Anda di halaman 1dari 12

Makalah Imunologi

AUTOIMUNITAS

OLEH

KELOMPOK IV (EMPAT)

1. ZULBACHRY AVON (821416003)


2. VARNIYATI KARIM (821416022)
3. SITTI NURUL WILDAN B. (821416024)
4. ALVINA INDRIANI (821416026)
5. SRIANA K. LALIYO (821416037)
6. KARTININGTIAS EKA P. S. (821416039)
7. SRI YULIARTI BUMULO (821416041)
8. SITI NURHIKMAH (821416071)
9. ERSA MAMONTO (821416085)
10. JIHAN ASTUTI KAI (821416089)
11. I GUSTIN AYU ARI INDAH (821414098)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
A. Definisi Autoimunitas
Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihat
sebagai bahan asing atau berbahaya misalnya, mikro-jasad, parasit (seperti
cacing), sel kanker. Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut
antigen. Antigen adalah molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di
atas permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau sel kanker).
Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali
bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respon
kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya senidri. Atau dengan kata lain,
autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang
disebabkan oleh menkanisme normal yang gagal berperan untuk
mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Respon imun
terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun, menyerang bagian dari tubuh
tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang
membuat badan menyerang jaringannya sendiri (Baratawidjaya, 2006).
Penyakit Autoimun adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang
terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ
tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh
antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak
peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru
terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk. Respon ini disebut
reaksi autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan.
Efek seperti itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa
orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga
gangguan autoimun tidak terjadi.
Beberapa gangguan autoimun yang sering terjadi seperti, radang sendi
rheumatoid, lupus erythematosus sistemik (lupus), dan vasculitis. Penyakit
lain yang diyakini berhubungan dengan autoimun seperti glomerulonephritis,
penyakit Addison, penyakit campuran jaringan ikat, sindroma sjogren,
sclerosis sistemik progresif, dan beberapa kasus infertilitas.
Penyakit autoimun mempunyai spektrum yang sangat luas, dari yang
bersifat organ spesifik sampai bentuk sistemik atau non-organ spesifik. Pada
penyakit autoimun organ spesifik, umumnya mempengaruhi organ tunggal
dan respons autoimun ditujukan langsung pada antigen di dalam organ
tersebut. Sebagian besar kelainan spesifik organ melibatkan satu atau
beberapa kelenjar endokrin. Target antigen dapat berupa molekul yang
diekspresikan pada permukaan sel hidup (terutama reseptor hormon) atau
molekul intraseluler (terutama enzim intraseluler). Sedangkan penyakit
autoimun non-organ spesifik mempengaruhi organ multipel dan biasanya
berkaitan dengan respons autoimun terhadap molekul yang tersebar di seluruh
tubuh, terutama molekul intraseluler yang berperan dalam transkripsi dan
translasi kode genetik (DNA dan unsur inti sel lainnya) .
B. Penyakit Autoimun
1. Teori terjadinya penyakit autoimunitas
a. Teori Sequestered antigen atau hidden antigen
Sequestered antigen atau hidden antigen adalah antigen yang karena
sawar anatomic tak pernah berhubungan dengan sistem imun.
Misalnya antigen sperma, lensa mata dan saraf pusat. Bila sawar rusak
dapat timbul penyakit autoimun.
b. Teori Defisiensi imun
Hilangnya self tolerance mungkin disebabkan oleh karena adanya
gangguan system limfoid. Penyakit autoimmune sering ditemukan
bersamaan dengan defesiensi imun. Misalnya pada usia lanjut.
c. Determinan antigen baru
Pembentukan autoantibodi dapat dicetuskan oleh karena timbul
determinan antigen barupada protein normal. Contohnya autoantibodi
yang timbul akibat hal tersebut adalah faktor rematoid. Faktor
rematoid di bentuk dalam determinan antigen yang terdapat pada
imunoglobulin.
d. Reaksi Silang dengan Mikroorganisme
Kerusakan jantung pada demam rematik anak , diduga terjadi akibat
produksi antigen yang bereaksi silang dengan miocard penderita.
e. Virus sebagai pencetus Autoimunitas
Virus yang terutama menginfeksi sistem limfoid dapat mempengaruhi
mekanisme kontrol imunologik sehingga terjadi autoimunitas.
f. Autoantibody dibentuk Sekunder akibat Kerusakan jaringan
Autoantibody terhadap jantung ditemukan pada jantung infark. Pada
umumnya kadar autoantibody dapat dibentuk pola terhadap antigen
mitokondria pada kerusakan hati atau jantung.Pada tuberculosis Dan
tripanosomiasis yang menimbulkan kerusakan luas pada berbagai
jaringan, dapat pula ditemukan autoantibody terhadap antigen
jarinagan dalam kadar gula yang rendah.
2. Penyebab Utama Penyakit Autoimun
a. Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu
(disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam
aliran darah. Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola
mata dilepaskan ke dalam aliran darah. Cairan merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk mengenali mata sebagai benda asing dan
menyerangnya.
b. Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar
matahari, atau radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin
kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa
menulari dan demikian mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh
virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
c. Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin
memasuki badan. Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati
dapat menjadikan senyawa badan mirip seperti bahan asing sebagai
sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai
beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang
terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang
sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini bagian dari demam
rheumatik).
d. Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah
satu sel darah putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi
abnormal yang menyerang beberapa sel badan.
e. Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun.
Kerentanan kekacauan, daripada kekacauan itu sendiri, mungkin
diwarisi. Pada orang yang rentan, satu pemicu, seperti infeks virus
atau kerusakan jaringan, dapat membuat kekacauan berkembang.
Faktor hormonal juga mungkin dilibatkan, karena banyak kekacauan
autoimun lebih sering terjadi pada wanita.
3. Gejala Penyakit Autoimun
Manifestasi klinis penyakit autoimun bukan penyakit organ
tertentu, tetapi reaksi autoimunitas merupakan perantara terjadinya
berbagai macam gejala klinis. Disebut juga penyakit imunitas kompleks
karena dapat terjadi timbunan imun-kompleks pada berbagai organ
sehingga akan terjadi manifestasi klinis akibat gangguan fungsi organ
(Ayu Chandrani, 2009).
Gangguan autoimun dapat menyebabkan demam. Tetapi gejala
berfariasi bergantung pada gangguan dari bagian badan yang diserang.
Beberapa gangguan autoimun mempengaruhi jenis tertentu dari jaringan
tubuh diseluruh tubuh misalnya pembuluh darah, tulang rawan, atau
kulit.Hasil dari peradangan dan kerusakan jaringan bisa menyebabkan
rasa sakit, merusak bentuk sendi, kelemahan, penyakit kuning, gatal,
kerusakan pernapasan, penumpukan cairan, bahkan menyebabkan
kematian.
4. Diagnosis
Beberapa pemeriksaan autoantibodi seringkali dapat membantu
diagnosis penyakit autoimun Pemeriksaan tersebut juga bermanfaat
sebagai pemeriksaan penyaring pada kelompok risiko seperti misalnya
keluarga penderita penyakit autoimun, atau mencari penyakit autoimun
lain yang sering menyertai suatu penyakit autoimun tertentu seperti
kemungkinan tiroiditis pada gastritis autoimun atau sebaliknya.
Diagnosis gangguan autoimun sebagian besar bertumpu pada
sejarah yang akurat dan pemeriksaan fisik pasien, dan indeks kecurigaan
yang tinggi dengan latar belakang kelainan tertentu pada tes laboratorium
rutin (misalnya, tinggi protein C-reaktif ). Pada gangguan sistemik
beberapa tes serologi yang dapat mendeteksi spesifik autoantibodi dapat
digunakan. Gangguan Local paling mudah didiagnosa oleh biopsi
spesimen imunofluoresensi . Autoantibodi digunakan untuk mendiagnosa
beberapa penyakit autoimun. Tingkat autoantibodi diukur untuk
menentukan kemajuan penyakit.
5. Mekanisme Terjadinya Penyakit Autoimunitas
Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan
ketahanan berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam
upaya melindungi dirinya sendiri dari kondisi yang potensial
menyebabkan penyakit. Untuk melakukana hal tersebut secara efektif
maka diperlukan kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri sehingga
dapat memberikan respon pada kondisi asing atau bukan dirinya sendiri.
Pada penyakit autoimmune terjadi kegagalan untuk mengenali beberapa
bagian dari dirinya (NIH, 1998).
Ada 80 grup penyakit autoimmun serius pada manusia yang
memberikan tanda kesakitan kronis yang menyerang pada hampir seluruh
bagian tubuh manusia. Gejala-gejala yang ditimbulkan mencakup
gangguan nervous, gastrointestinal, endokrin sistem, kulit dan jaringan
ikat lainnya, mata, darah, dan pembuluh darah. Pada gangguan penyakit
tersebut diatas, problema pokoknya adalah terjadinya gangguan sistem
immune yang menyebabkan terjadinya salah arah sehingga merusak
berbagai organ yang seharusnya dilindunginya.
6. Pengobatan
Pengobatan untuk penyakit autoimun secara tradisional seperti
imunosupresif , anti-inflamasi (steroid), atau paliatif . Non-imunologi
terapi, seperti penggantian hormon pada tiroiditis Hashimoto atau tipe 1
diabetes mellitus mengobati hasil dari respon autoaggressive, sehingga ini
adalah paliatif perawatan. Intervensi diet dan manipulasi diet membatasi
keparahan penyakit celiac, srtritis dan penyakit lainnya.Pengobatan
steroid atau NSAID membatasi gejala inflamasi dari banyak penyakit.
Terapi spesifik imunomodulator, seperti antagonis TNFa (misalnya
etanercept), sel B depleting agen rituximab , reseptor anti-IL-6
tocilizumab dan pemblokir costimulation abatacept telah terbukti berguna
dalam mengobati RA. Beberapa immunotherapies mungkin berhubungan
dengan peningkatan risiko efek samping, seperti kerentanan terhadap
infeksi.
Terapi obat cacing adalah pendekatan eksperimental yang
melibatkan inokulasi pasien dengan spesifik usus parasit nematoda
(cacing). Saat ini ada dua perlakuan yang terkait erat tersedia, inokulasi
dengan baik Necator americanus, umumnya dikenal sebagai cacing
tambang, Trichuris atau Ova Suis, umumnya dikenal sebagai Telur cacing
cambuk babi. T vaksinasi sel juga sedang dieksplorasi sebagai terapi masa
depan untuk auto-imun gangguan.
Dua prinsip strategi pengobatan autoimun antara lain supresi
respons imun atau mengganti fungsi organ yang rusak. Penggantian
fungsi merupakan metode pengobatan yang sering digunakan pada
autoimun endokrinologi pada gagal organ yang ireversibel, contohnya
pada hipotirodisme. Namun apabila kebutuhan hormon yang defisit tidak
dapat diatasi melalui terapi pengganti, maka dapat timbul masalah
metabolik. Supresi autoimun sebelum kerusakan organ ireversibel
menjadi pilihan yang lebih menarik, namun sangat sulit dalam deteksi
dini. Pada kasus autoimun seperti SLE, artritis reumatoid dan penyakit
ginjal autoimun, terapi imunosupresi menjadi sarana yang dapat
mencegah disabilitas berat dan kematian. Pengobatan penyakit autoimun
meliputi kontrol metabolik, obat anti-inflamasi, imunosupresan, dan
kontrol imunologis.
a. Kontrol metabolic
Sebagian besar pendekatan pengobatan penyakit autoimun adalah
dengan manipulasi respons imun. Tetapi pada penyakit organ spesifik
kontrol metabolik biasanya sudah memadai, misalnya pemberian
tiroksin untuk miksedema primer, insulin untuk diabetes juvenil,
vitamin B12 untuk anemia pernisiosa, obat antitiroid untuk penyakit
Grave, dan lain-lain.
Obat antikolinesterase untuk miastenia gravis biasanya diberikan
dalam jangka panjang. Timektomi seringkali bermanfaat sehingga
disimpulkan bahwa kelenjar tersebut mengandung reseptor asetilkolin
dalam bentuk antigen.
b. Obat anti-inflamasi
Obat yang bekerja sebagai anti-inflamasi, misalnya kortikosteroid,
menunjukkan manfaat terhadap berbagai penyakit autoimun serius
seperti miastenia gravis, LES, dan nefritis kompleks imun. Obat AINS
seperti salisilat, indometasin, fenoprofen atau ibuprofen dipakai pula
untuk artritis rheumatoid.
c. Immnusupresan
Siklosporin A yang menghambat sekresi IL-2 bekerja sebagai anti-
inflamasi dan antimitotik, serta telah dicoba pemakaiannya untuk
diabetes juvenil, LES, dan artritis reumatoid walaupun masih belum
dapat diambil kesimpulan akhir tentang manfaatnya. Imunosupresan
yang dipakai saat ini umumnya obat konvensional yang bersifat
nonspesifik, misalnya azatioprin, siklofosfamid, dan metotreksat yang
biasanya diberikan bersama kortikosteroid. Pengobatan tersebut telah
sering dilakukan dengan hasil cukup baik, misalnya untuk LES,
hepatitis kronik aktif, dan anemia hemolitik autoimun.
d. Kontrol imunologis
Pada saat ini kontrol imunologis terhadap penyakit autoimun masih
sangat terbatas pemakaiannya untuk riset terutama pada hewan
percobaan. Tindakan yang cukup sering dilakukan adalah transfusi
tukar plasma untuk mengurangi kompleks imun, yang dilaporkan
bermanfaat sementara untuk LES tetapi cukup baik untuk sindrom
Goodpasture. Iradiasi kelenjar limfe total masih terus dieksplorasi dan
diamati hasilnya. Pada saatnya kelak diharapkan akan dapat dilakukan
koreksi terhadap defek sel stem atau timus dengan transplantasi
sumsum tulang, sel stem atau timus, atau dengan hormon timus.
Selain itu pemberian faktor timus diharapkan akan dapat menjaga
kontrol sel Ts terhadap autoimunitas.
Percobaan pada hewan telah berhasil untuk melakukan switching-
of sel B yang terlihat dengan menurunnya anti-DNA. Demikian pula
pemberian beberapa antibodi monoklonal seperti anti-kelas II dan
antiT4 memperlihatkan perbaikan klinis LES dan artritis reumatoid
pada hewan percobaan.
Aksi imunosupresif kuat oleh antibodi anti-idiotipik telah dicoba
untuk dimanfaatkan. Bayi yang lahir dari ibu penderita miastenia
gravis dapat bertahan terhadap efek patogen anti-reseptor asetilkolin
maternal dengan membentuk anti-idiotipik terhadap antibodi maternal
tersebut. Diharapkan aplikasi pemahaman terhadap jaringan anti-
idiotip akan dapat mengatasi berbagai kesulitan pada pengobatan
penyakit autoimun.
Beberapa subjek penelitian lain misalnya terhadap aktivitas
kontrasupresor atau ekspresi HLA yang tidak adekuat, antagonis
limfokin, atau mengolah berbagai matra sitotoksik baik dengan
pemanfaatan toksin bakteri ataupun bahan radioaktif.
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaya, Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar. Jakarta: Universitas


Indonesia Pres

Kresno, S. 2001. Penyakit Autoimun Dalam Imunologi: Diagnosis dan Prosedur


Laboratorium. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Manuaba, Ida Ayu Chandrani, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC

National Institute Of Health. 1998. Autoimmune desease. New York: The


Evidence Report.

Subowo. 1993. Autoimunitas dan Penyakit Autoimun Dalam Imunologi Klinik.


Bandung: Penerbit Angkasa Bandung
LAMPIRAN
Pertanyaan dan jawaban dari presentasi
1. Pertanyaan dari marinda kelas C kelompok 3
Apakah penyakit autoimunitas dapat menyebabkan kemandulan pada wanita?
Jika ya, mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Jawaban:
Penyakit autoimun tidak menyebabkan kemandulan bagi wanita, tetapi dokter
tidak menganjurkan seorang wanita yang mengidap penyakit autoimun untuk
hamil. Pada kehamilan yang disertai penyakit autoimun dapat menimbulkan
komplikasi keguguran berulang dengan sebab fisik yang tidak dapat
ditetapkan (Buku Ajar Patologi obstetri; hal 71). Jika seorang wanita
pengidap penyakit autoimun telanjur hamil maka resiko yang akan didapatkan
yaitu stroke, pembentukan bekuan darah yang dapat menghalangi aliran darah
ke janin, hipertensi, dan keguguran secara berulang.
Referensi jjawaban:
dr. Ida Ayu Chandrani Manuaba, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri
Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC

100+ Hal yang wajib diketahui bumil oleh dr. Indah Purnama, Sp.OG
2. Pertanyaan dari Yurika Mantali kelas C
Jelaskan tentang penyakit lupus, penyebab, gejala, dan pengobatannya.
Jawaban:
Penyakit lupus adalah salah satu bentuk penyakit autoimun, artinya sistem
kekebalan tubuh (imun) malah menyerang sel-sel, jaringan dan organ sehat
tubuh itu sendiri yang terjadi terus menerus sehingga menimbulkan
peradangan kronis. Dengan kata lain penyakit lupus diartikan sebagai
penyakit peradangan kronis autoimun. Penyakit lupus disebabkan oleh sistem
kekebalan tubuh yang menyerang jaringan sehat dalam tubuh. Hal itu bisa
terjadi kemungkinan sebagai hasildari kombinasi genetika dan lingkungan.
Penyebab penyakit lupus ini belum diketahui secara pasti. Namun, telah
diketahui beberapa pemicu potensialnya yakni paparan sinar matahari dan
juga lupus dapat dipicu oleh beberapa jenis obat anti-kejang, obat tekanan
darah dan antibiotik. Gejala penyakit lupus ini sendiri berupa ruam pada area
wajah yaitu kedua pipi dan hidung dimana ruam-ruam ini akan semakin parah
bila terkena sinar matahari, peradangan sendiyang menimbulkan rasa nyeri,
memerah bahkan sampai bengkak, gangguan ginjal, kelainan dalam darah.
Pengobatan untuk penyakit lupus ini dapat mengkonsumsi obat-obatan seperti
obat anti-inflamasi, obat kortikosteroid, attau obat penekan kekebalan tubuh.
3. Pertanyaan dari Novianti kai kelas A
Apakah kurang tidur, dan jarang makan, sering sariawan merupakan penyakit
autoimun?
Jawaban:
Sering sariawan kurang tidur dan kurang makan tidak menimbulkan penyakit
autoimun, tapi hal ini merupakan diagnose atatu indikadi bahwa hal tersebut
dapat menjadi gejala penyakit autoimun seperti kurang tidur, dan kurang
makan, pasti akan menurunkan imun di dalam tubuh karena tubuh
kekurangan asupan gizi yang baik dan sehat, jadi sariawan kurang tidur, dan
kurang makan tidak bisa dikatakan penyakit imun, tetapi bisa dikatakan
diangnosa awal karena tidak semua sariawan, kurang tidur, dan kurang tidur
dapat menyebabkan penyakit autoimun, tetapi penyakit imun dapat didagnosi
awal dengan ketiga hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai