Anda di halaman 1dari 62

Anto Triwibowo

030.12.028

Pembimbing
Dr. RR Supiyanti, Sp. M
Trauma tumpul

Trauma Kimia
TRAUMA
OKULI Trauma Radiasi

Corpus Alienum
3 lapisan jaringan : Lap. fibrosa, lap.
vascular, dan lap. neural
MATA EKSTRERNAL
KELOPAK MATA
SEGMEN ANTERIOR
SEGMAN POSTERIOR
LAPISAN RETINA
PERSARAFAN DAN OTOT
PERGERAKAN MATA
VASKULARISASI
PROSEDUR PENANGANAN KASUS
TRAUMA MATA :
1. Anamnesa tentang kejadian trauma
2. Pemeriksaan tajam penglihatan
3. Pemeriksaan keadaan mata yg kena
trauma.
4. Pemeriksaan dgn oftalmoskop
5. Penentuan ada tidaknya serta lokasi benda
asing.
6. Tindakan pengobatan
 Trauma tumpul okuli adalah trauma pada mata
 Trauma tumpul biasanya terjadi karena
yang diakibatkan benda yang keras atau
benda tidak keras dengan ujung tumpul, aktivitas sehari-hari ataupun karena olah raga.
dimana benda tersebut dapat mengenai mata
dengan kencang atau lambat sehingga terjadi Trauma tumpul dapat bersifat counter coupe,
kerusakan pada jaringan bola mata atau
daerah sekitarnya. yaitu terjadinya tekanan akibat trauma
diteruskan pada arah horisontal di sisi yang
bersebrangan sehingga jika tekanan benda
mengenai bola mata akan diteruskan sampai
dengan makula.
Ledakan
dmn terjadi
pemadatan
udara

Benturan
Benda
Tumpul
Kontusio

Konkusio
Symtomps Nyeri
Mual
Muntah
Pandangan Kabur

Sign Mata merah


Penurunan visus
Infeksi konjungtiva
ANAMNESIS

1. Proses terjadinya trauma


2. Benda apa yang mengenai mata tersebut
3. Bagaimana arah datangnya benda yang mengenai mata itu (Apakah dari
depan, samping atas, samping bawah, atau dari arah lain)
4. Bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata
5. Berapa besar benda yang mengenai mata
6. Bahan benda tersebut (Apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan lainnya)

Bila terjadi pengurangan penglihatan :


1. Apakah pengurangan penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah
kecelakaan tersebut
2. Kapan terjadi trauma itu
3. Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit
4. Apakah sudah pernah mendapatkan pertolongan sebelumnya.
Pemeriksaan Subjektif
• Pem. Tajam penglihatan
• Pem. Refraksi

Pemeriksaan Objektif
• Yang diperiksa pada kasus trauma mata ialah :
• Keadaan kelopak mata
• Kornea
• Bilik mata depan
• Pupil
• Lensa dan fundus
• Gerakkan bola mata
• Tekanan bola mata.
• Pem. Segmen anterior (Sentolop loupe, slit lamp, oftalmoskop)
 Jarang sekali terjadi yg diakibatkan
oleh karena trauma tumpul
Jika terjadi gejala yg tampak adanya :
 Eksoftalmus
 Ggn. Pergerakan bola mata
 Haematom kelopak mata
 Fraktur os orbita
 Kejadian yang sering terjadi yang
disebabkan oleh trauma tumpul
Jika terjadi gejala yg tampak adanya :
 Edema palpebra
 Haematom palpebra

• Kompres dingin : hentikan perdarahan &


hilangkan rasa sakit
• Kompres hangat : bila sudah lama
 Jaringan konjungtiva akan terjadi kemotik
 Kemotik konjungtiva yang berat dapat
mengakibatkan palpebra tidak menutup
sehingga bertambah rangsangan
terhadap konjungtiva.

