Anda di halaman 1dari 3

Autoimunitas

 Gambaran umum
Autimunitas adalah respons terhadap antigen dalam tubuh pejamu. Autoimunitas ditimbulkan
oleh kegagaan sitem imun tubuh untuk mengenal sel dan jaringan sendiri sebagai “sel” yang
dianggap asing sehingga sitem imun menyerangnya.

Penyakit autoimun terjadi ketika respon autoimun atau respon sistem kekebalan tubuh
mengalami gangguan kemudian menyerang jaringan tubuh itu sendiri sehingga memunculkan
kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis, padahal seharusnya sistem imun hanya
menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh (Robbins, 2007).
Gangguan autoimun dapat dikelompokkan menjadi dua kategori berdasarkan organ yang
diserang, yaitu organ tunggal dan sistemik. Organ tunggal berarti sistem imun menyerang satu
organ tertentu, sedangkan yang sistemik artinya sistem imun meyerang beberapa organ atau
sistem tubuh yang lebih luas (Robbins, 2007).

A. Autoantibodi (AA)
Autoantibodi (AA) adalah antibodi yang diproduksi sistem imun terhadap satu atau lebih
protein tubuh sendiri. AA menyerang sel sehat, jaringan dan atau organ tubuh sendiri yang
menimbulkan infamasi dan kerusakan. AA dapat timbul secara alamiah, sering ditemukan
pada semua orang yang imunologik kompeten, secara nonspesifik sewaktu terjadi infeksi atau
cedera. Jadi adanya AA tidak selalu menunjukkan hubungan sebab dan efek, karena AA dapat
merupakan hasil dan bukan sebab dari proses penyakit. AA dapat ditemukan beberapa tahun
sebelum diagnosis penyakit Al dapat ditegakkan seperti Lupus Eritematosus Sistemik (LES),
artritis reumatoid (AR),
sindrom antifosfolipid (APS) dan DM tipe 1. Bersama adanya informasi genetik /famili,
kemungkinan timbulnya penyakit AA di kemudian hari dapat diprediksi. Dari pengetahuan
yang diperoleh dari biologi molekular dan teknik hibridoma dan postulat Witebsky, diusulkan
adanya bukti direk dan indirek yang dapat menentukan asal penyakit adalah autoimun (AI)

B. Kriteria Autoimunitas
Postulat Witebsky yang dimodifikasi menggambarkan jenis bukti eksperimental yang
digunakan untuk menilai apakah penyakit tertentu berdasarkan Al disebabkan oleh AA
patogenik atau oleh sel T self-reaktif. Bukti direk patogenisitas AA dapat dibuktikan melalui
studi transfer. Dalam hal ini, serum atau Ig total yang diisolasi dari plasma atau kelas Ig
khusus, seperti IgG yang diperoleh dari individu dengan penyakit Al, diinfuskan ke hewan
percobaan. AA dianggap patogenik bila hewan resipien
menunjukkan gejala yang menyerupai gejala individu dengan penyakit Al. Karena serum dan
Ig yang diperoleh dari penderita mengandung campuran berbagai antibodi yang dapat
mengikat berbagai jenis antigen, studi transfer pasif yang paling teliti
menentukan peran kausatif AA khusus. Kadang bukti direk patogenisitas AA dapat juga
berupa wanita hamil dengan penyakit Al dengan AA maternal yang dapat menembus plasenta
dan menimbulkan penyakit pada fetus atau bayi baru lahir. Bukti indirek bahwa AA
menimbulkan penyakit dapat pula diperoleh dari studi
imunisasi aktif pada hewan dengan autoantigen yang menimbulkan ciri-ciri gejala.
Adanya AA juga merupakan bukti indirek adanya penyakit Al yang diperantarai AA.

 Kriteria Autoimun
1. Autoantibodi atau sel T autoreaktif dengan spesifitas untuk organ yang terkena ditemukakn
pada penyakit
2. autoantibodi dan atau sel T ditemukan di jaringan dengan cedera
3. ambang AA atau respons sel T menggambarkan aktivitas penyakit
4. penurunan respons autoimun memberikan perbaikan penyakit
5. transfer antibodi atau sel T ke pejamu sekunder menimbulkan penyakit autoimun pada
resipien
6. imunisasi dengan autoantigen dan kemudian induksi respons autoimun menimbulkan
penyakit

 Mekanisme Induksi / Patogenesis Autoimunitas


1. FORBIDDEN CLONE
Dahulu diduga bahwa sel T self-reaktif ddisingkirkan di timus dan hanya ditemukan bila
terjadi mutasi somatik yang menimbulkan forbidden clone. AA yang berupa subkelas lgG4
ditemukan prominen dalam sejumlah penyakit inflamasi / penyakit infiltratif. Seleksi
di timus sangat penting dalam perkembangan sel T normal yang tergantung dari interaksi
antar sel timus normal
2. IGNORANS
Sel T reaktif sering terlepas dari seleksi negatif di timus dan dilepas ke perifer. Sementara
banyak dari sel T tadi menjadi toleran melalui deletion perifer atau anergi dan sebagian tetap
dalam keadaan naif. Sel T yang self-ignoran mungkin merupakan ancaman terbesar untuk
dapat mempertahankan self-tolerans, karena
aktivasi sel-sel ini dapat memacu patologi AI. Namun, meskipun ada sel T yang self-ignoran
pada kebanyakan individu, namun gagal menimbulkan autoimunitas. Hal ini berarti bahwa sel
T self-ignoran diredam oleh sistem imun dan ini masih menjadi perbincangan utama dalam
bidang toleransi dan kepustakaannya ternyata sangat sedikit.
Ciri penting dari sistem imun adaptif adalah kemampuannya untuk memberikan reaksi
terhadap antigen asing dan gagal untuk bereaksi dengan antigen asal jaringan sendiri.

 Faktor Genetik - HLA


a) Peran MHC
b) Ekspresi MHC-II yang tidak benar
c) Peran CD4 dan reseptor MHC
d) Gen Non-MHC
e) Clustering dalam keluarga

 Faktor Humoral
a) Efek humoral melalui antibodi patogenik
b) Efek humoral melalui reseptor
c) Efek humoral melalui transfer plasenta
d) Komplemen
e) Sitokin pada autoimunitas

 Faktor imun lain


a) Sequestered antigen
b) Gangguan presentasi
c) Aktivasi sel B poliklonal
d) Faktor infeksi
- virus
- bakteri
-jamur
e) Probiotik

 Faktor lain
a) Kanker
b) Stres
c) Imunisasi

Anda mungkin juga menyukai