Anda di halaman 1dari 44

Pedoman

Penulisan Resep
Fakultas Kedokteran Unkhair Ternate
Definisi
Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi atau dokter hewan kepada apoteker pengelola
apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi penderita sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Resep yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat
dibaca, lengkap dan memenuhi peraturan perundangan serta
kaidah yang berlaku.
Cara Peresepan
Preskripsi dokter sangat penting
dalam proses peresepan obat bagi
pasiennya. Dokter dalam
mewujudkan terapi yang rasional
memerlukan langkah yang
sistematis dengan motto 5T
Motto 5T

1 2 3 4 5
Tepat obat Tepat dosis Tepat cara Tepat jadwal Tepat bentuk
pemberian sediaan obat tepat
penderita
obat
Unsur-unsur Resep
Identitas dokter

Nama kota

Superscriptio

Inscriptio

Subscriptio

Signatura

Idenritas Pasien
Identitas dokter


Nama, surat izin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep serta dapat
dilengkapi dengan nomor telepon dan hari serta jam praktek. Biasanya sudah tercetak
dalam blangko resep.

Nama kota


Sudah dicetak dalam blangko resep dan tanggal ditulisnya
resep

Superscriptio


Ditulis dengan simbol R/ (recipe= ambil). Biasanya sudah dicetak dalam blangko. Bila
diperlukan lebih dari satu bentuk obat/ formula resep , diperlukan penulisan R/ lagi di sebelah
kiri masing- masing bentuk sediaan obat.
Inscriptio


Ini merupakan bagian dari inti resep, berisi nama obat,
kekuatan dan jumlah obat yang diperlukan dan ditulis
dengan jelas.

Subscriptio


Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat (BSO) dan jumlahnya. Cara penulisan (dengan singkatan bahasa
latin) tergantung dari macam resep yang digunakan.

Contoh:
• mf. la. pulv. D.t.d.no. X
• mf. la. sol
• mf. la. pulv. No XX da in caps
Signatura


Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi
pasien meliputi: frekuensi, jumlah obat saat diminum obat.
• Contoh : ∫ 3 dd tab I pc

Identitas pasien


Umumnya sudah tercantum dalam blanko resep.
• Nama pasien dicantumkan dalam pro
• Sebaiknya mencantumkan berat badan pasien.
Resep lengkap menurut SK Menkes RI No.
26/2981(BAB III, pasal 10) memuat:

• Nama, alamat, Nomor Surat Izin Praktek Dokter (NSIP)


• Tanggal penulian resep
• Nama setiap obat/komponen obat
• Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
• Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
• Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan
Preskripsi
jumlah melebihi dosis maksimum

Preskripsi ditulis dalam blanko resep yang benar (lege artis,


yaitu ditulis secara jelas, lengkap ) memuat 6 unsur yang harus
ada di dalam resep) dan sesuai
Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika/khusus jumlah
obat tidak cukup dengan angka saja, harus disertai huruf angka
tersebut. Contoh : X (decem) dan agar sah harus dibubuhi tanda
tangan dokter (bukan paraf).
Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat di
masyarakat.

Penulisan Resep harus sesuai dengan aturan/ pedoman baku serta


menggunakan bahasa latin baku dengan memperhatikan, diantaranya :
1. Ukuran Blanko Resep
2. Penulisan Nama Obat (Bagian Incriptio)
3. Penulisan Jumlah Obat
4. Penulisan Kekuatan dan Volume Sediaan
1. Ukuran Blanko Resep
● Ukuran :
○ Lebar : 10-12cm
○ Panjang: 15-18cm

2. Penulisan Nama Obat (Bagian


Incriptio)
● Dimulai dengan huruf besar
● Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan
resmi (dalam farmakope Indonesia atau
nomenklatur Internasional) misal : Ac. Salic;
Acetosal
● Tidak ditulis dengan nama kimia (misal : Kalii
Chloride dengan KCl) atau singkatan lain
dengan huruf lain (misal clorpamazin dengan
CPZ)
3. Penulisan Jumlah Obat
a. Satuan berat : mg (miligram), g, G (gram)
b. Satuan volume : ml (mililiter), l (liter)
c. Satuan unit : IU/IU (Internasional Unit)
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi.
Misal :
- Tab Novalgin no. XII
- Tab Stesolid 5 mg no. X (decem)
- mf.la.pulv. dtd. no. X
e. Penulisan alat penakar dalam singkatan bahasa latin dikenal :
C = sendok makan (volume 15 ml)
Cth= sendok the (volume 5 ml)
Gtt= guttae (1 tetes = 0,05 ml)
f. Arti prosentase (%)
0,5% (b/b) = 0,5 gram dalam 100 gram sediaan
0,5% (b/v) = 0,5 gram dalam 100 ml sediaan
0,5% (v/v) = 0,5 ml dalam 100 ml sediaan
g. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal : 0,……; 0,0………..; 0,00………….)
4. Penulisan Kekuatan dan Volume
Sediaan
a. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi
(generik/ paten) yang beredar di pasaran dengan
beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta harus
ditulis. Misal : Tab. Meloxicam 7,5mg atau Tab.
Meloxicam 15 mg.
b. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal
dalam tube dari sediaan jadi/paten yang tersedia
beberapa kemasan, maka harus ditulis :
■ Allerin exp. Yang volume 60ml atau 120 ml
■ Garamycin cream yang 5mg/tube atau
15mg/tube
5. Penulisan bentuk sediaan obat ( merupakan subcriptio) dituliskan
tidak hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula
officialis dan spesialistis, misal :
o M.f.l.a. pulv. No.X
o Tab antalgin mg 250 No.X
o Tab Novalgin mg 250 No.X

6.Penulisan jadwal dosis/ aturan pemakaian (bagian


signature)
a. Harus ditulis dengan jelas dan lengkap, Misal : ∫ t dd pulv.I pc
atau ∫ prn 3 dd tab I pc
b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian tappering
up/down gunakan tanda ∫ uc (usus cognitus= pemakain sudah
tahu). Penjelasan kepada pasien ditulis pada kertas dengan
bahasa yang dipahami
7 Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-
ragu, hindari coretan, hapusan dan tindasan
8 Penulisan tanda Iter (Itteretur/harapdiulang)
dan N.I. (Ne Itteretur/ tidak boleh diulang)
9 Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda
penutup berupa garis penutup (untuk 1 R/)
atau tanda pemisah R/ (untuk > 2R/) dan
paraf/tanda tangan pada setiap R/
o Resep yang memerlukan pengulangan dapat diberi
tanda : Iter n X disebelah kiri atas dari resep untuk
seluruh resep yang diulang

o Sedangkan resep yang tidak boleh diulang, dapat


diberi tanda : NI disebelah kiri atas dari resep untuk
seluruh resep yang tidak boleh diulang.

o Bila tidak semua resep, maka ditulis dibawah setiap


resep yang diulang
10. Penulisan tanda Cito atau PIM (Periculum In Mora= berbahaya apabila ditunda)

• Apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat


sangat diperlukan bagi penderita maka resep dapat diberi
tanda

• Cito atau IM dan harus harus ditulis di sebelah kanan ditulis di


sebelah kanan atas resep
BAHASA LATIN DALAM RESEP
● Bahasa latin digunakan untuk penulisan :
1. nama obat,
2. ketentuan mengenai pembuatan
3. bentuk obat
4. petunjuk aturan pemakaian obat ditulis berupa singkatan 
Signatura.
● Utk menghindari salah interpretasi singkatan bahasa Indonesia
sedapat mungkin dihindari
○ Contoh :
- “Obat batuk Hitam” jgn disingkat o.b.h  Potio nigra contra
tussim (Pot.nigra c.t)
- “Kalau perlu” jgn disingkat K.P  Pro re nata (p.r.n)
BAHASA LATIN DALAM RESEP
● Beberapa alasan penggunaan Bahasa Latin :
1. Bahasa latin adalah bahasa mati dan tdk dipakai dlm
percakapan sehari-hari.
2. bahasa latin mrp bahasa Internasional dalam dunia
profesi kedokteran & farmasi.
3. Dengan bahasa latin tdk akan tjd dualisme ttg bahan yg
dimaksud dalam resep.
4. Dalam hal tertentu, krn faktor psikologi ada baiknya Px
tdk perlu mengetahui obat yg diberikan kepadanya.
PENULISAN JUMLAH OBAT
● Penulisan jumlah obat dinyatakan dalam angka romawi :
I =1
V =5
X = 10
L = 50
C = 100
M = 1000
● Singkatan latin yang sering dipakai di resep
aa = sama banyak
a.c = sebelum makan u.c = aturan pakai diketahui
a.n = malam sebelum tidur u.e = obat luar
ad lib = secukupnya Ungt = salep
a.u.e = untuk obat luar Vespere = sore
a.u.i = untuk obat dalam
SINGKATAN LATIN DALAM
C= sendok makan (15 ml)
cth = sendok teh (5 ml)
RESEP
i.m.m
inf
= berikan ke tangan dokter
= infus
conc = pekat inj = injeksi
dc= sedang makan iter = harap diulang
dd= sehari lot = obat cair untuk obat luar
dext= kanan m = campur , harap dicampur
dil= encer m.f = campurlah dan buatlah
dtd = berikan sebanyak dosis tersebut mg = miligram
f= buat, harap dibuatkan o.m = tiap pagi
f.l.a= buat menurut cara semestinya o.n = tiap malam
g= gram p.c = sesudah makan
gr= grain p.r.n = kalau perlu
gtt = tetes pulv = serbuk tunggal
gtt auric = obat tetes telinga pulveres = serbuk terbagi
gtt nasal = obat tetes hidung S = tandailah
gtt opth = obat tetes mata sol = larutan
Obat racikan
Untuk formula racikan, harus ditulis komponen komponen racik
serta dosisnya dalam inscriptio dan jenis sediaan racik yang
dimaksud dalam subscriptio dengan jelas.
Beberapa macam racikan, dintaranya :
Serbuk bagi
Bila dokter menulis serbuk bagi, dapat ditulis dengan 2 cara, yaitu :
a. Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk dan lalu dibagi menjadi
beberapa bungkus
Misal :
R/ Ac. Acetylosalicylici 10
fac. pulv. div. In p. Aeq. No. XX
∫ 2 dd 1
Penyiapan obat ini dilakukan dengan cara menimbang 10 gram Asetosal lalu
dibagi menjadi 20 bagian serbuk.
b. Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan
mebuat berapa bungkus.

● Misal :
R/ Ac. Acetylosalicylici 0,5
fac. pulv. dtd. No. XX
∫ 2 dd 1

Penyiapan obat ini dilakukan dengan cara menimbang 20


x 0,5 gram Asetosal lalu dibagi menjadi 20 bagian
serbuk.
Obat Sirup
Dalam peracikan sediaan sirup, komponen racikannya, harus
ditulis jelas begitu pula dengan dosis dan satuannya.

Racikan sirup ini dapat ditulis dalam beberapa cara, diantaranya


:
a. Ditulis jumlah komponen racik untuk satu sediaan sirup.
Misal :
R/ Cetirizine tab 2
Ad ambroxol syr 60 ml
Obat Sirup
b. Ditulis jumlah komponen racik untuk setiap sendok takar dalam satu
sediaan sirup. Misal
R/ ambroxol syr No. I
add per cth :
Cetrizine tab 1/6
∫ 3 dd 1 cth pc

Kedalam ambroxol ditambahkan cetrizine sehingga dalam setiap cth


(=5 ml) didapati cetrizine 1/6 tablet. Dengan memperhitungkan volume
sediaan ambroxol yang ada adalah 60 ml, maka akan didapatkan
penambahan cetrizine sebanyak 60/5 x1/6 = 2 tablet
Obat topikal
Dalam racikan topikal biasanya digunakan presentase atau berat dari
komponen racikan yang harus ditulis dengan jelas. Misal :
R/ Ac. Benzoic 2%
ad vaselin album 60
mf. Ia. ∫ue
Atau
R/ hydrocortison cr 1% 10 gr
Ketoconazole cr 10 gr
mf. Ia. ∫ue
Proses Terapi Rasional
• Langkah 1 : Tetapkan Masalah Pasien
• Langkah 2 : Tetapkan Tujuan Terapi (apa yang ingin
anda capai dengan terapi tersebut)
• Langkah 3 : Teliti cocok tidaknya terapi-P anda
untuk pasien ini (periksalah apakah terapi itu manjur
dan aman)
• Langkah 4 : Mulailah Pengobatan
• Langkah 5 : Berikan Penjelasan tentang obat, cara
pakainya dan peringatan
• Langkah 6 : Pantau (hentikan) pengobatan
Perbandingan Antara Obat – Obat Dalam Kelompok

Obat Kemanjuran Keamanan Kecocokan Harga satuan


Contoh Memilih Obat - P
1. Tetapkan Diagnosis

2. Tetapkan Tujuan Pengobatan

3. Susun daftar kelompok obat

4. Pilih kelompok obat yang manjur


berdasarkan kriteria

5. Pilih Obat - P

KESIMPULAN
Mengobati Pasien
 Langkah 1 : Tetapkan Masalahnya
 Langkah 2 : Tegaskan Tujuan Terapi
 Langkah 3 : Periksa kecocokan obat – P
○ Apakah zat aktif dan bentuk sediaannya cocok untuk pasien ini?
○ Apakah jadwal dosis baku cocok untuk pasien ini?
○ Apakah lama pengobatan baku cocok untuk pasien ini?
 Langkah 4 : Tuliskan resepnya
 Langkah 5 : Beri penjelasan tentang aturan pakai dan kewaspadaan
 Langkah 6 : Pantau ( dan hentikan ) pengobatan
BENTUK SEDIAAN OBAT PADAT
1.Tablet
2.Kapsul
3.Serbuk Bagi
4.Serbuk Tak terbagi
5.Pil
6.Suppositoria
7.Ovulla
BENTUK SEDIAAN OBAT PADAT
BENTUK SEDIAAN OBAT PADAT
BENTUK SEDIAAN OBAT PADAT
BENTUK SEDIAAN OBAT PADAT
BENTUK SEDIAAN OBAT CAIR
1.Solutio (larutan)
2.Suspensio (suspensi)
3.Emulsi
4.Eliksir
5.Guttae (tetes)
6.Injectio (injeksi)
7.Aerosol
8.Infus
BENTUK SEDIAAN OBAT CAIR
BENTUK SEDIAAN OBAT CAIR
BENTUK SEDIAAN OBAT CAIR
BENTUK SEDIAAN OBAT CAIR
BENTUK SEDIAAN SETENGAH
PADAT
1. Linimentum (obat gosok)
2. Ungentum (salep)
3. Pasta
4. Sapo (sabun)
5. Emplastrum (plester)
6. Krim
7. Gel
BENTUK SEDIAAN OBAT
SETENGAH PADAT
BENTUK SEDIAAN OBAT
SETENGAH PADAT
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai