a. Faktor Metabolik
b. Faktor lingkungan
Kenaikan angka kesakitan penyakit infeksi, sering terjadi pada masyarakat yang
taraf hidupnya kurang mampu. Kenaikan angka infeksi tersebut, mungkin disebabkan
oleh karena lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau hilangnya daya tahan tubuh
yang disebabkan oleh jeleknya keadaan gizi.
c. Faktor Gizi
Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang.
Tubuh membutuhkan enam komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen tersebut yaitu :
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang cukup dan sesuai sangat
penting untuk berfungsinya system imun secara normal. Kekurangan gizi merupakan
penyebab utama timbulnya imunodefisiensi.
d. Faktor Anatomi
e. Faktor Fisiologis
f. Faktor Umur
g. Faktor Mikroba
B. ANTIGEN
1. Antigen adalah suatu substansi atau potensi dari suatu zat yang mampu merangsang
timbulnya respons imun yang dapat dideteksi, baik berupa respons imun seluler,
maupun respons imun humoral atau respons imun kedua-duanya. Karena sifatnya itu,
maka antigen disebut juga imunogen. Imunogen yang paling poten umumnya
merupakan makromolekuler protein, polisakharida atau polimer sintetik yang lain
seperti polivinilpirolidon (PVP). Imunogenisitas atau kemampuan dari imunogen
untuk merangsang terbentuknya antibody bergantung dari antigennya sendiri, cara
masuknya, individu yang menerima antigen tersebut, dan kepekaan dari metode yang
digunakan untuk mendeteksi respons imunnya (Bellanti, 1985; Abbas dkk.,1991;
Kresno,1991).
2. Yang berhubungan dengan antigen
a. Imunogenesitas dan antigenesitas
Imunogenesitas yang mempunyai hubungan satu sama lain tetapi berbeda dalam
sifat imunologinya yang sering kali bicara. Imunogenesitas adalah kemampuan
untuk menginduksi respons imunitas dan selular terlihat pada Tabel dan
antigenesitas 1.1 dan Gambar 1.2. Meskipun suatu bahan yang dapat
menginduksi respons spesifik disebut antigen, tetapi lebih tepat disebut imunogen.
Semua molekul dengan sifat imunogenesitas juga memiliki sifat antigenesitas,
namun tidak demikian sebaliknya.
(Gambar 1.1 )
b. Determinan antigen – epitop dan paratop
Sel sistem imun tidak dapat diatur dengan atau mengenal seluruh molekul
imunogen, tetapi limfosit mengenal tempat khusus pada makromolekul yang
disebut epitop atau determinan antigen. Sel B dan T mengenal berbagai epitop
pada molekul antigen yang sama. Limfosit juga dapat diandalkan dengan antigen
yang kompleks pada berbagai tahap struktur antigen. Oleh karena sel mengikat
antigen yang bebas dalam larutan, epitop yang dikenalnya cenderung mudah
ditemukan di permukaan imunogen. Epitop sel T dari protein berbeda dalam
peptida, biasanya berasal dari hasil cerna protein patogen oleh enzim yang dikenal
oleh TCR dalam kompleks dengan MHC (Tabel 1.2)
(Gambar 1.2)
Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat membuat
kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pesan antibodi yang dapat
diikat dengan spesifik bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi.
Makromolekul dapat memiliki berbagai epitop yang masing-masing merangsang
produksi spesifik antibodi yang berbeda. Paratop ialah bagian dari antibodi yang
mengikat epitop atau TCR yang mengikat epitop pada antigen. Respons imun
dapat terjadi terhadap semua golongan bahan kimia seperti hidrat arang, protein
dan asam nukleat (Gambar 1.3). Determinan antigen bereaksi dengan tempat
spesifik yang mengikat antigen di regio yang variabel pada molekul antibodi yang
disebut paratop. Epitop dapat juga bereaksi dengan TCR yang spesifik.
( Gambar 1.3 )
Molekul antigen tunggal dapat memiliki beberapa epitop. Epitop A dengan regio
yang mengikat antibodi atau TCR. Antigen regio yang berikatan dengan MHC II
disebut agretop. Antigen poten alamiah terbanyak adalah protein besar dengan
berat molekul lebih dari 40.000 Dalton dan kompleks polisakarida mikrobial.
Glikolipid dan lipoprotein dapat juga bersifat imunogenik, tetapi tidak demikian
dengan lipid yang dimurnikan. Asam nukleat dapat bertindak sebagai
immunogen dalam penyakit autoimun tertentu, tetapi tidak dalam keadaan
normal.
c. Antibody
Di samping fungsinya sebagai antibodi, antibodi dapat berfungsi sebagai protein
imunogen yang baik, dapat memacu produksi antibodi pada spesies lain atau
autoantibodi pada pejamu sendiri. Autoantibodi terutama terhadap IgM misalnya
yang ditemukan pada AR dan disebut FR (faktor reumatoid)
d. Mitogen- petanda fungsional
Mitogen dan lektin merupakan bahan alamiah yang mempunyai kemampuan dan
merangsang banyak klon limfoid untuk proliferasi dan diferensiasi. Bahan-bahan
tersebut merupakan aktivator poliklonal yang dapat mengaktifkan banyak klon
limfosit, bukan hanya klon limfosit dengan spesifitas khusus. Glikoprotein
(lektin) asal tanaman yaitu konkanavalin A (con-A) dan PHA merupakan mitogen
poten untuk sel T.
e. Pembagia antigen
P embagian A ntigen
Unideterminan,univalen
Hanya 1 jenis determinan/epitop pada 1 molekul
Unideterminan, multivalen
Hanya 1 jenis determinan tetapi 2 atau lebih determinan tersebut ditemukan pada
1 molekul
Multideterminan, univalen
Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya 1 dari setiap macamnya
(kebanyakan protein)
Multideterminan, multivalen
Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada 1 molekul
(antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi).
P embagian A ntigen Menurut S pes ifis itas
f. Superantigen
Superantigen adalah molekul yang merupakan pemacu respons imun poten,
memiliki tempat-tempat untuk mengikat reseptor sel dari dua sistem imun yaitu
rantai B dari TCR dan rantai a atau ß dari molekul MHC-II, tidak memerlukan
pengolahan adalah intraselular oleh APC dan tidak terbatas pada alel MHC-II
khusus. Superantigen merupakan molekul protein kecil, biasanya 22-30 kDa yang
diproduksi berbagai patogen untuk manusia seperti Stafilokokus aureus
(enterotoksin dan toksin eksofoliatif), Stafilokokus piogenes (eksotoksin),
patogen negatif-Gram (toksin Yersinia enterokolitika, Yersinia
pseudotuberkulosis), virus (EBV, CMV, HIV, rabies) dan parasit (Toksoplasma
gondi). Mungkin lebih baik bila disebut supermitogen, karena dapat memacu
mitosis sel CD4 * tanpa bantuan APC.
Superantigen dapat merangsang sel T yang multipel terutama sel CD4 * yang
menimbulkan penglepasan sejumlah besar sitokin. Superantigen dapat
merangsang 10% sel CD4 melalui ikatan dengan TCR dan timus dependen tidak
memerlukan proses oleh fagosit. sehingga Superantigen tidak diikat melalui
lekuk internal tempat antigen biasanya diikat untuk berhenti, tetapi diikat oleh
regio eksternal TCRAB yang secara simultan berhubungan dengan molekul DP,
DQ dan DR (MHC) pada APC. Superantigen juga bereaksi dengan TCR multipel
yang struktur perifernya sama.
Karena kemampuan berikatan, superantigen dapat mengaktifkan sejumlah besar
sel T dan tidak tergantung dari spesifitas antigen. Sampai 20% semua sel T dalam
darah dapat diaktifkan oleh satu molekul superantigen. Efek superantigen
terhadap sel T terlihat setelah diikat TCR. Kualitas respons sel T lebih cepat dan
besar berupa produksi sitokin seperti IL-2, IL-6, IL-8, TNF-a, IFN-y, yang
berperan dalam inflamasi, dan ekspansi ekspansi masif sel T reaktif spesifik dan
sindrom berupa DIC dan kolaps vaskular yang dikenal sebagai syok endotoksin,
sindrom syok toksin atau septik terutama melalui TNF-a. Superantigen telah
digunakan sebagai ajuvan untuk meningkatkan respons imun terhadap antigen
dalam imunisasi. Melalui MHC-I dan TCR, superantigen mengarahkan sel Th
untuk memberikan sinyal ke sel B, makrofag, sel dendritik dan sel sasaran lain
g. Alloantigen
Aloantigen adalah antigen yang ditemukan pada beberapa spesies tertentu antara
lain bahan golongan darah pada eritrosit dan antigen histokompatibel dalam
jaringan tandur yang merangsang respons imun pada resipien yang tidak
memiliki.
h. Toksin
Toksin adalah racun yang biasanya berupa imunogen dan pesanan. Pemesanan
antibodi yang disebut antitoksin dengan kemampuan untuk menetralkan dari
toksin dengan mengganggu sintesanya.
Toksin dapat dibagi sebagai berikut:
1. Toksin bakteri, diproduksi oleh mikroor- menetralkan efek ganisme penyebab
tetanus, difteri, botulisme dan gas gangren, termasuk stafilo- kok
2. Fitotoksin, toksin asal tumbuhan seperti risin dari minyak jarak, korotein dan
abrin yang merupakan turunan biji likoris indian, gerukia 3. Zootoksin, bisa yang
berasal dari ular, laba-laba, kalajengking, lebah dan tawon.
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh seharusnya melindungi tubuh dari zat
berbahaya dari virus, bakteri, racun, dan lainnya. Tapi bila sistem imun mengalami
gangguan, justru akan menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat.
Gangguan ini disebut gangguan atau penyakit autoimun. Gangguan autoimun adalah suatu
kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan
menghancurkan jaringan sehat. Normalnya, pasukan sistem kekebalan tubuh sel darah
putih membantu melindungi tubuh terhadap zat berbahaya, yang disebut antigen. Contoh
antigen termasuk bakteri, virus, racun, sel-sel kanker dan darah atau jaringan dari orang
atau spesies lain. Sistem kekebalan tubuh akan membuat antibodi yang menghancurkan
zat-zat berbahaya.
Tapi pada pasien dengan gangguan autoimun, sistem kekebalan tidak bisa membedakan
antara jaringan tubuh yang sehat dan antigen. Hasilnya adalah respon imun yang merusak
jaringan tubuh normal. Ini adalah reaksi hipersensitivitas mirip dengan respon di alergi.
Pada alergi, sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap zat eksternal yang biasanya akan
diabaikan. Tapi pada gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap
jaringan tubuh normal. Yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak bisa membedakan
antara jaringan normal dan antigen tidak diketahui.
Satu teori menyebutkan bahwa beberapa mikro-organisme (termasuk bakteri) dan obat-
obatan dapat memicu beberapa perubahan, terutama pada orang yang memiliki gen yang
membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan autoimun.
Seperti dilansir dari NLM, Selasa (27/4), gangguan autoimun dapat mengakibatkan hal-hal,
perusakan satu atau lebih jenis jaringan tubuh, pertumbuhan organ abnormal dan perubahan
fungsi organ. Selain itu, gangguan autoimun dapat mempengaruhi satu atau lebih organ
atau jaringan. Organ dan jaringan yang umumnya terkena oleh gangguan autoimun adalah
sel darah merah, pembuluh darah, jaringan ikat, kelenjar endokrin seperti tiroid atau
pankreas, otot, sendi, dan kulit. Seseorang bisa memiliki lebih dari satu gangguan autoimun
pada saat yang sama. Ada lebih 80 jenis penyakit akibat gangguan autoimun.
Gejala gangguan autoimmune sangat bervariasi dan tergantung pada penyakit tertentu.
Gejala yang umum adalah pusing, kelelahan, sakit, dan demam kelas rendah.
Perawatan yang digunakan tergantung pada penyakit tertentu dan gejala. Misalnya,
pemberian suplemen tiroid, vitamin, suntikan insulin atau transfusi darah. Tidak ada usaha
pencegahan yang bisa dilakukan untuk gangguan autoimun
DAFTAR PUSTAKA
Bratawidjaja, karnen garna. Iris Rengganis, IMUNOLOGI DASAR (Edisi ke dua belas),
Jakarta: Badan penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia, 2018.
Surdana, Ida Bagus Kade, Diklat Imunologi Dasar Sistem Imun, Denpasar: Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Ubayana, 2017.