. Trauma basa

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan seperti kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa,
retina, papil saraf optik dan orbita secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata.

I. Trauma Mekanik
1. Trauma tumpul
Trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul,
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan
pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya. Trauma tumpul biasanya terjadi karena aktivitas
sehari-hari ataupun karena olah raga. Biasanya benda-benda yang sering menyebabkan trauma tumpul
berupa bola tenis, bola sepak, bola tenis meja, shuttlecock dan lain sebagianya. Trauma tumpul dapat
bersifat Counter Coupe, yaitu terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisi
yang bersebrangan sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampai dengan
makula.

a. Hematoma Kelopak
Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penibunan darah di bawah kulit kelopak akibat
pecahnya pembuluh darah palpebra.
Gambaran klinis
Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauna tumpul kelopak. Bila
perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam
yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut hematoma kacamata. Henatoma kacamata terjadi
akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri
oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita.
Penatalaksanaan
Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan. Selanjutnya
untuk memudahkan absorpsidarah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak.

b. Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifal lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainan termasuk akibat
trauma tumpul.
Gambaran klinis
Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah
rangsangan terhadap konjungtivanya.
Penatalaksanaan
Pada edem konjung tiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam
selaput lendir konjungtiva. Pada edem konjungtiva yang berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan
konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.

c. Hematoma subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat dibawah
konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini bisa akibat
dari batu rejan, trauma tumpul atau pada keadaan pembuluh darah yang mudah pecah.
Gambaran klinis
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan tidak terdapat robekan di
bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap
penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma tumpul.
Penatalaksanaan
Pengobatan pertama pada hematoma subkonjungtiva adalh dengan kompres hangat. Perdarahan
subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dengan sendirinya dalam 1 – 2 minggu tanpa diobati.

d. Edema kornea
Gambaran klinis
Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola
lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasedo yang positif.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hiertonik seperti NaCL 5% atau larutan garam hipertonik 2
– 8%, glukosa 40% dan larutan albumin. Bila terjadi peninggian tekanan bola mata maka dapat
diberikan asetozolamida. Dapat diberikan lensa kontak lembek untuk menghilangkan rasa sakit dan
memperbaiki tajam penglihatan.

e. Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat mengakibatkan oleh gesekan
keras pada epitel kornea.
Gambaran klinis
Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat
sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh.
Pada korne akan terlihat adanya defek efitel kornea yang bila diberi fuorosein akan berwarna hijau.
Penatalaksanaan
Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit
yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah kerusakan epitel.
Epitel yan terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah terjadinya infeksi
dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan sufasetamid tetes.
Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan sikloplegik aksi-pendek
seperti tropikamida.Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien,
maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien minimal 24 jam.

f. Erosi kornea rekuren


Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak metaherpetik.
Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea sebagai
sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea.
Penatalaksanaan
Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat
terlepas untuk membentuk membran basal kornea.Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit ataupun untuk mengurangi gejala radang uvea yang mungkn timbul.
Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat pertumbuhan
epitel baru dan mencegah infeksi skunder. Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan
erosi rekuren pada kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya.

g. Iridoplegia
Kelumpuhan otot sfingter pupil yang isa diakibatkan karena trauma tumpul pada uvea sehingga
menyebabkan pupi menjadi lebar atau midriasis.
Gambaran klinis
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan
pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk
pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.
Penatalaksanaan
Penanganan pada pasien dengan iridoplegia post trauma sebaiknya diberikan istirahat untuk mencegah
terjadinnya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.

h. Hifema
Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Gambaran klinis
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan
sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata
depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Zat besi di dalam bola ata dapat
menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan ftisis bulbi dan kebutaan.
Penatalaksanaan
Penanganan awal pada pasien hifema yaiu dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang
ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulansia dan mata ditutup. Pada pasien yang gelisah
dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi glaukoma dapat diberikan Asetazolamida.
Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema bila
terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma skunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau
setelah 5 hari tidak terliaht tanda-tanda hifema berkurang.
Iridosiklitis
Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post trauma.
Gambaran klinis
Pada mata akan terlihat mata merah, akbat danya darah yang berada di dalam bilik mata depan maka
akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang mengakibatkan visus menurun.
Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan midriatika.
Penatalaksanaan
Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal, bila terlihat tanda radang berat
maka dapat diberikan steroid sistemik.
Penanganan dengan cara bedah mata.

j. Subluksasi Lensa
Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian zonula zinn ataupun
dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan).
Gambaran klinis
Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Gambaran pada iris berupa iridodonesis.
Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan
menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan sehingga bisa
mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.
Penatalaksanaan
Penanganan pada subluksasi lensa adalah dengan pembedahan. Bila tidak terjadi penyulit seperti
glaukoma dan uveitis, maka dapat diberi kaca mata koreksi yang sesuai.

k. Luksasi Lensa Anterior


Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa masuk ke dalam
bilik mata depan.
Gambaran klinis
Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak. Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif
akut yang disebabkan karena lensa terletak di bilik mata depan yang mengakibatkan terjadinya
gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa
di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.
Penatalaksanaan
Penanganan pada Luksasi lensa anterior sebaiknya pasien segera dilakukan pembedahan untuk
mengambil lensa. Pemberian asetazolamida dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan bola mata.

l. Luksasi Lensa Posterior


Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa jatuh ke dalam
badan kaca dan tenggelam di dataran bawah fundus okuli.
Gambaran klinis
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu kampus.
Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.
Penatalaksanaan
Penanganan yaitu dengan melakukan ekstraksi lensa. Bila terjadi penyulit maka diatasi penyulitnya.

m. Edema Retina
Edema Retina adalah terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul.
Gambaran klinis
Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid
melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul mengakibatkan edema makula
sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien akan menurun.
Penatalaksanaan
Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan normal kembali setelah
beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh
sel pigmen epitel.
n. Ablasi Retina
Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya pasien telah
mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Seperti adanya retinitis sanata, miopia dan proses
degenerasi retina lainnya.
Gambaran klinis
Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang
seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna abu-abu
dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.
Penatalaksanaan
Ablasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata.

2. Trauma Tembus
Trauma tembus pada mata dapat diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainya yang
mengakibatkan terjadinya robekan jaringan-jarinagan mata secara berurutan, misalnya mulai dari
palpebra,kornea, uvea sampai mengenai lensa..
Gambaran klinis
Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya masuk kedalam bola mata maka
akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus seperti :
- Tajam penglihatan yang menurun
- Tekanan bola mata yang rendah
- Bilik mata dangkal
- Bentuk dan letak pupil yang berubah
- Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera
- Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina
- Konjungtivis kemotis

Penatalaksanaan
Bila terlihat salah satu atau beberapa tanda diatas maka dicurigai adanya trauma tembus bola mata
maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup tetapi jangan terlalu
kencang dan segera dikirim ke dokter mata untuk dilakukan pembedahan dan penanganan lebih lanjut.
Pembuatan foto bisa dilakukan untuk melihat adanya benda asing dalam bola mata. Benda asing yang
bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan magnet raksasa, dan benda asing yang tidak bersifat
magnetik dapat dikeluarkan dengan vitrektomi.
Komplikasi
Adanya benda asing intraokuler dapat mengakibatkan endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina,
perdarahn intraokuler dan ptisis bulbi.

II. Trauma Fisika


1. Trauma Sinar Inframerah
Sinar inframerah dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa, iris dan kapsul disekitar lensa. Hal ini
terjadi karena sinar yang terkumpul dan ditanglap oleh mata selama satu menit tanpa henti akan
menagkibatkan pupil melebar dan terjadi kenaikan suhu lensa sebanyak 9 derajat selsius, sehingga
mengakibatkan katarak dan eksfoliasi pada kapsul lensa. Sinar inframerah yang sering didapatkan
adalah dari sinar matahari dan dari tempat pekerjaan pemanggangan.
Gambaran klinis
Seseorang yang sering terpejan dengan sinar ini dapat terkena keratitis superfisial, katarak kortikal
anterior posterior dan koagulasi pada koroid. Biasanya terjadi penurunan tajam penglihatan,
penglihatan kabur dan mata terasa panas.
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang telah terjadi, kecuali mencegah sering terpapar oleh
sinar infra merah ini. Pemberian steroid sistemik dimaksudkan untuk mencegah terbentuknya jaringn
parut pada makula dan untuk mengurangi gejala radang yang timbul.

2. Trauma Sinar Ultra Violet


Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai panjang
gelombang antara 350 – 295 nM. Sinar ultra violet banyak dipakai pada saat bekerja las dan menatap
sinar matahari. Sinar ultra violet akan segera merusak sel epitel kornea, kerusakan iniakan segera baik
kembali setelah beberapa waktu dan tidak memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.
Gambaran klinis
Biasanya pasien akan memberikan keluhan 4 – 6 jam post trauma, pasien akan merasakn mata sangat
sakit, terasa seperti ada pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva kemotik. Korne akan
menunjukan adanya infiltrat pada permukaanyayang kadang-kadang disetai dengan kornea yang
keruh. Pupil akan terlihat miosis.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetika dan mata ditutup selama 2
– 3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.

3. Trauma Sinar Ionisasi dan Sinar X


Sinar Ionisasi dibedakan dalam bentuk:
- Sinar alfa yang dapat diabaikan
- Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan
- Sinar gamma
- Sinar X
Gambaran Klinis
Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea yang dapat bersifat permanen.
Katarak akibat pemecahan sel epitel yang tidak normal dan rusaknya retina dengan gambarandilatasi
kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat. Atrofi sel goblet pada konjungtiva juga dapat
terjadi dan mengganggu fungsi air mata.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal, steroid sistemik dan sikloplegik.
Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan

III. Trauma Kimiawi


Trauma Kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium, industri, pekerjaan yang
memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan yang memakai bahan kimia. Taruma
kimia pada mata memerlukan tindakan segera, irigasi pada daerah mata yang terkena bahan kimia
harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya penyulit yang berat. Pembilasan dapat dilakukan
dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainya selama 15 – 30 menit

1. Trauma Asam
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan bahan
protein permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan pada bagian superfisisal saja, tetapi bahan asam
kuat dapat bereaksi yang mengakibatkan trauma menjadi lebih dalam.
Gambaran klinis
Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata
biasanya menurun.
Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secara perlahan-lahan dan selama
mungkin dengan air bersih atau garam fisiologik minimal selama 15 menit.
Antibiotika topikal untuk mencegah infeksi
Sikloplegik bila terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih dalam.
EDTA bisa diberikan satu minggu post trauma.
Prognosis
Baik bila konsentrasi asam tidak nterlalu tinggi dan hanya terjadi kerusakan superfisisal saja.

2. Trauma Basa
Trauma basa pada mata akan memberikan reaksi yang gawat pada mata. Alkali dengan mudah dan
cepat dapat menembus jaringan kornea, bilik mata depan dan bagian retina. Hal ini terjadi akibat
terjadinya penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi
proses persabunan disertai dangan dehidrasi.
Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan menjadi :
Derajat 1: heperemi konjungtiva diikuti dengan keratitis pungtata.
Derajat 2: hiperemi konjungtiva dengan disertai hilangnya epitel kornea.
Derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea.
Derajat 4: Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50 %

Gambaran klinis
Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata
biasanya menurun. Pengujian dengan kertas lakmus saat pertama kali datang adalah menunjukan
suasana alkalis
Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan adalah dengan irigasi dengan garam fisiologik sekitar 60 menit segera
setelah trauma. Penderita diberikan sikloplegia, antibiotika, EDTA diberikan segera setelah trauma 1
tetes tiap 5 menit selama 2 jam dengan maksud untuk mengikat sisa basa dan untuk menetralisir
kolagenase yang terbentuk pada hari ketujuh post trauma. Diberikan antiiatik lokal untuk mencegah
infeksi Analgetik dan anestesik topikal dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.

Pencegahan
Trauma mata dapat dicegah dengan menghindarkan terjadinya trauma seperti:
 Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadnya trauma tajam akabiat alat
pekerjaannya
 Setiap pekerja yang bekerja di tempat bahan kimia sebaiknya mengerti bahan kimai apa yang
dipakainya, asam atau basa.
 Pada pekerja las sebaiknya melindungi matanya dari sinar dan percikan las.
 Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya.
 Pada olah ragawan seperti tinju ataupun bela diri lainya, harus melindungi bagian matanya dan
daerah sekitarnya dengan alat pelindung.

Anda mungkin juga menyukai