Anda di halaman 1dari 102

PEMICU 7

Petasan Membawa Musibah

BLOK PENGINDERAAN 2019


AHSAN/405120018
LEARNING ISSUES
• 1. Trauma Mata
• 2. Trauma Telinga
Pendahuluan Trauma Tumpul Mata
• Kerusakan bergantung kekuatan dan arah gaya,
sehingga memberikan dampak bagi setiap jaringan
sesuai sumbu arah trauma.
• Trauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
– Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung
dengan benda dari luar terhadap bola mata, tanpa
menyebabkab robekan pada dinding bola mata.
– Konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung.
Trauma terjadi pada jaringan di sekitar mata, kemudian
getarannya sampai ke bola mata.
Anamnesa
Kapan terjadi trauma? Berdarah?
Benda apa yg menyebabkan trauma, ukuran,
dan seberapa kuat benturannya?
Apakah terjadi penurunan penglihatan antara
sebelum dan sesudah trauma?
Sudahkah mendapatkan pertolongan
sebelumnya?
Tanda dan gejala
• Mata merah
• Rasa sakit
• Mual dan muntah karena kenaikan Tekanan
Intra Okuler (TIO).
• Penglihatan kabur
• Penurunan visus
• Infeksi konjunctiva
• Pada anak-anak sering terjadi somnolen
Hematoma palpebra
• Pembengkakan/ penimbunan darah di bawah kulit
kelopak krn pecahnya PD
• Srg terlihat pd trauma tumpul kelopak
– Bs krn pukulan tinju, atau benda keras lainnya
• Jk perdaharan terletak lebih dalam dan kena kedua
kelopak dan berbentuk kacamata hitam yg dipakai 
hematoma kacamata (GAWAT)
– Penyebab: pecah a.oftalmika maka darah masuk kedua
rongga orbita mell fisura orbita. Darah tdk dpt menjalar lanjut
krn terbatas septum orbita shg terbentuk gambaran hitam pd
kelopak spt kacamata
Hematoma palpebra
• Talaks
– Dini: kompres dingin utk hentikan darah dan
menghilangkan rasa sakit
– Lama : kompres hangat utk memudahkan
absorpsi
Trauma Tumpul Konjungtiva
• Terdapat edema dan kemotik konjungtiva
• Kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva
terkena angin secara langsung tanpa kedip -> edema
konjungtiva
• Kemotik terjadi pada jar konjungtiva yang bersifat
selaput lendir
• Kemotik berat -> palpebra tidak menutup ->
bertambah rangsangan pada konjungtiva
Trauma tumpul konjungtiva
EDEMA konjungtiva

• Trauma tumpul  jar konjungtiva yg bersifat


selaput lendir menjadi kemotik
• Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan
konjungtiva secara langsung kena angin tanpa
mengedip  edem konjungtiva
• Kemotik konjungtiva berat mengakibatkan
palpebra tdk menutup  menambah
rangsangan konjungtiva
Trauma tumpul konjungtiva
EDEMA konjungtiva

• Talaks :
– Dekongestan utk cegah pembendungan cairan
dlm selaput lendir konjungtiva
– Pd kemotik konjungtiva berat dilakukan diinsisi
shg cairan konjungtiva kemotik keluar
Trauma Tumpul Konjungtiva
• Th/
1. Edema konj -> dekongestan (mencegah
pembendungan cairan dalam selaput lendir konj)
2. Kemotik berat -> insisi -> cairan konj kemotik keluar
Hematoma Subkonjungtiva
• Etio : PD pada/di bawah konjungtiva (a. konjungtiva,
a. episklera) pecah
• Etio pecahnya PD :
1. Batuk rejan
2. Trauma tumpul basis kranii/hematoma kacamata
3. PD rentan dan mudah pecah (lansia, HT,
arteriosklerosis, konjungtivitis, anemia, obat-obatan
ttt)
Hematoma Subkonjungtiva
• Bila ok trauma tumpul -> pastikan tidak ada robekan
di bawah jar konjungtiva atau sklera
• Terkadang hematoma menutupi keadaan mata yang
> buruk (mis: perforasi bola mata)
• Pemeriksaan : funduskopi (terutama hematoma
akibat trauma)
• TIO rendah dengan pupil lonjong + visus turun +
hematoma -> eksplorasi bola mata -> kemungkinan
ada ruptur bulbus oculi
Hematoma Subkonjungtiva
• Th/ dini : kompres hangat
• Prognosis : hematoma hilang dalam 1-2 minggu
tanpa th/
Edema Kornea
• Trauma tumpul yg keras/ cepat mengenai
mata dpt mengakibatkan edema kornea atau
malahan ruptur pd membran Descemet
Tanda dan Gejala
• Penglihatan kabur
• Terlihatnya pelangi sekitar bola lampu/
sumber cahaya
• Kornea  keruh
• Pemeriksaan : Uji plasido (+)
• Berat  masuknya serbukan sel radang &
neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma
kornea
Terapi
• Larutan hipertonik
– NaCl 5%
– Larutan garam hipertonik 2 – 8 %
– Glukose 40%
– Larutan albumin
• Peningkatan TIO  asetazolamida
Penyulit
• Kerusakan M. Descemet lama  keratopati
bulosa
(keluhan: rasa sakit & menurunkan penglihatan
akibat astigmastisme irregular)
Erosi Kornea
• Keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat mengakibatkan oleh
gesekan keras pada epitel kornea.