• Dapat diberikan dekongestan untuk


mencegah pembendungan cairan di
dalam selaput lendir konjungtiva.
 Konjungtiva tampak merah dengan batas
tegas dan pada penekanan tidak
menghilang atau menipis
 Dengan berjalannya waktu lama
kelamaan akan berubah warna menjadi
membiru, menipis dan umumnya diserap
dalam waktu 2-3 minggu
 Akibat pecahnya a. Konjungtiva dan a.
episklera

• Kompres air hangat (dini)


• Obat tetes untuk Vasokonstriksi pembuluh
darah (ex : Vasakon)
 Erosi kornea merupakan keadaan
terkelupasnya epitel kornea yang dapat
diakibatkan oleh gesekkan keras pada
epitel kornea
 pasien akan merasa sakit sekali akibat
erosi merusak kornea yang mempunyai
serat sensibel yang banyak, mata berair,
dengan blefarospasme, lakrimasi,
fotofobia, dan penglihatan akan
tergantung oleh media kornea yang
keruh

• Pengobatan yang diberikan adalah


larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau
larutan garam hipertonik 2-8%
• glukose 4% dan larutan albumin.
• TIO meningkat : Asetazolamid
 Edema kornea akan memberikan
keluhan penglihatan kabur dan
terlihatnya pelangi sekitar bola lampu
atau sumber cahaya yang dilihat.
 Pada kornea akan terlihat suatu defek
epitel kornea yang bila diberi
perwarnaan fluoresein akan berwarna
hijau.

• antibiotika (Untuk mencegah infeksi )

• Akibat rangsangan yang mengakibatkan


spasme siliar maka diberikan sikloplegik
aksi pendek seperti tropikamida.
 Trauma tumpul pada uvea dapat
mengakibatkan kelumpuhan otot sfingter
pupil atau iridoplegia sehingga pupil
menjadi lebar atau midriasis.
 Pasien akan sukar melihat dekat karena
gangguan akomodasi, silau akibat
gangguan pengaturan masuknya sinar pada
pupil.
 Pupil terlihat tidak sama besar atau
anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi
ireguler. Pupil ini tidak bereaksi terhadap
sinar.

• Istirahat untuk mencegah terjadinya


kelelehan sfingter dan pemberian
roboransia.
 Trauma tumpul dapat mengakibatkan
robekan pada pangkal iris sehingga
bentuk pupil menjadi berubah.
 Pasien akan melihat ganda dengan satu
matanya.
 Pada iridodialisis akan terlihat pupil
lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi
bersama-sama dengan terbentuknya
hifema.

• Pembedahan dengan melakukan reposisi


pangkal iris yang terlepas.
 Terdapatnya darah dalam bilik mata
depan , dapat ringan maupun berat
 Terjadi karena trauma tumpul yang
merobek pembuluh darah iris atau
corpus siliar.
 Keluhan : sakit, disertai gejala epifora dan
blefarospasme, penglihatan pasien akan
turun
 Ketika pasien duduk, hifema akan terlihat
dibawah bilik mata depan

• Dirawat : tidur di tempat tidur yang


ditinggikan 30 derajat pada kepala
• Obat Anti Koagulan, mata ditutup
• Asetazolamid : penyulit Glaukoma
• Pembedahan
 Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula zinn yang akan mengakibatkan
kedudukan lensa terganggu.

 putusnya sebagian zunula zinn sehingga lensa berpindah tempat.


Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien
menderita kelainan pada zonula zinn yang rapuh (sindrom
marphan).
 Subluksasi dapat mengakiatkan glaukoma sekunder dimana terjadi
penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung.
 Bila seluruh zonula zinii disekitar
ekuator putus maka lensa dapat
masuk kedalam bilik mata depan
 penglihatan menurun mendadak
disertai rasa sakit yang sangat,
muntah, mata merah dengan
blefarospasme

 Acetazolamida untuk
menurunkan TIO
 Pengeluaran Lensa
 Pada trauma tumpul akan terlihat
katarak subkapsular anterior maupun
posterior

 Ekstraksi Lensa setelah


peradangan mereda.
 Diberikan antibiotik sistemik
dan Topikal kortikosteroid
topikal untuk memperkecil
terjadinya infeksi dan uveitis
 Cincin berpigmen yang terletak tepat
dibelakang pupil, merupakan deposit
pigmen iris pada dataran depan lensa
sesudah suatu trauma.
 penglihatan akan sangat menurun.
 Edema retina akan memberikan
warna retina yang lebih abu-abu
akibat sukarnya melihat jaringan
koroid melalui retina yang sembab
 Pada trauma tumpul yang paling
ditakutkan adalah terjadi edema
makula atau edema berlin. Pada
keadaan ini akan terjadi edema yang
luas sehingga seluruh polus posterior
fundus okuli berwarna abu-abu.
 Trauma diduga merupakan pencetus
untuk terlepasnya retina dari koroid
pada penderita ablasi retina.
 keluhan seperti adanya selaput yang
seperti tabir menganggu lapang
pandangannya. Bila terkena atau
tertutup daerah makula maka tajam
penglihatan akan menurun.
 dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat ruptur koroid.
 Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris
di sekitar papil saraf optic.
 Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam
penglihatan akan turun dengan sangat.
- Mudah terlihat
- Riwayat pekerjaan

- Terapi
* anestesi topikal
* kapas lidi sbg aplikator
* Benda Asing yg berada di sekitar limbus dikeluarkan satu persatu satu.
 Dimana terjadinya saraf optik yang terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata
 Akibatkan penurunan tajam penglihatan yang berat bahkan kebutaan

 Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula
perdarahan dan edema sekitar saraf optik.
 Penglihatan berkurang, gangguan penglihatan warna dan lapang pandang
 adanya darah dalam kamera okuli anterior
 akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar (a.
sirkulus mayor dan cabang badan ciliar)
MEKANISME TRAUMA OKULI

countercoup
Coup

Hantaman kuat pada bola mata  regangan  robekan pada


iris atau korpus siliaris,  darah terakumulasi dalam kamera
okuli anterior  trabekular meshwork dan kanal sklem
ETIOLOGI

Trauma tumpul pada mata


(70-80% kasus)

Trauma tajam

Spontan
(Tumor, penggunaan obat
dan post operasi)
 penurunan atau kehilangan penglihatan secara tiba-tiba setelah adanya riwayat
trauma pada mata.
 mikrohifema  visus normal atau dengan visus yang kabur.
 hifema total  mengalami kehilangan visus total.
 Nyeri disertai epifora dan blefarospasme.
DIAGNOSIS: ANAMNESIS

riwayat trauma tumpul ataupun trauma


tajam
riwayat operasi mata sebelumnya

riwayat penyakit sistemik


 Tanda patognomonik ialah darah yang ditemukan di dalam kamera okuli anterior.
Selain itu:
 Visus menurun
 kornea (edema, blood staining)
 tonometri (peningkatan TIO)
 kamera okuli anterior (tinggi dan warna)
 iris (robekan)
DIAGNOSIS: EVALUASI

Pemeriksaan Derajat
radiologis hifema

Lakukan
pemeriksaan
tonometri
Hifema pada pasien dengan blood dyscrasia

Pseudohipopion pada pasien dengan Hipopian pada pasien post operasi endoftalmitis
retionoblastoma
 mengurangi risiko terjadinya perdarahan sekunder, corneal blood staining, dan
atropi optik akibat dari glaukoma sekunder
 Tirah baring posisi semi Fowler
 Medika mentosa dan intervensi bedah
Terapi medikamentosa

