IMUNODEFISIENSI
Imunodefisiensi Primer
Kelainan atau defek primer sistem imun diakibatkan dari kegagalan bagian
esensial dari sistem imun untuk berkembang. Defek ini dapat terjadi pada titik manapun
selama masa perkembangan sistem imun dan dapat melibatkan defek organ atau seluler.
1
imunodefisiensi akibat stress, proses penuaan, obat imunosupresif, infeksi sistemik,
kanker, malnutrisi, penyakit ginjal, dan terapi radiasi. Kondisi ini dapat menimbulkan
kehilangan imunoglobulin, ketidakadekuatan sintesis imunoglobulin, kehilangan
limfosit spesifik yang bertanggung jawab terhadap imunitas seluler, kehilangan sel
inflamasi fagositik, atau kombinasi dari semua ini. Meskipun penurunan keefektifan
sistem imun sering tidak mengancam hidup, ini sering mengakibatkan penurunan
kemampuan organisme untuk melawan respon inflamasi atau imun. Karenanya,
kerentanan terhadap infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan lainnya meningkat. Pada
beberapa kasus, kehilangan imunokompetensi menyebabkan perubahan yang cukup
pada pertahanan hospes yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
2
limfosit T (sel-T). Karena kekurangan sel-T, maka penderita mudah sekali terserang
infeksi dan kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti.
Banyak gejala AIDS yang mirip gejala penyakit biasa seperti pilek, bronkitis
dan influensa. Bedanya, ia berlangsung lebih lama, lebih parah, sukar hilang dan sering
kambuh. Rasa lelah yang berkepanjangan tanpa sebab, demam berminggu lamanya,
diare berkepanjangan, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau lipat
paha, berat badan menurun, batuk-batuk. Gejala ini perlu diwaspadai jika
kemunculannya tidak dapat dijelaskan, apalagi jika mengenai orang yang termasuk
kelompok berisiko tinggi terkena AIDS. Kelompok berisiko tinggi terkena HIV- AIDS
adalah homoseksual, pecandu narkotika suntik, hemofilia, transfusi darah, anak dari ibu
HIV (+), perawat, WTS.
Untuk menilai apakah seseorang telah terkena HIV maka diadakan tes antibodi
HIV. Hasil positif berarti ybs telah terinfeksi HIV, dan berpotensi menularkan virus ini
kepada orang lain. Hasil negatif biasanya berarti bebas dari infeksi. Namun harus
diingat bahwa tebentuknya antibodi memerlukan waktu sampai berbulan-bulan.
Sebaiknya diulang 3-6 bulan kemudian.
Sampai sekarang belum ada obat atau vaksin untuk mengobati atau mencegah
infeksi HIV. Walaupun ada obat tertentu yang dapat memperlambat perjalanan
penyakit, tidak satu pun yang telah teruji mampu menyembuhkan AIDS.
3
HIPERSENSITIVITAS
Istilah klasik untuk reaksi yang merusak jaringan imunologis adalah reaksi
hipersensitivitas, yang mengacu pada respon sistem imun yang berlebihan pada antigen.
Antigen yang menimbulkan respon disebut alergen. Alergen menimbulkan respon
berbeda, bergantung pada predisposisi genetik seseorang terhadap respon yang
berlebihan. Pada beberapa kasus, antigen menghasilkan respon ini tanpa diketahui.
Anafilaksis mengacu pada reaksi akut yang biasanya dihubungkan dengan tipe
reaksi kulit berupa bentol dan merah serta vasodilatasi yang dapat mencetuskan syok
sirkulasi. Atopi, yang diakibatkan oleh mekanisme yang sama, terjadi secara menahun
pada respon yang bergantung pada antigen, frekuensi kontak, rute kontak, dan
sensitivitas sistem orgam pada antigen.
4
Tipe II: Hipersensitivitas Sitotoksik
Pada respon hipersensitivitas tipe II, suatu antibodi sirkulasi, biasanya IgG,
bereaksi dengan antigen pada permukaan sel. Karena individu secara normal
mempunyai ....................
Respon tipe IV adalah akibat dari limfosit T yang disensitasi secara khusus
tanpa partisipasi antibodi. Aktivasi menyebabkan respon tipe-tertunda. Respon
hipersensitivitas tertunda dihubungkan dengan interaksi khusus sel T dengan antigen.
Sel T bereaksi dengan antigen dan melepaskan limfokin yang menarik makrofag ke
dalam area tersebut. Makrofag melepaskan monokin. Zat ini meningkatkan respon
inflamasi yang menghancurkan benda asing. Respon tuberkilin adalah contoh paling
baik dari respon hipersensitivitas tertunda dan digunakan untuk menentukan apakah
seseorang telah tersensitasi oleh penyakit ini. Respon hipersensitivitas granulomatosa
adalah bentuk paling penting dari hipersensitivitas tertunda, karena ini adalah akibat
dari pembentukan granuloma dalam area tubuh yang lain. Granuloma dikelilingi oleh
fibrosis, dan bahan nekrosis dapat terkurung didalamnya. Suatu reaksi kulit alergis
umum, dermatitis kontak, tampak menjadi respon sel T dengan reaksi tertunda. Ini
terjadi pada kontak denagn bahan kimia rumah tangga umum, kosmetik dan toksi
tanaman. Area kontak menajdi merah dan menonjol.
AUTOIMUNITAS
Respon luas dari autoimun telah dibagi secara klinis ke dalam penyakit non-
organ spesifik dan organ-spesifik. Hubungan reaksi autoimun destruktif ditunjukkan
secara jelas pada miastenia gravis, penyakit Grave, artritis reumatoid, sistemik lupus
eritematous (SLE), dll.
1. Fenomena autoimun spesifik terjadi dengan frekuensi yang lebih besar pada
keluarga tertentu, yang menunjukkan kelainan genetik yang dihubungan dengan
gangguan dasar kontrol imun timik.
2. Penyakit autoimun lebih umum pada wanita daripada pria, yang menunjukkan
hubungan hormon sex dan respon imun.
3. Individu lansia mempunyai prevalensi autoantibodi yang lebih besar, yang
mungkin hasil dari kesalahan genetik karena kelelahan sistem imun sepanjang
proses penuaan.
4. Virus dapat berperan dalam kekampuhan autoimunitas karena kemampunnya untuk
mengganggu sistem imun pada suatu tingkatan manapun.
5. Jaringan antigen-sendiri (self-antigen) diubah oleh penyakit atau cedera, sehingga
hospes tidak lagi mengenalinya sebagai diri sendiri (self).