Mengetahui:
INSTRUKTUR KLINIK
Hermiyanti, S.Kep., Ns
A. Definisi
Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organism asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungi pejamu dari
faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak
serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.
Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragan penyakit
klinis dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopic hingga atritis
rheumatoid, severe combined immunodeviciency dan kanker. Sistem imun membentuk
sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti mikroorganisme (bakteria,
protozoa, virus dan parasit).
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh
biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnakan mereka
dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa.
Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat
menginfeksi organisme.
B. Etiologi
Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :
1. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem kekebalan
tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan sistem imun.
Seringkali penyebab immune deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis.
Gejala-gejala dari immune deficiency conditions adalah sama dengan penyakit yang
mendasarinya.
2. SCID (Serve Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem imun yang
diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan geneti, terutama dari
kromosom X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum terjadi pada orang yang
menderita SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia,
campak, cacar air.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius. Merupakan penyebab
terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari perkembangan HIV.
Kesehatan klien akan memburuk secara perlahan. AIDS akan membuat penderita
rentan pilek dan flu dan serius seperti pneumonia dan kanker.
1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau zat
tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan
terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen. Dalam banyak
kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makana, obat-
obatan atau gigitan serangga, bisa memicu yang menyebabkan serangkaian gejala
fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggerokan bengkak dan penurunan
tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saluran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.
C. Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang berusia lanjut
dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi secara memadai
terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi dan fungsi limfosit T dan
B dapat terganggu kemungkinan penyebab lain adalah akibat penurunan antibody
untuk membedakan diri sendiri dan bukan diri sendiri.
Penurunan fungsi organ yang berkaitan dengan pertambahan usia juga turun
menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta motilitas lambung
memungkinkan flora normal intenstinal untuk berploriferasi dan menimbulkan
infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah diketahui
dengan baik. Ada bukti yang menunjukan baha estrogen memodulasi aktivitas
limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara androgen berfungsi untuk
mempertahankan produksi interleukin dan aktivitas sel supresor. Efek hormone seks
tidak begitu menonjol, estrogen akan mengaktifkan populasi sel B yang berkaitan
dengan autoimun yang mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic pada sel B).
ekstrogen cenderung menggalakan imunitas sementara androgen bersifat
imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada anita dan
pria.
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang
optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat terjadi
akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA dan protein.
Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan maturase sel-sel imun.
4. Faktor-faktor psikoneuro imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormone-hormon endokrin. Limfosit dapat memproduksi dan
mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin
Di pihak lain, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural dan
endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan sistem imun tampaknya
bersifat dua arah.
5. Kelainan organ lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat turut mengubah
fungsi sistem imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor lainnya menyebabkan
gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis pertama pertahanan tubuh
hilagnya serum dalam jumlah yang besar pada luka bakar akan menimbulkan deplesi
protein tubuh esensisal, termasuk immunoglobin. Stressor fisiologi dan psikologik
yang disertai dengan stress karena pembedahan atau cidera menstimulasi pelepasan
kortisol serum juga turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
6. Penyait kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun, penyakit
kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat melepaskan antigen
ke dalam darah, antigen ini dapat mengikat antibody yang beredar dan mencegah
antibody tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor. Lebih lanjut, sel-sel tumor
dapat memiliki faktor penghambat yang khusus yang menyalut sel-sel tumor dan
mencegah penghancurannya oleh limposit T kiler.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki maupun
yang tidak dikehendaki pada fugsi sistem imun. Ada empat klasifikasi obat utama
yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi : antibiotic, kortikostreoid,
obat-obat anti imflamasi nonsteroid dan preparat sitotoksik.
8. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeki allograf. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan menurunkan
populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya.
9. Genetik
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetic.
Secara genetic respon imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup dan
rendah terhadap antigen tertentu. Tetapi terhadap antigen lain tinggi sehingga
mungkin ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%. Faktor genetic dalam
respon imun dapat berperan melalui gen yang berada pada kompleks MHC dengan
non MHC.
10. Kehamilan
Salah satunya yaitu infeksi yang terjadi secara kebetulan selama kehamilan
dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak jerman (rubella) bisa menyebabkan
cacat sejak lahir, terutama sekali pada jantung dan bagian dalam mata.
Infeksi bakteri pada vagina selama kehamilan bisa menyebabkan persalinan
sebelum aktunya atau membrane yang berisi janin gugur sebelum waktunya.
Pengobatan infeksi dengan antibiotic bisa mengurangi kemungkinan masalah-
masalah ini.
D. Manifestasi Klinis
Tanda :
1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernapasan sebanyak 6 kali
atau lebih dalam satu tahun, terutama jika tertular dari anak lain.
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka
terhadap infeksi.
3. Thrus merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut dan peradangan
gusi, bisa merupakan pertan da awal dari adanya gangguan sistem kekebalan.
4. Peradangan mata (konjungtivitis), rambut rontok, eksim yang berat dan pelebaran
kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan gas yang
berlebihan dan penurunan berat badan.
7. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. (Purba, 2016)
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana perawatan
yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang memelihara
kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan
ketidakmampuan. Tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dari setiap
diagnosis keperawatan yang telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan
keperawatan gerontik.
8. Evaluasi Keperawatan
Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien,
membandingkan respons klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan
masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien dalam asuhan
keperawatan gerontik. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan
kemajuan klien terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi keperawatan juga dilakukan dengan metode SOAP yaitu S) Subjek
(klien mengatakan), O) Objektif (klien terlihat/hasil temuan perawat) A) Assesment
(Apakah masalah teratasi atau belum teratasi), P) Planning (Intervensi di lanjutkan
atau dipertahankan). Adapun hasil evaluasi keperawatan setelah pasien diberikan
Tindakan keperawatan (Nur et al., 2021).
Daftar pustaka
Cynthia M, Taylor . 2011 . Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan . Jakarta : EGC
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi
2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Suratum . 2008 . Seri Askep Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal . Jakarta : EGC.
Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Cynthia M, Taylor . 2011 . Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan . Jakarta : EGC