Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 9

PRESIPITASI
NAMA ANGGOTA:
PO 714203202010 HASNIH
PO714203202023 SELFI
PO714203171019 LILIS SURIYANI AZIS
PO714203171023 MUH. RIDHA MUBARAQ
PO714203171043 YULIA YUSUF
pengertian
• presipitasi adalah reaksi antara antigen terlarut dengan antibodi terlarut menghasilkan
kompleks yang terlihat (tidak larut). Proses presipitasi pertama kali ditemukan oleh
Kraus tahun 1897 saat kultur bakteri enterik membentuk presipitat bila dicampur dengan
antibodi spesifik. 

• Berlangsung dalam media cair atau semisolid (agar)

• Pembentukan presipitat terjadi apabila konsentrasi antigen dan antibody seimbang.


UJI PRESIPITASI

Ag yang larut

Antibodi

Presipitasi adalah bila Ag + Ab dalam bentuk larutan


menghasilkan suatu agregasi yang terlihat dengan mata

Gambar 5. Prinsip dasar uji presipitasi


PRESIPITASI
Ag.

Inkubasi

Serum dengan Ab Presipitasi

Gambar 6. Uji presipitasi tabung


REVIEW JURNAL

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


SINTESIS ANTIGEN Pemanfaatan Antena TV IDENTIFIKASI
AFLATOKSIN M1-OVA Sebagai Gel Puncher Pada SEROLOGIS VIRUS
INFECTIOUS
ALBUMIN(Ova) Agar Gel Presipitating Test
LARYNGOTRACHEITIS
SEBAGAI PEREAKSI (AGPT) ISOLAT MANGESTONI
AGAR GEL FARM DENGAN UJI AGAR
PRECIPITATION TEST GEL PRESIPITASI DAN UJI
(AGPT) NETRALISASI
01
SINTESIS ANTIGEN AFLATOKSIN
M1-OVA ALBUMIN(Ova) SEBAGAI
PEREAKSI AGAR GEL
PRECIPITATION TEST (AGPT)
TAHUN : 2015
PENULIS : ANGGRIANI FUSVITA
PUBLIKASI : ojs.uho.ac.id
LATAR BELAKANG
Aflatoksin adalah sekelompok senyawa yang terdiri dari kumarin dan cincin furan
rangkap dua, yang mikotoksinnya terjadi secara alamiah dan diproduksi oleh banyak spesies
Aspergillus, diantaranya adalah Aspergillus flavus Aspergillus parasiticus dan Aspergillus
nomius. A.flavus hanya menghasilkan aflatoksin B, sedangkan A.parasiticus dan A. nomius
menghasilkan aflatoksin B dan G (Lunggani, 2007;Tekinsen dan Tekinsen, 2005).

Aflatoksin M1 (AFM1) merupakan hasil hidroksilasi metabolit aflatoksin B1 (AFB1).


Ketika hewan ruminansia diberi makan dengan pakan yang mengandung AFB1, metabolit ini
dapat diubah menjadi AFM1. Dengan demikian, konsentrasi AFM1 dalam susu dan hasil
olahannya tergantung pada tingkat paparan dan jumlah AFB1 yang tertelan (Pei et al., 2009).
AFB1 dikenal sebagai hepatokarsinogen paling kuat pada mamalia (Virdis et al., 2008).
Meskipun toksisitas AFM1 kurang dari senyawa induknya AFB1, akan tetapi senyawa ini
dikenal juga bersifat hepatotoksik dan karsinogenik (Lee et al., 2009).
Sintesis AFM1-Ova diperlukan sebagai pereaksi dalam pengujian serologi. Gholib
(2005) menyatakan salah satu uji serologi adalah dengan menggunakan Agar Gel
Precipitation Test (AGPT). Agar Gel Precipitation Test lebih dikenal sebagai double
immunodifutio

khoromatografi lapis tipis (TLC), Evaporator, kaca preparat, cawan petri, Hot plate,
pengaduk magnet (magnetic stirrer, sentrifuge dan spektrofotometer. Antigen yang
disintesis dari AFM1- Ova dan Antibodi G (Ig G) digunakan sebagai pereaksi untuk Agar
Gel Precipitation Test (AGPT). Pengujian ini dilakukan dengan berdasarkan teknik
presipitasi (pengendapan) antigen oleh antibodi yang sesuai (spesifik). a. Persiapan
aflatoksin M1- CMO.
TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah mensintesis antigen
AFM1- Ova sebagai pereaksi Agar GelPrecipitation
Test (AGPT)
HASIL
Sintesis AFM1-Ova

Konjugat AFMl-CMO yang diamati dengan kromatografi lapis tipis memiliki Rf =


0,9. Hasil pengukuran Ova pada konjugasi AFM1-Ova menggunakan larutan standar Ova
dengan konsentrasi 0,25, 0,5, 1,0 dan 2,0 ng/mL dan diukur dengan menggunakan
spektrofotometer. Hasil pengukuran absorbansi dan penghitungan Ova terpapar pada G
Tabel 1. Dengan menggunakan persamaan linier regresi y = ax + b dari kurva larutan
standar Ova, maka diperoleh konsentrasi Ova dalam antigen AFMl-Ova sebesar 3,45
mg/mL (Tabel 1). cukup banyak untuk digunakan pada imunisasi mencit (sebagai
imunogen) dan sebagai antigen penangkap untuk AGPT .
TABEL 1. Hasil pengukuran spektrofotometer standar ova dan antigen AFM1-
Ova

   
Bahan yang dipakai Absorbansi(280 nm)
Blanko (PBS 0,01 M) 0
Ova (0.25 mg/ml) 0,109
Ova (0,5 mg/ml) 0,239
Ova (1 mg/ml) 0,384
Ova (2 mg/ml) 0,598
AFM1-Ova (mg/ml) 1,05
Pada percobaan ini, antigen AFM1-Ova yang diperoleh dengan
mereaksikan AFM1 dan Ova menghasilkan senyawa yang dapat bereaksi positif
dengan antobodi . Reaksi positif tersebut ditandai dengan terbentuknya garis
presipitasi diantara satu sumur yang berisi Antigen AFM1-Ova dan antibodi G
(Ig G/serum). Hal ini menunjukkan adanya homologi antara antigen dan
antibodi yang dicerminkan oleh adanya garis presipitasi. Angi et al., 2009
menyatakan pada uji presipitasi, pengikatan antara antigen dan antibodi
memerlukan struktur yang cocok antara keduanya. Ketika suatu antibodi yang
berdifusi ke agar memiliki kecocokan atau homolog dengan antigen maka akan
terlihat garis presipitasi.
kesimpulan
Hasil sintesis AFM1-Ova diperoleh sebanyak 3,45
mg/ml Hasil AGPT menunjukkan adanya reaksi
pembentukan pita presipitasi ikatan antibodi spesifik
dengan antigen AFM1-Ova.
02
Pemanfaatan Antena TV
Sebagai Gel Puncher Pada
Agar Gel Presipitating Test
(AGPT)
Penerbit : Persatuan Pranata Laboratorium Pendidikan
Indonesia(PPLPI)
Tahun : 2020
Penulis : Maryulia, Dewi.
LATAR BELAKANG
Uji AGPT atau uji imunodifusi adalah uji untuk menetapkan antigen maupun antibodi secara
kualitatif. Uji ini merupakan uji secara cepat dan sederhana untuk mengetahui keberadaan
antibodi spesifik terhadap antigen (Wibawan et al., 2010).

Uji imunodifusi didasarkan pada kemampuan antigen dan antibodi membentuk


endapan(presipitat). Secara kimiawi endapan ini merupakan struktur kompleks antigen-antibodi yang
membentuk ikatan sebrang silang seperti kisi. Endapan yang terbentuk dipengaruhi juga oleh
afinitas dan aviditas antibodi. Afinitas dapat didefinisikan sebagai daya ikat antara determinan
antigen monovalen dengan antibodi monovalen. Sedangkan aviditas merupakan kombinasi dari
afinitas individual yaitu kemampuan antibodi bereaksi dengan lebih dari satu determinan
antigen(Tizard, 1998 dalam Hastuti, 2013).
Teknik imunodifusi merupakan teknik lama yang masih banyak digunakan
sampai saat kini. Pada lapisan gel agarosa (gel lain) yang dibuat di atas lempeng
kaca dibuat sumur-sumur dengan jarak yang sama dan salah satu sumur berada di
tengah. Ke dalam sumur tengah dimasukkanantibodi dan ke dalam sumuran di
sekitarnya dimasukkan antigen. Setelah itu antigen maupun antibodi dibiarkan
berdifusi ke dalam agar dan mencapai kesetimbangan hingga membentuk kompleks
yang mengendap dan membentuk garis presipitasi (Mufidana et al., 2013).
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sumur pada lapisan agarosa di atas lempeng kaca
menggunakan antena TV sebagai pengganti Gel Puncher pada Agar Gel Presipitating Test
(AGPT), atau pengujian Imunodifusi.

METODE
 
Uji AGPT (Agar Gel Presipitating Test)
Uji AGPT dilakukan dengan cara mengisi sebanyak 20 µl serum kelinci yang telah diinfeksi
dengan bakteri Salmonella sppada sekeliling sumurdan mengisi antigen Salmonella sebanyak 20
µl pada sumur yang ditengah. Inkubasikan dalam wadahtertutup yang diisi kertas tissu lembab
untuk mencegah pengeringan gel selama 24 jam. Jika endapan masih belum terbentuk,sumur-
sumur dapatdiisi kembali dengan materi yang sama dan diamati keesokan harinya (Kresno, 2000).
Interpretasi hasi
Interpretasi hasil
AGPT: Adanya garis presipitasi menandakan di dalam serum
yang diperiksa terdapat antigen yang relevan atau homolog
dengan antibodi yang dipakai.
 
Hasil
● Antena TV yang digunakan pada penelitian ini dapat dipakai
untuk menggantikan alat Gel Puncher dalam membuat
lubang sumur pada permukaan agarose. Keberhasilan
membuat lubang sumur pada lapisan gel agarose yang
dibuatdi atas lempeng kaca dengan menggunakan antena TV
dan kertas gambar sebagai template dapat dilihat pada
Gambar
Lubang sumur yang dibuat dengan antenna TV dan
gambar template.
Lubang sumur pada agarose dari Gambar diatas
terlihat tidak jauh berbeda dengan lubang sumur
yang dibuat dengan alat gel puncher pada
percobaan yang dilakukan oleh Wibawan et al., 2010
seperti terlihat pada Gambar disamping
Lubang sumur yang dibuat dengan gel puncher.
Garis presipitasi yang terbentuk dari Gambar adalah
reaksi antara antigen Salmonella dan serum yang
mengandung anti Salmonella sp. Garis presipitasi
terbentuk karena antigen dan antibodi berdifusi ke
dalam agar dan mencapai kesetimbangan sehingga
mengendap. Hal ini menunjukkan di dalam serum
yang diperiksa terdapat antigen yang relevan dan
homolog dengan antibodi yang dipakai.
 
kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa antena TV dapat dimanfaatkan sebagai alat
pengganti gel puncher untuk membuat lubang sumur
pada uji AGPT atau uji Imunodifusi. Bentuk dan ukuran
diameter dari antena TV sama dengan gel puncher yaitu
berukuran 6 mm, dan alat ini mudah dalam
penyimpanan dan perawatan. Garis Presipitasi yang
terbentuk secara identik menunjukkan antigen
Salmonella relevan dan homolog dengan serum yang
mengandung anti Salmonella sp.
 
03
IDENTIFIKASI SEROLOGIS VIRUS
INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS ISOLAT
MANGESTONI FARM DENGAN UJI AGAR
GEL PRESIPITASI DAN UJI NETRALISASI

Penerbit : Persatuan Pranata Laboratorium Pendidikan


Indonesia(PPLPI)
Tahun : 2020
Penulis : Maryulia, Dewi.
Latar belakang
Penyakit Infectious Laryngotracheitis (ILT) merupakan penyakit infeksi saluran
pernafasan atas pada unggas yang disebabkan oleh virus infectious laryngotracheitis.
Identifikasi secara langsung dilakukan dengan pengamatan morfologi virus, oleh sebab
itu, tenik ini sangat tergantung pada jumlah partikel virus yang terdapat dalam sampel.
Identifikasi secara tidak langsung dapat dilakukan secara serologis dengan mengetahui
antibodi virus ILT (Jordan, 1990). Tripathy dan Hanson (1989) menyatakan ada beberapa
tenik uji serologis yaitu : uji agar gel presipitasi, uji netralisasi, uji enzyme linked
immunosorbent assay (ELISA) dan uji antibodi fluoresen dengan fluorescein-
isothyocyanate yang di labelkan pada antibodi spesifik terhadap virus ILT.
Uji agar gel presipitasi (AGP) lebih di kenal sebagai uji imunodifusi ganda atau uji Oucterlony,
merupakan teknik imunodifusi yang paling sering di gunakan untuk menganalisis antigen antibodi
(Kresna, 2000). Tenik ini memungkinkan proses visualisasi kompleks antigen-antibodi dalam suatu
bentuk presipitat pada media semi solid. Antigen maupun antibodi akan berdifusi dengan arah yang
saling berlawanan dan akhirnya bertemu membentuk garis presipitasi di antara sumuran antigen dan
antibodi. Teknik identifikasi imunodifusi merupakan identifikasi yang dapat di kerjakan untuk virus
ILT dengan akurat, murah dan mudah di kerjakan (Beard,1989). Jordan (1990) menegaskan bahwa
untuk mengetahui adanya antibodi spesifik terhadap virus ILT dapat dilihat dengan uji AGP,
sedangkan Gillespie dan Timoney (1998) menyatakan bahwa uji AGP biasa digunakan untuk membuat
suatu diagnosis cepat pada virus ILT
tujuan
Untuk melakukan peneguhan diagnosis virus infectious laryngotracheitis (ILT)
isolate Mangestoni Farm (MF) dengan identifikasi serologis menggunakan uji agar gel
presipitasi (AGP) dan netralisasi. Uji tersebut di dasarkan pada terbentuknya kompleks
antigen-antibodi yang teramati sebagai garis presipitasi pada media semi solid dan proses
penghambatan pertumbuhan virus pada membran.
Metode
Uji Agar Gel Presipitasi (AGP)

Agar murni 0,3% dilarutkan dalam aquades steril, di panaskan sampai mendidih, kemudian
diteteskan pelan-pelan pada kaca obyek yang ditempatkan di meja datar. Lapisan yang terbentuk di
diamkan sampai padat dan di pindahkan kedalam inkubator suhu 37 oC selama 24 jam (proses
pelapisan/coating).
Kaca obyek tersebut kemudian diambil dan di tambahkan agar murni 1% dalam phosphate
buffer saline (PBS) yang mengandung 8,5% NaCl sebanyak 5 ml dengan pipet ukur 5 ml. setelah agar
mengeras, dibuat sumuran satu di tengah dan di kelilingi dua sumuran sesuai pola yang ada.
Spesimen virus ILT isolat MF sebanyak 50 mikroliter diteteskan ke dalam sumuran dan
disekelilingnya diteteskan ke dalam sumuran ditengah menggunakan mikro-pipet, sedangkan sumuran
disekelilingnya diteteskan serum anti isolat MF dan serum anti virus ILT (control positif) sebanyak 50
mikroliter. Kaca obyek tersebut kemudian ditempatkan dalam cawan petri yang di lapisi dengan kapas
basah dan di inkubasi pada suhu kamar selama 24-48 jam. Uji AGP positif bila terbentuk garis
presipitasi diantara sumuran antigen dan antibodi (Beard,1989).
Hasil penelitian
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses presipitasi kompleks antigen-antibodi adalah
konsentrasi antigen dan antibody sendiri, oleh sebab itu pada penelitian ini dicoba dengan pemekatan proses
lipolisasi. Antigen-antibodi yang telah di pekatkan tersebut kemudian di uji AGP, dan terbentuk garis
presipitasi diantara sumuran antigen dan antibodi seperti pada gambar di bawah. Ikatan kompleks antigen-
antibodi virus ILT tersebut dapat di amati pada garis presipitasi yang terbentuk di antara sumuran antigen dan
antibodi

Perlu juga di perhatikan beberapa faktor yang


berperan dalam keberhasilan uji AGP antara lain :
konsentrasi antigen-antibodi, masing-masing
dengan perbandingan yang proposional. Aviditas
antibodi yang menentukan derajat stabilitas
kompleks antigen-antibodi. Suhu, pH dan
kelembaban juga mempunyai peranan dalam
keberhasilan uji AGP (Kresno, 2000).
kesimpulan

Hasil uji AGP antara virus ILT isolate MF dengan


serum anti isolat MF dan serum anti vaksin positif
terbentuk garis presipitasi di antara sumuran antigen dan
antibodi tersebiut. Menurut penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa virus ILT isolat MF tersebut secara
serologis terbukti positif sebagai virus ILT
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai