Anda di halaman 1dari 24

RESUME JURNAL

Judul Jurnal : Pemanfaatan Antena TV Sebagai Gel Puncher Pada Agar Gel Presipitating
Test (AGPT)
Penerbit : Persatuan Pranata Laboratorium Pendidikan Indonesia(PPLPI)
Tahun : 2020
Penulis : Maryulia, Dewi.
Riviewer : Yulia Yusuf
D.IV Teknologi Laboratorium Medis/ Semester VII (KLMPK 9)

Tanggal : 25 Oktober 2020

• Latar Belakang

Uji AGPT atau uji imunodifusi adalah uji untuk menetapkan antigen
maupun antibodi secara kualitatif. Uji ini merupakan uji secara cepat dan
sederhana untuk mengetahui keberadaan antibodi spesifik terhadap antigen
(Wibawan et al., 2010).
Uji imunodifusi didasarkan pada kemampuan antigen dan antibodi
membentuk endapan(presipitat). Secara kimiawi endapan ini merupakan struktur
kompleks antigen-antibodi yang membentuk ikatan sebrang silang seperti kisi.
Endapan yang terbentuk dipengaruhi juga oleh afinitas dan aviditas antibodi.
Afinitas dapat didefinisikan sebagai daya ikat antara determinan antigen
monovalen dengan antibodi monovalen. Sedangkan aviditas merupakan
kombinasi dari afinitas individual yaitu kemampuan antibodi bereaksi dengan lebih
dari satu determinan antigen(Tizard, 1998 dalam Hastuti, 2013).
Teknik imunodifusi merupakan teknik lama yang masih banyak
digunakan sampai saat kini. Pada lapisan gel agarosa (gel lain) yang dibuat di
atas lempeng kaca dibuat sumur-sumur dengan jarak yang sama dan salah satu
sumur berada di tengah. Ke dalam sumur tengah dimasukkanantibodi dan ke
dalam sumuran di sekitarnya dimasukkan antigen. Setelah itu antigen maupun
antibodi dibiarkan berdifusi ke dalam agar dan mencapai kesetimbangan hingga
membentuk kompleks yang mengendap dan membentuk garis presipitasi
(Mufidana et al., 2013).

• Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sumur pada lapisan agarosa di atas
lempeng kaca menggunakan antena TV sebagai pengganti Gel Puncher pada
Agar Gel Presipitating Test (AGPT), atau pengujian Imunodifusi.
• Metode

Uji AGPT (Agar Gel Presipitating Test)


Uji AGPT dilakukan dengan cara mengisi sebanyak 20 µl serum kelinci
yang telah diinfeksi dengan bakteri Salmonella sppada sekeliling sumurdan
mengisi antigen Salmonella sebanyak 20 µl pada sumur yang ditengah.
Inkubasikan dalam wadahtertutup yang diisi kertas tissu lembab untuk
mencegah pengeringan gel selama 24 jam. Jika endapan masih belum
terbentuk,sumur-sumur dapatdiisi kembali dengan materi yang sama dan diamati
keesokan harinya (Kresno, 2000).
Interpretasi hasil
AGPT: Adanya garis presipitasi menandakan di dalam serum yang diperiksa
terdapat antigen yang relevan atau homolog dengan antibodi yang dipakai.

• Hasil
Antena TV yang digunakan pada penelitian ini dapat dipakai untuk
menggantikan alat Gel Puncher dalam membuat lubang sumur pada permukaan
agarose. Keberhasilan membuat lubang sumur pada lapisan gel agarose yang dibuatdi
atas lempeng kaca dengan menggunakan antena TV dan kertas gambar sebagai
template dapat dilihat pada Gambar.

Lubang sumur yang dibuat dengan antenna TV dan


gambar template.
Lubang sumur pada agarose dari Gambar diatas terlihat tidak jauh berbeda
dengan lubang sumur yang dibuat dengan alat gel puncher pada percobaan yang
dilakukan oleh Wibawan et al., 2010 seperti terlihat pada Gambar dibah ini.

Lubang sumur yang dibuat dengan gel puncher.


Garis presipitasi yang terbentuk dari Gambar adalah reaksi antara antigen
Salmonella dan serum yang mengandung anti Salmonella sp. Garis presipitasi
terbentuk karena antigen dan antibodi berdifusi ke dalam agar dan mencapai
kesetimbangan sehingga mengendap. Hal ini menunjukkan di dalam serum yang
diperiksa terdapat antigen yang relevan dan homolog dengan antibodi yang dipakai.

• Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa antena TV dapat


dimanfaatkan sebagai alat pengganti gel puncher untuk membuat lubang sumur
pada uji AGPT atau uji Imunodifusi. Bentuk dan ukuran diameter dari antena TV
sama dengan gel puncher yaitu berukuran 6 mm, dan alat ini mudah dalam
penyimpanan dan perawatan. Garis Presipitasi yang terbentuk secara identik
menunjukkan antigen Salmonella relevan dan homolog dengan serum yang
mengandung anti Salmonella sp.

• Sumber Jurnal :

Maryulia, Dewi. 2020. Pemanfaatan Antena TV Sebagai Gel Puncher Pada Agar Gel
Presipitating Test (AGPT). Persatuan Pranata Laboratorium Pendidikan
Indonesia(PPLPI).https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source
=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi25dfm98_sAhXj6XMBHUrxA
wAQFjABegQIAhAC&url=http%3A%2F%2Fejournal.uinsuka.ac.id%2Fpusat
%2Fjipel%2Farticle%2Fview%2F2072%2F1565&usg=AOvVaw05mdTrGQMc
8Rp435RAbBx6 25 Oktober 2020.
JURNAL KE-2
REVIEW JURNAL

Judul Jurnal : SINTESIS ANTIGEN AFLATOKSIN M1-OVA ALBUMIN(Ova)


SEBAGAI PEREAKSI AGAR GEL PRECIPITATION TEST
(AGPT)
TAHUN : 2015
PENULIS : ANGGRIANI FUSVITA
PUBLIKASI : ojs.uho.ac.id
EVIEWER : Hasnih /D4 TLM POLTEKKES MKS
LATAR BELAKANG
Aflatoksin adalah sekelompok senyawa yang terdiri dari kumarin dan cincin
furan rangkap dua, yang mikotoksinnya terjadi secara alamiah dan diproduksi oleh
banyak spesies Aspergillus, diantaranya adalah Aspergillus flavus Aspergillus
parasiticus dan Aspergillus nomius. A.flavus hanya menghasilkan aflatoksin B,
sedangkan A.parasiticus dan A. nomius menghasilkan aflatoksin B dan G (Lunggani,
2007;Tekinsen dan Tekinsen, 2005).
Aflatoksin M1 (AFM1) merupakan hasil hidroksilasi metabolit aflatoksin B1
(AFB1). Ketika hewan ruminansia diberi makan dengan pakan yang mengandung
AFB1, metabolit ini dapat diubah menjadi AFM1. Dengan demikian, konsentrasi
AFM1 dalam susu dan hasil olahannya tergantung pada tingkat paparan dan jumlah
AFB1 yang tertelan (Pei et al., 2009). AFB1 dikenal sebagai hepatokarsinogen
paling kuat pada mamalia (Virdis et al., 2008). Meskipun toksisitas AFM1 kurang dari
senyawa induknya AFB1, akan tetapi senyawa ini dikenal juga bersifat hepatotoksik
dan karsinogenik (Lee et al., 2009).
Sintesis AFM1-Ova diperlukan sebagai pereaksi dalam pengujian serologi.
Gholib (2005) menyatakan salah satu uji serologi adalah dengan menggunakan Agar
Gel Precipitation Test (AGPT). Agar Gel Precipitation Test lebih dikenal sebagai
double immunodifutio
khoromatografi lapis tipis (TLC), Evaporator, kaca preparat, cawan petri, Hot
plate, pengaduk magnet (magnetic stirrer, sentrifuge dan spektrofotometer. Antigen
yang disintesis dari AFM1- Ova dan Antibodi G (Ig G) digunakan sebagai pereaksi
untuk Agar Gel Precipitation Test (AGPT). Pengujian ini dilakukan dengan
berdasarkan teknik presipitasi (pengendapan) antigen oleh antibodi yang sesuai
(spesifik). a. Persiapan aflatoksin M1- CMO.

METODE PENELITIAN

Antigen yang disintesis dari AFM1- Ova dan Antibodi G (Ig G) digunakan sebagai
pereaksi untuk Agar Gel Precipitation Test (AGPT). Pengujian ini dilakukan dengan
berdasarkan teknik presipitasi (pengendapan) antigen oleh antibodi yang sesuai
(spesifik).

TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah mensintesis antigen AFM1- Ova sebagai pereaksi Agar
GelPrecipitation Test (AGPT)
HASIL
Sintesis AFM1-Ova
Konjugat AFMl-CMO yang diamati dengan kromatografi lapis tipis memiliki Rf
= 0,9. Hasil pengukuran Ova pada konjugasi AFM1-Ova menggunakan larutan
standar Ova dengan konsentrasi 0,25, 0,5, 1,0 dan 2,0 ng/mL dan diukur dengan
menggunakan spektrofotometer. Hasil pengukuran absorbansi dan penghitungan
Ova terpapar pada G Tabel 1. Dengan menggunakan persamaan linier regresi y =
ax + b dari kurva larutan standar Ova, maka diperoleh konsentrasi Ova dalam
antigen AFMl-Ova sebesar 3,45 mg/mL (Tabel 1). cukup banyak untuk digunakan
pada imunisasi mencit (sebagai imunogen) dan sebagai antigen penangkap untuk
AGPT .
TABEL 1. Hasil pengukuran spektrofotometer standar ova dan antigen AFM1-Ova

Bahan yang dipakai Absorbansi(280 nm)


Blanko (PBS 0,01 M) 0
Ova (0.25 mg/ml) 0,109
Ova (0,5 mg/ml) 0,239
Ova (1 mg/ml) 0,384
Ova (2 mg/ml) 0,598
AFM1-Ova (mg/ml) 1,05
Agar Gel Precipitation Test (AGPT)
Pada percobaan ini, antigen AFM1-Ova yang diperoleh dengan mereaksikan
AFM1 dan Ova menghasilkan senyawa yang dapat bereaksi positif dengan antobodi
. Reaksi positif tersebut ditandai dengan terbentuknya garis presipitasi diantara satu
sumur yang berisi Antigen AFM1-Ova dan antibodi G (Ig G/serum). Hal ini
menunjukkan adanya homologi antara antigen dan antibodi yang dicerminkan oleh
adanya garis presipitasi. Angi et al., 2009 menyatakan pada uji presipitasi,
pengikatan antara antigen dan antibodi memerlukan struktur yang cocok antara
keduanya. Ketika suatu antibodi yang berdifusi ke agar memiliki kecocokan atau
homolog dengan antigen maka akan terlihat garis presipitasi.
Kesimpulan
1. Hasil sintesis AFM1-Ova diperoleh sebanyak 3,45 mg/ml
2. Hasil AGPT menunjukkan adanya reaksi pembentukan pita presipitasi
ikatan antibodi spesifik dengan antigen AFM1-Ova.
REVIEW JURNAL

IDENTIFIKASI SEROLOGIS VIRUS INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS ISOLAT MANGESTONI


FARM DENGAN UJI AGAR GEL PRESIPITASI DAN UJI NETRALISASI

Latar Belakang :

Penyakit Infectious Laryngotracheitis (ILT) merupakan penyakit infeksi saluran


pernafasan atas pada unggas yang disebabkan oleh virus infectious laryngotracheitis. Identifikasi
secara langsung dilakukan dengan pengamatan morfologi virus, oleh sebab itu, tenik ini sangat
tergantung pada jumlah partikel virus yang terdapat dalam sampel. Identifikasi secara tidak langsung
dapat dilakukan secara serologis dengan mengetahui antibodi virus ILT (Jordan, 1990). Tripathy dan
Hanson (1989) menyatakan ada beberapa tenik uji serologis yaitu : uji agar gel presipitasi, uji
netralisasi, uji enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) dan uji antibodi fluoresen dengan
fluorescein-isothyocyanate yang di labelkan pada antibodi spesifik terhadap virus ILT.

Uji agar gel presipitasi (AGP) lebih di kenal sebagai uji imunodifusi ganda atau uji Oucterlony,
merupakan teknik imunodifusi yang paling sering di gunakan untuk menganalisis antigen antibodi
(Kresna, 2000). Tenik ini memungkinkan proses visualisasi kompleks antigen-antibodi dalam suatu
bentuk presipitat pada media semi solid. Antigen maupun antibodi akan berdifusi dengan arah yang
saling berlawanan dan akhirnya bertemu membentuk garis presipitasi di antara sumuran antigen
dan antibodi. Teknik identifikasi imunodifusi merupakan identifikasi yang dapat di kerjakan untuk
virus ILT dengan akurat, murah dan mudah di kerjakan (Beard,1989). Jordan (1990) menegaskan
bahwa untuk mengetahui adanya antibodi spesifik terhadap virus ILT dapat dilihat dengan uji AGP,
sedangkan Gillespie dan Timoney (1998) menyatakan bahwa uji AGP biasa digunakan untuk
membuat suatu diagnosis cepat pada virus ILT

Tujuan Penelitian

Untuk melakukan peneguhan diagnosis virus infectious laryngotracheitis (ILT) isolate


Mangestoni Farm (MF) dengan identifikasi serologis menggunakan uji agar gel presipitasi (AGP) dan
netralisasi. Uji tersebut di dasarkan pada terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang teramati
sebagai garis presipitasi pada media semi solid dan proses penghambatan pertumbuhan virus pada
membran.

Metode Penelitian

Uji Agar Gel Presipitasi (AGP)


Agar murni 0,3% dilarutkan dalam aquades steril, di panaskan sampai mendidih, kemudian
diteteskan pelan-pelan pada kaca obyek yang ditempatkan di meja datar. Lapisan yang terbentuk di
diamkan sampai padat dan di pindahkan kedalam inkubator suhu 37oC selama 24 jam (proses
pelapisan/coating).

Kaca obyek tersebut kemudian diambil dan di tambahkan agar murni 1% dalam phosphate
buffer saline (PBS) yang mengandung 8,5% NaCl sebanyak 5 ml dengan pipet ukur 5 ml. setelah agar
mengeras, dibuat sumuran satu di tengah dan di kelilingi dua sumuran sesuai pola yang ada.

Spesimen virus ILT isolat MF sebanyak 50 mikroliter diteteskan ke dalam sumuran dan
disekelilingnya diteteskan ke dalam sumuran ditengah menggunakan mikro-pipet, sedangkan
sumuran disekelilingnya diteteskan serum anti isolat MF dan serum anti virus ILT (control positif)
sebanyak 50 mikroliter. Kaca obyek tersebut kemudian ditempatkan dalam cawan petri yang di lapisi
dengan kapas basah dan di inkubasi pada suhu kamar selama 24-48 jam. Uji AGP positif bila
terbentuk garis presipitasi diantara sumuran antigen dan antibodi (Beard,1989).

Hasil Penelitian

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses presipitasi kompleks antigen-antibodi
adalah konsentrasi antigen dan antibody sendiri, oleh sebab itu pada penelitian ini dicoba dengan
pemekatan proses lipolisasi. Antigen-antibodi yang telah di pekatkan tersebut kemudian di uji AGP,
dan terbentuk garis presipitasi diantara sumuran antigen dan antibodi seperti pada gambar di
bawah. Ikatan kompleks antigen-antibodi virus ILT tersebut dapat di amati pada garis presipitasi
yang terbentuk di antara sumuran antigen dan antibodi.
Perlu juga di perhatikan beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan uji AGP antara
lain : konsentrasi antigen-antibodi, masing-masing dengan perbandingan yang proposional. Aviditas
antibodi yang menentukan derajat stabilitas kompleks antigen-antibodi. Suhu, pH dan kelembaban
juga mempunyai peranan dalam keberhasilan uji AGP (Kresno, 2000).

Kesimpulan :

Hasil uji AGP antara virus ILT isolate MF dengan serum anti isolat MF dan serum anti vaksin
positif terbentuk garis presipitasi di antara sumuran antigen dan antibodi tersebiut. Menurut
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa virus ILT isolat MF tersebut secara serologis terbukti positif
sebagai virus ILT

Anda mungkin juga menyukai