Lini pertama Lini kedua


 Atropine 1% , 3 kali sehari  Timolol 0,5% atau levobunolol 0,5% dua
 Prednisolone asetat 1% 4 kali sehari kali sehari
 Brimonidine 0,2% atau apraclonidine
0,5%, tiga kali sehari
 Dorzolamide 2% atau brinzolamide 1%
tiga kali sehari
 Acetazolamide 500 mg PO 2 kali sehari
Parasentesis Hifema
 Glaukoma Sekunder
 Perdarahan Sekunder
 Hemosiderosis Kornea
 Pemulihan visus berhubungan dengan tiga faktor penting yaitu:
 Derajat kerusakan struktur bola mata
 Perdarahan sekunder
 Komplikasi glaucoma, corneal blood staining, atropi optic.
 Ashaye, adeyinka. Review: Traumatic Hyphaema: A report of 472 consecutive cases. Nigeria:2008;8(24).
 Sjamsuhidajat., Kepala dan leher in buku ajar ilmu bedah De jong edisi 3. EGC. Jakarta:2011
 Fauzy, Ahmad. Hyphema due to blunt injury: a review of 118 patients. Malasya: 2010;3(3):272-276
 Almutez Gharaibeh., Medical interventions for traumatic hyphema. Jordan:2013
 Ilyas, Sidarta. Anatomi Mata in Ilmu penyakit mata edisi ke empat. FKUI.Jakarta:2012.
 Khaw, P T., Clinical review: Injury to the eye. BMJ vol 328; 2004:1-3
 Kalthum,Umi. Traumatic ocular blunt trauma in a child: lessons to learn. Malasya: 2012;37:447-448
 Benson, William. Chapter 31: Blunt trauma in Duane’s clinical ophthalmology.
 Langston, Pavan. Chapter2: burns and trauma in Manual of ocular diagnosis and therapy sixth edition. Lippincot William and
wilkins. Philadelphia:2008;48
 James, Bruce. BAB 16 Trauma In Ophthalmology edisi kesembilan. Erlangga Medical Series. Jakarta:2003
 Leucona, Karin,. Assessing and managing eye injuries. South Africa:2005;18(55):101-104
 Riordan, Eva., Whitcher, Jhon. Hyphema in Vaughan & Asbury's General Ophthalmology 17th Edition.
Philadelphia:2007.Pp;73
 Brown, Jeremy. Hyphema in Oxford American handbook of emergency medicine. New York:2008
 Shah, Kaushal. Hyphema in Essential emergency trauma. Lippincot William and wilkins. Philadelphia:2001
 Obat otonom in Farmakologi dan terapi edisi 5. FKUI. Jakarta :2007
 Ilyas, Sidarta. Hifema, dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 2, FKUI, Jakarta, 2003
 Bag. SMF Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya , 2006 ,
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ed III , Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya
 Bruce James , dkk . 2005 . Lecture Notes Oftalmologi . Ed 9 , Erlangga Medical Series Surabaya
 Beers, Mark. The Merck Manual of Diagnosis and therapy in Eye Injuries. 18th Ed. Merck Research
Laboratories.2006;p.2588-10.
 Morris DS. Ocular blunt trauma: loss of sight from an ice hockey injury. Br J Sports Med. 2006 Mar.
40(3):e5; discussion e5.
 Gharaibeh A, Savage HI, Scherer RW, Goldberg MF, Lindsley K. Medical interventions for
traumatic hyphema. Cochrane Database Syst Rev. 2013 Dec 3. 12:CD005431.
 Gharaibeh A, Savage HI, Scherer RW, Goldberg MF, Lindsley K. Medical interventions for
traumatic hyphema. Cochrane Database Syst Rev. 2011. 1:CD005431.
 Turkoglu EB, Celik T, Celik E, Ozkan N, Bursali O, Coskun SB. Is topical corticosteroid necessary in
traumatic hyphema?. J Fr Ophtalmol. 2014 Oct. 37(8):613-7.
 Damaian C, Artur M, Maria U, et al. Prevalence of Refractive Error in School
Children Ranging from 6 to 18 years of Age. Journal Annales Academiae Mediciae
Stetinensis. 2007;53:53-6.
 Johnson R.W. Anatomy for ophthalmic anaesthesia. British Journal of Anaesthesia.
Available at : http://bja.oxfordjournals.org/content/75/1/80.full.pdf. Accessed on
July, 28th 2015.
 Moore K.L, Dalley A.F, Agur A.M.R. Clinically Oriented Anatomy.
Philadelphia:Lippincott William and Wilkins. 6th ed. 2010.P. 889-909.
 Vaughan D.G, Asburg T, Paul R.E. Anatomy and Embriology of The Eye. General
Ophthalmology. Mc. Graw Hill Companies. USA. 2004;16:25-7.
 John T, Thomas T. Perspective : How Might Emmetropization and Genetic Factors
Produce Myopia in Normal Eyes?. Optometry and Vision Science. 2011;88:365-72.
 Sulistya T.B, Dewi D.S, Suyuti H, Sumarno. Hubungan Antara Kadar Enzim Glutation
Reduktase dengan Derajat Kekeruhan Inti Lensa. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
2006;22:40-1.
 Bruce, Chris, dan Anthony. 2006. Lecture Notes : Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta
:Penerbit Erlangga.
 Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti et al. 2005.Kapita Selekta Kedokteran edisi
ketiga.Jakarta: Media Aesculapius
 Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
 Wijana,Nana S,Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke VI 1993
 Prihatno AS. Cedera Mata. 2007 (Diakses dari website www.medicastore.com,
padatanggal 8 Desember 2010)
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai