KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN
POST PARTUM NORMAL
OLEH :
KADEK DWI HISTAYANTHI
NIM: 0902105070
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
POST PARTUM (NIFAS)
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca
persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta
penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
hamil (Bobak,2004)
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002)
B. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam tiga periode yaitu :
Sistem Reproduksi
a. Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi
fundus uteri (TFU) post partum menurut masa involusi:
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
INVOLUSI
TFU
BERAT
UTERUS
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Placenta lahir 2 cm di bawah umbilicus dengan 1000 gram
bagian
fundus
bersandar
1 minggu
promontorium sakralis
Pertengahan
antara umbilikus
2 minggu
6 minggu
simfisis pubis
Tidak teraba di atas simfisis
Bertambah kecil
pada
dan 500 gram
350 gram
50-60 gram
kontraksi,
sedangkan
cerviks
uteri
tidak
dapat
e. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon
laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi
mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana
protein
albumin
dan
globulin
yang
baik
untuk
2)
a. Hormon plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak
terdeteksi dalam 72 jam post partum normal.
b. Hormon pituitari
Prolaktin meningkat terjadi pada 2 minggu pertama. FSH menurun saat
ibu tidak menyusui. LH menurun pada minggu pertama post partum.
3)
Sistem Pencernaan
a. Nafsu Makan
Ibu
biasanya
lapar
segera
melahirkan,
sehingga
ia
boleh
otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri
saat defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat
episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu
dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
4)
Sistem Perkemihan
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti
daerah-daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih
atau melalui kateter sering menunjukkan adaya trauma pada kandung
kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas
kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri
pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi
vagina, atau episiotomi penurunan atau mengubah reflex berkemih,
penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan
distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera
setelah wanita melahirkan dpat menyebabkan pendarahan berlebih
karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik.
Tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5 sampai 7
hari setelah bayi lahir.
5)
Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha,
dan panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
Kelainan pembuluh dara seperti spider angioma (nevi), eritema palmar
biasanya berkurang sebagai respon terhadap penurunan kadar estrogen
setelah kehamilan berakhir. Diaforesis adalah perubahan yang paling
jelas terlihat pada sistem integumen.
2.
Perubahan Psikologis
Ada 3 fase dalam psikologis ibu, yaitu:
a. Fase taking in
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
tergantung, berlangsung 1-2 hari.
b. Fase taking hold
Ibu mencoba mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan
mengatasi fungsi tubuhnya, misalnya kelancaran BAK, BAB, dan
kemampuan melakukan aktivitas perawatan diri.
c. Fase letting go
Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan
bayinya, penyesuaian dalam hubungan keluarga termasuk bayi.
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, trombosit)
b. Urine lengkap
E. Pemeriksaan Diagnostik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kondisi uterus: palpasi fundus, Kontraksi
kontraksi fundus uteri.
Jumlah
perdarahan
HASIL
miometrium,
tingkat
involusi uteri.
inspeksi Bentuk insisi dan edema
kardiovaskular
F. Komplikasi Post Partum
1) Perdarahan pasca persalinan
2) Infeksi nifas, seperti sepsis
3) Infeksi genital dan saluran kemih
4) Pembengkakan payudara
5) Mastitis (peradangan pada payudara)
6) Endometritis (peradangan pada endometrium)
7) Post partum blues
Riwayat Kesehatan
1. Penyakit yang pernah dialami klien.
2. Pengobatan yang pernah didapat.
3. Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit hipertensi.
Kebutuhan Dasar Khusus
1. Kognitif perceptual
Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu post partum.
2. Pola nutrisi.
Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
3. Pola eliminasi/sistem urogenital.
Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena
trauma.
Jam I :
tiap 15 menit
Jam II :
tiap 30 menit
24 jam I
tiap 4 jam
Setelah 24 jam:
tiap 8 jam
Berat Badan
Tinggi Badan
Head to toe
Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
Wajah
Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus
Leher
Thorak
Payudara
Jantung
Volume darah (Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4
minggu, Persalinan normal : 200 500 cc).
Paru
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asambasa kembali setelah 3 minggu post partum.
Abdomen
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil.
Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
Genetalia
Uterus
Lochea
Tahap
Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,
struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan
tampak bercelah.
Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran
seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar,
produksi mukus normal dengan ovulasi.
Ekstremitas
Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat,
adanya nyeri dan kemerahan.
Perubahan Psikologis
1.
2.
Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
3.
Perubahan Psikologis
Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari
III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang
mempengaruhi emosi ibu.
4.
Faktor-faktor Risiko
Duerdistensi uterus
Episiotomi/laserasi
Kala II persalinan
Plasenta tertahan
Breast feeding
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
2)
5)
6)
7)
C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan
Risiko
Setelah dilakukan tindakan
kekurangan
keperawatan selama .x .,
volume cairan
diharapkan kebutuhan cairan
b/d pengeluaran
pasien adekuat, dengan
yang berlebihan; kriteria hasil:
perdarahan;
a. Fluid balance
diuresis; keringat - Tekanan darah normal
berlebihan.
(120/80 mmHg) (5)
- nadi normal (60100x/menit) (5)
- Hematokrit normal (5)
(skala 5= no deviation per
normal range)
- Tercapai keseimbangan
intake dan output cairan
(5)
- Turgor kulit elastis (5
- Membran mukosa lembab
(5)
(skala 5= not
compromised)
- hipotensi orthostatik (skala
5= none)
b. Cardiopulmonary Status
- Respiratory rate normal
(16-20x/mnt) (5)
- Kedalaman dari inspirasi
normal (5)
- Haluaran urine seimbang
dengan input 0,5-1 ml/kg
BB/jam (5)
(skala 5= no deviation
Rencana Intervensi
Fluid management
1. Timbang berat badan setiap hari.
2.
3.
4.
Rasional
1.
5.
5.
6.
6.
Perubahan pola
eleminasi BAK
(disuria) b/d
trauma perineum
dan saluran
kemih.
Perubahan pola
eleminasi BAB
(konstipasi) b/d
kurangnya
mobilisasi; diet
yang tidak
seimbang;
1.
1.
3.
Anjurkan
pasien
untuk
membasahi perineum dengan air
hangat sebelum berkemih.
3.
4.
4.
5.
5.
6.
6.
7.
7.
2.
1.
2.
2.
1.
2.
Mengidentifikasi penyimpangan
dalam pola berkemih pasien.
Ambulasi
dini
memberikan
rangsangan untuk pengeluaran
urine dan pengosongan bladder.
Membasahi bladder dengan air
hangat
dapat
mengurangi
ketegangan akibat adanya luka
pada bladder.
Menerapkan pola berkemih secara
teratur akan melatih pengosongan
bladder secara teratur.
Minum banyak mempercepat
filtrasi pada glomerolus dan
mempercepat pengeluaran urine
Untuk menetapkan intervensi
keperawatan yang tepat bagi
pasien
Kateterisasi
membantu
pengeluaran
urine
untuk
mencegah stasis urine.
Mengidentifikasi penyimpangan
serta kemajuan dalam pola
eleminasi (BAB).
Ambulasi
dini
merangsang
pengosongan rektum secara lebih
cepat.
trauma
persalinan.
2.
3.
4.
3.
dan berjalan
Anjurkan pasien untuk minum
banyak 2500-3000 ml/24 jam.
3.
4.
4.
5.
5.
6.
Gangguan
pemenuhan ADL
b/d immobilisasi;
kelemahan.
b. Fatigue level
- Klien tidak mengalami
5.
penurunan mood, emosi klien
stabil (5= not compromised)
- kerusakan konsentrasi
6.
(5=none)
- penurunan motivasi (5-none)
- sakit kepala (5=none)
7.
3.
4.
5.
Menurunkan
kerja
miokard/komsumsi
oksigen
,
menurunkan resiko komplikasi.
Stabilitas fisiologis pada istirahat
penting untuk menunjukkan tingkat
aktifitas individu.
Konsumsi
oksigen
miokardia
6.
2.
3.
4.
Menghindari
komplikasi
5.
Teknik
penghematan
energi
menurunkan penggunaan energi
dan
membantu
keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
Aktifitas yang maju memberikan
kontrol jantung, meningaktkan
regangan dan mencegah aktifitas
berlebihan.
6.
1.
klien
dari
risiko
pengkajian
berguna
untuk
mengidentifikasi
nyeri
yang
dialami klien meliputi lokasi,
karasteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri serta
faktor-faktor yang dapat memicu
nyeri klien sehinggga dapat
nyeri/melaporkan nyeri
berkurang (5)
- Klien tidak merintih
ataupun menangis (5)
- Klien tidak
menunjukkan ekspresi
wajah terhadap nyeri (5 )
- Klien tidak tampak
berkeringat dingin (5)
(skala 5=none)
- RR dalam batas normal
(16-20 x/mnt) (5)
- Nadi dalam batas normal
(60-100x/mnt) (5)
- Tekanan darah dalam
batas normal (120/80
mmHg) (5 )
(skala 5 = no deviation
from normal range)
b. Pain control (kontrol
nyeri):
- Klien dapat mengontrol
nyerinya dengan
menggunakan teknik
manajemen nyeri non
farmakologis (5)
- Klien dapat
menggunakan analgesik
sesuai indikasi (5)
- Klien melaporkan nyeri
terkontrol (5)
- Pasien tampak rileks,
ekspresi wajah tidak
tegang (5)
- Kontraksi uterus baik (5)
- Payudara lembek (5)
2.
2.
3.
3.
5.
9.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
4.
peningkatan
tekanan
darah,
respirasi rate, dan denyut nadi
umumnya menandakan adanya
peningkatan nyeri yang dirasakan.
membantu
memodifikasi
dan
menghindari faktor-faktor yang
dapat
meningkatkan
ketidaknyamanan klien.
6.
7.
8.
10. Melatih
ibu
mengurangi
bendungan ASI dan memperlancar
pengeluaran ASI.
11. Mencegah infeksi dan kontrol
nyeri pada luka perineum.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Infection protection:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
2.
3.
4.
5.
1. Membantu
dalam
memberikan
intervensi secara cepat dan tepat jika
infeksi terjadi
Monitor hitung granulosit, WBC, 2. Dapat sebagai indikator ada tidaknya
tes sensitivitas
infeksi dan menentukan sensitivitas
pada obat tertentu
Kaji luka perineum/episiotomy,
3. Mengidentifikasi penyimpangan dan
kaji keadaan jahitan.
kemajuan sesuai intervensi yang
dilakukan.
Anjurkan pasien membasuh vulva 4. Keadaan luka perineum berdekatan
setiap habis berkemih dengan cara
dengan daerah basah mengakibatkan
yang benar
kecenderunagn luka untuk selalu
kotor dan mudah terkena infeksi.
Pertahankan teknik septik aseptik 5. Mencegah infeksi secara dini dan
Resiko gangguan
proses parenting
b/d kurangnya
pengetahuan
tentang cara
merawat bayi.
lingkungan penyebab
infeksi (5)
- Klien mampu memonitor
tingkah laku penyebab
infeksi (5)
- Tidak terjadi paparan saat
tindakan keperawatan (5)
(Skala 5 = Consistenly
demonstrated)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama
x,diharapkan tidak terjadi
Gangguan proses parenting,
dengan kriteria hasil:
1. Ibu dapat merawat bayi
secara
mandiri
(memandikan,
menyusui).
2. Keluarga ikut berperan
aktif dalam perawatan
ibu dan bayi
3. Ibu mampu melakukan
dan
sadar
akan
pentingnya perwatan dan
kebersihan diri
1.
2.
3.
4.
5.
mencegah
kontaminasi
terhadap infeksi.
Meningkatkan kemandirian
dalam perawatan bayi.
silang
ibu
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
Diagnosa
Evaluasi
Keperawatan
Risiko
kekurangan kebutuhan cairan pasien adekuat, dengan kriteria hasil:
volume
cairan
pengeluaran
berlebihan;
Cardiopulmonary Status
-
Perubahan pola
eleminasi BAK
kemih.
Perubahan pola
eleminasi BAB
(konstipasi) b/d
kurangnya mobilisasi;
dan lendir)
seimbang; trauma
persalinan.
Gangguan
immobilisasi;
kelemahan.
Aktivitas (5)
5= not compromised
Fatigue level
-
Klien tidak mengalami gangguan untuk beraktivitas seharihari (5= not compromised)
Kebersihan (5)
involusi uteri;
hemoroid;
pembengkakan
payudara.
(5 )
-
(skala 5=none)
kemerahan (5 )
hipertermia (5 )
pembengkakan (5)
(skala 5=none)
Resiko gangguan
5 = Consistenly demonstrated)
tidak terjadi Gangguan proses parenting, dengan kriteria hasil:
kurangnya
pengetahuan tentang
DAFTAR PUSTAKA