Anda di halaman 1dari 20

1 Sejarah Elektroensefalografi

Richard Caton (1842-1926), seorang dokter yang bekerja di Liverpool,


memperkenalkan temuan tentang fenomena listrik dari belahan otak kelinci dan
monyet dalam British Medical Journal pada 1875. Pada tahun 1890, Adolf Beck,
seorang ahli fisiologi,menerbitkan penelitiannya mengenai aktivitas listrik
spontan dari otak kelinci dan anjing termasuk tentang perubahan osilasi ritmik
dengan bantuan cahaya. 1,2

Seorang fisiolog dan psikiater dari Jerman yang bernama Hans Berger
(1873-1941), yang bekerja di kota Jena, memulai studinya mengenai EEG pada
manusia di tahun 1920. Hans melanjutkan penelitian sebelumnya oleh Richard
Caton, Hans Berger kemudian , mengumumkan bahwa sangatlah mungkin untuk
merekam arus listrik yang lemah yang dihasilkan oleh otak, tanpa membuka
tengkorak, dan hasilnya dapat dilihat di kertas. Hans menamakan format
perekaman penemuannya dengan nama elektroensefalogram. Karyanya kemudian
dikembangkan oleh Edgar Douglas Adrian. Pada tahun 1934. Fisher dan
Lowenback merupakan orang pertama yang menunjukkan gambaran lonjakan
epileptiform. Selanjutnya, pada tahun 1936, Jasper Gibbs melaporkan lonjakan
interiktal sebagai tanda fokus epilepsi. Pada tahun yang sama, laboratorium EEG
pertama dibuka di Massachusetts General Hospital. 2,3

Offner Franklin (1911-1999), profesor biofisika di Northwestern


University mengembangkan sebuah prototipe dari EEG yang tergabung dalam
inkwriter piezoelektrik yang disebut Crystograph (seluruh perangkat ini biasanya
dikenal sebagai Dynograph Offner). Pada tahun 1947, society EEG Amerika
didirikan dan kongres pertama EEG Internasional diadakan. Pada tahun 1953
Aserinsky dan Kleitmean menjelaskan mengenai gelombang REM saat tidur.

Terkesan dengan berbagai kemungkinan untuk membangun peta


bidimensional menyangkut aktivitas EEG di atas permukaan otak maka pada
tahun 1950, William Grey Walter mengembangkan topografi otak dengan nama
toposkop. Alat ini memungkinkan untuk melakukan pemetaan aktivitas listrik di
permukaan otak. Toposcope adalah suatu alat yang kompleks. Toposcope
mempunyai 22 tabung sinar katoda (yang serupa dengan tabung TV), masing-
masing di antara tabung sinar katoda itu dihubungkan ke sepasang elektroda yang
dipasang ke tengkorak.. Elektroda diatur di dalam suatu susunan geometri,
sehingga masing-masing tabung bisa melukiskan intensitas dari beberapa irama
yang menyusun EEG di dalam area otak tertentu. Susunan tabung CRT ini,
sedemikian rupa sehingga display phosphorescent spiral menunjukkan secara
serempak irama yang menunjukkan bagian tertentu dari otak.

2. Pengertian EEG

Electroencephalogram ( EEG) adalah suatu test untuk mendeteksi kelainan


aktivitas elektrik otak. Sedangkan menurut dr. Darmo Sugondo membedakan
antara Electroencephalogram dan Electroencephalografi. Electroencephalografi
adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak dengan alat pencatatan yang peka
sedangkan grafik yang dihasilkannya disebut Electroencephalogram. Jadi
Aktivitas otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam melalui kulit kepala
disebut Elektro-Ensefalografi (EEG). Amplitudo dan frekuensi EEG bervariasi,
tergantung pada tempat perekaman dan aktivitas otak saat perekaman.6,7

Saat subyek santai, mata tertutup, gambaran EEG nya menunjukkan


aktivitas sedang dengan gelombang sinkron 8-14 siklus/detik, disebut gelombang
alfa. Gelombang alfa dapat direkam dengan baik pada area visual di daerah
oksipital. Gelombang alfa yang sinkron dan teratur akan hilang, kalau subyek
membuka matanya yang tertutup. Gelombang yang terjadi adalah gelombang beta
(> 14 siklus/detik). Gelombang beta direkam dengan baik di regio frontal,
merupakan tanda bahwa orang terjaga, waspada dan terjadi aktivitas mental.
Meski gelombang EEG berasal dari kortek, modulasinya dipengaruhi oleh
formasio retikularis di subkortek.

Formasio retikularis terletak di substansi abu otak dari daerah medulla


sampai midbrain dan talamus. Neuron formasio retikularis menunjukkan
hubungan yang menyebar. Perangsangan formasio retikularis midbrain
membangkitkan gelombang beta, individu seperti dalam keadaan bangun dan
terjaga. Lesi pada formasio retikularis midbrain mengakibatkan orang dalam
stadium koma, dengan gambaran EEG gelombang delta. Jadi formasio retikularis
midbrain merangsang ARAS (Ascending Reticular Activating System), suatu
proyeksi serabut difus yang menuju bagian area di forebrain. Nuklei reticular
thalamus juga masuk dalam ARAS, yang juga mengirimkan serabut difus
kesemua area di kortek serebri.

ARAS mempunyai proyeksi non spesifik dengan depolarisasi global di


kortek, sebagai kebalikan dari proyeksi sensasi spesifik dari thalamus yang
mempunyai efek eksitasi kortek secara khusus untuk tempat tertentu. Eksitasi
ARAS umum memfasilitasi respon kortikal spesifik ke sinyal sensori spesifik dari
thalamus. Dalam keadaan normal, sewaktu perjalanan ke kortek, sinyal sensorik
dari serabut sensori aferen menstimulasi ARAS melalui cabang-cabang kolateral
akson. Jika sistem aferen terangsang seluruhnya (suara keras, mandi air dingin),
proyeksi ARAS memicu aktivasi kortikal umum dan terjaga.

Gambar 1. Perangkat EEG

3. Tujuan EEG

Kalangan kedokteran menggunakan sinyal EEG untuk diagnosa penyakit


yang berhubungan dengan kelainan otak dan kejiwaan. Walaupun penggunaan
teknik modern seperti CT Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat
memeriksa otak, namun EEG tetap berguna mengingat sifatnya yang non-
destruktif, dapat digunakan secara on line dan sangat murah harganya
dibandingkan kedua metoda. Disamping keunggulan lain, sinyal EEG dapat
mengidentifikasi kondisi mental dan pikiran, serta menangkap persepsi seseorang
terhadap rangsangan luar.

4. Indikasi EEG

EEG dilakukan untuk :

1. Mendiagnosa dan mengklasifikasikan Epilepsi

2. Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak,


Parkinson

3. Mendiagnosa Lesi desak ruang lain

4. Mendiagnosa Cedera kepala

5. Periode keadaan pingsan atau dementia

6. Narcolepsy

7. Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia


umum perawatan

8. Mengetahui kelainan metabolik dan elektrolit

Sebagai tambahan EEG juga dapat digunakan untuk membantu dalam


memonitoring beberapa tindakan seperti :

1. Untuk memantau kedalaman proses anestesi

2. Sebagai indicator langsung dari perfusi otak pada endarterektomi karotis

3. Monitoring efek amobarbital selama tes WADA

4. Untuk monitoring kerusakan otak sekunder pada SAH.

5. Persiapan Pasien
Sebelum melakukan tindakan EEG, maka pasien ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan, diantaranya yaitu :

1. Identitas penderita harus dicatat lengkap

2. Tingkat kesadaran penderita harus dicatat, untuk menghindari salah


interpretasi EEG

3. Obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus diidentifikasi, oleh karena


beberapa obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi frekuensi
maupun bentuk gelombang otak. -Saat terbaik perekaman adalah pada saat
bebas obat sehingga gelombang otak yang didapat adalah gelombang otak
yang bebas dari pengaruh obat

4. Premedikasi, dosis dan berapa lama sebelum perekaman harus


diidentifikasi dengan jelas.

5. Pasien dalam keadaan tenang dan rileks

6. Kulit kepala dalam keadaan bersih, bebas kotoran, debu, minyak dan kulit
yang mati. sampolah rambut serta membilas dengan air bersih saat mandi
sore atau pagi hari sebelum di lakukan test

7. Perhatikan adanya bekas luka, bekas kraniotomi

8. Hindari makanan yang mengandung kafein ( seperti kopi, teh, cola, dan
coklat) sedikitnya 8 jam sebelum test. Makanlah dalam porsi kecil
sebelum test, sebab gula darah rendah ( hypoglycemia) dapat
menghasilkan test abnormal

9. Tidur dapat mempengaruhi hasil EEG maka ushakan agar pasien tidak
tertidur saat dilakukan test, jika anak-anak akan di EEG coba untuk tidur
sebentar tepat sebelum dilakukan test

10. Penyuluhan penderita sebelum perekaman tentang tujuan dilakukannya


EEG, apa yang dilakukan teknisi terhadap dirinya sebelum dan saat
perekaman, apa yang harus dilakukan penderita saat perekaman dan apa
yang akan dirasakan oleh penderita saat perekaman

11. Identifikasi hasil neuroimaging yang sudah dilakukan.

6. Sinyal Electroencephalogram (EEG)

Pada pembacaan hasil EEG perlu diperhatikan :

1. Lokasi / distribusi

2. Frekuensi

3. Pola / gambaran khas

4. Usia

5. Bangun

6. Tidur

Sinyal EEG dapat diketahui dengan menggunakan elektroda yang


dilekatkan pada kepala. Tegangan sinyalnya berkisar 2 sampai 200 μV, tetapi
umumnya 50 μV. Frekuensinya bervariasi tergantung pada tingkah laku. Daerah
frekuensi EEG yang normal rata-rata dari 0,1 Hz hingga 100 Hz, tetapi biasanya
antara 0,5 Hz hingga 70 Hz. Variasi dari sinyal EEG yang terkait dengan
frekuensi dan amplitudo mempengaruhi diagnostik. Daerah frekuensi EEG dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian untuk analisis EEG, yaitu :

1. Gelombang di posterior :

a. Gelombang Alpha

Gelombang alfa mempunyai frekwensi 8-12 siklus per detik. Gelombang alfa
terlihat normal pada saat bangun dan mata tertutup (tidak tertidur)

Distribusi : bagian posterior kepala (oksipital, parietal dan temporal posterior)


dapat meluas ke sentral, verteks dan midtemporal
Karakteristik : sinusoidal, waxes and wanes, Amplitudo : 20 – 70 uV ( Ka>Ki)

Reaktivitas : Amplitudo berkurang saat buka mata, aktivitas mental sedangkan


frekuensi berkurang saat mengantuk

Anak : Frekuensi tergantung usia

3-4 bln : 3.5 – 4.5 Hz 3 thn : 8 Hz

12 bln : 5 – 6 Hz 9 thn : 9 Hz

24 bln : 7 Hz 15 thn: 10 Hz

b. Gelombang lambda

Karakteristik : dapat terlihat saat bangun, buka mata, polaritas positif, asimetri
(normal), di daerah oksipital, jelas terlihat usia 2 – 15 thn, dan jarang terlihat
pada usia tua . Gelombang Lambda mempunyai amplitudo : 20 – 50 uV .

Reaktivitas : gelombang ini tampak jika melihat suatu objek,dan menghilang saat
tutup mata.

c. Gelombang Mu

Gelombang ini sering disebut juga comb rhythm, rolandic alpha. Frekuensi
seperti Alpha (8-10 Hz) terdapat pada 20 % orang dewasa, sering pada usia 8 – 16
tahun dan lokasinya di daerah sentral, dapat tampak unilateral atau bilateral.

Karakteristik : Bentuk lengkung, amplitudonya 20 – 60 uV, gelombang ini akan


menurun frekuensinya atau hilang dengan gerakan aktif, pasif atau stimulus taktil
kontralateral, maupun berpikir tentang gerakan. Gelombang ini berasal dari
korteks sensorimotor.

d. Gelombang Beta

Gelombang Beta mempunyai suatu frekwensi 13-30 siklus per detik.


Gelombang ini secara normal ditemukan ketika siaga atau menjalani pengobatan
tertentu, seperti benzodiazepines atau pengobatan anticonvulsants. Distribusi
terutama frontal dan central dengan amplitudo : 10 – 20 uV (dewasa) dan 60 uV
(anak usia 12-18 bulan). Gelombang Beta dapat lebih jelas terlihat saat
mengantuk, maupun atas pengaruh obat-obatan (barbiturat, benzodiazepin).
Perbedaan amplitude kanan dan kiri lebih dari 35 % merupakan suatu
abnormalitas

e. Gelombang Theta

Gelombang Theta mempunyai frekuensi : 4 – 7 Hz, di daerah frontal atau fronto-


central (tutup mata) , dan Temporal (4 – 7 Hz) biasanya pada orang
tua .Gelombang theta jelas terlihat saat hiperventilasi,mengantuk dan tidur.
Amplitudo : 30 – 80 uV

f. Gelombang Delta

Gelombang delta mempunyai suatu frekwensi kurang dari 3 siklus per detik.
Gelombang secara normal ditemukan hanya pada saat sedang tidur dan anak-anak
muda

2. Aktivasi

Selama pemeriksaan EEG, dilakukan aktivasi yang bertujuan untuk


mempermudah mendapatkan gambaran EEG yang khas maupun yang abnormal.
Aktivasi yang digunakan adalah Hiperventilasi dan stimulasi fotik.

Hiperventilasi

Aktivasi ini digunakan untuk melihat gambaran EEG pada kejang bentuk
Lena (absance). Saat hiperventilasi pasien di suruh untuk nafas dalam, anak –
anak biasanya disuruh untuk meniup balon, atau kertas. Lama hiperventilasi ini 3
menit, tetapi bila kemumngkinan kejang bentuk lena, dilakukan selama 5 menit.
Gambaran normal akan terlihat gelombang lambat yang menyeluruh (Theta
sampai Delta). Hati-hati bila dilakukan pada pasien usia tua, kelainan
serebrovaskuler, tumor otak dan tekanan tinggi intra krani
Stimulasi Fotik.

Saat rekaman EEG diberikan stimulasi cahaya dengan frekuensi 1 – 20


kali / detik. Respon yang akan didapat adalah photic driving yang terlihat di
bagian oksipital bilateral. Bila photic driving tidak ada, tidak dikatakan bahwa
abnormal.

3. EEG Saat Tidur

Pada rekaman EEG diperlukan gambaran EEG saat bangun maupun saat
tidur. Rekaman EEG saat tidur dapat ditemukan gelombang yang abnormal,
karena itu di dalam setiap rekaman EEG diusahakan pasien dapat tidur.
Gelombang Normal saat tidur perlu dikenali oleh para pembaca EEG, agar tidak
keliru dengan gelombang yang abnormal.

a. Gelombang Verteks ( gelombang)

Amplitudo maksimum di Central, monofasik, durasi 100 – 200 msec, amplitudo :


40 – 100 uV, terlihat pada saat tidur stadium 1. Pada anak mulai terlihat saat usia
5 bulan.

b. Gelombang K Kompleks

Komponen gelombang sharp (gelombang tajam) diikuti gelombang lambat yang


menyeluruh, maksimum di Fronto-central, bifasik , durasi lebih atau sama dengan
500 msec, amplitudo lebih dari 100 µV, bersamaan dengan spindle, merupakan
respon terhadap rangsang sensorik yang tiba-tiba (suara, dibangunkan), tampak
saat tidur stadium 2.

c. Gelombang Spindel

Frekuensi : 14 – 15 Hz, bilateral, sinkron, ritmis, terutama di Verteks, sentral juga


Frontal. Pada anak usia 2 bulan dapat asinkron dan asimetris, tetapi saat anak
berusia 18 bulan gel spindel sinkron bilateral, dan saat usia 2 tahun, sudah seperti
dewasa. Durasi 0.5 – 1 detik, jelas terlihat saat tidur stadium 2.
d. Gelombang Post

Gelombang tajam, monofasik dengan amplitudo : 20 – 70 µV, merupakan


gelombang positif dengan distribusi di oksipital bilateral, snkron, frekuensi 4-5
Hz, dan terlihat saat tidur stadium 1.

e. Hipnagogik Hipersinkroni

Saat transisi tidur – bangun berupa akktivitas Theta – delta, dengan amplitudo
tinggi, menyeluruh, maksimum di fronto-central, sinkron, ritmik. Terutama anak
usia 1-5 thn, jarang setelah 11 thn.

Tidur Stadium 1

Aktivitas Beta meningkat di Fronto-central dan tampak pula aktivitas Theta di


posterior dan temporal. Gelombang Verteks dan POSTs juga terlihat

Tidur Stadium 2

Gelombang yang tanpak saat tidur stadium 1 adalah : Spindel, K kompleks, Beta
di fronto-central, aktivitas theta di posterior dan temporal, dijumpai gelombang
Vertex, POSTs. Aktivitas alpha tidak terlihat.

Tidur Stadium 3 Dan 4

Pada tidur stadium 3, 20 – 50 % terdiri dari gelombang dgn frekuensi < 2 Hz,
amplitude > 75 µV. Pada tidur stadium 4, lebih dari 50 % terdiri dari gelombang
dengan frekuensi kurang dari 2 Hz, tampak pula gelombang Spindel, dan K
kompleks. Tidak tampak gelombang Alpha , gelombang verteks dan POSTs .

7. Prinsip Kerja dari EEG


Elektroda EEG ukurannya lebih kecil daripada elektroda ECG. Elektroda
EEG dapat diletakkan secara terpisah pada kulit kepala atau dapat dipasang pada
penutup khusus yang dapat diletakkan pada kepala pasien.

Untuk meningkatkan kontak listrik antara elektroda dan kulit kepala


digunakan elektroda jelly atau pasta. Bahan elektroda yang umumnya digunakan
adalah perak klorida. EEG direkam dengan cara membandingkan tegangan antara
elektroda aktif pada kulit kepala dengan elektroda referensi pada daun telinga atau
bagian lain dari tubuh. Tipe merekam ini disebut monopolar. Tetapi tipe merekam
bipolar lebih populer dimana tegangan dibandingkan antara dua elektroda pada
kulit kepala.

Berikut ini diperlihatkan blok diagram dari peralatan EEG.

a. Amplifier

Amplifier digunakan karena EEG harus memiliki penguatan yang tinggi dan
karakteristik noise yang rendah sebab amplitudo tegangan EEG sangat rendah.
Amplifier yang digunakan harus bebas dari interferensi sinyal dari kabel listrik
atau dari peralatan elektronik yang lain. Noise sangat berbahaya di dalam kerja
EEG karena gelombang elektroda yang dilekatkan pada kulit kepala hanya
beberapa mikrovolt ke amplifier. Amplifier digunakan untuk meningkatkan
amplitudo hingga beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali dari sinyal yang lemah
yang hanya beberapa mikrovolt.

b. Kontrol Sensitivitas

Keseluruhan sensitivitas dari sebuah alat EEG adalah penguatan dari amplifier
dikalikan dengan sensitivitas dari alat penulisan. Jika sensitivitas alat penulisan
adalah 1 cm/V, amplifier harus mempunyai keseluruhan penguatan 20.000 untuk
50 μV sinyal untuk memantulkan untuk menghasilkan nilai penguatan diatas.
Langkah-langkahnya adalah kapasitor digabungkan. Sebuah alat EEG mempunyai
dua tipe dari kontrol penguatan. Pertama adalah variabel kontinu dan digunakan
untuk menyamakan sensitivitas semua channel. Kedua adalah kontrol beroperasi
sejalan dan dimaksudkan untuk meningkatkan atau mengurangi sensitivitas dari
suatu channel oleh sesuatu yang dikenal. Kontrol ini biasanya dikalibrasi dalam
desibel. Penguatan amplifier normalnya diset sehingga sinyalnya sekitar 200 μV
dipantulkan pena diatas daerah linearnya.

c. Filter

Ketika direkam oleh elektroda, EEG mungkin berisi kerusakan otot dalam
kaitannya dengan kontraksi dari kulit kepala dan otot leher. kerusakannya besar
dan tajam sehingga menyebabkan kesulitan besar dalam klinik dan interpretasi
otomatis EEG. Cara paling efektif untuk mengurangi kerusakan otot adalah
dengan menyarankan pasien untuk rileks, tapi ini tidak selalu berhasil. Kerusakan
ini umumnya dihilangkan menggunakan low pass filter. Filter pada alat EEG
mempunyai beberapa pilihan posisi yang biasanya ditandai dengan tetapan waktu.
Suatu nilai satuan tetapan waktu yang diset untuk kontrol frekuensi rendah adalah
0,03; 0,1; 0,3; dan 1,0 detik. Tetapan waktu ini sesuai dengan 3 dB menunjuk
pada frekuensi 5,3; 1,6; 0,53; dan 0,16 Hz. Di atas frekuensi cut-off dan dikontrol
dengan filter high-frekuensi. Beberapa nilai dapat dipilih, diantaranya adalah 15,
30, 70, dan 300 Hz.

d. Sistem Penulisan

Sistem penulisan pada EEG umumnya menggunakan sistem ink writing tipe
direct-writing ac recorder yang menyediakan respon frekuensi hingga 60 Hz pada
40 mm puncak ke puncak. Tipe umum dari direct-recorder adalah tipe stylus yang
langsung menulis pada kertas yang digerakkan di bawahnya. Pada umumnya di
dalam sistem direct-writing recorder, digunakan galvanometer yang mengaktifkan
lengan penulis yang disebut pen atau stylus. Mekanismenya dimodifikasi dari
pergerakan D’Arsonval meter.
Sebuah kumparan dari kawat tipis berputar pada suatu bingkai aluminium
segi-empat dengan ruang udara antara kutub suatu magnet permanen. Poros baja
yang dikeraskan dikaitkan dengan bingkai kumparan sedemikian sehingga
kumparan berputar dengan friksi minimum. Paling sering, jewel dan poros
digantikan oleh taut-band sistem. Suatu pen ringan terikat dengan kumparan.
Spring berkait dengan bingkai mengembalikan pen dan kumparan selalu ke suatu
titik acuan. Ketika listrik mengalir sepanjang kumparan, suatu medan magnet
timbul yang saling berhubungan dengan medan magnet dari magnet permanen.
Hal itu menyebabkan kumparan mengubah sudut posisinya seperti pada suatu
motor listrik. Arah perputaran tergantung dari arah aliran arus di dalam kumparan.
Besar defleksi dari pen adalah sebanding dengan arus yang mengalir melalui
kumparan.

Penulisan stylus dapat mempunyai tinta di ujungnya atau dapat


mempunyai suatu ujung yang menjadi kontak dengan suatu sensitif elektro,
tekanan yang sensitif atau panas kertas sensitif. Jika suatu penulisan lengan dari
panjang yang ditetapkan digunakan, sumbu koordinat akan menjadi kurva. Dalam
rangka mengkonversi kurva linier dari ujung penulisan ke dalam kurva gerak
lurus, berbagai mekanisme telah dipikirkan untuk mengubah panjang efektif dari
lengan penulisan sehingga bergerak ke tabel perekaman. Instrumen taut-band
lebih disukai dibandingkan dengan instrumen poros dan jewel karena lebih
menguntungkan untuk meningkatkan sensitivitas listrik, mengeliminasi friksi,
lebih baik pengulangannya dan meningkatkan daya tahannya.

e. Noise

Amplifier EEG dipilih untuk level minimum derau yang dinyatakan dalam kaitan
dengan ekuivalen tegangan masuk. Dua mikrovolt sering dinyatakan dapat
diterima oleh perekam EEG. Noise berisi komponen dari semua frekuensi dan
perekaman noise dapat meningkatkan bandwith dari sistem. Oleh karena itu,
penting untuk membatasi bandwith yang dibutuhkan untuk menghasilkan sinyal.
f. Penggerak Kertas

Hal ini disediakan oleh suatu motor sinkron. Sebuah mekanisme penggerak kertas
yang stabil dan akurat perlu dan normal untuk mempunyai beberapa kecepatan
kertas yang tersedia untuk dipilih. Kecepatan pada 15, 30, dan 60 mm/s penting.
Beberapa mesin juga menyediakan kecepatan di luar daerah ini.

Saluran

EEG direkam secara serempak dari sebuah susunan yang terdiri atas
banyak elektroda. Elektroda dihubungkan untuk memisahkan amplifier dan sistem
penulisan. Mesin EEG komersial dapat memiliki sampai 32 saluran, walaupun 8
atau 16 saluran lebih umum.

Sebelum melakukan prosedur perekaman EEG sebaiknya diketahui


Standard Minimal. Perekaman EEG menurut The American EEG Society
Guidelines in EEG, yaitu memakai minimal 16 channel/elektrode pencatat yang
bekerja secara simultan. Setiap area di otak bisa memberikan pola yang sama atau
berbeda pada waktu yang bersamaan, dan menurut pengalaman diperlukan
perekaman pada minima l8 area di otak secara simultan untuk mendapatkan
distribusi pola EEG. Perekaman dengan 8 channel secara simultan diperkirakan
cukup mencakup permukaan otak untuk menghindari misinterpretasi. Semua
elektroda ini harus mencakup area frontal, central, parietal, oksipital, temporal,
auricular atau mastoid, vorteks dan elektroda ground. Kedua system monopolar
(referensial) dan bipolar (diferensial) harus digunakan secara rutin. Setiap system
montage mempunyai keunggulan dan kekurangan, sehingga penggunaan kedua
system sekaligus adalah esensial untuk mendapatkan informasi yang akurat. Di
dalam pelaksanaan EEG, harus ada prosedur buka tutup mata. Aktifitas alfa dapat
memberi informasi tentang fungsi abnormal otak. Aktifitas paroksismal dapat pula
dicetuskan oleh prosedur ini. Mesin EEG harus dikalibrasi di awal dan di akhir
rekaman. Perubahan setting alat selama perekaman harus dicatat. Lama
perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar. Bila ada prosedur stimulasi
fotik, hiperventilasi dan tidur maka lama perekaman harus ditambah. EEG adalah
sample waktu dari kehidupan seseorang, dan waktu 20 menit adalah waktu yang
sangat singkat untuk menarik suatu kesimpulan dari suatu kerja atau suatu fungsi
otak seseorang. Oleh karena itu semakin lama perekaman maka semakin besar
kemungkinan kita untuk menemukan abnormalitasnya.

EEG pada umumnya berlangsung selama 2 jam. Setelah test, pasien boleh
beraktivitas seperti biasa. Pasien dalam posisi tiduran berbaring pada suatu tempat
tidur atau relax di kursi dengan mata tertutup. Electroda EEG ditempelkan ke
tempat berbeda di atas kepala dengan menggunakan suatu pasta lengket agar
electroda dapat menempel. Electroda dihubungkan lewat kawat suatu mesin yang
memperkuat suara dan arsip aktivitas dalam otak . Arsip aktivitas elektrik
sebagai rangkaian berbentuk ombak/keriting yang digambar oleh suatu baris pena
pada kertas atau sebagai suatu gambaran pada layar komputer.7,8 Coba untuk
tenang, dengan mata tertutup sepanjang perekaman, dan yang melakukan
perekaman akan mengamati pasien secara langsung untuk memberi intruksi agar
pasien :

1. Bernafas dengan cepat ( hyperventilasi). Pada umumnya lama pernapasan


kurang lebih 20 x per menit

2. Melihat cahaya terang untuk rangsangan stroboscopic atau photic

3. Tidur, Jika pasien tidak mampu untuk tertidur maka akan diberi suatu
obat penenang, dengan tujuan untuk mengevaluasi masalahpada saat tidur.

8. Fisologi Terjadinya Rekaman Pada EEG

EEG Normal adalah gambaran EEG tanpa adanya pola abnormal yang
berhubungan dengan kelainan secara klinik. EEG normal tidak menjamin fungsi
dan struktur serebral yang normal, karena tidak semua kelainan struktur dan
fungsi otak menyebabkan abnormalitas pada EEG. Sedangkan EEG Abnormal
tidak selalu menggambarkan abnormalitas serebral.12.
Aktivitas listrik merupakan salah satu karakteristik dari semua sel hidup,
termasuk sel-sel saraf. Walaupun demikian, tidak keseluruhan sel saraf yang
berjumlah 2,6 x 109 itu dianggap menyebabkan gelombang-gelombang listrik di
permukaan sebagaimana terekam dengan EEG. Jadi yang dapat mengakibatkan
gelombang-gelombang EEG adalah sel-sel saraf di korteks, walaupun diketahui
juga bahwa struktur-struktur subkortikal, seperti talamus dan formatio retikularis
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap gelombang-gelombang kortikal itu.

Dari ketiga jenis bentuk sel-sel kortikal (spindle, stellatum dan piramidal),
sel-sel piramidallah yang dianggap merupakan sumber potensial listrik dari
gelombang-gelombang permukaan. Dari berbagai penyelidikan disimpulkan
bahwa terdapat bukti kuat yang menyarankan bahwa gelombang-gelombang
permukaan itu merupakan penjumlahan (summation) daripada potensial listrik
pascasinaptik, baik yang bersifat inhibisi atau eksitasi, yang berasal dari soma dan
dendrit-dendrit besar sel piramidal. Potensial listrik pascasinaptik itu timbul akibat
aktifitas neurotransmiter yang dilepaskan oleh ujung presinaptik, yang
melepaskannya setelah menerima tanda-tanda listrik dari hubungan-hubungannya.
Acetilkholin dianggap sebagai transmiter eksitasi yang penting, dan GABA
sebagai transmiter inhibisi yang terpenting di otak. Ujung-ujung presinaptik
menerima lepas muatan listrik dari sel-sel di thalamus.

Menurut penyelidikan bahwa inti-inti nonspesifik di talamus merupakan


the probable pacemaker dari pada potensial listrik sel-sel pyramidal. Lepas
muatan yang timbul pada soma dan dendrit-dendrit besar itu kemudian melalui
cairan dan jaringan tubuh sampai pada elektroda-elektroda EEG. Dengan
demikian jelaslah bahwa rekaman yang dihasilkan oleh electrode kulit kepala
merupakan contoh dari pada aktivitas dekat permukaan, yang tentunya telah
banyak mengalami pelemahan, penyebaran, penyimpangan dalam perjalanannya
yang melalui cairan jaringan, jaringan otak, cairan serebrospinal, tulang tengkorak
dan kulit kepala itu.
Salah satu penemuan Hans Berger adalah bahwa kebanyakan EEG orang
dewasa normal mempunyai irama dominant dengan frekuensi 10 siklus per detik,
yang di sebutnya sebagai irama alfa. Pada umumnya kini yang dimaksud dengan
iarama alfa adalah irama dengan frekuensi antara 8-13 spd, yang paling jelas
terlihat di daerah parieto-oksipital, dengan voltase 10-150 mikrovolt, berbentuk
sinusoid, relative sinkron dan simetris antara kedua hemisfer. Suatu asimetri
ringan dalam voltase adalah normal, mengingat adanya dominasi hemisfer. Pada
umumnya suatu perbedaan voltase 2 : 3 adalah dalam batas-batas normal, asalkan
voltase yang lebih tinggi terlihat pada hemisfer non dominant. Yang lebih penting
maknanya adalah bila terdapat perbedaan frekwensi antara kedua hemisfer. Suatu
perbedaan frekwensi yang konsisten dari 1 spd atau lebih antara kedua hemisfer
mungkin sekali diakibatkan suatu proses patologis di sisi dengan frekwensi yang
lebih rendah.

Irama alfa terlihat pada rekaman individu dalam keadaan sadar dan
istirahat serta mata tertutup. Pada keadaan mata terbuka irama alfa akan
menghilang, irama yang terlihat adalah irama lamda yang paling jelas terlihat bila
individu secara aktif memusatkan pandangannya pada suatu yang menarik
perhatiannya.

Ditinjau dari irama alfanya dapat dibedakan tiga golongan manusia,


sekelompok kecil yang memperlihatkan sedikit sekali atau tidak mempunyai
irama alfa, sekelompok kecil lagi yang tetap memperlihatkan irama alfa walaupun
kedua mata dibuka, dan diantara kedua ekstrem ini terletak sebagian besar
manusia yang menunjukkan penghilangan irama alfa ketika membuka mata.
Berturut-berturut ketiga kelompok ini disebut sebagai kelompok alfa M (minimal
atau minus), alfa P (persisten), alfa R (responsive).

Suatu irama yang lebih cepat dari irama alfa ialah irama beta yang
mempunyai frekuensi di atas 14 spd, dapat ditemukan pada hamper semua orang
dewasa normal. Biasanya amplitudonya daopat mencapai 25 mikrovolt, tetapi
pada keadaan tertentu bisa lebih tinggi. Pada keadaan normal terlihat terutama di
daerah frontal atau presentral.
Irama yang lebih lambat dari irama alfa adalah tidak jarang pula
ditemukan pada orang dewasa normal. Irama teta mempunyai frekuensi antara 4-7
spd. Suatu irama yang lebih pelan dari teta disebut irama delta adalah selalu
abnormal bila didapatkan pada rekaman bangun, tetapi merupakan komponen
yang normal pada rekaman tidur. Frekuensi irama delta ialah ½ - 3 spd.

Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. Perhatian


cenderung untuk menghapuskan irama alfa, merendahkan voltase secara umum
dan mempercepat frekuensi. Termasuk perhatian ini adalah usaha introspeksi dan
kerja mental (misalnya berhitung). Demikian pula setiap stimulus visual, auditorik
dan olfaktorik akan merendahkan amplitudo dan menimbulkan ketidak teraturan
irama alfa. Penurunan kadar O2 dan atau CO2 darah cenderung menimbulkan
perlambatan, sebaliknya peninggian kadar CO2 menimbulkan irama yang cepat.
Faktor usia juga mempunyai pengaruh penting pula dalam EEG. Rekaman dewasa
sebagaimana digambarkan di atas pada umumnya dicapai pada usia 20-40 tahun.
Rekaman neonatus berusia di bawah satu bulan memperlihatkan amplitude yang
rendah dengan irama delta atau teta. Antara usia 1-12 bulan terlihat peninggian
voltase, walaupun irama masih tetap delta atau teta. Antara 1-5 tahun terlihat
amplitudo yang tinggi, irama teta yang meningkat dan mulai terlihat irama alfa,
sedangkan irama delta mengurang. Antara 6-10 tahun amplitude menjadi sedang,
irama alfa menjadi lebih banyak, teta berkurang, delta berkurang sampai hilang.
Antara 11-20 tahun voltase terlihat sedang sampai tinggi, dominsi alfa mulai jelas,
teta minimal, delta kadang-kadang masih terlihat di daerah belakang. Di atas 40
tahun mulai lagi terlihat gelombang lambat 4-7 spd di daerah temporal dan di atas
60 tahun rekaman kembali melambat seperti rekaman anak-anak. Perubahan
tahap-tahap tidur berpengaruh besar pula terhadap rekaman EEG. Dalam keadaan
mengantuk terlihat pengurangan voltase dan timbul sedikit perlambatan. Pada
keadaan tidur sangat ringan dapat terlihat adanya gelombang-gelombang mirip
paku bervoltase tinggi, bifasik dengan frekuensi 3-8 spd, simetris dan terjelas di
daerah parietal (parietal humps). Gambaran ini paling jelas pada usia 3-9 tahun
dan terus terlihat sampai usia 40 tahun. Pada keadaan tidur ringan terdapat (sleep
spndle) terdapat gelombang tajam berfrekuensi 12-14 spd yang sifatnya simetris.
Pada keadaan tidur sedang sampai dalam rekaman didominir oleh gelombnag-
gelombang lambat tak teratur dengan frekuensi ½ - 3 spd.

9. Hasil

Pada pemeriksaan EEG

Normal

1. Hasil dua sisi otak menunjukkan pola serupa dari aktivitas elektrik

2. Tidak ada gambaran gelombang abnormal dari aktivitas elektrik dan tidak
ada gelombang yang lambat

3. Jika pasien dirangsang dengan cahaya (photic) selama test maka hasil
gelombang tetap normal.

Abnormal

1. Hasil dua sisi otak menunjukkan pola tidak serupa dari aktivitas elektrik

2. EEG menunjukkan gambaran gelombang abnormal yang cepat atau


lambat, hal ini mungkin disebabkan oleh tumor otak, infeksi/peradangan,
injuri, strok, atau epilepsi. Ketika seseorang mempunyai epilepsi dengan
pemeriksaan EEG ini bisa diketahui daerah otak bagian mana yang
aktivitas listriknya tidak normal. Namun pemeriksaan EEG saja tidak
cukup, sebab EEG diambil selalu pada saat tidak ada serangan kejang
bukan pada saat serangan, karena tidak mungkin orang yang sedang
mengalami serangan epilepsi dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa EEG.
Maka, pemeriksaan EEG harus ditunjang oleh pemeriksaan otak itu
sendiri, yaitu melihat gambaran otaknya dengan teknik foto Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Jadi EEG dengan sendirinya tidak cukup untuk
mendiagnosa penyakit neurology tetapi perlu dengan pemeriksaan yang
lain
3. Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. EEG yang
abnormal dapat disebabkan kelainan di dalam otak yang tidak hanya
terbatas pada satu area khusus di otak, misalnya intoksikasi obat, infeksi
otak (ensefalitis), atau penyakit metabolisme (Diabetik ketoasidosis)

4. EEG menunjukkan grlombang delta atau gelombang teta pada orang


dewasa yang terjaga. Hasil ini menandai adanya injuri otak

5. EEG tidak menunjukkan aktivitas elektrik di dalam otak ( a “ flat/” atau “


garis lurus” ). Menandai fungsi otak telah berhenti, yang mana pada
umumnya disebabkan oleh tidak adanya (penurunan) aliran darah atau
oksigen di dalam otak. Dalam beberapa hal, pemberian obat penenang
dapat menyebabkan gambaran EEG flat. Hal ini juga dapat dilihat di
status epilepsi setelah pengobatan diberikan.

Anda mungkin juga menyukai