Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan malaria adalah pemeriksaan laboraturium yang dapat
memberikan informasi tentang parasit khususnya genus plasmodium sebagai
penyebab penyakit malaria. Diagnosis malaria ditegakkan sesudah dilakukan
anamnesis (wawancara), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboraturium.
Sediaan darah tebal merupakan salah satu cara untuk pemeriksaan malaria.
Sediaan darah tebal trdiri dari sejumlah besa sel darah merah yang
terhemolisis. Parasit yang ada terkontaminasi pada area yang lebih kecil
sehingga akan lebih cepat terlihat di bawah mikroskop. Kelebihan sediaan
darah tebal biasanya di hemolisis terlebih dulu sebelum pewarnaan, sehingga
pada parasut tidak lagi tampak daam eritrosit sedangkan kelebihan dari
sediaan darah tebal ini yaitu dapat menemukan parasit lebih cepat karena
volume daah yang digunakan lebih banyak. Jumlah parasit lebih banyak
dalam satu lapang pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih mudah
ditemukan. Sedangkan kelemahan dari darah tebal bentuk parasit yang kurang
lengkap morfologinya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui pengkajian keperawatan klien penyakit malaria
1.2.2 Mengetahui Diagnosa keperawatan: Pra Analitik, analitik dan post
analitik
1.2.3 Mengetahui rencana tindakan keperawatan klien malaria
1.2.4 Mengetahui outcome keperawatan klien malaria
1.2.5 Mengetahui langkah-langkah tindakan pemeriksaan klien malaria
dengan pemeriksaan tetes tebal

1
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Bagaimana pengkajian keperawatan dengan klien malaria yang akan
dilaksanankan uji diagnostik?
1.3.2 Apa saja diagnose keperawatan : Pra analitik, analitik dan post analitik
klien malaria?
1.3.3 Bagaimana rencana tindakan keperawatan klien malaria?
1.3.4 Bagaimana Outcome keperawatan klien malaria?
1.3.5 Bagaimana langkah-langkah atau prosedur tindakan pada klien
malaria dengan pemeriksaan tets tebal?

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Malaria


Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik,
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia
dan splenomegali (Mansjoer. A, 2001).
Menurut Depkes (2007), Malaria adalah penyakit yang menyerang
manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan pengerat, yang
disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plsmodium dan mudah dikenali
dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.
Malaria adalah penyakit proozoa yang ditularkan kemanusia melalui
gigitan nyamuk anopheles, yang ditandai dengan demam, anemia, kekakuan,
spenomegali serta perjalanan yang tumbuh menahun (Harisson, 1999).
Berdasarkan beberapa pengertian malaria diatas maka disimpulkan,
bahwa malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa genus
plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles yang dapat menyerang
manusia, burung, kera, dan primata lainnya, ditandai dengan gejala demam,
anemia, dan splenomegali.
2.2 Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit malaria (yaitu suatu Protozoa
darah yang termasuk Genus plasmodium) yang dibawa oleh nyamuk
Anopheles. Ada 4 spesies Plasmodiu penyebab malaria pada manusia, yaitu
Plasmodium vivax, Plasmodium palcifarum, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale. Masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi
malaria yang berbeda-beda. Plasmodium vivax menyebabkan malaria
Vivax/Tertiana, Plasmodium palcifarum menyebabkan malaria
Palcifarum/Tropika, Plasmodium malariae menyebabkan malariae/Quartana,
Plasmodium ovale menyebabkan malaria Ovale (Prabowo, 2007).

3
2.3 Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni)
dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan
vertebrata termasuk manusia.
a. Fase aseksual
Fase aksesual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase
jaringan sporozoit masuk dalam aliran darah, ke sel hati dan berkembang
biak membentuk skizon hati yang mengandug ribuan merozoit proses ini
disebut skizogoni pra-eritrosit. Pada fase akhir fase ini skizon pecah dan
merozoit keluar dan masuk aliran darah disebut sporulasi pada
plasmodium vivax dan plasmodium ovale. Sebagian sporozoit
membentuk, hiprozoit dapat mengakibatkan relaps jaringan panjang.
Fase eritrosit mulai dan merozoit dalam darah menyeran eritrosit
membentk trotozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit-skizon-meozoit.
Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah
menjadi bentuk aseksual. Masa antara ermulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prevalen, sedangkan
masa tunas/inkubasi intrisik dimulai dari masuknya sporozoit dalam
badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
b. Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung nyamuk betina, benetuk ini
mengalami pematangan menjadi mikro dan makro gametosit dan
terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista
pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.
Patogenesis malaria ada 2 cara yaitu :
1. Alami mengalami gigitan nyamuk ke tubuh manusia
2. Induksi jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah
manusia melalui transfusi, suntikan atau pada bayi baru lahir melalui
plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital).

4
5
2.4 Masalah Klinis
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan :
a. Demam
Demam periodic yang berkaitan saat pecahnya skizon matang
(Sporulasi) pada malaria Tetenia (P. Vivax dan P. Ovale), pematangan
skizo tiap 48 jam maka periodalitas demamnya setiap hari ke-3,
sedangkan malaria kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam
dan periodalitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan ditandai dengan
beberapa serangan demam periodic. demam khas malaria terdiri atas 3
stadium yaitu :
1) Menggigil 15 menit sampai 1 jam
2) Puncak demam 2 sampai 6 jam
3) Berkeringat 2 sampai 4 jam
b. Spenomegali
Spenomegali merupakan gejala khas malaria konik, limpa
mengaami kongesti, menghitamkan dan mengalami keras karena
timbunan pigmen parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling
berat adalah anemia plasmodium falciparum. Anemia disebabkan oleh :
1) Penghancuran eritrosit yang berlebihan
2) Eritrosit normal tidak bias hidup lama
3) Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam
sumsum tuang belakang.
d. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar, malaria
laten adalah masa pasien diluar serangan demam. Periode ini terjadi bila
parasit tidak dapat diteukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit
masih bertahan dalam jaringan hati (Mansjoer, 2003).
2.5 Penatalaksanaan Malaria
a. Pencegahan penyakit malaria
1) Menghindari gigitan nyamuk malaria

6
Didaerah yang penderitanya sangat banyak, tindakan unuk
menghindari gigitan nyamuk sangat penting. Didaerah pedesaan atau
pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa, atau tambak ikan
(tempat ideal perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk
memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah,
terutama pada malam hari. Biasanya, nyamuk malaria mengigit pada
malam hari.
Sebaiknya, meraka yang tinggal didaerah endemis malaria
memasang kawat kasa dijendela dan ventilasi rumah, serta
menggunakan kelambu saat tidur. Masyarakat juga dapat memakai
minyak anti nyauk (mosquito repellent) saat tidur dimalam hari
untuk mencegah gigitan nyamuk malaria.
2) Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa
Untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa, dapat
dilakukan beberapa tindakan berikut ini :
a) Penyemprotan rumah
Sebaiknya penyemprotan rumah-rumah didaerah endemis
malaria dengan Insektisida dilaksaanakan dua kali dalam
setahun dengan interval waktu enam bulan.
b) Larvaciding
Merupakan kegiatan penyerotan rawa-rawa yang potensial
sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
c) Biological Control
Adalah kegiatan penyebaran ikan kepala timah (panchax-
panchax) dan ikan guppy/wader cetul (Lebistus reiculatus)
genangan-genangan air yang mengalir dan persawahan. Ikan
tersebut berfunngsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk
malaria.
3) Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria
Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam,
tergantung spesies nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup
dikawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan, atau

7
hidup diair bersih pegunungan. Didaerah endemis malaria, yaitu
daerah yang langganan terjangkit penyakit malaria, masyarakatnya
perlu menjaga kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang
terpelihara harus dibersihkan, parit-parit disepanjang pantai harus
ditutup, persawahan dengan aliran irigasi airnya harus dipastikan
mengalir dengan lancer, bekas roda yang tergenang air atau bekas
jejak kaki hewan pada tananh berlumpur yang berair harus segera
ditutup untuk mengurangi tempat perkembangbiakan larva nyamuk
malaria.
4) Pemberian obat pencegahan malaria
Pemberian obat pencegahan (profilksis) malaria bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi, serta timbulnya gejala-gejala penyakit
malaria. Orang yang akan bepergian ke daerah-daerah endemis
malaria harus minum obat antimalaria sekurang-kurangnya
seminggu sebelum keberangkatannya sampai empat minggu setelah
orang tersebut meninggalkan daerah endemis malaria.
Wanita hamil yang akan bepergian kedaerah endemis malaria
harus diperingatkan tentang resiko yang mengancam kehamilannya.
Sebelum bepergian, ibu hamil disarankan untu konsultasi ke klinik
atau rumah sakit dan mendapatkan obat antimalaria. Bayi dan anak-
anak yang berusia dibawah empat tahun dan hidup di daerah
endemis malaria harus mendapat obat antimalaria, karena tingkat
kematian pada bayi atau anak akibat infeksi malaria cukup tinggi.
5) Pemberian vaksin malaria
Pemberian vaksin malaria merupakan tindakan yang diharapkan
dapat membantu mencega infeksi malaria, sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat infeksi malaria
(Prabowo, 2007).
b. Pengobatan Malaria
Ada beberapa obat yang digunakan untuk pengobatan malaria.
Berikut ni penggolongan obat antimalaria.

8
1) Skozontisit jaringan primer yang membasmi parasit praretrosit, yaitu
yaitu proguinil, pirimontamin.
2) Skozontisit jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoritrosit,
yaitu primakulin.
3) Skozontisit darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina,
klorokuin, dan amodiakum.
4) Gamestoid yang menghancurkan bentuk seksual, primakui adalah
gametosit yang ampuh bagi keempat spesies. Gamestoid untuk
Plasmodium vivax, plasmodium malariae adalah kina, klorokuindan,
dan amodiakum.
5) Sporontosid mencegah gametosit dalam darah untuk membentuk
okista dan sporozoit dalam nyamuk anopheles yaitu primakuin dan
proguinil (Prabowo, 2007).
2.6 Komplikasi
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan dengan
malaria berat yang diakibatkan oleh P. Falciparum. Berikut beberapa
komplikasinya :
a. Malaria serebral
Coma yang tidak bisa dibangunkan dengan total GCS adalah kurang dari
sebelas yang terjadi 30 menit setelah kejang; yang tidak disebabkan oleh
penyakit lain.
b. Anemia berat
Dengan Hb < 5 gr % atau hematokrit < 15 % pada keadaan hitung parasit
> 10000.
c. Gagal ginjal akut
Dengan urin < 400 ml/ 24 jam pada orang dewasa atau < 12 ml/kg BB
pada anak-anak seteah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg %.
d. Oedema paru/ARDS
Dimana tekanan vena sentral normal dan pulmonary wedge pressure
menurun. Ditandai dengan pernapasan yang dalam dan cepat yakni > 35
kali/menit.
e. Hipoglikemia

9
Gula darah < 40 mg %. Ha ini disebabkan kebutuhan metabolik dar
parasit telah menghabiskan cadangan glikogen dalam hati.
f. Syok
Tekanan sistolik < 70 mmHg (anak 1-5 tahun < 50 mmHg) yang disertai
keringat dingin dengan perbedaan temperature kulit mukosa > 1 derajat.
g. Pendarahan spntan dari hidung, gusi, GIT, ata disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
h. Kejang berulang > 2x/24 jam setelah pendinginan pada hipertermia.
i. Asidemia
Ph < 7,25 atau asidosis (plasma bikarbonat < 15 mmol/L)
j. Makroskopik hemoglobinuri karena infesi malaria akut.
k. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler pada jaringan otak.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Tetes darah tebal/tipis ditemukan parasit malaria dalam eritrosit.

2. Pemeriksaan serologis
Titer 1 : 64 pada indirect immunofluroscence
b. Pemeriksaan Khusus
1. PCR (polymerase chain reaction)
2. ELISA (Enzyme Linked Immonosorben Assay)
3. Radiommunoassay (RIA)
c. Pemeriksaan Penunjang untuk Malaria Berat
1. Hb dan Ht
2. Hitung jumlah leukosit dan trombosit
3. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali
fosfate, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium,
analisis gas darah)
4. EKG
5. Foto toraks
6. Analisa caira cerebrospinal

10
7. Biakan darah dan uji serologi

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN MALARIA DENGAN
PEMERIKSAAN TETES TEBAL
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, agama, tanggal
MRS, diagnose medis, keluarga yang dapat dihubungi, catatan
keberangkatan, MR.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya klien dengan penyakit malaria datang ke Rumah Sakit
dngan keluhan demam, tidak mau makan, kepala terasa pusing, perut
bagian atas terasa sakit, terasa mual dan ingin muntah.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien yang menderita penyakit malaria pada saat dilakukan
pengkajian keluhan yang dirasakan oleh klien adalah masih terasa
demam, lemas, mual, tidak mau makan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien yang mengalami penyakit malaria mempunyai
riwayat pernah mengalami penyakit malaria sebelumnya, dan pernah
dirawat di Rumah Sakit atau berobat dengan gejala atau penyakit
yang sama.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien yang menderita penyakit malaria ini, didalam
keluarganya juga ada yang menderita penyakit malaria.
3. Dasar Data Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Keletihan, kelemahan, malaise umum.
Tanda:
Takikardi, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

11
b. Sirkulasi
Tanda :
Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan
cepat (fase demam) kuli hangat, diuresis (diaphoresis) karena
vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,
penurunan aliran darah.
c. Eliminasi
Gejala :
Diare atau konstipasi, penurunan haluaran urine.
Tanda :
Distensi abdomen.
d. Makanan dan Cairan
Gejala :
Anoreksia mual dan muntah.
Tanda :
Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan penurunan
masa otot. Penurunan haluaran urine, konsentrasi urine.
e. Neuro Sensori
Gejala :
Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda :
Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi delirium atau koma.
f. Pernapasan
Gejala :
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda :
Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan.
g. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :
Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol,
riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/prosedur invasif,
luka traumatik.

12
13
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Pra Analitik

Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa bingung, tampak


gelisah dan tampak tegang

2. Analitik

Nyeri akut b.d prosedur pencederaan fisik d.d mengeluh nyeri

3. Post Analitik

Resiko infeksi b.d tindakan invasive d.d luka setelah penusukan lancet

14
Tujuan dan
No Diagnose Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Ansietas b.d NOC: NIC: a. Kecemasan
kurang Setelah dilakukan a. Jelaskan klien berkurang
terpapar perawatan 5 semua b. Dengan
informasi d.d menit kecemasan prosedur dan ditemani
merasa klien berkurang sensasi yang perawat
bingung, dengan: akan dirasakan kecemasan
tampak gelisah a. Klien yang mungkin klien sedikit
dan tampak Nampak akan dialami berkurang
tegang tenang klien selama c. Dengan
b. Klien prosedur mendengarkan
mengatakan b. Berada di sisi membuat klien
rasa takutnya klien untuk percaya dengan
berkurang meningkatka prosedur yang
c. Klien n rasa aman akan dilakukan
mengatakan dan nyaman
siap untuk c. Dengarkan
dilakukan klien
tindakan d. Kaji tingkat
d. Pengetahuan pengetahuan
klien dan pasien dan
keluarga keluarga
terhadap
penyakit

2. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan a. Kaji tingkat a. Membantu


prosedur tindakan nyeri, durasi, menentukan
pencederaan keperawatan lokasi dan pilihan
fisik d.d selama 5 menit intensitas intervensi dan
mengeluh klien dapat b. Observasi memberikan
nyeri mengontrol nyeri ketidaknyaman dasar untuk
dengan kriteria an non verbal perbandingan
hasil : c. Gunkan dan evaluasi
a. Klien strategi terhadap terapi
mengatakan komunikasu b. Perilaku non
nyeri terapeutik verbal
berkurang d. Ciptkan menunjukkan
b. Wajah klien suasana ketidaknyamana
tenang tidak lingkungan n klien terhadap
Nampak yang tenang nyeri
menahan sakit e. Kolaborasi c. Komunikasi
dengan dokter terapetik dapat
untuk menenangkan
pemberian klien
analgetik d. Lingkungan
tenang dapat

15
mengurangi
factor-faktor
stress selama
nyeri
e. Analgetik dapat
mengurangi
rasa nyeri yang
dirasakan klien
3. Resiko infeksi NOC : NIC: 1. Proteksi
b.d tindakan Control infeksi Proteksi infeksi diri dari
invasive d.d Control resiko, a. Monitor infeksi
luka setelah Setelah diberikan tanda dan 2. Proteksi
penusukan perawatan selama gejala infeksi diri dari
lancet x 24 jam tidak b. Pantau hasil infeksi
terjadi infeksi laboratorium 3. Proteksi
sekunder dengan: c. Amati fakor- diri dari
Indicator: faktor yang infeksi
1. Bebas dari bias
tanda-tanda meningkatka
infeksi n infeksi
2. Klien NIC
mengatakan Kontrol infeksi
mengetahui 1. Ajarkan
tanda-tanda tekhnik
gejala infeksi mencuci
tangan 1. Mencegah
2. Ajarkan infeksi
tanda-tanda skunder
infeksi 2. Proteksi diri
3. Instruksikan dari infeksi
pada dokter 3. Proteksi diri
bila ada tanda dari infeksi
infeksi
Aktifitas
1. Cuci tangan 1. Mencegah
sebelum dan infeksi
sesudah nosocomial
merrawat Px 2.Mencegah
2. Pastikan terjadinya
penanganan infeksi
antiseptic
pada daerah
penusukan

16
SOP PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA (TETES TEBAL)

1. Pengertian
Pemeriksaan Parasit Malaria adalah pemeriksaan darah penderita yang diduga
malaria, baik secara pemeriksaan mikroskopik atau pemeriksaan cepat dengan
Rapid Diagnosttik Test (RDT). Penderita dinyatakan menderita positif
malaria apabila pada pemeriksaan secara mikroskopik diteukan Plasmodium
sp. Dalam darahnya atau apabila RDT positive.
2. Tujuan
a. Menemukan dan mengidentifikasi parasit malaria didalam sedian darah
tepi.
3. Prosedur
A. Alat
1) Lancet/Autoclic
2) Kaca objek yang bersih, kering dan bebas lemak
3) Kapas alcohol
B. Lokasi
1) Pada orang dewasa biasanya pada ujung jari manis atau jari tengah
dibagian tepi.
2) Pada bayi dan anak kecil, pada bagian tumit atau ibu jari kaki dibagian
pinggir.
C. Cara Kerja
1) Cara Pengambilan Darah:
1. Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alcohol, biarkan kering.
2. Tusuk dengan lancet steril sedalam ± 3 mm, harus keluar
sendirinya tanpa harus diperas.
3. Tetesan darah pertama dihapus dengan kapas kering. Tunggu
sampai darah keluar lagi.
4. Sentuhkan tetesan darah tersebut pada 2 kaca objek. Kaca objek
yang pertama dengan 2 tetesan darah, disebelah kiri dan sebelah
kanan. Kaca objek kedua dengan 1 tetes darah tetesan ± 2 cm dari
tepi kaca objek.

17
2) Pembuatan Sediaan
a) Sediaan Darah Tebal
1. Letakkan kaca objek dengan 2 tetes darah tadi diatas meja
dengan tetesan darah menghadap keatas.
2. Abil kaca objek yang lain, tempelkan ujungnya pada tetesan
darah yang pertama dan lebarkan berlawanan arah jarum jam
sampai diameter ± 1 cm.
3. Biarkan sampai kering diatas rak pengering kemudian
diberikan Noer/Kode pada sediaan.
3) Pewarnaan Sediaan
1. Sediaan darah yang sudah kering difiksasi dengan methanol.
Jangan sampai terkena sediaan daah tebal.
2. Letakkan padarak pewarna dengan posisi darah berada datas.
3. Siapkan larutan Giemsa dengan mencampur dengan mencampur
3 cc giemsa stock dan 97 cc larutan buffer.
4. Tuangkan larutan giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh
permukaan objek glass. Biarkan selama 30 – 45 menit.
5. Tuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi objek glass
sampai larutan giemsa yang terbuang menjadi jernih. Angkat dan
keringkan sediaan darah, setelah kering sediaan darah siap untuk
diperiksa.
6. Pada saat darurat dapa dipakai pewarnaan cepat dengan
perbandingan 2 tetes giemsa stock ditambah 1 ml larutan buffer
selama 15 menit. Dalam hal ini pewarnaan standar tetap
dilakukan.
D. Cara Pemeriksaan Sediaan
1) Sediaan yang sudah diwarnai dan sudah kering diletakkan di bawah
mikroskop.
2) Teteskan 1 tetes oil emersi pada sediaan darah diperiksa dengan
perbesaran 10x kemudian 100x dengan oil emersi. Carilah gambaran
parasit malaria.

18
3) Pemeriksaan dilakukan secara zig-zag. Pemeriksaan rutin tetes tebal
dinyatakan Negative bila tidak ditemukan parasit pada 200 lapang
pandang.
E. Nilai Normal
Penemuan parasit malaria dilaporkan dengan menggunakan symbol
sebagai berikut:
1) Plasmodium falciparum hanya bentuk cincin dilaporkan: Pl. F
2) Plasmodium falciparum bentuk cincin dan gametosit : Pl. F+g
3) Plasmodium falciparum bentuk gametosit dilaporkan : Pl. Fg
4) Plasmodium vivax untuk semua stadium dilaporkan : Pl. V
5) Plasmodium malariae untuk semua stadium dilaporkan : Pl. M
6) Plasmodium campuran dilaporkan : Pl. MIX
7) Tidak ditemukan parasit : Negative
Dapat juga dilaporkan dengan menulis nama Spesies dan Stadium secara
lengkap.

Sistem perhitungan parasit secara sederhana :


1. + = 1 sampai 10 parasit dalam 100 lapang pandang SD tebal
2. ++ = 11 sampai 100 parasit dalam 100 lapang pandang SD
tebal
3. +++ = 1 sampai 10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebl
4. ++++ = > 10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal

19
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa
genus plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk anopheles yang dapat
menyerang manusia, burung, kera, dan primata lainnya, ditandai dengan
gejala demam, anemia, dan splenomegali. Pada klien dengan Malaria ada
bebrapa uji laboratorium yang harus dilaksanakan salah satunya yakni
pemeriksaan tetes tebal. Pemeriksaan ini sangat dibutuhkan untuk
menegakkan diagnose yang dialami.
Pada pemeriksaan diagnostic kebanyakan pasien mengalami kecemasan,
sehingga diagnose baru muncul salah satunya yaitu kecemasan. Maka dari itu
perawat mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan yang berbentuk
intervensi untuk membuat pasien rileks. Selain cemas nyeri dan resiko infeksi
merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh perawat agar pasien dapat
terhindar dari resiko tersebut.
Pemeriksaan tetes tebal ini sangat berpengaruh dalam penegak diagnose
maka dari itu perwat wajib memperhatikan dengan baik tanggung jawab nya
dan berhati-hati untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan diagnostic.

4.2 Saran

Mahasiswa harus mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada klien


Malaria, pemeriksaan digunakan untuk menegakkan diagnose. Mahasiswa
juga harus memahmai hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum, saat, dan
sesudah dilakukannya prosedur pemeriksaan diagnostic.

20
DAFTAR PUSTAKA

Saferi Wijaya, Andra dan Yessie Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan
Medika Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.

Soedarto. 2011. Malaria. Jakarta : CV Sagung Seto.

21

Anda mungkin juga menyukai