Anda di halaman 1dari 5

a.

Hematoma Kelopak
Hematoma palpera merupakan pembengkakan atau penibunan darah di bawah
kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.
Gambaran klinis
Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauna
tumpul kelopak. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua
kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam yang sedang dipakai, maka
keadaan ini disebut hematoma kacamata. Henatoma kacamata terjadi akibat
pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada
pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita
melalui fisura orbita.
Penatalaksanaan
Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan
perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsidarah dapat dilakukan
kompres hangat pada kelopak.
b. Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifal lendir dapat menjadi kemotik pada setiap
kelainan termasuk akibat trauma tumpul.
Gambaran klinis
Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup
sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtivanya.
Penatalaksanaan
Pada edem konjung tiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah
pembendungan cairan di dalam selapt lendir konjungtiva. Pada edem
konjungtiva yang berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan konjungtiva
kemotik keluar melalui insisi tersebut.
c. Hematoma subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat
dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya
pembuluh darah ini bisa akibat dari batu rejan, trauma tumpul atau pada keadaan
pembuluh darah yang mudah pecah.
Gambaran klinis
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan tidak
terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Pemeriksaan
funduskopi perlu dilakukan pada setiap penderita dengan perdarahan
subkonjungtiva akibat trauma tumpul.
Penatalaksanaan
Pengobatan pertama pada hematoma subkonjungtiva adalh dengan kompres
hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dengan
sendirinya dalam 1 – 2 minggu tanpa diobati.
d. Edema kornea
Gambaran klinis
Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya
pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat
keruh dengan uji plasedo yang positif.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hiertonik seperti NaCL 5% atau
larutan garam hipertonik 2 – 8%, glukosa 40% dan larutan albumin. Bila
terjadi peninggian tekanan bola mata maka dapat diberikan asetozolamida.
Dapat diberikan lensa kontak lembek untuk menghilangkan rasa sakit dan
memperbaiki tajam penglihatan.
e. Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat
mengakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea.
Gambaran klinis
Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang
mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan
akan terganggu oleh media yang keruh.
Pada korne akan terlihat adanya defek efitel kornea yang bila diberi fuorosein
akan berwarna hijau.
Penatalaksanaan
Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan
menghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-
hati karena dapat menambah kerusakan epitel.
Epitel yan terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk
mencegah terjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti
neosporin, kloramfenikol dan sufasetamid tetes.
Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan
sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida.
Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien,
maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien minimal 24 jam.
f. Erosi kornea rekuren
Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak
metaherpetik. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran
basal epitel kornea sebagai sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea.
Penatalaksanaan
Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga
regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea.
Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun untuk
mengurangi gejala radang uvea yang mungkn timbul.
Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk
mempercepat pertumbuhan epitel baru dan mencegah infeksi skunder.
Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada
kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya.
g. Iridoplegia
Kelumpuhan otot sfingter pupil yang isa diakibatkan karena trauma tumpul pada uvea
sehingga menyebabkan pupi menjadi lebar atau midriasis.
Gambaran klinis
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan
silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat
tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler.
Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.
Penatalaksanaan
Penanganan pada pasien dengan iridoplegia post trauma sebaiknya diberikan
istirahat untuk mencegah terjadinnya kelelahan sfingter dan pemberian
roboransia.
h. Hifema
Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan yang dapat terjadi akibat trauma
tumpul sehingga merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Gambaran klinis
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Penglihatan pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan
terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi
seluruh ruang bilik mata depan. Zat besi di dalam bola ata dapat menimbulkan
siderosis bulbi yang bila didiamkan ftisis bulbi dan kebutaan.
Penatalaksanaan
Penanganan awal pada pasien hifema yaiu dengan merawat pasien dengan
tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi
koagulansia dan mata ditutup. Pada pasien yang gelisah dapat diberikan
obat penenang. Bila terjadi glaukoma dapat diberikan Asetazolamida.
Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada
pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma
skunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau setelah 5 hari tidak
terliaht tanda-tanda hifema berkurang.
i. Iridosiklitis
Radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post trauma.
Gambaran klinis
Pada mata akan terlihat mata merah, akbat danya darah yang berada di
dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang
mengecil yang mengakibatkan visus menurun.
Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan
memeriksa fundus dengan midriatika.
Penatalaksanaan
Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal, bila
terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik.
Penanganan dengan cara bedah mata.
j. Subluksasi Lensa
Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian
zonula zinn ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinn yang rapuh
(sindrom Marphan).
Gambaran klinis
Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Gambaran
pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak
ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan menjadi lebih
miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan
sehingga bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.
Penatalaksanaan
Penanganan pada subluksasi lensa adalah dengan pembedahan. Bila tidak
terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis, maka dapat diberi kaca mata
koreksi yang sesuai.
k. Luksasi Lensa Anterior
Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa
masuk ke dalam bilik mata depan.
Gambaran klinis
Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak. Muncul gejala-
gejala glaukoma kongestif akut yang disebabkan karena lensa terletak di
bilik mata depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran
keluar cairan bilik mata. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea,
lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil
yang lebar.
Penatalaksanaan
Penanganan pada Luksasi lensa anterior sebaiknya pasien segera dilakukan
pembedahan untuk mengambil lensa. Pemberian asetazolamida dapat
dilakukan untuk menurunkan tekanan bola mata.
l. Luksasi Lensa Posterior
Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa
jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah fundus okuli.
Gambaran klinis
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena
lensa mengganggu kampus. Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata
depan dalam dan iris tremulans.
Penatalaksanaan
Penanganan yaitu dengan melakukan ekstraksi lensa. Bila terjadi penyulit
maka diatasi penyulitnya.
m. Edem Retina
Edem Retina adalah terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh
trauma tumpul.

Gambaran klinis
Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat
sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Pada edema
retina akibat trauma tumpul mengakibatkan edema makula sehingga tidak
terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien akan menurun.
Penatalaksanaan
Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan
normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan
berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel.

N. Ablasi Retina
Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya pasien
telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Seperti adanya retinitis sanata, miopia
dan proses degenerasi retina lainnya.

Gambaran klinis
Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun,
terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada pandangannya. Pada
pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna abu-abu dengan
pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.
Penatalaksanaan
Ablasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata.
n. Ruptur Koroid
Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di
sekitar apil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur
koroid. Bila ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan
terjadi penurunan ketajaman penglihatan
o. Avulasi saraf optik
Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisa diakibatkan karena
trauma tumpul.
Gambaran klinis
Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang sangat
drastis dan dapat terjadi kebutaan.
Penatalaksanaan
Penderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan fungsi retina dan saraf
optiknya.

Anda mungkin juga menyukai