OLEH
09401611043
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020
i
SKRIPSI
OLEH
09401611043
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
09401611043
Telah disetujui :
Pembimbing Pendamping:
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...................................................................................3
A. Jenis Penelitian.........................................................................................22
B. Lokasi Penelitiandan Waktu Penelitian...................................................22
C. Populasi dan sampel penelitian................................................................22
D. Estimasi Besar Sampel.............................................................................23
E. Teknik Pegumpulan Data.........................................................................23
F. Metode Analisa Data................................................................................23
G. Definisi Operasional................................................................................23
A. Karakteristik umum..................................................................................25
B. Karakteristik medis..................................................................................27
C. Hubungan derajat cedera kepala dengan jumlah leukkosit......................28
A. Kesimpulan..............................................................................................31
B. Saran........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala merupakan suatu cedera pada jaringan scalp, tulang
tengkorak atau jaringan otak.1 Cedera kepala dapat berdampak berat bagi
individu yang mengalaminya, dimana cedera kepala dapat menyebabkan
gangguan kognitif, sosial dan perilaku, hal ini menyebabkan cedera kepala
menjadi beban tidak hanya beban kesehatan namun juga ekonomi maupun
sosial di seluruh dunia. Hal ini terutama terjadi pada negara-negara
berkembang.2
Secara global, cedera kepala merupakan penyebab terbesar
kecacatan dan kematian pada populasi dewasa muda pada kasus
kecelakaan. Pusat Pengendalian Penyakit atau The Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, memperkirakan 1,7
juta orang dengan cedera kepala, sebanyak 52.000 meninggal, 275.000
dirawat di rumah sakit dan 1.365.000 (hampir 80%) dalam keadaan darurat
serta dirawat di Instalasi Gawat Darurat atau IGD. Menurut World Health
Organization (WHO) di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap
tahun diperkirakan mencapai 500.000 kasus dengan prevalensi kejadian
80% meninggal dunia sebelum sampai rumah sakit. 80% cedera kepala
ringan, 10% cedera kepala sedang dan 10% cedera kepala berat dengan
rentang kejadian pada populasi yang berusia 15-44 tahun.3-5
Kasus trauma banyak terjadi di negara berkembang dan atau negara
dengan pendapatan rendah.Survei yang dilakukan menunjukkan sebesar
90% trauma terjadi di negara berkembang. Kematian akibat kecelakaan
lalu lintas diperkirakan meningkat 83% di negara berkembang pada tahun
2000-2020, dan kasus yang paling banyak adalah cedera kepala. Prevalensi
nasional cedera kepala menurut Riskesdas 2018 adalah 11,9%, dan
Provinsi Maluku Utara menduduki urutan ke sembilan dalam Proporsi
2
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan yaitu apakah terdapat hubungan
antara jumlah leukosit dengan derajat cedera kepala pasien cedera kepala
usia 15-45 tahun yang di rawat di RSUD Dr. H Chasan Boesoirie Ternate?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara derajat cedera kepala dengan
jumlah leukosit pada pasien cedera kepala usia 15-45 tahun yang di
rawat di RSUD Dr. H Chasan Boesoirie Ternate.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah leukosit pada cedera kepala ringan.
b. Mengetahui jumlah leukosit pada cedera kepala sedang.
c. Mengetahui jumlah leukosit pada cedera kepala berat.
d. Mengetahui luaran klinis pasien cedera kepala berdasarkan
gambaran leukosit.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk :
1. Bahan referensi tentang hubungan jumlah leukosit dengan cedera
kepala bagi peneliti selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cedera Kepala
1. Definisi Cedera Kepala
Cedera kepala diartikan sebagai suatu bentuk cedera mekanik
terhadap kepala yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung dan menyebabkan gangguan fungsi neurologis seperti
gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial yang dapat bersifat
sementara maupun permanen.9 Menurut Brain Injury Association of
America (BIAA), cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala,
bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran dan dapat menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik.10 Kerusakan dapat bersifat fokal, terbatas satu
daerah di otak, atau difus, melibatkan lebih dari satu daerah di otak.
Cedera kepala dapat merupakan hasil dari cedera kepala tertutup atau
cedera kepala tembus. Cedera kepala tertutup terjadi jika kepala secara
tiba-tiba menghantam suatu obyek dengan keras, namun obyek
tersebut tidak menembus tulang tengkorak. Cedera tembus terjadi jika
obyek menembus tulang tengkorak dan masuk jaringan otak.11
2. Epidemiologi Cedera Kepala
Diperkirakan 1.700.000 orang di Amerika Serikat mengalami
cedera kepala setiaptahunnya; 50.000 meninggal dunia, 235.000
dirawat di rumah sakit, dan 1.111.000, atau hampir 80%dirawat dan
dirujukke Departemen Instalasi Gawat Darurat. Menurut laporan
World Health Organization (WHO), setiap tahunnya sekitar 1.200.000
orang meninggal dengan diagnosis cedera kepala yaitu akibat
kecelakaan lalu lintas (KLL) dan jutaan lainnya terluka atau cacat.
Sebagian besar kematian dapat dicegah. Di negara-negara dengan
penghasilan rendah dan menengah, banyak pengguna kendaraan roda
5
dua, terutama pengguna sepeda motor, dan lebih dari 50% terluka atau
meninggal akibat KLL. Persentase jenis kelamin laki-laki lebih tinggi
mengalami cedera kepala dibanding dengan perempuan.12
Prevalensi nasional cedera kepala menurut Riskesdas 2018
adalah 11,9% jumlah ini meningkat dibanding tahun 2013 yaitu
8,2%. Penyebab cedera kepala di Indonesia akibat kecelakaan lalu
lintas yang dapat dilaporkan kecenderungannya dari tahun 2013
dengan 2018 hanya untuk transportasi darat, tampak ada penurunan
yaitu dari 42,8% menjadi 31,4%. Tahun 2018 penyebab cedera kepala
di Indonesia mayoritas terjadi di rumah dan lingkungannya.
3. Etiologi Cedera Kepala
Hampir semua cedera kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu
lintas, akibat peristiwa yang berhubungan dengan aktivitas olehraga,
dan akibat tindakan kekerasan. Penyebab yang paling sering dari
cedera kepala tertutup adalah kecelakaan lalu lintas, dimana hal ini
meliputi cedera yang terjadi pada penumpang kendaraan bermotor,
pejalan kaki, pengendara motor, dan pengendara sepeda. Penyebab
yang lainnya adalah akibat terjatuh. Di Amerika Serikat Cedera akibat
luka tembak merupakan penyebab utama dari cedera kepala penetrasi,
terhitung sebanyak 44% dari semua kasus cedera kepala. Usia dewasa
muda merupakan orang yang paling sering terlibat dalam kecelakaan
lalu lintas (umur 5-64 tahun). Sedangkan pasien berumur tua (65 tahun
atau lebih) paling sering mengalami cedera akibat terjatuh. Intoksikasi
alkohol dan obat-obatan lainnya merupakan faktor yang signifikan
sebagai penyebab cedera dan tersebar hampir sama pada semua
kelompok umur, kecuali pada umur sangat muda dan sangat tua. 12-14
4. Patofisiologi Cedera Kepala
Otak dilindungi oleh lapisan pembungkus (rambut, kulit,
tulang, meninges, dan cairan serebrospinal) yang akan meredam
kekuatan dari suatu benturan fisik. Pada tingkat kekuatan tertentu
(kapasitas absorpsi), lapisan pembungkus otak dapat mencegah energi
6
tengkorak. Fraktur ini ada yang di basis kranium, dan ada yang di
temporal, frontal, parietal, ataupun oksipital. Fraktur bisa linear atau
depressed, terbuka atau tertutup.19
Klasifikasi berdasarkan lesi bisa fokal atau difus, bisa
kerusakan aksonal ataupun hematoma. Letak hematoma bisa
ekstradural atau dikenal juga sebagai hematoma epidural (EDH), bisa
hematoma subdural (SDH), hematoma intraserebral (ICH), ataupun
perdarahan subaraknoid (SAH). Pembagian cedera kepala ringan,
sedang dan berat berdasarkan atas derajat penurunan tingkat kesadaran
penderita, serta ada tidaknya defisit neurologi fokal dengan Glasgow
Coma Scale (GCS) dan CT scan Otak. Penderita dikelompokkan
menjadi cedera kepala ringan dengan GCS 13-15, cedera kepala
sedang dengan GCS 9-12, serta cedera kepala berat dengan GCS ≤ 8.19
Klasifikasi cedera kepala berdasarkan derajat kesadaran
Glasgow Coma Scale (GCS)
Amnesia Pasca Trauma 0 – 1 hari >1 dan <7 hari >7 hari
7. Manifestasi Klinis
Masing-masing cedera akan disertai tanda dan gejala klinis yang
spesifik. Berikut tipe cedera kepala beserta tanda dan gejalanya.
a. Komosio serebri
Tanda dan gejala untuk tipe cedera kepala ini adalah kehilangan
kesadaran dalam waktu singkat, yang terjadi sekunder karena
gangguan pada system aktivasi retikuler (reticular activating
system, RAS). Kehilangan kesadaran mungkin disebabkan oleh
perubahan tekanan mendadak di daerah yang mengatur kesadaran,
perubahan pada polaritas neuron, iskemia, atau distorsi structural
pada neuron, muntah akibat cedera dan kompresi setempat,
amnesia anterograd dan retrograde (pasien tidak ingat kejadian
sesudah peristiwa kecelakaan atau cedera atau kejadian yang
menimbulkan kecelakaan atau cedera tersebut) yang memiliki
korelasi dengan intensitas cedera. Semua gejala tersebut berkaitan
dengan gangguan pada system aktivasi retikuler, iritabilitas atau
letargi akibat cedera setempat, perilaku berubah akibat cedera
setempat, keluhan pening, mual, atau sakit kepala hebat akibat
cedera dan kompresi setempat.15
b. Kontusio serebri
Tanda dan gejala untuk tipe cedera kepala ini adalah luka yang
berat pada kulit kepala akibat cedera langsung, pernapasan tampak
berat dan kehilangan kesadaran yang terjadi sekunder karena
kenaikan tekanan intrakranial akibat memar jaringan otak. Gejala
lain yang didapatkan seperti mengantuk, bingung (konfusi),
disorientasi, pasien berontak/menyerang (agitasi) atau mengamuk.
Semua terjadi karena kenaikan tekanan intrakranial akibat cedera
11
f. Fraktur kranium
Tanda dan gejala untuk tipe cedera kepala ini adalah kemungkinan
asimptomatik.Gejala yang timbul tergantung pada cedera otak
yang ada di balik tulang tengkorak, diskontinuitas dan pergeseran
struktur tulang pada fraktur yang berat, disfungsi sensorik-motorik
dan nervus kranialis bila fraktur tengkorak disertai fraktur tulang
wajah (fraktur fasialis). Penderita fraktur fosa anterior basis kranii
dapat mengalami ekimosis periorbital (raccon eyes), anosmia
(gangguan penciuman akibat lesi pada nervus olfactorius) dan
kelainan pupil, rinore cairan serebrospinal (perembesan/kebocoran
cairan serebrospinal lewat hidung), otore cairan serebrospinal
(kebocoran lewat telinga), hemotimpanium (penumpukan darah
dalam membrane timpani), ekimosis di daerah os mastoideus
(battle sign) dan paralisi fasialis (cedera nervus ketujuh), yang
semua ini dapat menyertai fraktur fosa media basis kranii, tanda-
tanda disfungsi medula oblongata, seperti kegagalan
kardiovaskuler dan respirasi, akan menyertai fraktur fosa posterior
basis kranii. 15
8. Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
Komponen utama pemeriksaan neurologis pada pasien cedera kepala
sebagai berikut:
a. Bukti eksternal cedera kepala: laserasi dan memar.21
b. Tanda fraktur basis kranii: hematom periorbital bilateral, hematom
pada mastoid (battle sign), hematom subkonjungtiva (darah di
bawah konjungtiva tanpa adanya batas posterior, yang
menunjukkan darah dari orbita yang mengalir ke depan), keluarnya
cairan serebrospinal dari hidung atau telinga (cairan jernih tidak
berwarna, positif mengandung glukosa), perdarahan dari telinga.21
13
10. Penatalaksanaan
17
2) Terapi operatif
19
B. Kerangka Teori
Leukosit Bermigrasi ke
Jaringan yang Rusak
C. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Terdapat hubungan derajat cedera kepala dengan jumlah leukosit pada
pasien cedera kepalausia 15-45 tahun di RSUD Dr. H Chasan Boesoirie
Ternate. Semakin berat derajat cedera kepala maka jumlah leukosit akan
terjadi peningkatan. Cedera kepala ringan akan menunjuakan gambaran
jumlah leukosit antara 11x106/L sampai 15x106/L , Cedera kepala sedang
akan menunjukan gamabaran jumlah leukosit antara 14x106/L sampai
19x106/L dan cedera kepala berat akan menunjukan gambaran jumlah
leukosit antara 16x106/L sampai 28x106/L .
BAB III
METODE PENELITIAN
22
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik korelatif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu dimana variabel dependent
dan variabel independent dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan
diperiksa secara langsung.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medikRSUD Dr. H Chasan
Boesoirie Ternate
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akandilakukan pada bulan Juni-Juli 2020.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target adalah semua individu yang telah didiagnosis
cedera kepala. Populasi terjangkau adalah semua individu yang telah
didiagnosis cedera kepala yang datang berobat ke RSUD Dr. H Chasan
Boesoirie Ternate dan masuk dalam kriteria inklusi selama periode
penelitian.Subjek penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
Pasien cedera kepala yang ditegakan oleh dokter spesialis
Usia 15 – 45 Tahun
Memiliki hasil pemeriksaan darah lengkap
b. Kriteria Eksklusi
Pasien cedera kepala usia 15-45 tahun yang memiliki riwayat
demam sebelumnya
Pasien dengan riwayat penyakit infeksi yang sedang diderita
saat cedera kepala.
Zα 2 PQ
n=
d2
Rumus Lemeshow Besar Sampel Penelitian (Snedcor GW & Cochran
WG,1967)
n = Jumlah sampel yang diperlukan
Zα = Telah ditetapkan bahwa α bernilai 0,05 sehingga Zα bernilai 1,96
P = Proporsi sampel yang mendapatkan perlakuan khusus (menggunakan
ketetapan maksimal 0,5)
Q = Proporsi sampel yang tidak dapat perlakuan khusus (1─P)
d = Limit dari error atau presisi absolut digunakan15 % atau 0,15
2
1,96 0,5 0,5
n=
0,15 2
n = 42,68
Diperoleh besar sampel yang akan digunakan sebanyak 42,68 yang
dibulatkan menjadi 43 sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder.Data sekunder diperoleh dari data pasien cedera kepala di RSUD
Dr. H Chasan Boesoirie Ternate yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
ekslusi.
F. Metode Analisa Data
Data yang diperoleh dari data sekunder akan ditabulasi serta diuji
kemaknaannya dengan program SPSS dengan ANOVA TEST.
G. Defenisi operasional
24
BAB IV
25
A. Karakteristik Umum
Tabel 4.1 Sebaran karakteristik demografi subjek
Jenis Kelamin
Laki-Laki 35 51.5
Perempuan 33 48.5
Usia
15-25 Tahun
26-35 Tahun 41 60.3
laki-laki 93%, penelitian VOS PE dkk dengan prevelensi 72% untuk laki-
laki, penelitian Topolovec Vrenic dkk dengan prevelensi sebaran 63%
untuk laki-laki. Tinggi angka kejadian cedera kepala pada laki-laki diduga
karena aktivitas laki-laki lebih banyak diluar rumah dan mobilitas yang
tinggi sehingga meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas atau
kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Dilihat dari sebaran usia, jumlah subyek penelitian antar kelompok
usia 15 – 25 tahun berjumlah 41 orang (60.3%), kelompok usia 26 - 35
tahun berjumlah 7 orang (10.3%) dan kelompok usia 36 – 45 tahun
berjumlah 20 orang (29.4%) berdasarkan hasil tersebut , maka dapat
disimpulkan bahwa cedera kepala paling banyak diderita oleh kelompok
usia antara 15 – 25 tahun dengan jumlah 41 orang (60.3%). Hal ini sesuai
dengan penelitian lain. Pada penelitian Chandra SO 1 bahawa cedera kepala
didominasi oleh kelompok umur 17 – 28 Tahun 39.5%, hal ini disebabkan
oleh remaja yang masih dalam tahap aktif untuk melakukan sesuatu
ataupun untuk mencoba-coba sesuatu hal sehingga biasa menyebabkan
kecelakaan yang menyebabkan cedera kepala.
B. Karakteristik Medis
27
Total 68 100
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penderita cedera kepala ringan
berjumlah 35 orang (51.5%), penderita cedera kepala sedang berjumlah 19
orang (27.9%), dan penderita cedera kepala berat berjumlah 14 orang
(20.6%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa penderita cedera kepala
yang paling banyak datang ke rumah sakit adalah cedela kepala ringan
yaitu 35 orang (51.5%) dan cedera kepala yang paling sedikit yang datang
ke rumah sakit adalah cedera kepala berat yaitu 14 orang (14%). Hal ini
3
sesuai dengan penelitian lain seperti pada penelitian Niryana W dkk
bahwa pasien paling banyak pada cedera kepala ringan (35.7%) dan paling
sedikit pada cedera kepala berat (30.3%)
*Signifikansi p<0,05
leukosit (p value 0.000). Dimana rerata nilai jumlah leukosit dari masing-
masing derajat cedera kepala terjadi peningkatan dari batas nilai
normalnya yaitu 10 x 106/L , terdapat perdedaan signifikan rerata jumlah
leuoksit dengan derajat keparahan cedera kepala. Hasil yang didapatkan
sesuai dengan penelitian lain sebelumnya .Pada Penelitian Al-Gahtany 7
Didapatkan rerata jumlah leukosit pada kelompok cedera kepala ringan
yaitu 11,84 x 106 / L, pada kelompok cedera kepala sedang didapat rerata
jumlah leukosit yaitu 14,18 x 106 / L, dan pada cedera kepala berat
didapatkan rerata jumlah leukosit 16,83 x 106 / L .dimana terjadi
peningkatan dan perbedaan yang signifikan antar derajat.
Demikian pula pada penelitian Gurkanlar dkk tentang nilai
prediktif leukositosis pada pasien cedera kepala pada tahun 2009 di
Turki.Didapatkan nilai rata-rata leukosit 11,26 x 106/L pada pasien cedera
kepala ringan, nilai rerata leukosit 16,41 x 106 / L pada cedera kepala
sedang dan nilai rerata leukosit 23,74 x 106 / L pada cedera kepala berat.
Hasil tersebut menunjukan perbedaan rerata kadar leukosit yang cukup
signifikan pada setiap derajat
Mekanisme terjadinya peningkatan leukosit adalah peran dari
hormon katekolamin dan kortikosteroid.Katekolamin meningkatkan
jumlah leukosit dengan melepaskan sel-sel leukosit teraktivasi ke
peredaran darah. Kortikosteroid meningkatkan hitung leuksoit dengan
melepaskan sel-sel leukosit dari tempat penyimpanan di sum-sum tulang
ke dalam peredaran darah.Di otak, setelah terjadinya trauma, badan sel
dari mikroglia menjadi hipertrofi dengan proses memanjang, bercabang
pada 60 menit pertama setelah trauma. Sel-sel mikroglia mengekspresikan
antigen MHC kelas I dan II dan antigen-antigen ini dipresentasikan kepada
sel limfosit di kelenjar limfe regional dan memicu aktivasi dari limfosit
yang beredar dalam sistem saraf pusat.Lebih jauh lagi, leukosit baru
meningkat pada cedera kepala berat.Sel-sel leukosit kurang elastis
dibanding dengan eritrosit, sehingga membutuhkan tekanan lebih tinggi
untuk mendorong mereka masuk ke kapiler dengan diameter yang
30
BAB V
31
A. Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian terhadap 68 pasien cedera kepala dengan
rincian 35 pasien cedera kepala ringan, 19 pasein cedera kepala sedang dan
14 pasien cedera kepala berat yang datang pada RSUD Dr. H Chasan
Boesoirie Ternate.Penelitian menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan karakteristik demografi, kelompok yang
terbanyak pada pasien cedera kepala di RSUD Dr. H
Chasan Boesoirie Ternate adalah jenis kelamin laki-laki dan
rentang usia 15 - 20 tahun
2. Derajat cedera kepala ringan merupakan kelompok yang
paling banyak datang ke RSUD Dr. H Chasan Boesoirie
Ternate diikuti oleh cedera kepala sedang dan yang paling
sedikit cedera kepala berat
3. Jumlah leukosit merupakan prediktor yang cukup kuat
untuk menetukan derajat cedera kepala dimana semakin
tingginya jumlah leukosit akan menggambarkan buruknya
derajat cedera kepala.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian jumlah leukosit pada pasien cedera kepala
dengan sampel yang lebih besar
2. Dapat digunakannya jumlah leukosit sebagai penentu derajat keparahan
cedera kepala.
DAFTAR PUSTAKA
32