Anda di halaman 1dari 12

A.

DASAR IMUNOLOGI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFEKSI


1. DASAR IMUNOLOGI
Imunologi merupakan ilmu yang meneliti struktur dan fungsi system imun serta
mempelajari hubungan antara imunitas dan penyakit. Disiplin imunologi berkembang
dari pengamatan mereka yang sembuh dari penyakit infeksi tertentu menjadi
terlindung terhadap penyakit tersebut . imunos (Latin) berarti dikecualikann dan
immunity (Inggris) bererti terlindung dari infeksi. Sistem imun merupakan sistem
yang sangat komplek dengan berbagai peran ganda dalam usaha menjaga
keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem indokrin, sistem imun yang bertugas
mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar diseluruh tubuh,
supaya dapat mencapai sasaran yang jauh dari pusat. Untuk melaksanakan fungsi
imunitas, didalam tubuh terdapat suatu sistem yang disebut dengan sistem
limforetikuler. Sistem ini merupakan jaringan atau kumpulan sel yang letaknya
tersebar diseluruh tubuh, misalnya didalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa,
timus, sistem saluran napas, saluran cerna dan beberapa organ lainnya. Jaringan ini
terdiri atas bermacam-macam sel yang dapat menunjukkan respons terhadap suatu
rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsinya masing-masing (Roitt dkk., 1993;
Subowo, 1993; Kresno, 1991).

2. Faktor yang mempengaruhi infeksi


Sebagaimana sistem-sistem yang lain dalam tubuh, sistem imun mungkin pula dapat
mengalami penyimpangan pada seluruh jaringan komunikasi baik berbentuk
morfologis ataupun gangguan fungsional. Gangguan morfologis, misalnya tidak
berkembangnya secara normal kelenjar timus sehingga mengakibatkan defisiensi
pada limfosit T. Sedangkan gangguan fungsional yang bermanifestasi sebagai
toleransi imunologik disebabkan karena lumpuhnya mekanisme respons imun
terhadap suatu antigen tertentu. Penyimpangan lain dalam mekanisme respons imun
dapat berbentuk sebagai reaksi alergi, anafilaksis ataupun hipersensitifitas tipe
lambat, dimana semua ini kadang-kadang menimbulkan kerugian pada jaringan
tubuh. Keadaan ini disebabkan karena gangguan fungsi pertahanan system imun
(Kresno, 1991; Abbas dkk.,1991; Roitt dkk.,1993). Gangguan fungsi homeostatik
pada system imun dapat menimbulkan kelainan yang dinamakan penyakit autoimun.
Hal ini disebabkan oleh karena system imun melihat konfigurasi dari tubuh sendiri
(self), sebagai benda asing, akibatnya respons imun ditujukan kepada jaringan tubuh
sendiri sehingga dapat membawa kerugian. Apabila fungsi ketiga yang bertugas
sebagai surveillance mengalami gangguan, akan mengakibatkan tidak bekerjanya
system pemantauan terhadap perubahan-perubahan pada sel tubuh, sehingga akhirnya
sel-sel abnormal tersebut berkembang biak diluar kendali yang menimbulkan
penyakit yang bersifat pertumbuhan ganas.

1.Faktor Pengubah Mekanisme Imun

Selain faktor genetik, terdapat sejumlah factor yang dapat mempengaruhi


mekanisme imun seperti: faktor metabolik, lingkungan, gizi, anatomi, fisiologi, umur
dan mikroba (Bellanti, 1985; Subowo 1993; Roitt dkk.,1993).

a. Faktor Metabolik

Beberapa hormon dapat mempengaruhi respons imun tubuh, misalnya pada


keadaan hipoadrenal dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya tahan
terhadap infeksi. Demikian juga pada orang-orang yang mendapat pengobatan dengan
sediaan steroid sangat mudah mendapat infeksi bakteri maupun virus. Steroid akan
menghambat fagositosis, produksi antibodi dan menghambat proses radang. Hormon
kelamin yang termasuk kedalam golongan hormone steroid, seperti androgen, estrogen
dan progesterone diduga sebagai faktor pengubah terhadap respons imun. Hal ini
tercermin dari adanya perbedaan jumlah penderita antara laki-laki dan perempuan yang
mengidap penyakit imun tertentu.

