Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah : Farmakologi
Dosen Pengampu : Ida Suryani Hsb, S.Kep, Ns, M.Kep

Nama : Lisa Yunita Hutagalung


NIM : P07520120100
Kelas : 1C D-lll Keperawatan Medan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN D-Ill KEPERAWATAN
TAHUN 2021

Pertanyaan
1. Jelaskan 7 efek samping obat yang berulang

Jawab

Efek samping obat yang berulang

1. Hipersensitif
Hipersensitivitas (atau reaksi hipersensitivitas) adalah reaksi berlebihan, tidak diinginkan karena
terlalu senisitifnya respon imun (merusak, menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat
fatal) yang dihasilkan oleh sistem imun.
Reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme dan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi, dibagi
menjadi empat tipe: tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV. Penyakit tertentu dapat dikarenakan satu atau
beberapa jenis reaksi hipersensitivitas.

a. Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas tipe segera. Reaksi ini berhubungan
dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran gastrointestinal. Reaksi ini
dapat mengakibatkan gejala yang beragam, mulai dari ketidaknyamanan kecil hingga kematian.
Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah terpapar antigen, tetapi terkadang juga dapat
mengalami keterlambatan awal hingga 10-12 jam. Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh
imunoglobulin E (IgE). Komponen seluler utama pada reaksi ini adalah sel mast atau basofil. Reaksi
ini diperkuat dan dipengaruhi oleh trombosit, neutrofil, dan eosinofil.

b. Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M
(IgM) terhadap antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler. Kerusakan akan terbatas atau
spesifik pada sel atau jaringan yang secara langsung berhubungan dengan antigen tersebut. Pada
umumnya, antibodi yang langsung berinteraksi dengan antigen permukaan sel akan bersifat
patogenik dan menimbulkan kerusakan pada target sel.

c. Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini disebabkan adanya
pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai
dengan timbulnya inflamasi atau peradangan. Pada kondisi normal, kompleks antigen-antibodi yang
diproduksi dalam jumlah besar dan seimbang akan dibersihkan dengan adanya fagosit. Namun,
kadang-kadang, kehadiran bakteri, virus, lingkungan, atau antigen (spora fungi, bahan sayuran, atau
hewan) yang persisten akan membuat tubuh secara otomatis memproduksi antibodi terhadap
senyawa asing tersebut sehingga terjadi pengendapan kompleks antigen-antibodi secara terus-
menerus. Hal ini juga terjadi pada penderita penyakit autoimun. Pengendapan kompleks antigen-
antibodi tersebut akan menyebar pada membran sekresi aktif dan di dalam saluran kecil sehingga
dapat memengaruhi beberapa organ, seperti kulit, ginjal, paru-paru, sendi, atau dalam bagian koroid
pleksus otak.

d. Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel atau tipe lambat
(delayed-type). Reaksi ini terjadi karena aktivitas perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag. Waktu
cukup lama dibutuhkan dalam reaksi ini untuk aktivasi dan diferensiasi sel T, sekresi sitokin dan
kemokin, serta akumulasi makrofag dan leukosit lain pada daerah yang terkena paparan. Beberapa
contoh umum dari hipersensitivitas tipe IV adalah hipersensitivitas pneumonitis, hipersensitivitas
kontak (kontak dermatitis), dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat kronis (delayed type
hipersensitivity, DTH).

2. Kumulasi
Kumulasi adalah suatu fenomena pengumpulan obat dalam badan akibat pengulangan
penggunaan obat, dimana obat diekskresi lebih lambat dibanding kecepatan absorpsinya.

3. Toleransi

Toleransi adalah suatu fenomena berkurangnya respon terhadap dosis obat yang sama,
sehingga untuk memperoleh respon yang sama, dosis harus diperbesar.

4.Takhifilaksis

Takhifilaksis adalah fenomena berkurangnya kecepatan respons terhadap aksi obat pada
pengulangan penggunaan dosis yang sama (kurang sensitif). Respon semula tidak terulang
meskipun dengan dosis yang lebih besar.

5. Habituasi

Habituasi adalah suatu gejala ketergantungan psikhologi terhadap suatu obat. Kriterianya :
a. selalu ingin menggunakan obat
b. tanpa atau hanya sedikit kecenderungan untuk menaikkan dosis
c. memberikan efek yang merugikan pada suatu individ

6.Adiksi

Adiksi adalah suatu gejala ketergantungan psikhologi dan fisik terhadap obat. Kriterianya
adalah:
a. ada dorongan untuk selalu menggunakan obat
b. ada kecenderungan untuk menaikkan dosis
c. timbul ketergantungan psikhik dan biasanya diikuti ketergantungan fisik
d. merugikan terhadap individu maupun masyarakat

7. terhadap bakteri

Pada penggunaan antibiotik untuk infeksi oleh bakteri, dapat terjadi obat tidak mampu bekerja
lagi untuk membunuh atau menghambat perkembangan bakteri tertentu.

Anda mungkin juga menyukai