Anda di halaman 1dari 20

http://www.ilmukesehatan.com/1197/cara-pengkajian-terhadap-sistem-imun-tubuh.

html

Cara Pengkajian Terhadap Sistem Imun


Tubuh
By Makoto Aya

Sebelum melaksanakan pengkajian terhadap system


imun, pertama-tama kita harus memahami komponen dan fungsi-fungsinya secara umum.
Pada hakekatnya system tersebut  terbentuk dari sel-sel darah putih, sumsum tulang dan
jaringan limfoid yang mencakup kelenjar timus, kelenjar limfe, lien, tonsil serta adenoid, dan
jaringan yang serupa.

Diantara sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfosit B (sel B) dan
limfosit T (sel T). kedua sel ini berasal dari limfoblast yang dibuat dalam sumsum tulang.
Limfosit B mencapai maturitasnya dalam sumsum tulang dan kemudian memasuki sirkulasi
darah. Limfosit T bergerak dari sumsum tulang ke kelenjar timus tempat sel-sel tersebut
mencapai maturitasnya menjadi beberapa jenis sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi
yang berbeda.

Struktur yang signifikan lainnya adalah kelenjar limfe, lien, tonsil dan adenoid. Kelenjar
limfe yang tersebar diseluruh tubuh menyingkirkan benda asing dari sistem limfe sebelum
benda asing tersebut memasuki aliran darah dan juga berfungsi sebagai pusat untuk
proliferasi  sel imun. Lien yang tersusun dari pulpa rubra dan alba bekerja seperti saringan.
Pulpa rubra merupakan lokasi tempat sel-sel darah merah yang tua dan mengalami cedera dan
dihancurkan . pulpa alba mengandung kumpulan limfosit. Jaringan limfoid lainnya, seperti
tonsil dan adenoid serta jaringan limfatik mukoid lainnya, mempertahankan tubuh terhadap
serangan mikroorganisme.

Sementara istilah imunitas mengacu pada respons protektif tubuh yang spesifik terhadap
benda asing atau mikroorganisme yang menginfasinya, maka istilah ilmunopatologi berarti
ilmu tentang penyakit yang terjadi akibat disfungsi dalam system imun. Kelainan pada
system imun dapat berasal dari kelebihan atau kekurangan sel-sel imunokompeten, perubahan
pada fungsi sel-sel ini, serangan imunologik terhadap anti gen sendiri, atau respon yang tidak
tepat atau berlebihan terhadap antigen spesifik. Kelainan yang berhubungan dengan
autoimunitas  adalah penyakit  di mana respon imun protektif yang normal secara paradoksal
berbalik melawan dan menyerang tubuh sendiri sehingga terjadi kerusakan jaringan. Kelainan
yang berhubungan dengan hipersensitifitas adalah keadaan dimana tubuh memproduksi
respon yang tidak tepat atau yang berlebihan terhadap antigen spesifik. Kelainan yang
berhubungan dengan gamopati adalah kelainan yang terjadi akibat produksi imonoglubulin
berlebih. Kelainan yang berhubungan dengan imunodefisiensi dapat dikategorikan sebagai
kelainan primer dimana defisiensi terjadi akibat perkembangan jaringan atau sel-sel imun
yang tidak tepat dan umumnya bersifat genetic, atau kelainan sekunder di mana defisiensi
terjadi akibat gangguan pada system imun yang sudah berkembang. Kelainan-kelainan ini
dibahas  pada postingan berikutnya.

Untuk memahami imunopatologi, pertama-tama kita harus memahami dan mengerti


bagaimana sistem imun tubuh berfungsi secara normal.
Bagaimana Pertahanan Sistem Imun Tubuh
By Makoto Aya

Pertahanan system imun

Ketika tubuh diserang atau diinvasi oleh bakteri atau virus atau mikroorganisme pathogen
lainnya, maka ada tiga macam cara yang dilakukan tubuh untuk mempertahankan dirinya
sendiri. Ketiga cara tersebut adalah : respon imun fagostik, respons imun humoral, atau
antibody dan respon imun seluler.

Garis pertama pertahanan tersebut yang berupa respons imun fagostik meliputi sel-sel darah
putih (granulosit dan makrofag) yang dapat memakan partikel-partikel asing. Sel-sel ini akan
bergerak ketempat serangan dan kemudian menelan serta menghancurkan mikroorganisme
penyerang tersebut.

Repons protektif yang kedua, yaitu respons humoral (yang kadang-kadang dinamakan
respons anti bodi), mulai bekerja dengan terbentuknya limfosit yang dapat mengubah dirinya
menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan antibody. Antibody ini yang merupakan protein
yang sangat spesifik diangkut dalam aliran darah dan memiliki kemampuan untuk
melumpuhkan penyerangnya.

Mekanisme pertahanan yang ketiga, yaitu respon imun seluler, juga melibatkan limfosit yang
disamping mengubah dirinya menjadi sel plasma, juga dapat berubah menjadi sel-sel T
sitotoksik khusus yang dapat menyerang mikroorganisme pathogen itu sendiri.

Bagian dari mikroorganisme penyerang dan penginvasi yang menstimulasi pembentukan


antibody dinamakan antigen (atau imunogen). Antigen merupakan bercak kecil protein pada
permukaan luar mikroorganisme. Bakteri atau molekul besar tunggal seperti toksin (toksin
difteri atau tetanus) dapat memiliki beberapa antigen atau marker (petanda) semacam itu pada
permukaannya dan dengan demikian dapat menginduksi tubuh untuk menghasilkan sejumlah
antibody yang berlainan. Begitu suatu antibody terbentuk, antibody ini akan dilepaskan
kedalam aliran darah dan dibawa kepada mikrooraganisme yang menyerang tubuh. Disini
akan terjadi penggabungan antibody dengan antigen yang mengikatnya seperti potongan
jigsaw puzzle yang saling mengunci.
Faktor Yang Juga Mempengaruhi Sistem
Imun
By Makoto Aya

Psikoneuro Imunologik

Bukti dari hasil observasi klinik dan berbagai penelitian pada manusia dan hewan
menunjukkan bahwa respons imun secara parsial diatur dan dimodulasi oleh pengaruh
neuroen-doktrin.

Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap neurotransmitter serta
hormon-hormon endoktrin.

Limfosit dapat memproduksi dan mensekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip
endorphin.

Neuron dalam otak, khususnya dalam hipotalamus, dapat mengenali prostaglandin, interferon
dan interleukin di samping histamine dan serotonin yang dilepaskan selama proses inflamasi.

Sebagaimana semua system biologic lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homeostasis,
system imun diintegrasikan dengan berbagai proses psikofisiologik lainnya dan diatur serta
dimodulasi oleh otak.

Dilain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan endokrin,
termaksud perilaku. Jadi interaksi system saraf dan system imun tampaknya bersifat dua arah.

Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa parameter system imun yang bisa diukur dapat
dipengaruhi oleh strategi biobehavioral yang melibatkan self regulation.Contoh strategi ini
meliputi teknik-teknik relaksasi serta imajinasi, biofeedback, humor, hypnosis dan
kondisioning.

Kelainan organ yang lain. Keadaan seperti luka bakar atau bentuk cedera lain , infeksi dan
kanker dapat turut mengubah fungsi system imun.

Luka bakar yang luas atau factor-faktor lainnya menyebabkan gangguan integritas kulit dan
akan mengganggu garis pertama pertahanan tubuh.

Hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar akan menimbulkan deplesi
protein tubuh yang esensial, termasuk immunoglobulin.
Stressor fisiologik dan psikologik yang disertai dengan stress karena pembedahan atau cedera
akan menstimulasi pelepasan kortisol dari korteks adrenal; peningkatan kortisol serum juga
turut menyebabkan supresi respons imun yang normal.

Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu system imun melalui sejumlah cara.
Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang beredar.

Disamping itu, fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena asidosis dan toksin
uremik.

Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga berkaitan insufisiensi vaskuler, neuropati
dan pengendalian kadar glukosa darah yang buruk.

Infeksi saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan penyakit paru obstruktif menahun
sebagai akibat dari berubahnya fungsi inspirasi serta ekspirasi dan tidak efektifnya
pembersihan saluran nafas.
Usia Mempengaruhi Fungsi Sistem Imun
By Makoto Aya

Faktor yang Mempengaruhi Fungsi System


Imun

Seperti halnya system tubuh yang lain, system imun akan berfungsi pada taraf yang
dikehendaki menurut fungsi system tubuh yang lain dan factor-faktor yang ada hubungannya
seperti usia dan sebagainya.

Usia

Orang-orang yang berada pada kedua ujung rentang usia lebih besar kemungkinannya untuk
menghadapi masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi system imun ketimbang
orang-orang yang berusia ditengah rentang tersebut.

Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut dan
peningkatan ini mungkin disebabkan oleh penurunan kemampuan untuk bereaksi secara
memadai terhadap mikroorganisme yang menginvasinya.

Produksi maupun fungsi limfosit T dan B dapat terganggu. Insiden penyakit autoimun juga
meningkat bersamaan dengan pertambahan usia; hal ini mungkin terjadi akibat penurunan
kemampuan antibody untuk membedakan antara diri sendiri dan bukan diri sendiri.

Kegagalan system surveilans untuk mengenali sel-sel yang abnormal atau yang mangalami
mutasi (sel-sel Mutant) mugkin bertanggung jawab atas tingginya insidensi penyakit kanker
yang berkaitan dengan pertambahan usia.

Penurunan fungsi berbagai system organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga turut
menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas lambung memungkinkan
flora normal intestinal untuk berproliferasi dan menimbulkan infeksi sehingga terjadi
gastroenteritis serta diare.
Penurunan pada sirkulasi renal, fungsi filtrasi, absorpsi dan ekskresi turut menyebabkan
infeksi saluran kemih. Lebih lanjut, pembesaran kelenjar prostat dan neurogenic bladder
dapat menghambat pengaliran urin serta selanjutnya klirens (pembersihan) bakteri lewat
system urinarius. Stasis urin yang lazim terjadi pada kaum lanjut usia akan memudahkan
pertumbuhan mikroorganisme.

Pajanan terhadap tembakau dan toksin lingkungan akan mengganggu fungsi paru. Pajanan
yang lama terhadap kedua agens ini akan menurunkan elastisitas jaringan paru, keefektifan
silia dan kemampuan batuk yang efektif.

Semua gangguan ini akan menghalangi pengeluaran mikroorganisme  yang infeksius dan
toksin sehingga kerentanan lansia terhadap penyakit infeksi serta kanker paru semakin
meningkat.

Akhirnya, bersamaan dengan pertambahan usia, kulit akan menjadi tipis dan tidak begitu
elastis lagi. Neuropati perifer dan penurunan sensibilitas serta sirkulasi yang menyertainya
dapat menimbulkan ulkus stasis, dekubitus (pressure ulcers), ekskoriasi dan gejala luka bakar.

Gangguan integritas kulit merupakan factor predisposisi yang memudahkan orang tua
mengalami infeksi oleh mikroorganisme yang merupakan bagian yang dari flora kulit yang
normal.
Stadium Respons Pada Sistem Imun Tubuh
By Makoto Aya

Respons seluler inisial.

Limfosit yang sudah disensitisasi dan kembali kenodus limfatikus (yang bukan daerah yang
mengandung limfosit yang sudah deprogram untuk menjadi sel-sel plasma) tempat sel-sel
tersebut menstimulasi limfosit yang berada dalam nodus ini untuk menjadi sel-sel yang akan
menyerang langsung mikroba dan bukan menyerangnya lewat kerja antibodi. Limfosit yang
sudah dtransformasikan ini dikenal sebagai sel-sel T sitotoksik.

T berarti timus (thymus) yang menunjukkan kenyataan bahwa selama pengembangan


emriologik system imun, limfosit akan menghabiskan sebagian usianya dalam kelenjar timus
janin yang sedang berkembang; pada saat itu sel ini secara genetic deprogram untuk menjadi
sel T dan bukan menjadi limfosit B yang memproduksi antibody.
Antigen virus lebih memicu respons seluler bisa dibandingkan dengan antigen bakteri.
Respons ini akan bermanisfestasi melalui peningkatan jumlah limfosit (limfositosis) yang
terlihat dalam sediaan apus darah penderita penyakit infeksi virus seperti mononucleosis
infeksiosa .

Sebagian besar respons imun terhadap antigen meliputi respons humoral dan seluler
sekalipun yang satu biasanya lebih dominan dibandingkan yang lain. Pada saat terjadi
penolakan tranplantasi, respons seluler lebih dominan sementara pada keadaan pneumonia
bakteri dan sepsis, respons humoral memainkan peranan protektif yang dominan.

Stadium efektor

Dalam stadium efektor, anti bodi dari respons humoral atau sel Tsitotoksik dari respons
seluler akan menjangkau antigen dan terangkai dengan antigen tersebut pada permukaan
objek yang asing.

Perangkaian ini memulai suatu seri kejadian yang pada sebagian besar kasus akan
mengakibatkan penghancuran mikroba yang menginvasi tubuh atau netralisasi toksin secara
total. Kejadian tersebut meliputi interaksi anti bodi (imunitas humoral), komplemen dan kerja
sel-sel T sitotoksik (imunitas seluler).

Respons Imun Humoral

Respos humoral ditandai dengan produksi antibody oleh limfosit B sebagai reaksi terhadap
suatu antigen yang spesifik. Meskipun limfosit B pada akhirnya bertanggung jawab pada
produksi antibody, namun makrofag dari imunitas alami dan limfosit sel-T khusus dari
imunitas seluler turut terlibat dalam proses pengenalan substansi asing serta produksi
antibodi.
Mengapa Jender dan Nutrisi
Mempengaruhi Sistem Imun
By Makoto Aya

Jender

Kemampuan hormon-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui dengan


baik.ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen memodulasi aktifitas limfosit T
(khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi
interleukin-2 (IL-2) dan aktifitas sel supresor.

 Efek hormon seks pada sel-sel B tidak begitu menonjol. Estrogen akan mengaktifkan
populasi sel B yang berkaitan dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker
antigenic pada sel B).
Estrogen cenderung menggalakkan imunitas (immunoenhancing) sementara androgen
bersifat imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering dijumpai pada wanita
ketimbang pada laki-laki.

Nutrisi

Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi system imun yang optimal.
Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh defisiensi protein-kalori dapat terjadi akibat
kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis DNA dan protein.

Vitamin juga membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan maturasi sel-sel imun.
Kelebihan atau kekurangan unsure-unsur renik atau trace elements (yaitu, tembaga, besi,
mangaan, zelenium dan zink) dalam makanan umumnya akan mensupresi fungsi imun.

Asam-asam lemak merupakan unsure pembangun (building block) yang membentuk


komponen structural membrane sel.

Lipid merupakan precursor vitamin A, D, E, dan K di samping precursor kolesterol. Baik


kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi fungsi imun.

Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfoid, depresi respons
antibody, penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan fungsi fagositik.

Sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi sangat meningkat. Selama periode infeksi dan
sakit yang serius terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensial untuk menimbulkan
deplesi protein, asam lemak, vitamin serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan risiko
terganggunya  respons imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar
Rokok dapat Menurunkan Sistem
Kekebalan Tubuh
By Makoto Aya

Bagi Anda seorang perokok berat yang mungkin saja merasa berlebih-
lebihan. Mungkin dapat mempertimbangkan kembali asumsinya. Asap rokok yang baru mati
di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung
bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Perokok juga berisiko tinggi mengalami komplikasi
atau sukarnya penyembuhan luka setelah pembedahan termasuk bedah plastik dan
rekonstruksi, operasi plastik pembentukan payudara dan operai yang menyangkut anggota
tubuh, bagian bawah.

Dalam kasus yang berlanjut, rokok dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga
memudahkan tubuh. Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam
hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Nikotin. Zat yang paling sering dibicarakan dan
diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan
pembuluh darah tepi dan menyebabkan. Sebungkung rokok yang habis diisap dalam satu hari
menghasilkan 10 ug. Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernasapan sel-sel tubuh, tapi karena gas
CO lebih kuat daripada oksigen maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin.
Jadilah hemoglobin bergandengan dengan gas CO.
Penuhi Gizi untuk Balita Autis
By Makoto Aya

Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir


ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk
dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif.

Gizi untuk balita autis harus diperhatikan oleh orang tua agar anak mendapatkan nutrisi yang
tepat dan seimbang untuk menunjang kegiatan dan penyembuhan diri secara alami melalui
makanan sehat dan cocok yang dikonsumsinya. Selain itu, menjaga kesehatan sistem
pencernaan juga sangat penting dan ini dapat menjadi salah satu fokus yang dapat dilakukan
oleh orangtua dalam memberikan gizi yang tepat untuk anak autis. Diet Sehat Untuk Anak
Autis.

Salah satu diet yang perlu dilakukan oleh anak autis untuk memperbaiki sistem
pencernaannya adalah diet gluten dan casein. Hal ini berkaitan dengan sistem pencernaan
yang dimiliki oleh anak autis. Dengan sistem pencernaan yang sehat, maka daya tahan tubuh
anak autis pun dapat optimal dan ini dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Pencernaan juga bertanggungjawab pada proses masuk dan keluarnya makanan dan
diharapkan dapat berfungsi dengan baik. Dalam memberi gizi anak autis, orangtua juga perlu
memperhatikan beberapa macam gangguan sistem pencernaan anak autis agar makanan yang
dikonsumsi tidak memperparah keadaan sistem pencernaannya. Misalnya adalah gangguan
hiperpermeabilitas usus, malabsorbsi, enterocolitis atau peradangan usus serta ganggugan
detoksifikasi.

Jika anda diberi makanan yang tidak cocok, maka gangguan tersebut dapat menghambat kerja
alat pencernaan dan pada gilirannya dapat membuat anak menjadi kekurangan gizi. Selain itu,
anak autis cenderung menyukai satu jenis makanan saja dan enggan mengkonsumsi sayur dan
buah. Untuk itu, penggantian pola makan pada anak autis sangat memerlukan kegigihan dan
ketekunan yang luar biasa besar dan harus dijalankan secara konsisten.

Menu Yang Cocok Untuk Balita Autis


Untuk dapat memenuhi diet gluten dan casein, hindarilah makanan dari tepung terigu dalam
bentuk mie dan anda dapat menggantinya dengan tepung beras, misalnya bihun, spageti dari
beras, jagung dan kwetiau beras.

Selain itu, hindari juga biskuit yang dibuat dari bahan susu, terigu, dan zat adiktif dan
menggantinya dengan tepung beras. Menu selanjutnya yang dapat dipilih adalah makanan
yang berbahan susu soya, makanan dari singkong, ubi atau kentang, dan hindari makan roti
dan dari susu sapi.

Selanjutnya, hindari juga makanan yang banyak mengandung gula seperti permen, soft drink,
dan sirup. Dan untuk menggantinya, anda dapat memakai gulai merah atau pengganti gula.
Dalam urusan buah, hindari juga buah apel, anggur, melon, stroberi, tomat, dan jeruk. Anda
dapat memilih buah nanas, sirsak, kiwi, dan pepaya untuk mendukung gizi anak autis.
Nutrisi Substansi Organik yang
Dibutuhkan dari Sistem Tubuh
By Makoto Aya

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme


untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi
didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Seiring dengan
perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi molekular, bukti-bukti medis
menunjukkan bahwa RDA belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal tubuh dan
mencegah atau membantu penanganan penyakit kronis. Bukti-bukti medis menunjukkan
bahwa akar dari banyak penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh
berlebihnya radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang optimal,
dikenal dengan Optimal Daily Allowance (ODA), terbukti dapat mencegah dan menangani
stres oksidatif sehingga membantu pencegahan penyakit kronis. Level optimal ini dapat
dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi yang digunakan tepat.

Dalam penanganan penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan komplementer dapat


membantu efektifitas dari pengobatan dan pada saat yang bersamaan mengatasi efek samping
dari pengobatan. Karena itu, nutrisi / gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan yang
optimal dan peningkatan kualitas hidup. Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode
antropometri. Sedagkan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan makanan
dan minuman terhadap kesehatan tubuh manusia agar tidak mengalami penyakit gangguan
gizi, dimana gangguan gizi sendiri adalah sebuah penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya
zat-zat vitamin tertentu sehingga mengakibatkan tubuh kita mengalami gangguan gizi.
Mengenal Alergi Kulit
By Makoto Aya

Alergi kulit merupakan masalah yang sering


menyerang manusia.berbeda dengan penyakit kulit lainya alergi kulit cenderung sebagai
masalah kulit kambuhan.jika tidak bisa menjaganya dengan baik,kulit kita bisa terserang
alergi kulit dan itu pasti tidak menyenangkan.

Kulit merupakan bagian tubuh manusia yang sangat sensitif,fungsi dari kulit sebagai
pelindung dari organ tubuh manusia menjadikan kulit sebagai salah satu bagian tubuh
manusia yang harus dirawat dengan ekstra.jika tidak bisa,jadi hal itu juga akan mengganggu
organ tubuh manusia yang lain.

Alergi kulit bisa datang karena faktor lingkungan ataupun dari dalam diri sendiri.faktor
terbesar datang dari dalam diri manusia itu sendiri,seperti tidak bisa menjaga pola makan
dengan baik.anda mungkin pernah mendengar seseorang yang terserang alergi kulit akibat
mengkonsumsi udang.hal tersebut nyatanya memang tidak di lebih-lebihkan.faktanya udang
memang mengandung zat yang dapat menyebabkan alergi pada orang-orang tertentu.
Alergi kulit berbeda dengan jenis luka pada kulit lainya seperti bekas luka terbakar,atau luka
bekas penyakit kulit seperti bisul.oleh sebab itu penanganan alergi kulit juga berbeda dengan
pengobatan jenis masalah kulit tersebut.umumnya salep menjadi pengobatan mujarab pada
jenis penyakit kulit tersebut,begitupun dengan alergi kulit.namun hal yang mesti diperhatikan
adalah kandungan dalam salep untuk mengobati alergi kulit berbeda dengan kandungan salep
untuk mengobati penyakit kulit lainya.

Hampir setiap orang pernah mengalami alergi salah satunya alergi kulit.alergi merupakan
reaksi yang dilakukan oleh tubuh karena adanya benda asing yang masuk kedalam
tubuh,sistem kekebalan tubuh mulai bekerja.jika sudah demikian alergi kulit tidak dapat
dihindari.
Protein khusus yang terdapat dalam benda asing penyebab alergi kulit tersebut dan bersifat
tidak baik akan dikenali oleh jaringan tubuh.tubuhpun segera membentuk zat penawar untuk
mengatasi protein khusus tadi.protein khusus dalam tubuh yang akan diserang dan akan
dilumpuhkan disebut antigen,sedangkan zat penawar yang dikeluarkan tubuh diebut antibodi.

Alergi Kulit Dan Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem kekebalan tubuh hanya akan menghasilkan antibodi jika tubuh sudah diserang oleh
benda asing.kalau sistem kekebalan tubuh bekerja dengan cepat dan mampu menghasilkan
antibodi dalam waktu singkat,tentu tubuhpun akan pulih dengan segera.benda asing yang
dapat dikenali sesaat setelah menyerang kulit,hal itu dapat menghindarkan anda dari alergi
kulit.

Akan tetapi jika sistem kekebalan tubuh bekerja lamban,tentu reaksi negatif pun akan
bermunculan.salah satu reaksi yang ditimbulkan itulah yang biasa kita kenal dengan
alergi,begitupun dengan alergi kulit.

Mengenal Alergi Kulit


Ada berbagai macam alergi yang harus kita kenali,salah satunya adalah alergi kulit.alergi
kulit tau yang biasa juga dikenal sebagai radang kulit atau eskema dermatitis merupakan
reaksi alergi yang terjadi dibagian kulit berupa gatal atau ruam.alergi kulit,umunya terjadi
akibat infeksi bakteri.biasanya penyakit ini tidak menular,namun dapat diturunkan kepada
anggota keluarga.penyebab alergi atau yang biasa disebut alergen bisa bermacam-
macam,misalnya makanan,obat,debu,cuaca,kosmetik,detergen,sabun mandi,kanji,ataupun
pakaian aksesoris dan sebagainya.

Alergi kulit harus dibedakan dengan penyakit kulit biasa,karena penangananya pun akan
berbeda.
Beberapa ciri dari alergi kulit diantaranya:
1. Kulit terasa gatal dan berwarna merah.
2. Muncul sisik dan ruam pada kulit.
3. Kelopak mata,alat kelamin atau mulut membengkak.
4. Kulit mulai mengering,terkadang sampai meradang atau melepuh.
5. Kulit yang telah melepuh dan berwarna merah terkadang pecah dan mengeluarkan cairan
yang menyebabkan rasa gatal.

Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat kita periksa kadar Ig E
dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal atau ambang batas tinggi. Lalu
pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang
menyebabkan penyakit alergi (alergen).

Anda mungkin juga menyukai