Dosen Pembimbing
Di susun oleh:
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah
anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu,
Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013). Program KB tidak hanya
bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk,
melainkan juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas,
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk
membentuk keluarga kecil berkualitas (Yuhedi dan Kurniawati, 2013)
Pada tahun 2017, di Indonesia terdapat 37.338.265 Pasangan Usia
Subur (PUS). Dari banyaknya PUS di Indonesia diketahui 63,22%
dari jumlah PUS merupakan akseptor KB. Jumlah akseptor KB pada
Tahun 2017 masih belum mencapai target. Target akseptor KB yang
diharapkan, yaitu 65,6%. Akseptor MKJP hanya sekitar 17,45%. Dari
data tersebut dapat disimpulkan akseptor MKJP terbilang cukup
sedikit, padahal MKJP merupakan metode KB yang sangat efektif.
Berdasarkan data WHO tahun 2013, angka kegagalan pada non MKJP
sangat tinggi, diantaranya KB Suntik 60 per 1000 orang, KB Pil 90
per 1000 orang, sedangkan angka kegalalan pada MKJP diantaranya
Implan 0,5 per 1000 orang dan AKDR 8,5 per 1000 orang. Dari data
tersebut dapat terlihat bahwa MKJP merupakan metode yang sangat
efektif untuk digunakan oleh PUS di Indonesia (Profil Kesehatan
Indonesia, 2017).
Berdasarkan Jakarta Open Data tahun 2015, jumlah PUS di
Jakarta Utara adalah 285.327 orang. PUS KB aktif sekitar 78, 9%,
sedangkan PUS yang tidak menggunakan KB sekitar 21,1%. Akseptor
KB AKDR sebanyak 15,22%, akseptor KB MOW sebanyak 3,41%,
akseptor KB MOP sebanyak 1,81%, akseptor KB kondom sebanyak
3,89%, akseptor KB implan 8,49%, akseptor KB suntik 32,66%,
akseptor KB pil sebanyak 22,76% (Jakarta Open Data, 2015).
Menurut penulis, banyak wanita tidak bersedia mengubah siklus
normalnya, karena takut bahwa perdarahan yang lama dapat
mengubah pola hubungan seksual dan dapat mendorong suami
berhubungan seks dengan wanita lain. Siklus yang memanjang atau
perdarahan intermiten dapat membatasi partisipasi dalam aktivitas
keagamaan maupun budaya. Oleh karena itu, pendapat suami
mengenai KB cukup kuat pengaruhnya untuk menentukan
penggunaan metode KB oleh istri. Karena wanita mempunyai
semacam kendali apabila mereka bertanggung jawab dalam
penggunaan kontrasepsi. Dilain pihak, mereka juga dapat merasa
kecewa karena harus menolak permintaan seks pasangannya dan
memikul beban berat dari setiap efek samping dan risiko kesehatan.
Wanita mungkin takut, karena alasan kesopanan atau rasa malu, untuk
berbicara dengan pasangannya, baik tentang KB maupun menolak
keinginan pasangannya untuk berhubungan ataupun mempunyai anak.
Akhirnya, beberapa wanita memilih menggunakan kontrasepsi tanpa
sepengetahuan pasangannya (Penulis,2019).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama ibu hamil
mengenai kontrasepsi KB.
2. Tujuan Khusus
a. Sasaran dapat mengetahui pengertian KB secara tepat.
b.Sasaran dapat mengenal metode-metode kontrasepsi KB secara
benar
c. Sasaran dapat memahami keuntungan dan kerugian metode
kontasepsi KB dengan tepat
d. Sasaran dapat memahami efek samping penggunaan metode
kontrasepsi KB dengan tepat
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi (Terlampir)
a. Pengertian KB
b. Jenis-jenis KB
c. Keuntungan KB
d. Efek Samping KB
2. Sasaran Atau Target
Ibu hamil di Puskesmas Kelurahan Rawa Badak Utara I
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
4. Media dan Alat
a. Power point
b. Leaflet
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 25 September 2019
Waktu : Pukul 09.00 – 09.30 WIB
Tempat : Aula Puskesmas Rawa Badak Utara I
D. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No. Jadwal Kegiatan Penyuluhan Waktu
Peserta
1. Pembukaan
a. Memberi salam dan
sapa
b. Memperkenalkan diri
Mendengarkan 5 menit
c. Menyampaikan tujuan
acara
d. Melakukan kontrak
waktu dengan peserta
2. Penyuluhan
a. Pengertian KB
b. Jenis-jenis KB
Mendengarkan
c. Keuntungan KB 10 Menit
Materi
d. Efek Samping KB
3. Penutup
a. Melakukan evaluasi
peserta terhadap materi
penyuluhan Melakukan
b. Membuat kesimpulan Tanya Jawab
penyuluhan
c. Menutup diskusi dan
15 Menit
memberi salam Mendengarkan
E. Penutup
Demikianlah satuan acara penyuluhan ini kami ajukan dengan harapan
kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik serta lancar.
Pelaksanaan penyuluhan ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi para ibu hamil yang ada di wilayah Kelurahan Rawa Badak Utara I,
Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
KONTRASEPSI KB
1. Pengertian KB
Konsep keluarga berencana telah banyak dikemukakan para ahli.
Menurut Hartanto (2004), Keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek
tertentu, yaitu: (1) menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2)
mendapat kelahiran yang diingikan, (3) mengatur interval dintara
kehamilan,
(4) menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Sesuai dengan (BKKBN,2015) keluarga berencana adalah upaya untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan
pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk
keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia
ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta
kesejahteraan anak (BKKBN,2015).
Selanjutnya Mukti (2000) menyatakan keluarga berencana adalah
sebagai upaya ikhtiar untuk memberikan jaminan kesehatan, untuk sang
anak maupun ibu, jaminan pendidikan merupakan bekal yang sangat
berharga untuk kehidupan kelak dalam masyarakat, untuk memenuhi
kesejahtraan dan kemakmuran keluarga lahir dan batin (Mukti, 2000)
Selanjtnya Hartanto (2004) mengemukakan keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objek tertentu, yaitu: (1) menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3) mengatur
interval diantara kehamilan, (4) menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Hartanto, 2004).
Berdasarkan UU No 52 Tahun 2009, keluarga berencana adalah suatu
program masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera dalam rangka
meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (UU No 52
Tahun 2009).
2. Jenis-jenis KB
1. Kontrasepsi Pil
Kontrasepsi pil adalah metode kontrasepsi hormonal yang
digunakan wanita, berbentuk tablet. Pada dasarnya kontrasepsi pil
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pil kombinasi, pil yang mengandung
progesteron dan pil yang mengandung estrogen. Kontrasepsi pil adalah
salah satu kontrasepsi yang paling banyak digunakan kontrasepsi pil
mengandung hormon ekstrogen dan progesterone serta dapat
menghambat ovulasi (Anna G, dkk. 2014). Kontrasepsi pil ini harus
diminum setiap hari secara teratur.
a. Jenis – jenis pil kombinasi ada 3 macam yaitu:
1) Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan
7 tablet tanpa hormon. Contoh: KB Andalan
2) Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon estrogen/progesterone dengan dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon. Contoh:
3) Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon estrogen/progesterone dengan tiga dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon. Contoh: Trinordiol 28
b. Efektivitas
Pada pemakaian yang seksama, pil kombinasi 99 % efektif
mencegah kehamilan. Namun, pada pemakaian yang kurang
seksama, efektivitasnya masih mencapai 93 %.
c. Keuntungan
Keuntungan menggunakan kontrasepsi pil adalah dapat
diandalkan jika pemakaiannya teratur, meredakan dismenorea,
mengurangi resiko anemia mengurangi resiko penyakit payudara,
dan melindungi terhadap kanker endometrium dan ovarium.
d. Kerugian
Kerugian menggunakan kontrasepsi pil adalah harus diminum
secara teratur, cermat, dan konsisten, tidak ada perlindungan
terhadap penyakit menular, peningkatan resiko hipertensi dan tidak
cocok digunakan ibu yang merokok pada usia 35 atahun.
e. Indikasi
Indikasi penggunaan kontrasepsi pil adalah usia reproduksi, telah
memiliki anak, ibu yang menyusui tapi tidak memberikan ASI
esklusif, ibu yang siklus haid tidak teratur, riwayat kehamilan
ektopik.
f. Kontra indikasi
Kontra indikasi pengguna kontrasepsi pil adalah ibu yang
sedang hamil, perdarahan yang tidak terdeteksi, diabetes berat
dengan komplikasi, depresi berat dan obesitas.
g. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja pil adalah dengan cara menekan
gonadotropin releasing hormon. Pengaruhnya pada hifofisis
terutama adalah penurunan sekresi Luitenezing Hormone (LH), dan
sedikit Folicle Stimulating Hormone (FSH). Dengan tidakadanya
puncak LH, maka
ovulasi tidak terjadi. Disamping itu, ovarium menjadi tidak aktif,
dan pemasakan folikel terhenti beserta lendir sevik mengalami
perubahan, menjadi lebih kental, gambaran daun pakis menghilang
sehingga penetrasi sperma menurun.
h. Efek samping
Efek samping kontrasepis pil kombinasi adalah pertambahan
berat badan, perdarahan diluar siklus haid, mual, pusing dan
amenorea.
i. Cara pemakaian
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima
siklus haid, dapat juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan,
misalnya hari minggu, agar mudah diingat lalu diminum terus –
menerus pada pil yang berjumlah 28 tablet (Saifuddin AN, dkk.
2010).
2. Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang mengandung
hormon progesterone dan ekstrogen, kontrasepsi ada ada 2 macam yaitu
suntik yang sebulan sekali (syclopen) dan suntik 3 bulan sekali (depo
propera), akan tetapi ibu lebih suka menggunakan suntik yang sebulan
karena suntik sebulan dapat menyebabkan perdarahan bulanan teratur
dan jarang menyebabkan spoting (Everett S. 2012).
a. Efektifitas
Efektivitas kontrasepsi suntik adalah antara 99 % dan 100 %
dalam mencegah kehamilan dengan tingkat kegagalannya sangat
kecil. Keefektifannya 0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama pemakaian.
b. Kerugian
Kerugian kontrasepsi suntik adalah perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak, mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan,
efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat
epilepsi dan kemungkinan terjadi tumor hati.
c. Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sederhana
setiap 8 sampai 12 minggu, tingkat keefektivitasannya tinggi, tidak
menggagu pengeluaran pengeluaran ASI.
d. Indikasi
Indikasi kontrasepsi suntik adalah usia reproduksi, telah
mempunyai anak, ibu yang menyusui, ibu post partum, perokok,
nyeri haid yang hebat dan ibu yang sering lupa menggunakan
kontrasepsi pil.
e. Kontra indikasi
Kontra indikasi kontrasepsi adalah ibu yang dicuriagai hamil,
perdarahan yang belum jelas penyebabnya, menderita kanker
payudara dan ibu yang menderita diabetes melitus disertai
komplikasi.
f. Efek samping
Efek samping kontrasepsi suntik adalah sakit kepala, kembung,
depresi, berat badan meningkat, perubahan mood, perdarahan tidak
teratur dan amenore.
g. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja kontrasepsi suntik adalah menghalangi
pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum,
mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus spermatozoa,
perubahan peristaltik tuba fallopi sehingga konsepsi dihambat
mengubah suasana endometrium sehingga tidak sempurna untuk
implantasi hasil konsepsi.
h. Jenis – jenis suntik
Jenis kontrasepsi suntik ada 3 macam yaitu depopropera yang
berisi progesterone asetat dan diberikan dalam suntikan 150 mg
setiap 12 minggu. Noristerat berisi noresteron dan diberikan dalam
suntikan 200 mg setiap 8 minggu. Syclopem diberikan melalui
suntikan setiap 4 minggu.
i. Cara pemakaian
Cara pemakaian kontrasepsi suntik adalah melaui suntikan,
dapat dilakukan segera setelah post partum, setelah post abortus.
Depopropera harus diberikan dalam 5 hari pertama haid, tidak
dibutuhkan kontrasepsi tambahan dan selajutnya diberikan setiap
12 minggu. Noristerat harus diberikan pada masa mestruasi, tidak
dibutuhkan kontrasepsi tambahan setelah itu diberikan setiap 8
minggu. Cyclopem diberikan melaui suntikan setiap 4 minggu
(Manuaba IBG. 2014).
Anna G, dkk. 2014. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
BKKBN. 2015. Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Tahun 2015-2019. Jakarta: BKKBN
Everett S. 2012. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta:
EGC Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Mukti, Ali. 2000. Agama Keluarga Berencana dan Kependudukan. Jakarta: BKKBN
Saifuddin AN, dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
UU RI. 2009. Diakses di https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38852/uu-no-52-
tahun-2009 pada tanggal 20 September 2019 pukul 13.00
Yuhedi T.L, dan Kurniawati T. 2013. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB.
Jakarta: EGC