Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA LANSIA DENGAN IMMUNODEFFICIENCY (PENURUNAN SISTEM


KEKEBALAN TUBUH)

Palu, 21 Agustus 2023

Mengetahui:

INSTRUKTUR KLINIK

Hermiyanti, S.Kep., Ns

NIP. 19821101 100211 2 001

PRECEPTOR (DOSEN AKADEMIK)

Niswa Salamung, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0915108802
LAPORAN PENDAHULUAN
IMMUNODEFFICIENCY (PENURUNAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH)

A. Definisi
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organism asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungi pejamu dari
faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak
serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragan penyakit
klinis dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopic hingga atritis
rheumatoid, severe combined immunodeviciency dan kanker. Sistem imun membentuk
sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti mikroorganisme (bakteria,
protozoa, virus dan parasit).
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh
biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnakan mereka
dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat
menginfeksi organisme.
B. Etiologi
Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :
1. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem kekebalan
tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan sistem imun.
Seringkali penyebab immune deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis.
Gejala-gejala dari immune deficiency conditions adalah sama dengan penyakit yang
mendasarinya.
2. SCID (Serve Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem imun yang
diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan geneti, terutama dari
kromosom X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum terjadi pada orang yang
menderita SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia,
campak, cacar air.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius. Merupakan penyebab
terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari perkembangan HIV.
Kesehatan klien akan memburuk secara perlahan. AIDS akan membuat penderita
rentan pilek dan flu dan serius seperti pneumonia dan kanker.

Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan :

1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau zat
tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan
terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen. Dalam banyak
kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makana, obat-
obatan atau gigitan serangga, bisa memicu yang menyebabkan serangkaian gejala
fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggerokan bengkak dan penurunan
tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saluran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.
C. Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut
dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi secara memadai
terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan fungsi limfosit T dan
B dapat terganggu kemungkinan penyebab lain adalah akibat penurunan antibody
untuk membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Penurunan fungsi organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga turun
menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas lambung
memungkinkan flora normal intenstinal untuk berploriferasi dan menimbulkan
infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui
dengan baik. Ada bukti yang menunjukan baha estrogen memodulasi aktivitas
limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk
mempertahankan produksi interleukin dan aktivitas sel supresor. Efek hormone seks
tidak begitu menonjol, estrogen akan mengaktifkan populasi sel B yang berkaitan
dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic pada sel B).
ekstrogen cenderung menggalakan imunitas sementara androgen bersifat
imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada anita dan
pria.
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang
optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi
akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein.
Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturase sel-sel imun.
4. Faktor-faktor psikoneuro imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormone-hormon endokrin. Limfosit dapat memproduksi dan
mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin
Di pihak lain, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan
endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan sistem imun tampaknya
bersifat dua arah.
5. Kelainan organ lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut mengubah
fungsi sistem imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor lainnya menyebabkan
gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama pertahanan tubuh
hilagnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar akan menimbulkan deplesi
protein tubuh esensisal, termasuk immunoglobin. Stressor fisiologi dan psikologik
yang disertai dengan stress karena pembedahan atau cidera menstimulasi pelepasan
kortisol serum juga turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
6. Penyait kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun, penyakit
kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat melepaskan antigen
ke dalam darah, antigen ini dapat mengikat antibody yang beredar dan mencegah
antibody tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor. Lebih lanjut, sel-sel tumor
dapat memiliki faktor penghambat yang khusus yang menyalut sel-sel tumor dan
mencegah penghancurannya oleh limposit T kiler.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun
yang tidak dikehendaki pada fugsi sistem imun. Ada empat klasifikasi obat utama
yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi : antibiotic, kortikostreoid,
obat-obat anti imflamasi nonsteroid dan preparat sitotoksik.
8. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeki allograf. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan menurunkan
populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya.
9. Genetik
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetic.
Secara genetic respon imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup dan
rendah terhadap antigen tertentu. Tetapi terhadap antigen lain tinggi sehingga
mungkin ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%. Faktor genetic dalam
respon imun dapat berperan melalui gen yang berada pada kompleks MHC dengan
non MHC.
10. Kehamilan
Salah satunya yaitu infeksi yang terjadi secara kebetulan selama kehamilan
dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak jerman (rubella) bisa menyebabkan
cacat sejak lahir, terutama sekali pada jantung dan bagian dalam mata.
Infeksi bakteri pada vagina selama kehamilan bisa menyebabkan persalinan
sebelum aktunya atau membrane yang berisi janin gugur sebelum waktunya.
Pengobatan infeksi dengan antibiotic bisa mengurangi kemungkinan masalah-
masalah ini.

D. Manifestasi Klinis
Tanda :
1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernapasan sebanyak 6 kali
atau lebih dalam satu tahun, terutama jika tertular dari anak lain.
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka
terhadap infeksi.
3. Thrus merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut dan peradangan
gusi, bisa merupakan pertan da awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.
4. Peradangan mata (konjungtivitis), rambut rontok, eksim yang berat dan pelebaran
kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan gas yang
berlebihan dan penurunan berat badan.

Gejala klinis penyakit imunodefisiensi

1. Gejala yang biasanya dijumpai


Infeksi saluran napas atas berulang infeksi bakteri yang berat. Penyembuhan inkomplit
antar episode infeksi atau respons pengobatan inkomplit.
2. Gejala yang sering dijumpai
1) Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh\
2) Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar
3) Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim
4) Lesi kulit
5) Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan
6) Diare atau mal abrsopsi
7) Pneumonia atau bronchitis berulang
8) Penyakit autoimun
9) Kelainan helatogis
3. Gejala yang jarang dijumpai
1) Berat badan turun
2) Demam
3) Hepatosplenomegaly
4) Penyakit virus yang berat
5) Artritis atau arthralgia
6) Meningitis berulang
7) Hepatitis kronik (bvirus atau autoimun)
8) Infeksi saluran kemih
9) Granuloma
10) Keganasan limfoid.
E. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, Usia 65-80 tahun mempunyai risiko lebih tinggi terkena
immunodeficiency, terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan: orang
yang sudah menikah memeliki pengaruh terhadap kondisi kejiwaan seseorang
yang menyebabkan gangguan sistem imun menurun. Pekerjaan : orang dengan
pekerja keras tidak menutup kemungkinan menderita gangguan sistem imun di
karenakan aktivitas yang menguras sehingga mengurangin aktivitas yang baik
untuk dilakukan (Sibarani 2017 dalam Trijayanti 2019).
b. Keluhan Utama
Menurut (Aspiani, 2015), Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita
penurunan sistem imun tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul
tanpa gejala. Pada penderita penurunan sistem imun tidak biasanya ringan dan
tidak spesifik seperti pusing, tenguk terasa pegal, dan sakit kepala (Pratiwi &
Mumpuni, 2017).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit
kepala,kelelahan,pundak terasa berat. Gejala-gejala yang mudah diamati pada
penderita penurunan istem imun antara lain yaitu : gejala ringan seperti lemas,
badan terasa berat, pusing, sering gelisah, wajah merah, sukar tidur, sesak napas.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan
dengan peningkatan aktivitas, riwayat penggunaan obat- obatan, riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok serta riwayat penyakit kronik lain yang
diderita klien.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
karena genetik/keturunan.
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut Padila (2013) pemeriksaan fisik meliputi :
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, dan takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta perspirasi.
Tanda : kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah)
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah systole diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastole diatas 90
mmHg Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaaan denyut
seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis/brakhialis,
denyut (popliteal, tibialis posterior, dan pedialis) tidak teraba atau lemah.
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi primer) Kulit
pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia).Bisa juga kulit berwarna
kemerahan (feokromositoma).
c. Integritas Ego
Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau marakronik (dapat
mengindikasikan kerusakan serebral). Selain ini juga ada faktorfaktor multiple,
seperti hubungan, keuangan, atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, otot muka 39 tegang (khususnya sekitar
mata)., gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, dan peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu, seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
e. Makanan dan Cairan
Gejala : Makanan yang disukai dapat mencakup makaan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan digoreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual dan muntah, penambahan
berat badan (meningkat/turun), riwayat penggunaan obat diuretic.
Tanda : Berat badan normal, bisa juga mengalami obestas. Adanya edema
(mungkin umum atau edema tertentu); kongesti vena, dan glikosuria (hampir 10%
pasien hipertensi adalah penderita diabetes).
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital. (Terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
g. Nyeri / Ketidak Nyamanan
Angina ( penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada
tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteriekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma).
h. Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal, tahap
lanjut dari hipertensi menetap/berat.
Gejala: Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal parok-sismal, batuk dengan atau tanpaa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda: Distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas
tambahan (krakles atau mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan, hipotensi postural.
3. Pola Kebiasaaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Menggambarkan Pola nutirsi pada penderita hipertensi apakah diet rendah garam,
apakah masih mengkonsumsi alkohol, dan makan makanan yang sehat untuk
menjaga diri terbebas dari hipertensi.
b. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah
defekasi, dan penggunaan kateter.
c. Pola Aktivitas dan Istirahat
Pada lansia yang kurang tidur menyebabkan gangguan pada gaya berjalanya lebih
lambat, mudah lelah, keseimbangan aktivitas menurun. Pengkajian Indeks KATZ.
d. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan
masalah keuangan. Tabel Pengkajian APGAR Keluarga.
e. Pola Sensori dan Kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif, pola persepsi sensori meliputi
pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan, dan pembau. Pada klien katarak
dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah tampak
kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata. Tabel Pengkajian
Status Mental/Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ).
f. Pola Persepsi
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran,
identitas diri. Manusi sebagai sistem terbuka dan makhluk bio-psiko-sosial-
kultural-spiritual kecemasan, kecemasan,ketakutan, dan dampak terhadap sakit.
Depresi menggunakan Tabel Inventaris Depresi back.
g. Pola Seksual dan Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
h. Pola Mekanisme/Penanggulangan Stress dan Koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
i. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual
(Trijayanti, 2019)
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemerikaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagubilita,
anemia.
2) BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa : darah, protein, glukosa,
mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
b. CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IVP : mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
5. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
2) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3) Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi
6. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Gangguan Rasa Nyaman Setelah dilakukan tindakan Edukasi Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam Observasi
gejala penyakit maka status kenyamanan - Identifikasi kesiapan dan
meningkat dengan kriteria hasil : kemampuan menerima
1. Kesejahtraan fisik meningkat informasi
2. Keluhan tidak nyaman menurun Terapeutik
3. Gelisah menurun - Sediakan materi dan media
4. Keluhan sulit tidur menurun pendidikan kesehatan
5. Pola tidur membaik - Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
Edukasi
- Jelaskan penyebab ,
periode, dan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
maka tingkat nyeri menurun dengan - Identifikasi lokasi,
kriteria hasil: karakteristik, durasi,
- Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas,
- Gelisah menurun intensitas nyeri
- Kesulitan tidur menurun - Identifikasi skala nyeri
- Mual menurun Edukasi

