Anda di halaman 1dari 19

Makalah imunologi autoimun

1. 1. 1 MAKALAH “AUTOIMUN DAN IMUNODEFISIENSI” Disusun Oleh : Nama :


Bryce maria brigitha sikawin NRI : 14101105045 Prodi : Farmasi PROGRAM STUDI
FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2015
2. 2. 2 DAFTAR ISI KATA
PENGANTAR……………………………………………………......2 DAFTAR
ISI………….....……………………………………………….....…3 BAB I
PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang
…..…………………………………………….……..…4 1.2.Rumusan masalah
…....….......…….……………………………………4
1.3.Tujuan.......................................................................................................4 BAB II
PEMBAHASAN 2.1.Definisi Autoimunitas
..................…………............…….……..…….....5 2.2.Penyebab dan mekanisme
autoimun ........................……........………...6 2.3.Pengertian
Imunodefisiensi............................………….....…………….6 2.4.Macam-macam
imunodefisiensi………………………………………...7 BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan ………..…………………………………………………….11 3.2
Saran……………….……………………………………………....…….11 DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................12
3. 3. 3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pemanfaatan Autoimun dan Imunodifesiensi ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Prof.Dr.Edwin De Queljoe
M.Sc.SP.AND selaku Dosen mata kuliah Imunologi yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Autoimun dan Imunodefisiensi. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Manado, 03
Mei 2015 Penyusun
4. 4. 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit AutoImune adalah penyakit
dimana sistem kekebalan yang terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel,
jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak
oleh antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak peningkatan
ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru terjadi kerusakan tubuh
akibat kekebalan yang terbentuk. Keterkaitan komplemen antibodi dan sel fagosit
membentuk dasar mekanisme terhadap infeksi progenik oleh bakteri yang memerlukan
opsonisasi sebelum fagositosis. Karena itu tak mengherankan defisiensi salah satu faktor
tadi merupakan predisposisi bagi seseorang mengalami infeksi berulang. Penderita
dengan defisiensi sel-T tentu mempunyai pola infeksi yang berbeda. Penderita ini peka
terhadap infeksi virus dan jamur yang biasanya dapat dieliminasi oleh imunitas selular.
Insiden keganasan yang meningkat dan autoantibodi dengan atau tanpa penyakit
autoimun telah ditemukan pada penderita- penderita yang mengalami defisiensi imun. 1.2
Rumusan Masalah 1. Apa itu autoimmune? 2. Apa penyebab dan mekanisme
autoimmune bisa terjadi? 3. Apa itu imunodefisiensi? 4. Apa saja bentuk-bentuk
Imunodefisiensi? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui defenisidari autoimun 2.
Menjelaskan penyebab dan mekanisme autoimmune bisa terjadi. 3. Mengetahui
Imunodefisiensi pada manusia 4. Mengetahui bentuk-bentuk Imunodefisiensi
5. 5. 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN AUTOIMUNITAS Autoimunitas
adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang disebabkan oleh menkanisme
normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau
keduanya. Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun, menyerang bagian
dari tubuh tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang
membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan
pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk
mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan
jaringan. Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari
dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respon kekebalan melawan sel
dan jaringan miliknya sendiri. Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respon
kekebalan ini dinamakan penyakit autoimun. Contohnya meliputi penyakit Coeliac,
diabetes melitus tipe 1, Systemic Lupus Erythematosus, Sjögren's syndrome, Churg-
Strauss Syndrome, Hashimoto's thyroiditis, Graves' disease, idiopathic thrombocytopenic
purpura, dan rheumatoid arthritis (RA). Kesalahan yang menyebabkan sistem kekebalan
melawan suatu individu yang seharusnya dilindunginya bukanlah hal yang baru. Paul
Ehrlich pada awal abad ke 20 mengajukan konsep horror autotoxicus, di mana jaringan
suatu organisme dimakan oleh sistem kekebalannya sendiri. Semua respon autoimun
dulunya dipercaya sebagai hal yang abnormal dan dikaitkan dengan suatu kelainan.
Namun saat ini diketahui bahwa respon autoimun adalah bagian terpisah dari sistem
kekebalan vertebrata, umumnya untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan
oleh toleransi imunologikal terhadap antigen milik sendiri. Autoimunitas berbeda dengan
aloimunitas.
6. 6. 6 Setiap penyakit yang dihasilkan dari seperti respon imun yang menyimpang,
kerusakan jaringan atau gangguan fungsi fisiologis yang ditimbulkan oleh respon
autoimun disebut penyakit autoimun. Penyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem
kekebalan yang terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau
organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi.
Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak peningkatan ketahanan
tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru terjadi kerusakan tubuh akibat
kekebalan yang terbentuk. 2.2 PENYEBAB PENYEBAB DAN MEKANISME
AUTOIMMUN Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal : Senyawa yang
ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu (disembunyikan dari sistem
kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran darah. Misalnya, pukulan ke mata bisa
membuat cairan di bola mata dilepaskan ke dalam aliran darah. Cairan merangsang
sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata sebagai benda asing dan menyerangnya.
Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau
radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem kekebalan
tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan demikian mengubah sel di badan. Sel yang
ditulari oleh virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya. Senyawa
asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan. Sistem
kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan mirip seperti
bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai
beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang terjadi, sistem
kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini
bagian dari demam rheumatik). Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya,
limfosit B (salah satu sel darah putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi
abnormal yang menyerang beberapa sel badan. Keturunan mungkin terlibat pada
beberapa kekacauan autoimun. Kerentanan kekacauan, daripada kekacauan itu sendiri,
mungkin diwarisi. Pada orang yang rentan, satu
7. 7. 7 pemicu, seperti infeks virus atau kerusakan jaringan, dapat membuat kekacauan
berkembang. Faktor hormonal juga mungkin dilibatkan, karena banyak kekacauan
autoimun lebih sering terjadi pada wanita. 2.3 PENGERTIAN IMUNODEFISIENSI
Imunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem kekebalan
tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering
berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya. Jika suatu infeksi
terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru lahir, anak-anak maupun dewasa), serta
tidak memberikan respon terhadap antibiotik, maka kemungkinan masalahnya terletak
pada sistem kekebalan. Gangguan pada sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau
infeksi virus, jamur atau bakteri yang tidak biasa. Gangguan imunodefisiensi dapat
disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel fagositik, limfosit B, limfosit T atau
komplemen. Gejala yang spesifik serta beratnya penyakit, usia saat penyakit dimulai dan
prognosis penyakit bergantung pada komponen apa yang terkena dalam sistem imun dan
sampai mana fungsi imun tersebut terganggu. Terlepas dari penyebab yang mendasari
kelainan imunodefisiensi, gejala utamanya mencakup infeksi kronik atau infeksi berat
kambuhan. Infeksi karena mikroorganisme yang merupakan flora normal tubuh, respons
tubuh yang buruk terhadap pengobatan infeksi dan diare kronik.Imunodefisinsi bisa
diklasifikasikan sebagai kelainan yang primer atau sekunder dan dapat pula dipilah
berdasarkan komponen yang terkena pada sistem imun tersebut. 2.4 MACAM-MACAM
IMUNODEFISIENSI 1. Imunodefisiensi Primer Sebagian besar penyakit imunodefisiensi
primer ditentukan secara genetik dan mempengaruhi bagian humoral dan/atau seluler dari
imunitas adaptif (dimediasi oleh sel limfosit B dan T), atau dapat juga mempengaruhi
mekanisme defensif dari imunitas bawaan (sel NK, fagosit, atau komplemen). Defek pada
imunitas adaptif umumnya disubklasifikasikan pada komponen yang terutama terkait (sel
B/T/keduanya). Akan tetapi, pembagian ini masih kurang jelas karena adanya keterkaitan
antara satu komponen dengan komponen yang lain yang menyebabkan pembedaan antar
komponen penyebab menjadi sulit. Walau umumnya dianggap cukup jarang, bentuk
ringan dari imunodefisiensi primer ini dapat ditemukan di banyak orang. Sebagian besar
8. 8. 8 imunodefisiensi ini bermanifestasi pada usia bayi (6 bulan-2 tahun) dan terdeteksi
karena bayi mengalami infeksi rekuren. Berikut dijelaskan secara singkat berbagai
kelainan imunodefisiensi yang paling sering ditemukan. Beberapa contoh penyakit yang
tergolong ke dalam immunodefisiensi primer adalah : Penyakit Kelainan / Kerusakan
yang disebabkan Dampak klinis Defisiensi imunitas kombinasi (Severe Combined
Immunodeficiency/SCID) Penurunan jumlah sel T, sel B, sel NK, dan/atau antibodi
Rentan terhadap infeksi virus, fungi, dan bakteri karena kecacatan pada sistem kekebalan
selular dan humoral. X-linked gammaglobulinemia Kegagalan maturasi sel B di sumsum
tulang belakang Penurunan atau sama sekali tidak ada produksi sel B dan antibodi
Sindrom DiGeorge Ketidaksempurnaan perkembangan organ timus dan kegagalan
maturasi sel T Rentan terhadap infeksi virus dan fungi karena kegagalan sistem imunitas
humoral Sindrom Wiskott-Aldrich Cacat fungsi trombosit, sel T, dan kekurangan
antibodi (terutama IgA) Rentan terhadap ekzema atopik dan infeksi yang mudah kambuh
Hyper-IgM syndrome Cacat pada sel B sehingga tidak dapat melakukan pergantian kelas
antibodi (imunoglobulin) Kadar IgM di dalam tubuh menjadi berlebihan dan kekurangan
IgA, IgG, dan IgE. Hal ini menyebabkan sering terjadinya infeksi berulang.
9. 9. 9 Isolated IgA Deficiency oleh kegagalan diferensiasi limfosit B naif menjadi sel
penyekresi IgA infeksi di traktus respirasi, gastrointestinal, dan urogenital Genetic
Deficiencies of the Complement System Umumnya defisiensi komplemen disebabkan
oleh faktor genetik defisiensi C3 juga dapat menyebabkan peningkatan suspektibilitas
terhadap infeksi rekuren bakteri piogen. Defisiensi C5-9 menyebabkan adanya
peningkatan kemungkinan infeksi Neisseria karena efek litik C5-9 hilang. Defek pada
inhibitor komplemen C1 menyebabkan terjadinya angioedema pada kulit dan permukaan
bermukosa. 2. Imunodefisiensi Sekunder Immunodefisiensi sekunder umumnya
didapatkan pada usia lanjut dan merupakan dampak dari penyakit lain yang diderita atau
efek obat-obatan. Contohnya adalah penderita kegananasan (kanker) yang mendapatkan
radioterapi atau kemoterapi dapat menderita immunodefisiensi karena sel-sel imun ikut
dirusak oleh perlakuan tersebut. Selain itu, cacat pada sistem kekebalan selular juga dapat
disebabkan oleh malnutrisi (kekurangan protein). Beberapa kondisi lain yang dapat
menimbulkan immunodefisiensi sekunder adalah keganasan (leukemia, limfoma), gagal
ginjal akut, infeksi HIV, sarkodosis, splenektomi, dan infeksi virus Epstein-Barr. Secara
umum, imunodefisiensi sekunder disebabkan oleh dua mekanisme utama, yaitu
imunosupresi yang muncul akibat komplikasi dari penyakit atau keadaan lain, dan
imunodefisiensi iatrogenik yang muncul sebagai efek samping dari suatu terapi atau
perlakuan lain.
10. 10. 10 - Malnutrisi. Penyakit/keadaan yang dapat menyebabkan imunodefisiensi sekunder
meliputi: Malnutrisi protein-kalori sering ditemukan di negara berkembang dan
diasosiasikan dengan gangguan imunitas selular dan humoral pada mikroorganisme yang
disebabkan oleh gangguan proses metabolik tubuh. Gangguan ini dikarenakan defisiensi
konsumsi protein, lemak, vitamin, dan mineral, dan akan mempengaruhi maturasi serta
fungsi dari sel-sel imun - Kanker. Pasien dengan kanker yang telah menyebar luas
umumnya mudah terinfeksi mikroorganisme karena defek pada respons imun humoral
dan selular. Tumor bone marrow dan leukemia yang muncul di sumsum tulang dapat
menggangu pertumbuhan limfosit dan leukosit normal. Selain itu, tumor dapat
memproduksi substansi yang menghambat perkembaangan atau fungsi limfosit, seperti
pada penyakit Hodgkin. Dapat pula terjadi anergi, yaitu suatu kondisi dimana sistem
imun tidak dapat menginduksi respon imun terhadap antigen. - Infeksi. Selain infeksi
HIV, infeksi lain juga dapat menyebabkan kelainan respons imun, contohnya pada virus
measles dan HTLV-1 (Human T-cell Lymphothropic Virus-1) yang keduanya
menginfeksi limfosit. HTLV-1 merupakan retrovirus mirip HIV, akan tetapi HTLV-1
bekerja dengan mengubah sel T helper menjadi sel T neoplasma yang malignan, disebut
juga ATL (adult T-cell Leukemia). HTLV-1 dapat menyebabkan berbagai infeksi
oportunistik. Selain virus, infeksi kronik Mycobacterium tuberculosis, berbagai jenis
fungi, dan berbagai jenis parasit dapat juga menyebabkan imunosupresi. Sementara itu,
terapi atau perlakuan lain yang dapat menyebabkan imunodefisiensi adalah : - Pemberian
obat. Beberapa obat diberikan untuk menyupresi respon imun, seperti kortikosteroid dan
siklosporin. Selain itu, kemoterapi pada penderita kanker juga memliki efek samping
imunosupresi berupa efek sitotoksik pada limfositselama beberapa saat, sehingga pasien
kanker yang baru menjalani kemoterapi akan mengalami satu periode dimana dia akan
lebih mudah terinfeksi suatu mikroorganisme. - Pengangkatan lien. Seseorang yang
mengalami pengangkatan lien sebagai terapi karena trauma atau kondisi hematologik
dapat menyebabkan adanya peningkatan suspeksibilitas terhadap infeksi, terutama
terhadap bakteri encapsulated seperti Streptococcus pneumoniae. Hal ini disebabkan oleh
defek klirens mikroba teropsonisasi di darah yang semestinya dilakukan lien.[ps]
11. 11. 11 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Jadi dapat disimpulan bahwa merupakan
Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari dirinya
sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respon kekebalan melawan sel dan
jaringan miliknya sendiri Reaksi autoimun dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu
senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu, senyawa normal di
tubuh berubah, senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin
memasuki badan, sel yang mengontrol produksi antibodi dan keturunan dan
Imunodefisiensi adalah keadaan di mana komponen sistem imun tidak dapat berfungsi
secara normal. Akibatnya, penderita imundefisiensi lebih rentan terhadap infeksi virus,
jamur atau bakteri, kanker, dan juga infeksi berulang 3.2 SARAN Makalah ini sangat
berguna untuk menambah pengetahuan pembaca baik itu mahasiswa atau dosen dan
diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan pembaca tentang Reaksi
autoimunitas dan imunodefisiensi, jadi makalah ini patut dibaca dan dipelajari.
12. 12. 12 DAFTAR PUSTAKA Baratawidjaja, Karnen G.2006.Imunologi Dasar.Balai
Penerbit FKUI:Jakarta. Harti, Agnes Sri.2013. Imonologi Dasar Dan Imonologi
Klinis.Graha Ilmu:Yogyakarta. Lachmann,Peters D.K, 2006. Clinical Aspects Of
Immunology. 5 thn Edn. Blackwell Scientific publications, oxford. Morrow J.&
IsenbergD.A 2001.Autoimmune. Rheumatic Disease.Blackwell Scientific
Publications,Oxford. Weetman A.P (ed) 2004. Autoimmune Endocrine Disease.
Cambridge University Press, Cambridge,UK.

Recommended

Information Literacy

Online Course - LinkedIn Learning


PowerPoint Tips and Tricks for Business Presentations

Online Course - LinkedIn Learning

Teaching Techniques: Blended Learning

Online Course - LinkedIn Learning

Definisi , etiologi dan kriteria autoimun

1313010043


Kompleks imun pa saad AKPER PEMKAB MUNA

Operator Warnet Vast Raha

Autoimun dan Hipersensitivitas

Eva Apriliyana Rizki

Autoimunitas power point

tristyanto

Pengembalian obat ke produsen

Bryce Maria Brigitha


Edisi windows 7 dan windows 8

Bryce Maria Brigitha

Presentation asam basah

Bryce Maria Brigitha

 English
 Español
 Português
 Français
 Deutsch

 About
 Dev & API
 Blog
 Terms
 Privacy
 Copyright
 Support




LinkedIn Corporation © 2020

Anda mungkin juga menyukai