b. Faktor lingkungan

Kenaikan angka kesakitan penyakit infeksi, sering terjadi pada masyarakat yang
taraf hidupnya kurang mampu. Kenaikan angka infeksi tersebut, mungkin disebabkan
oleh karena lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau hilangnya daya tahan tubuh
yang disebabkan oleh jeleknya keadaan gizi.

c. Faktor Gizi
Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang.
Tubuh membutuhkan enam komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen tersebut yaitu :
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang cukup dan sesuai sangat
penting untuk berfungsinya system imun secara normal. Kekurangan gizi merupakan
penyebab utama timbulnya imunodefisiensi.

d. Faktor Anatomi

Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat


pada kulit dan selaput lender yang melapisi bagian permukaan dalam tubuh. Struktur
jaringan tersebut, bertindak sebagai imunitas alamiah dengan menyediakan suatu
rintangan fisik yang efektif. Dalam hal ini kulit lebih efektif dari pada selaput lender.
Adanya kerusakan pada permukaan kulit, atau pada selaput lender, akan lebih
memudahkan timbulnya suatu penyakit.

e. Faktor Fisiologis

Getah lambung pada umumnya menyebabkan suatu lingkungan yang kurang


menguntungkan untuk sebagian besar bakteri pathogen. Demikian pula dengan air
kemih yang normal akan membilas saluran kemih sehingga menurunkan kemungkinan
infeksi oleh bakteri. Pada kulit juga dihasilkan zatzat yang bersifat bakterisida. Didalam
darah terdapat sejumlah zat protektif yang bereaksi secara non spesifik. Faktor humoral
lainnya adalah properdin dan interferon yang selalu siap untuk menanggulangi
masuknya zat-zat asing.

f. Faktor Umur

Berhubung dengan perkembangan sistem imun sudah dimulai semasa dalam


kandungan, maka efektifitasnya juga diawali dari keadaan yang lemah dan meningkat
sesuai dengan bertambahnya umur. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pada umur
lanjut, sistem imun akan bekerja secara maksimal. Malah sebaliknya fungsi sistem imun
pada usia lanjut akan mulai menurun dibandingkan dengan orang yang lebih muda,
walaupun tidak mengalami gangguan pada sistem imunnya. Hal tersebut, selain
disebabkan karena pengaruh kemunduran biologik, secara umum juga jelas berkaitan
dengan menyusutnya kelenjar timus. Keadaan tersebut akan mengakibatkan perubahan-
perubahan respons imun seluler dan humoral. Pada usia lanjut resiko akan timbulnya
berbagai kelainan yang melibatkan sistem imun akan bertambah, misalnya resiko
menderita penyakit autoimun, penyakit keganasan, sehinggaakan mempermudah
terinfeksi oleh suatu penyakit.

g. Faktor Mikroba

Berkembangnya koloni mikroba yang tidak pathogen pada permukaan tubuh,baik


diluar maupun didalam tubuh, akan mempengaruhi sistem imun. Misalnya dibutuhkan
untuk membantu produksi natural antibody. Flora normal yang tumbuh pada tubuh dapat
pula membantu menghambat pertumbuhan kuman pathogen. Pengobatan dengan
antibiotika tanpa prosedur yang benar, dapat mematikan pertumbuhan flora normal, dan
sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan bakteri pathogen.

B. ANTIGEN
1. Antigen adalah suatu substansi atau potensi dari suatu zat yang mampu merangsang
timbulnya respons imun yang dapat dideteksi, baik berupa respons imun seluler,
maupun respons imun humoral atau respons imun kedua-duanya. Karena sifatnya itu,
maka antigen disebut juga imunogen. Imunogen yang paling poten umumnya
merupakan makromolekuler protein, polisakharida atau polimer sintetik yang lain
seperti polivinilpirolidon (PVP). Imunogenisitas atau kemampuan dari imunogen
untuk merangsang terbentuknya antibody bergantung dari antigennya sendiri, cara
masuknya, individu yang menerima antigen tersebut, dan kepekaan dari metode yang
digunakan untuk mendeteksi respons imunnya (Bellanti, 1985; Abbas dkk.,1991;
Kresno,1991).
2. Yang berhubungan dengan antigen
a. Imunogenesitas dan antigenesitas
Imunogenesitas yang mempunyai hubungan satu sama lain tetapi berbeda dalam
sifat imunologinya yang sering kali bicara. Imunogenesitas adalah kemampuan
untuk menginduksi respons imunitas dan selular terlihat pada Tabel dan
antigenesitas 1.1 dan Gambar 1.2. Meskipun suatu bahan yang dapat
menginduksi respons spesifik disebut antigen, tetapi lebih tepat disebut imunogen.
Semua molekul dengan sifat imunogenesitas juga memiliki sifat antigenesitas,
namun tidak demikian sebaliknya.

(Gambar 1.1 )
b. Determinan antigen – epitop dan paratop
Sel sistem imun tidak dapat diatur dengan atau mengenal seluruh molekul
imunogen, tetapi limfosit mengenal tempat khusus pada makromolekul yang
disebut epitop atau determinan antigen. Sel B dan T mengenal berbagai epitop
pada molekul antigen yang sama. Limfosit juga dapat diandalkan dengan antigen
yang kompleks pada berbagai tahap struktur antigen. Oleh karena sel mengikat
antigen yang bebas dalam larutan, epitop yang dikenalnya cenderung mudah
ditemukan di permukaan imunogen. Epitop sel T dari protein berbeda dalam
peptida, biasanya berasal dari hasil cerna protein patogen oleh enzim yang dikenal
oleh TCR dalam kompleks dengan MHC (Tabel 1.2)
(Gambar 1.2)
Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat membuat
kontak fisik dengan reseptor antibodi, menginduksi pesan antibodi yang dapat
diikat dengan spesifik bagian dari antibodi atau oleh reseptor antibodi.
Makromolekul dapat memiliki berbagai epitop yang masing-masing merangsang
produksi spesifik antibodi yang berbeda. Paratop ialah bagian dari antibodi yang
mengikat epitop atau TCR yang mengikat epitop pada antigen. Respons imun
dapat terjadi terhadap semua golongan bahan kimia seperti hidrat arang, protein
dan asam nukleat (Gambar 1.3). Determinan antigen bereaksi dengan tempat
spesifik yang mengikat antigen di regio yang variabel pada molekul antibodi yang
disebut paratop. Epitop dapat juga bereaksi dengan TCR yang spesifik.
( Gambar 1.3 )
Molekul antigen tunggal dapat memiliki beberapa epitop. Epitop A dengan regio
yang mengikat antibodi atau TCR. Antigen regio yang berikatan dengan MHC II
disebut agretop. Antigen poten alamiah terbanyak adalah protein besar dengan
berat molekul lebih dari 40.000 Dalton dan kompleks polisakarida mikrobial.
Glikolipid dan lipoprotein dapat juga bersifat imunogenik, tetapi tidak demikian
dengan lipid yang dimurnikan. Asam nukleat dapat bertindak sebagai
immunogen dalam penyakit autoimun tertentu, tetapi tidak dalam keadaan
normal.
c. Antibody
Di samping fungsinya sebagai antibodi, antibodi dapat berfungsi sebagai protein
imunogen yang baik, dapat memacu produksi antibodi pada spesies lain atau
autoantibodi pada pejamu sendiri. Autoantibodi terutama terhadap IgM misalnya
yang ditemukan pada AR dan disebut FR (faktor reumatoid)
d. Mitogen- petanda fungsional
Mitogen dan lektin merupakan bahan alamiah yang mempunyai kemampuan dan
merangsang banyak klon limfoid untuk proliferasi dan diferensiasi. Bahan-bahan
tersebut merupakan aktivator poliklonal yang dapat mengaktifkan banyak klon
limfosit, bukan hanya klon limfosit dengan spesifitas khusus. Glikoprotein
(lektin) asal tanaman yaitu konkanavalin A (con-A) dan PHA merupakan mitogen
poten untuk sel T.
e. Pembagia antigen

P embagian A ntigen

P embagian A ntigen Menurut Epitop

 Unideterminan,univalen
Hanya 1 jenis determinan/epitop pada 1 molekul
 Unideterminan, multivalen
Hanya 1 jenis determinan tetapi 2 atau lebih determinan tersebut ditemukan pada
1 molekul
 Multideterminan, univalen
Banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya 1 dari setiap macamnya
(kebanyakan protein)
 Multideterminan, multivalen
Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada 1 molekul
(antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi).
P embagian A ntigen Menurut S pes ifis itas

 Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies


 Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu
 Alloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesies
 Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu
 Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri
P embagian A ntigen Menurut K etergantungan Terhadap Sel T

 T dependen, antigen yang memerlukan pengenalan oleh Sel T dan Sel B


terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen
protein termasuk dalam golongan ini.
 T independen, antigen yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T
untuk membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul
besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya
lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan, flagelin polimerik bakteri.
P embagian A ntigen Menurut S ifat Kimiaw i

 Hidrat arang (polisakarida)


Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan bagian
permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun
terutama pembentukan antibodi. Contoh lain adalah respons imun yang
ditimbulkan golongan darah ABO yang sifat antigen dan spesifitas imunnya
berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah
 Lipid
Biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein
pembawa (carrier). Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid
 Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat
protein pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik.
Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan SLE
 Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik, dan pada umumnya multideterminan dan
univalen

f. Superantigen
Superantigen adalah molekul yang merupakan pemacu respons imun poten,
memiliki tempat-tempat untuk mengikat reseptor sel dari dua sistem imun yaitu
rantai B dari TCR dan rantai a atau ß dari molekul MHC-II, tidak memerlukan
pengolahan adalah intraselular oleh APC dan tidak terbatas pada alel MHC-II
khusus. Superantigen merupakan molekul protein kecil, biasanya 22-30 kDa yang
diproduksi berbagai patogen untuk manusia seperti Stafilokokus aureus
(enterotoksin dan toksin eksofoliatif), Stafilokokus piogenes (eksotoksin),
patogen negatif-Gram (toksin Yersinia enterokolitika, Yersinia
pseudotuberkulosis), virus (EBV, CMV, HIV, rabies) dan parasit (Toksoplasma
gondi). Mungkin lebih baik bila disebut supermitogen, karena dapat memacu
mitosis sel CD4 * tanpa bantuan APC.
Superantigen dapat merangsang sel T yang multipel terutama sel CD4 * yang
menimbulkan penglepasan sejumlah besar sitokin. Superantigen dapat
merangsang 10% sel CD4 melalui ikatan dengan TCR dan timus dependen tidak
memerlukan proses oleh fagosit. sehingga Superantigen tidak diikat melalui
lekuk internal tempat antigen biasanya diikat untuk berhenti, tetapi diikat oleh
regio eksternal TCRAB yang secara simultan berhubungan dengan molekul DP,
DQ dan DR (MHC) pada APC. Superantigen juga bereaksi dengan TCR multipel
yang struktur perifernya sama.
Karena kemampuan berikatan, superantigen dapat mengaktifkan sejumlah besar
sel T dan tidak tergantung dari spesifitas antigen. Sampai 20% semua sel T dalam
darah dapat diaktifkan oleh satu molekul superantigen. Efek superantigen
terhadap sel T terlihat setelah diikat TCR. Kualitas respons sel T lebih cepat dan
besar berupa produksi sitokin seperti IL-2, IL-6, IL-8, TNF-a, IFN-y, yang
berperan dalam inflamasi, dan ekspansi ekspansi masif sel T reaktif spesifik dan
sindrom berupa DIC dan kolaps vaskular yang dikenal sebagai syok endotoksin,
sindrom syok toksin atau septik terutama melalui TNF-a. Superantigen telah
digunakan sebagai ajuvan untuk meningkatkan respons imun terhadap antigen
dalam imunisasi. Melalui MHC-I dan TCR, superantigen mengarahkan sel Th
untuk memberikan sinyal ke sel B, makrofag, sel dendritik dan sel sasaran lain
g. Alloantigen
Aloantigen adalah antigen yang ditemukan pada beberapa spesies tertentu antara
lain bahan golongan darah pada eritrosit dan antigen histokompatibel dalam
jaringan tandur yang merangsang respons imun pada resipien yang tidak
memiliki.
h. Toksin
Toksin adalah racun yang biasanya berupa imunogen dan pesanan. Pemesanan
antibodi yang disebut antitoksin dengan kemampuan untuk menetralkan dari
toksin dengan mengganggu sintesanya.
Toksin dapat dibagi sebagai berikut:
1. Toksin bakteri, diproduksi oleh mikroor- menetralkan efek ganisme penyebab
tetanus, difteri, botulisme dan gas gangren, termasuk stafilo- kok
2. Fitotoksin, toksin asal tumbuhan seperti risin dari minyak jarak, korotein dan
abrin yang merupakan turunan biji likoris indian, gerukia 3. Zootoksin, bisa yang
berasal dari ular, laba-laba, kalajengking, lebah dan tawon.

C. HUBUNGAN SISTEM IMUN DENGAN BEBERAPA PKELAINAN DALAM


KLINIS

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh seharusnya melindungi tubuh dari zat
berbahaya dari virus, bakteri, racun, dan lainnya. Tapi bila sistem imun mengalami
gangguan, justru akan menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat.
Gangguan ini disebut gangguan atau penyakit autoimun. Gangguan autoimun adalah suatu
kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan
menghancurkan jaringan sehat. Normalnya, pasukan sistem kekebalan tubuh sel darah
putih membantu melindungi tubuh terhadap zat berbahaya, yang disebut antigen. Contoh
antigen termasuk bakteri, virus, racun, sel-sel kanker dan darah atau jaringan dari orang
atau spesies lain. Sistem kekebalan tubuh akan membuat antibodi yang menghancurkan
zat-zat berbahaya.
Tapi pada pasien dengan gangguan autoimun, sistem kekebalan tidak bisa membedakan
antara jaringan tubuh yang sehat dan antigen. Hasilnya adalah respon imun yang merusak
jaringan tubuh normal. Ini adalah reaksi hipersensitivitas mirip dengan respon di alergi.
Pada alergi, sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap zat eksternal yang biasanya akan
diabaikan. Tapi pada gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap
jaringan tubuh normal. Yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh tidak bisa membedakan
antara jaringan normal dan antigen tidak diketahui.
Satu teori menyebutkan bahwa beberapa mikro-organisme (termasuk bakteri) dan obat-
obatan dapat memicu beberapa perubahan, terutama pada orang yang memiliki gen yang
membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan autoimun.
Seperti dilansir dari NLM, Selasa (27/4), gangguan autoimun dapat mengakibatkan hal-hal,
perusakan satu atau lebih jenis jaringan tubuh, pertumbuhan organ abnormal dan perubahan
fungsi organ. Selain itu, gangguan autoimun dapat mempengaruhi satu atau lebih organ
atau jaringan. Organ dan jaringan yang umumnya terkena oleh gangguan autoimun adalah
sel darah merah, pembuluh darah, jaringan ikat, kelenjar endokrin seperti tiroid atau
pankreas, otot, sendi, dan kulit. Seseorang bisa memiliki lebih dari satu gangguan autoimun
pada saat yang sama. Ada lebih 80 jenis penyakit akibat gangguan autoimun.

Gejala gangguan autoimmune sangat bervariasi dan tergantung pada penyakit tertentu.
Gejala yang umum adalah pusing, kelelahan, sakit, dan demam kelas rendah.
Perawatan yang digunakan tergantung pada penyakit tertentu dan gejala. Misalnya,
pemberian suplemen tiroid, vitamin, suntikan insulin atau transfusi darah. Tidak ada usaha
pencegahan yang bisa dilakukan untuk gangguan autoimun

DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce, Panduan Pemeriksaan Kesehatan dengan Dokumentasi SOAPIE,


Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran, 1995.

Bratawidjaja, karnen garna. Iris Rengganis, IMUNOLOGI DASAR (Edisi ke dua belas),
Jakarta: Badan penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia, 2018.

Surdana, Ida Bagus Kade, Diklat Imunologi Dasar Sistem Imun, Denpasar: Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Ubayana, 2017.

Anda mungkin juga menyukai