• Gambaran klinis:
- pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang
mempunyai serat sensibel yang banyak,
- mata berair,
- fotofobia dan
- penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh.

• Pada kornea akan terlihat adanya defek efitel kornea yang bila diberi
fuorosein akan berwarna hijau.
• Penatalaksanaan
– Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan
dan menghilangkan rasasakit yang sangat.
– Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah
kerusakan epitel.
– Epitel yan terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas.
– Untuk mencegah terjadinyainfeksi dapat diberikan antibiotika spektrum
luas seperti neosporin, kloramfenikol dan sufasetamid tetes.
– Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat
diberikan sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida.
– Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada
pasien, maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien minimal 24 jam
Erosi Kornea Rekuren
• Akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak metaherpetik.
• Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran
basal epitelkornea sebagai sebagai tempat duduknya sel basal epitel
kornea.

• Penatalaksanaan Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan


kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk
membentuk membran basal kornea.
- Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun
untuk mengurangi gejalaradang uvea yang mungkn timbul.
- Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk
mempercepat pertumbuhanepitel baru dan mencegah infeksi skunder.
- Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren
pada kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada
ditempatnya
TRAUMA TUMPUL UVEA
Iridoplegia
• Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul
pada uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis.

• Gambaran klinis
– Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan
merasakan silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil.
– Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoriadan bentuk pupil dapat
menjadi ireguler.
– Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.

• Penatalaksanaan penanganan pada pasien dengan iridoplegia post trauma


sebaiknya diberikan istirahat untuk mencegah terjadinnya kelelahan
sfingter dan pemberian roboransia
Iridosiklitis
• Radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea
pada post trauma.
• Gambaran klinis
- Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya darah yang
berada di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan
pupil mata yang mengecil yang mengakibatkan visus menurun.
• Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan
memeriksa fundus dengan midriatika.
• Penatalaksanaan
-diberikan tetes midriatik dan steroid topikal, bila terlihat tanda
radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik.
-bedah mata
Hifema
• Adalah darah di dlm bilik mata dpn dpt tjd ak/
trauma tumpul yg merobek PD iris / bdn siliar.
• Tanda & gejala :
– Sakit disertai dgn epifora & blefarospasme
– Penglihatan menurun
– Bila pasien duduk hifema akan terkumpul di bag bawah
bilik mata dpn.
• Terapi : merawat pasien dgn posisi 30o pd kepala, diberi
koagulasi & mata ditutup, obat penenang jk di butuhkan.
Asetazolamid diberikan jk tjd glaukoma.
• Prognosis : Hifema akan hilang sempurna.
Bedah pada Hifema
Parasentesis: mengeluarkan darah dr bilik mata dpn
dilakukan bila terlihat tanda2 glaukoma sekunder, hifema
penuh warna hitam / bila stelah 5 hari tdk terlihat tanda2
hifema akan berkurang.
- insisi kornea 2 mm dr limbus ke arah kornea dan
sejajar permukaan iris
- biasanya bila bibir luka ditekan -> koagulum dr COA
keluar
- darah tidak keluar semua -> bilas dg garam fisiologik
- tidak perlu jahit
• Komplikasi :
– Glaukoma sekunder
– Hifema sekunder
– Zat besi dalam bola mata  diderosis bulbiftisis
bulbi & kebutaan
Trauma Tumpul Pada Lensa
• Dislokasi lensa
• Subluksasi lensa
• Luksasi anterior
• Luksasi lensa posterior
• Katarak Taruma

06/09/2022 29
Dislokasi lensa
• Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula
zinn yang akan mengakibatkan kedudukan
lensa terganggu.