- Pola membaik - Jelaskan penyebab , periode


, dan pemicu nyeri -
Jelaskan strategi meredakan
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3 Nausea Setelah dilakukan intervensi Manajemen mual
keperawatan selama 2x24 jam, Observasi
maka tingkat nausea menurun - Identifikasi pengalaman
dengan kriteria hasil : mual - Identifikasi dampak
- Keluhan mual menurun mual terhadap kualitas
- Perasaan ingin muntah menurun hidup (mis. Nafsu makan,
- Pucat membaik aktivitas , kinerja, tanggung
jawab peran , dan tidur)
- Identifikasi faktor penyebab
mual
Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
- Anjurkan sering
membersihkan mulut ,
kecuali jika merangsang
mual
- Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak

7. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. (Purba, 2016)
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana perawatan
yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang memelihara
kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan
ketidakmampuan. Tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dari setiap
diagnosis keperawatan yang telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan
keperawatan gerontik.
8. Evaluasi Keperawatan
Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien,
membandingkan respons klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan
masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien dalam asuhan
keperawatan gerontik. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan
kemajuan klien terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi keperawatan juga dilakukan dengan metode SOAP yaitu S) Subjek
(klien mengatakan), O) Objektif (klien terlihat/hasil temuan perawat) A) Assesment
(Apakah masalah teratasi atau belum teratasi), P) Planning (Intervensi di lanjutkan
atau dipertahankan). Adapun hasil evaluasi keperawatan setelah pasien diberikan
Tindakan keperawatan (Nur et al., 2021).
Daftar pustaka

Cynthia M, Taylor . 2011 . Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan . Jakarta : EGC

Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi
2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Stockslager, Jaime L. 2007 . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta : EGC.

Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.

Suratum . 2008 . Seri Askep Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal . Jakarta : EGC.

Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.

Cynthia M, Taylor . 2011 . Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai