DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :8
1. HESTI HAMIDAH 1704015360
2. NISSA NURIA A 1704015128
3. NURUL ISTIMALA 1704015290
2.4 Diagnosa
2.4.1 Autoimunitas
Pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya radang dapat diduga sebagai gangguan
autoimun. Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR) seringkali meningkat, karena protein yang
dihasilkan dalam merespon radang mengganggu kemampuan sel darah merah (eritrosit) untuk
tetap ada di darah. Sering, jumlah sel darah merah berkurang (anemia) karena radang
mengurangi produksi mereka. Tetapi radang mempunyai banyak sebab, banyak di antaranya
yang bukan autoimun. Dengan begitu, dokter sering mendapatkan pemeriksaan darah untuk
mengetahui antibodi yang berbeda yang bisa terjadi pada orang yang mempunyai gangguan
autoimun khusus. Contoh antibodi ini ialah antibodi antinuclear, yang biasanya ada di lupus
erythematosus sistemik, dan faktor rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP)
antibodi, yang biasanya ada di radang sendi rheumatoid. Antibodi ini pun kadang-kadang
mungkin terjadi pada orang yang tidak mempunyai gangguan autoimun, oleh sebab itu dokter
biasanya menggunakan kombinasi hasil tes dan tanda dan gejala orang untuk mengambil
keputusan apakah ada gangguan autoimun.
2.4.2 Imunodefisiensi
Bayi dengan gangguan sistem kekebalan, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang
menetap, berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeksi sinus, infeksi telinga
menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan sakit tenggorokan.
Bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut,
mata dan alat kelamin sangat peka terhadap infeksi. Thrush (suatu infeksi jamur di mulut)
disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan
sistem kekebalan. Peradangan mata (konjungtivitis), rambut rontok, eksim yang berat dan
pelebaran kapiler dibawah kulit juga merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi.
Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare, pembentukan gas yang berlebihan dan
penurunan berat badan. Masalah yang paling umum untuk orang dengan penyakit
imunodefisiensi primer adalah bahwa mereka lebih mungkin untuk mendapatkan infeksi dari
pada orang lain. Gejala lain termasuk:
• Setelah infeksi lebih sering dan mendapatkan infeksi yang lebih parah, lebih tahan lama, dan
sulit untuk menyembuhkan dari pada orang dengan sistem kekebalan tubuh normal.
• Mendapatkan terinfeksi dengan kuman yang sistem kekebalan tubuh yang sehat akan mampu
menyingkirkan, yang dikenal sebagai infeksi oportunistik.
• Setelah masalah autoimun, yang berarti bahwa alih-alih sistem kekebalan tubuh menyerang
kuman dan penyakit-menyebabkan bahan, menyerang organ tubuh sendiri dan jaringan dengan
kesalahan.
2.5 Pengobatan
2.5.1 Autoimunitas
Pengobatan memerlukan kontrol reaksi autoimun dengan menekan sistem kekebalan
tubuh. Tetapi, beberapa obat digunakan reaksi autoimun juga mengganggu kemampuan badan
untuk berjuang melawan penyakit, terutama infeksi.
Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine,
chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate, sering
digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dalam jangka panjang. Obat ini menekan bukan
hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri terhadap senyawa
asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker. Konsekwensinya, risiko infeksi
tertentu dan kanker meningkat.
Sering kortikosteroid seperti prednison diberikan secara oral. Obat ini mengurangi radang
sebaik menekan sistem kekebalan tubuh. Kortikosteroid yang digunakan dalam jangka panjang
memiliki banyak efek samping. Kalau mungkin kortikosteroid dipakai untuk waktu yang pendek
sewaktu gangguan mulai atau sewaktu gejala memburuk. Tetapi kadang-kadang harus dipakai
untuk jangka waktu tidak terbatas.
Gangguan autoimun tertentu (seperti multipel sklerosis dan gangguan tiroid) juga diobati
dengan obat lain daripada imunosupresan dan kortikosteroid. Pengobatan untuk mengurangi
gejala juga mungkin diperlukan.
Etanercept, infliximab, dan adalimumab menghalangi aksi faktor tumor necrosis (TNF),
bahan yang bisa menyebabkan radang di badan. Obat ini sangat efektif dalam mengobati radang
sendi rheumatoid, tetapi mereka mungkin berbahaya jika digunakan untuk mengobati gangguan
autoimun tertentu lainnya, seperti multipel sklerosis. Obat ini juga bisa menambah risiko infeksi
dan kanker tertentu.
Obat baru tertentu secara khusus membidik sel darah putih. Sel darah putih menolong
pertahanan tubuh melawan infeksi tetapi juga berpartisipasi pada reaksi autoimun. Abatacept
menghalangi pengaktifan salah satu sel darah putih (sel T) dan dipakai pada radang sendi
rheumatoid. Rituximab, terlebih dulu dipakai melawan kanker sel darah putih tertentu, bekerja
dengan menghabiskan sel darah putih tertentu (B lymphocytes) dari tubuh. Efektif pada radang
sendi rheumatoid dan dalam penelitain untuk berbagai gangguan autoimun lainnya. Obat lain
yang ditujukan melawan sel darah putih sedang dikembangkan.
Plasmapheresis digunakan untuk mengobati sedikit gangguan autoimun. Darah dialirkan
dan disaring untuk menyingkirkan antibodi abnormal. Lalu darah yang disaring dikembalikan
kepada pasien. Beberapa gangguan autoimun terjadi tak dapat dipahami sewaktu mereka mulai.
Tetapi kebanyakan gangguan autoimun kronis. Obat sering diperlukan sepanjang hidup untuk
mengontrol gejala. Prognosis bervariasi bergantung pada gangguan.
2.5.2 Imunodefisiensi
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui:
• jumlah sel darah putih
• kadar antibodi/immunoglobulin
• jumlah limfosit T
• kadar komplemen.
2. Penatalaksanaan
Penangananya bisa dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui :
- jumlah sel darah putih,
- kadar antibodi/immunoglobulin,
- jumlahlimfosit T,
- kadar komplemen.
Jika ditemukan pertanda awal infeksi, segera diberikan antibiotik. Kepada penderita sindroma
Wiskott-Aldrich dan penderita yang tidak memiliki limpa diberikan antibiotik sebagai tindakan
pencegahan sebelum terjadinya infeksi. Untuk mencegah pneumonia seringkali digunakan
trimetoprim-sulfametoksazol.Obat-obat untuk meningkatkan sistem kekebalan (contohnya
levamisol, inosipleks dan hormon thymus) belum berhasil mengobati penderita yang sel darah
putihnya sedikit atau fungsinya tidak optimal.
Peningkatan kadar antibodi dapat dilakukan dengan suntikan atau infus immun globulin,
yang biasanya dilakukan setiap bulan. Untuk mengobati penyakit granulomatosa kronis
diberikan suntikan gamma interferon. Prosedur yang masih bersifat eksperimental, yaitu
pencangkokan sel-sel thymus dan sel-sel lemak hati janin, kadang membantu penderita anomali
DiGeorge. Pada penyakit immunodefisiensi gabungan yang berat yang disertai kekurangan
adenosin deaminase, kadang dilakukan terapi sulih enzim. Jika ditemukan kelainan genetik,
maka terapi genetik memberikan hasil yang menjanjikan. Pencangkokan sumsum tulang kadang
bisa mengatasi kelainan sistem kekebalan kongenital yang berat. Prosedur ini biasanya hanya
dilakukan pada penyakit yang paling berat, seperti penyakit immunodefisiensi gabungan yang
berat.
Kepada penderita yang memiliki kelainan sel darah putih tidak dilakukan transfusi darah
kecuali jika darah donor sebelumnya telah disinar, karena sel darah putih di dalam darah donor
bisa menyerang darah penderita sehingga terjadi penyakit serius yang bisa berakibat fatal
(penyakit graft-versus-host).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang disebabkan oleh
menkanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau
keduanya. Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun, menyerang bagian dari tubuh
tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan
menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang
terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit
(seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan.
Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine,
chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate, sering
digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dengan jangka panjang. Tetapi, obat ini menekan
bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri terhadap
senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker. Kosekwensinya, risiko
infeksi tertentu dan kanker meningkat.
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi. Imunsistem
adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, anti bodi dan
sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba,
walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun. Sedangkan
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun normal.
Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik
yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan
kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obat animunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh)
atau pada usia lanjut dan malnutrisi(Kekurangan gizi).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddar Tahun.1997. keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Price dan Wilson.2003. Patofiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit vol 2 edisi 6. Jakarta:
EGC.
Elisabethj.Corwin.2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3.Jakarta: EGC.