06/09/2022 30
Subluksasi Lensa
• Terjadi akibat:
– putusnya sebagian zonula zinn sehingga lensa
berpindah tempat.
– Spontan akibat ps menderita kelainan pd zonula
zinn (sindrom marphan).

06/09/2022 31
Subluksasi Lensa
• Tanda dan Gejala:
– Penglihatan berkurang
– Iriododonesis
– Lensa menjadi cembung  mata > miopik

– Mendorong iris ke depan  sudut bilik mata


tertutup  mudah terjadi glaukoma sekunder

06/09/2022 32
Subluksasi Lensa
• Penatalaksanaan:
– Bila tdk terjadi penyulit spt glaukoma atau uveitis
maka tdk dilakukan pengeluaran lensa dan diberi
kacamata koreksi yg sesuai.

06/09/2022 33
Luksasi Lensa Anterior
Lensa masuk ke
Zonula Zinn
Trauma dalam bilik mata
putus
depan

G3 pengaliran
Glaukoma
keluar cairan
kongestif akut
bilik mata

06/09/2022 34
Luksasi Lensa Anterior
• Tanda dan Gejala:
– Penglihatan turun mendadak
– Rasa sakit yg sangat
– Muntah
– Mata merah
– Blefarospasme
– Injeksi siliar berat
– Edema kornea
– Lensa didalam bilik depan
– Iris terdorong ke blkg dgn pupil yg lebar
– Tekanan bola mata sangat tinggi

06/09/2022 35
Luksasi Lensa Anterior
• Penatalaksanaan:
– Secepatnya dikirim ke dokter dan dikeluarkan
lensanya.
– Terlebih dulu berikan asetazolamida utk
menurunkan tekanan bola mata.

06/09/2022 36
Luksasi Lensa Posterior
• Trauma tumpul keras  zonula zinn putus di
seluruh lingkaran ekuator  lensa jatuh k dlm
badan kaca dan tenggelam di bwh polus
posterior fundus okuli  LLP

06/09/2022 37
Luksasi Lensa Posterior
• Tanda dan Gejala:
– Skotoma
– Afakia

• Penyulit:
• Glaukoma fakotoksik
• uveitis fakotoksik

• Penatalaksanaan: ekstraksi lensa


06/09/2022 38
TRAUMA TUMPUL SARAF OPTIK

39
Avulsi papil saraf optik
• Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam
bola mata  turunnya tajam penglihatan yg
berat  berakhir dgn kebutaan
• Perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi
retina dan saraf optiknya

06/09/2022 40
Optik neuropati traumatik
• Kompresi pd saraf optik, perdarahan dan
edema sekitar saraf optik
• Penglihatan berkurang stlh cedera mata
• Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa
adanya gangguan penglihatan warna dan
lapang pandang
• Papil saraf optik dapat normal bbrp minggu
sblm menjadi pucat

06/09/2022 41
• Dd:
– Trauma retina
– Perdarahan badan kaca
– Trauma yg bikin kerusakan pd ciasma optikum
• Pengobatan
– Steroid (akut)
– Bila memburuk  pembedahan

06/09/2022 42
Trauma tembus bola mata
• Robekan pd konjungtiva
• < 1 cm  tidak perlu penjahitan
• > 1 cm  penjahitan untuk cegah granuloma
• Tanda :
– Tajam penglihatan turun
– TIO rendah
– Bilik mata dangkal
– Bentuk dan letak pupil berubah

06/09/2022 43
– Terlihat ada ruptur pd kornea/sklera
– Konjungtiva kemotis
• Secepatnya pemberian antibiotik topikal dan
mata ditutup  rujuk untuk pembedahan
• Luka tembus bola mata  antibiotik
sistemik/IV, pasien dipuasakan
• Sebelum rujuk mata tidak diberi salep krn
salep dpt masuk ke mata

06/09/2022 44
• Pasien tidak boleh diberi steroid lokal dan
beban yg diberikan tdk menekan bola mata
• Trauma tembus bola mata bisa akibat benda
asing yg masuk, harus dikeluarkan
• Benda asing magnetik alat magnit raksasa
• Benda tidak magnit  vitrektomi
• Penyulit : endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi
retina, perdarahan intraokular, ftisis bulbi

06/09/2022 45
Trauma Tumpul Retina dan Koroid
• Edema retina dan koroid
- visus sangat turun
- retina > abu-abu
- jar koroid sukar terlihat
- penyebab edema makula -> tidak ada cherry red
spot
- paling ditakutkan : edema makula atau Berlin
(edema luas -> seluruh polus posterior fundus okuli
abu-abu)
Trauma Tumpul Retina dan Koroid
• Edema retina dan koroid
- umumnya visus akan normal setelah beberapa
waktu tapi dapat berkurang akibat tertimbun
daerah makula oleh sel pigmen epitel
• Ablasi retina
- ada faktor : retina tipis akibat retinitis, miopia,
proses degenerasi retina lainnya
- keluhan : seperti ada selaput yg seperti tabir
mengganggu lapang pandangnya, visus turun
(makula tertutup)
Trauma Tumpul Retina dan Koroid

• Ablasi retina
- funduskopi : retina abu-abu dg PD terlihat
terangkat dan berkelok-kelok. Kadang
terlihat PD seperti yg terputus-putus
- th/: secepatnya dirawat dan dibedah oleh
dokter mata
Trauma Koroid
• Ruptur koroid
- trauma keras -> ruptur koroid ->
perdarahan subretina
- letak : polus posterior bola mata dan
melingkar konsentris sekitar papil saraf optik
- bila kena makula lutea -> visus sangat turun
- bila tertutup darah -> sukar terlihat
- ruptur putih ok sklera tidak tertutup koroid
Corneal foreign bodies
 Sign & symptoms
 pain and irritation that can be
felt during eye and lid movement
 Fluorescein 
 exposed basement membrane of an
epithelial defect
 highlight aqueous leakage from
penetrating wounds (positive Seidel
test)
 pattern of vertical scratch marks
on the cornea  foreign bodies
embedded on the tarsal
conjunctival surface of the upper
lid
 Contact lens overwear  corneal
edema
Treatment
 Simple corneal epithelial defects  antibiotic ointment and a
pressure patch to immobilize the lids
 removal of foreign matter
 anesthetic can be given
 a spud or fine-gauge needle used to remove the material during slit lamp
examination
 Examples
 Metallic rings surrounding copper or iron fragments  battery-operated drill with a
burr tip
 Deeply embedded inert materials (eg, glass, carbon)  may be allowed to remain in
the cornea
 aqueous leak requiring sutures or cyanoacrylate glue  microsurgical
technique
 antibiotic ointment should be instilled and the eye patched
 wound should be examined daily for evidence of infection
• NOTE !!
– Never give a topical anesthetic solution to the
patient for repeated use after a corneal injury
• delays healing, masks further damage, and can lead to
permanent corneal scarring
– Steroids should be avoided while an epithelial
defect exists
– Recurrent epithelial erosions sometimes follow
corneal injuries 
• patching, bandage contact lens, corneal micropuncture,
or excimer laser phototherapeutic keratectomy (PTK)
Intraocular Foreign Bodies
 Sign & symptoms
 discomfort or blurred vision in an
eye
 history of striking
 metal upon metal, explosion, or high-
velocity projectile injury should
arouse a strong suspicion of
intraocular foreign body
 anterior portion of the eye 
inspected with a loupe or
slitlamp in an attempt to localize
the wound of entry
 Direct and indirect
ophthalmoscopic  visualization
of the foreign bodies
 USG & CT
Treatment
 must be removed whenever possible
 iron or copper must be removed to prevent later disorganization of
ocular tissues from toxic degenerative changes (siderosis from iron
and chalcosis from copper)
 glass or porcelain, may be tolerated indefinitely and are usually better
left alone
 Organic foreign bodies in the orbit commonly result in orbital
inflammation and abscess formation  remove
 Site of the foreign bodies
 anterior to the lens zonules  removed through a limbal incision from
the anterior chamber
 behind the lens and anterior to the equator  removed through the
pars plana nearest to it so as to minimize retinal damage
 posterior to the equator  removed with pars plana vitrectomy and
intraocular forceps
Trauma Kimia
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang
mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan
kimia baik yang bersifat asam atau basa yang
dapat merusak struktur bola mata tersebut
Epidemiologi
• Di Amerika Serikat, trauma pada mata merupakan 3-4% dari
seluruh kecelakaan kerja
• Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia
• Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1
sampai 1:4
• Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan
oleh pajanan pada pekerjaan.
Trauma asam
• disebabkan zat kimia bersifat asam dengan pH < 7
• Terjadi penggumpalan dan pengendapan protein.
Kerusakan hanya terjadi dipermukaan. Bila asamnya
lebih keras akan menembus lebih dalam

Etiologi:
•Bahan kimia
• asam sulfat, sulfurous acid, asam hidroklorida, asam
nitrat,asam asetat, asam kromat, dan asam
hidroflorida
Patofisiologi
Bahan kimia asam

Asam cenderung berikatan dengan protein

Menyebabkan koagulasi protein plasma

Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan


kerusakan lebih lanjut

Luka hanya terbatas pada permukaan luar saja.

Pengecualian terjadi pada asam hidroflorida. Bahan ini merupakan


suatu asam lemah yang dengan cepat menembus membran sel
Penatalaksanaan
• Irigasi jaringan yang terkena secepat-cepatnya, selama mungkin
untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan
trauma.
• irigasi dapat dilakukan dengan garam fisiologi atau air bersih lainnya
paling sedikit 15-30 menit.
• Anestesi topikal (blefarospasme berat)
• Penetralisir   natrium bikarbonat 3%.
• Antibiotik  bila perlu
• Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali,sehingga tajam
penglihatan tidak banyak terganggu
Trauma Basa
• Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat
yang sangat gawat pada mata.
• Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata
depan, dan sampai pada jaringan retina

Etiologi :
Semen
Soda kuat
Amonia
NaOH
CaOH
Cairan pembersih dalam rumah tangga
Patofisiologi
Bahan kimia alkali

Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak
 membran sel  penetrasi lebih lanjut

Mukopolisakarida jaringan menghilang & terjadi penggumpalan sel kornea

Serat kolagen kornea akan membengkak & kornea akan mati

Edema  terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma,cenderung


disertai masuknya pemb.darah (Neovaskularisasi)

Dilepaskan plasminogen aktivator & kolagenase (merusak kolagen kornea)

Terjadi gangguan penyembuhan epitel

Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam


Klasifikasi
Klasifikasi Huges Klasifikasi Thoft
‡
1.Ringan: Derajat 1: hiperemi konjungtiva
• Prognosis baik disertai dengan keratitis pungtata.
• Terdapat erosi epitel kornea ‡
• Pada kornea terdapat kekeruhan yangringan Derajat 2: hiperemi konjungtiva
• Tidak ada iskemia dan nekrosiskornea ataupun disertai dengan hilang epitel
konjungtiva
kornea.
2.Sedang:
• Prognosis baik
‡
• Kekeruhan kornea sehingga sulitmelihat iris &pupil secara
Derajat 3: hiperemi disertai
jelas dengan nekrosis konjungtiva dan
• Terdapat iskemia &nekrosis ringankornea dan konjungtiva lepasnya epitel kornea.
3.Sangat berat : ‡
• Prognosis buruk Derajat 4 : konjungtiva perilimal
• Kekeruhan kornea pupil tidak dapat dilihat nekrosis sebanyak 50%.
• Konjungtiva dan sclera pucat
Penatalaksanaan
1.Irigasi dengan garam fisiologik selama mngkn (2000 ml selama ±30menit)
2.Pemeriksaan kertas lakmus
3.Bila penyebab CaOH  diberi EDTA (bereaksi dengan basa pada jaringan)
4.Antibiotik  mencegah infeksi
5.Siklopegi  mengistirahatkan iris, mengatasi iritis
6.Anti glaukoma  mencegah glaukoma sekunder
7.Steroid (7 hari pertama)  anti inflmasi
8.Kolagenase inhibitor (sistein, 1 minggu)  menghilangi efek kolagenase
9.Vitamin C  membentuk jaringan kolagen
10.Bebat (perban) pada mata, lensa kontak lembek dan tetes air mata buatan
11.Operasi keratoplasti  bila kekeruhan kornea sangat mengganggu penglihatan

Diagnosis banding
• Konjugtivitis
• Konjugtivitis hemoragik akut‡
• Keratokunjugtivitis sicca
• Ulkus kornea
• Dan lain-lain
Komplikasi
1.Simblefaron, perlengketan antara konjungtiva palpebradan kornea
2.Kornea keruh, edema, neovaskuler 
3.Katarak traumatik, merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera
pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang
terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun.
Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pungejala sisa dari
trauma mata.
Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain
menyebabkan kerusakan kornea,konjungtiva, dan iris.
4.Phtisis bulbi, bola mata mengecil
Trauma Radiasi Elektromagnetik
• Sering :
1. Sinar inframerah
2. Sinar UV
3. Sinar X dan sinar terionisasi
• Inframerah -> Suhu lensa naik 9 drajat celcius, iris
panas -> akibat tidak baik thd kapsul lensa di
dekatnya -> katarak dan eksfoliasi kapsul lensa
• Sinar UV -> epitel kornea rusak segera (sementara),
tidak nyata pada lensa dan retina
Trauma Radiasi Elektromagnetik
• Keluhan 4-10 jam pasca trauma o/ UV : mata sangat
sakit, seperti kelilipan/kemasukan pasir, fotofobia,
blefarospasme, konjungtiva kemotik
• UV -> Infiltrat kornea, kdg disertai keruh dan uji
fluoresein (+), pupil miosis, visus terganggu
• Th/ -> sikloplegia, AB lokal, analgetik, mata ditutup 2-
3 hr
• Prognosis : sembuh setelah 48 jam
Glaukoma Sekunder Pasca Trauma
• Glaukoma kontusi sudut
- trauma -> tergesernya pangkal iris ke belakang ->
robekan trubekulum -> gangguan fungsi
trubekulum -> hambatan aliran keluar cairan mata
- th/ : seperti th/ glaukoma sudut terbuka (obat
lokal/sistemik) -> tidak terkontrol -> bedah
Glaukoma Sekunder Pasca Trauma
• Glaukoma dengan dislokasi lensa
- trauma tumpul -> zonula zinn putus ->
kedudukan lensa abnormal -> iris ke depan -> sudut
bilik mata tertutup -> hambat aliran keluar cairan
mata -> glaukoma sekunder
- th/: mengangkat penyebab atau lensa -> sudut
terbuka
Pencegahan Trauma Mata
• Trauma tumpul ok kecelakaan tidak dpt dicegah tapi ok
perkelahian dapat dicegah
• Diperlukan perlindungan pekerja u/ hindari trauma tajam
• Setiap pekerja yang sering berhubungan dg bahan kimia
sebaiknya mengerti bahan apa yang ada di tempat
kerjanya
• Pekerja las -> hindarkan diri dr sinar dan percikan bahan
las dg kacamata
• Awasi anak yg sdg bermain yg mungkin bahaya untuk
matanya
Fraktur Tulang Temporal
• Definisi : Cedera pd os. Temporal karena benturan dengan
permukaan tumpul / peluru yg menembus kepala
• Fraktur +/-
• Cedera pd audiovestibuler sistem diinduksi oleh perubahan
tekanan diferensial / energi akustik ambien (NIHL)
• Klasifikasi :
– Etiologi
– Lokasi fraktur
tradisional  longitudinal / transversal
– Severe  parenkim otak ikut terkena
• Gambaran klinis :
• Ditemukan bukti dari cedera penetrasi di regio temporal
tengkorak
• Ottorhea (Discharge)
• Battle’s sign (memar pd proc. Mastoideus)
• LMN facial nerve palsy
• Otoskopi :
• Darah segar pd EAM
• Cedera membran timpani  perforasi, haemotympanum
• Pemeriksaan :
• Radiologi
• CT scan  Gold standard fraktur os. Temporal
• MRI  Facial nerve palsy, haematoma didalam koklea
• Angiography
• Pemeriksaan :
• Hearing assesment
• Tes sederhana  GCS untuk melihat respon terhadap perintah
verbal (sulit saat akut)
• Pure tone audiogram
• Tympanometri
• Electric response audiometry  pada pasien yang tidak sadar
• Vestibular assesment
• Nystagmus
• Unilateral acute vestibular failure  horizonal nistagmus
• Electrostagmography with caloric test  setelah pulih dari cedera
akut (trauma adalah penyebab sekuder atau primer)
• CSF Leak  beta-2 transferin analisys
Tatalaksana
• No treatment  isolated otic-capsule sparing
fracture di temporal kanan
Komplikasi
Komplikasi Ket
Gg pendengaran (sering) ok hemotimpanum. Kadang² ok perforasi m.timpani,
konduktif diskontinuitas osikula ( dislokasi incudostapedial)
Gg pendengaran Fraktur transversal dg keterlibatan fraktur otic capsule, bs juga tanpa
sensorineural fraktur otic (ok conccusion labirin)
Concussion labirin  gg membran koklear / sel rambut ok tekanan 
gg pendengaran frekuensi tinggi

Cedera n. VII Fraktur longitudinal (20%), fraktur transversal (50%)


Ada onset akut / delayed. Sering (-) disadari ok ps sering ditemukan
dalam keadaan koma

Kebocoran CSF  biasanya 48 jam pasca trauma


(20%)
Post traumatic Dapat terjadi ok defek besar pada dasar fosa cranial media  herniasi
encephalocele dura & lobus temporal  t. tengah & mastoid
Kadang terlihat di otoskop  massa putih dg p.d dibelakang m.timpani
Perilymphatic Apabila tdp fraktur kapsul optik, atau subluksasi stapes ke jendela oval
fistula Gejala: vertigo fluktuatif & tuli sensorineural
TRAUMA TELINGA
Trauma telinga luar
Pengertian
• Cedera pada telinga luar misalnya akibat puku
lan tumpul, akibat suatu kecelakaan, bisa men
yebabkan memar diantarakartilago dan
perikondrium.
Trauma telinga luar
• Trauma Tumpul
• Trauma Tajam
• Komplikasi yang sering terjadi adalah
cauliflower ear
Macam trauma
1. Laserasi
• Etiologi : merupakan luka pendarahan yang
disebabkan oleh mengorek-ngorek telinga. 
• Gambaran klinis, laserasi pada dinding kanalis
dapat menyebabkan perdarahan sementara.
• Tidak memerlukan terapi selain hentikan perd
arahan, memastikan tidak ada perforasi memb
ran timpani.
• Laserasi hebat pada aurikula harus
diexplorasi untuk mengetahui apakah
ada kerusakan tulang rawan.
2. Frostbitea 
• Etiologi : sengatan pada suhu yang dingin pada
aurikula timbul dengan cepat pada
lingkungan bersuhu rendah dengan angin dingin
yang kuat  vasokontriksi hebat PD telinga luar
diikuti priode dilatasi yang berlangsung lebih
lama.
• Terapi :
• Pemanasan yang cepat 100-108 F/ tidak > 37 C.
• Berikan analgesik 
• Jika menimbulkan infeksi berikan antibiotic
3. Hematoma
• Etiologi : gumpalan darah yang diakibatkan oleh
luka dalam yang sering terjadi pada petinju
dan pegulat.
• Gambaran klinis : penimbunan darah di daerah
yang cedera 
perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa 
berwarna ungu kemerahan. Darah yangtertimbun
ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya
aliran darah ke kartilago
sehingga terjadi perubahan bentuk tulang
• Kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol,
yang sering ditemukan pada pegulat dan
petinju.
• Penatalaksanaan,
Untuk membuang hematoma, biasanya diguna
kan alat penghisap dan penghisapan dilakukan
sampai hematoma betul-betul sudah tidak ada
lagi (biasanya selama 3-7hari).
Trauma rantai osikular
(osicular chain trauma)
– hearing loss (kelainan konduktif)
– Transient (hematimpanium)
– Persistent (lesi trauma pada rantai osikular)
– Paling bnyak pada dislokasi inkus
• Tipe trauma :
– Cidera kepala
– Direct trauma pada operasi
– Lightning
• Penatalaksanaan  operasi
– Teknik osikulopati konvensional  reposisi inkus
BAROTRAUMA (AEROTITIS)
 Definisi: Keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar
telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan
tuba gagal untuk membuka.
 Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal
aktivitasnya tidak mampu membuka tuba.
 Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga
cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai
dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga
mastoid tercampur darah.
 Keluhan pasien:
 Kurang dengar
 Rasa nyeri dalam telinga
 Tinitus
 Vertigo
• Pathoetiology of inner ear barotrauma (compression/descent)
BAROTRAUMA (AEROTITIS)
• Pengobatan: Cara konservatif  Dekongestan lokal
• Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di
telinga tengah sampai beberapa minggu  dianjurkan untuk
tindakan miringotomi & bila perlu memasang pipa ventilasi
(Grommet)
• Usaha preventif: Dengan selalu mengunyah permen karet
terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk
mendarat.
Hubungan abnormal antara ruang perilimphatic telinga dalam dengan
telinga tengah atau mastoid

PERILYMPHATIC FISTULE
ETIOLOGI
• Perilymph bocor dari ruang perilymphatic tulang
labirin kedalam telinga tengah kehilangan
keseimbangan antara perilimf dan endolimf
• Pressure exposure, trauma kepala, perforasi membran
timpani kuadran posterosuperior, pasca stapedectomy

TANDA DAN GEJALA


• Tuli sensorineural
• Vestibulapati
• Vertigo karena suara keras
PEMERIKSAAN
• Pneumatic otoscopy  nistagmus
• Audiometri  melihat bagian mana yang mengalami hearing
loss  round window fistule
• Videonystagmography
• HRCT

TATALAKSANA
• Bed rest
• Elevation of the head of the bed
• Use of stool softeners
• Avoidance of Valsalva maneuver
• Sedation
• Repeated audiometric evaluations should be performed
Whilash Injuries
• Adalah cedera fleksi/ekstensi yang disebabkan
oleh dampak tabrakan kendaraan dari belakang
atau samping, menyebabkan spectrum tanda &
gejala musculoskeletal dan neurologic.
• Gejala dapat disebabkan oleh:
▫ Trauma jaringan lunak leher
▫ Cedera tulang vertebra
▫ Trauma vaskular atau langsung pada medulla
spinalis/batang otak atau vestibular nuclei & labirin.
Klasifikasi
Whiplash-associated disorder grading system
after the Quebec task force conference
Grade Symptoms & signs

0 Nil symptoms
1 Complaint of pain on motion, but no pain on physical
examination
2 Complaint of pain in motion, with pain on physical
examination
3 As grade 2, but with neurological symptoms
4 Fracture or dislocation
Gambaran Klinis Terapi
• Riwayat: • Istirahat dengan menggunakan
▫ Riwayat trauma kepala & cervical collar.
leher, diikuti nyeri pada • Aktivitas normal pada grade 1
leher 7 hari setelahnya. &2
▫ Lebih jarang: parastesia, • Vertigo: program gerakan
dizziness, gangguan kepala & tubuh disertai
pendengaran, tinnitus, relaksasi, kontrol pernapasan &
konsentrasi buruk. memulai kembali aktivitas
• Pemeriksaan: pelatihan (rehabilitasi
▫ Penurunan lapang gerak vestibular)  lakukan juga
leher berhubungan dengan pengukuran objektif terhadap
cedera/muscle tenderness. fungsi keseimbangan.
▫ Imaging servikal  melihat
fraktur atau dislokasi.
Trauma telinga dalam
Trauma energi akustik
• Trauma ledakanlbh byk TT drpd TD
• Trauma akustik(110 dB dlm wkt
singkat)
– Penyebab ketulian sensorineural nada
tinggi paling umum
Benda Asing
• Berupa: benda mati atau hidup,
binatang, komponen tumbuh2an atau
mineral.
• Anak : kcg hijau, manik, mainan, karet
penghapus, terkadang baterai.
• Dewasa : kapas cotton bud, potongan
korek api, patahan pensil, kadang
serangga kecil seperti kecoa, semut
atau nyamuk.
Tanda & Gejala Pemeriksaan
• Rasa tidak enak di • Pada inspeksi telinga
telinga dengan atau tanpa
• Tersumbat corong telinga akan
• Pendengaran tampak benda asing
terganggu tersebut.
• Nyeri akan timbul
Tata Laksana : Pengeluaran
• Hati2 !  trauma membran timpani atau struktur
telinga tengah.
• Binatang yang masih hidup harus dimatikan dengan
memasukkan tampon basah lalu teteskan cairan (mis,
lar. Rivanol atau anastesi lokal) +- 10 menit 
binatang mati  keluarkan dengan pinset atau irigasi.
• Baterai : # boleh dibasahi  efek korosif.
• Benda asing besar : tarik dengan pengait serumen.
• Benda asing kecil : ambil dengan cunam atau pengait.
KESIMPULAN SARAN
• Kami telah mempelajari • Lakukan pemeriksaan
trauma mata, fraktur penunjang (CT Scan)
tulang temporal dan kemudian lakukan
trauma pada telinga. tindakan operasi untuk
• Pasien tsb mengalami fraktur tulang
otitic barotrauma dan temporalnya.
temporal bone fracture.
Daftar Pustaka
• Efiaty AS, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
Edisi keenam, Jakarta: FKUI, 2007.
• Ballengers. Diseases of Ear Nose and Throat. BC Decker Inc.
• Scott Brown’s Otolaringology, Head and Neck Surgery.
Editor: Gleeson M et al. 7th ed. Vol 1-3. Edward Arnold
(Publishers) Ltd, London, 2008.
• Eva, Paul Riordan; 2008; Lange Vaughan & Asbury’s
GENERAL OPHTHALMOLOGY International Edition; New
York: Mc Graw Hill
• Ilyas, Sidarta; 2010; Ilmu Penyakit Mata; Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai