Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FISIKA

ELEKTROENSEFALOGRAM
Kata Pengantar

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
berkat dan rahmat-Nya serta hidayah-Nya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul EEG
(ELEKTROENSEFALOGRAM).
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh dan
ibadah bagi kita semua dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.
DAFTAR ISI

HALMAN JUDUL................................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

BAB II EEG (ELECTROENCEFALOGRAPH).................................................. 2

2.1 Pengertian EEG............................................................................................... 4

2.2 Tujuan EEG..................................................................................................... 5

2.3 Fungsi EEG..................................................................................................... 6

2.4 Persiapan Sebelum Pemeriksaan..................................................................... 7

2.5 Prosedur Cara Penggunaan EEG..................................................................... 8

2.6 Prinsip Kerja Dari EEG................................................................................... 9

2.7 Pembacaan Hasil............................................................................................ 12

2.8 Sinyal Electroencephalograph....................................................................... 13

2.9 Hasil Pemeriksaan EEG................................................................................. 16

BAB III PENUTUP............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 19

Bab 1
PENDAHULUAN

Dalam melakukan fungsinya sehari-hari, neuron-neuron yang ada diotak


menghantarkan impuls saraf satu dengan yang lain, baik dari korteks serebri ke perifer
maupun sebaliknya. Aktifitas listrik ini bersifat ritmik, terus menerus dan diduga berasal dari
talamus yang berfungsi semacam pacemaker, yang dipancarkan ke korteks serebri melalui
neuron dan sinaps-sinapsnya. Intensitas kegiatan listrik ini berubah sesuai dengan tingkat
aktivitas otak, tetapi selalu terdapat aktivitas listrik dasar yang bersumber dari talamus tadi.
Untuk merekam aktivitas listrik tersebut, dipakai alat Elektroensefalografi (EEG) yang dapat
merekam aktivitas listrik setelah sampai di korteks.

Otak manusia merupakan sumber dari segala pikiran, emosi, persepsi dan tingkah
laku. Otak terdiri dari jutaan elemen mikroskopik yang disebut saraf yang menggunakan
bahan kimia dalam mengatur aktivitas listrik di dalam otak. Tahapan embrional yang penting
dalam perkembangan  otak adalah neurulasi, proliferasi, migrasi, mielinisasi dan
sinatogenesis. Keadaan mulai lahir sampai usia 5 tahun akan terjadi pertumbuhan fisik yang
cepat diikuti dengan perkembangan otak. Maturitas dari otak yang paling tinggi pada batang
otak dan terakhir pada kortek serebri. Setelah usia 5 tahun maka pertumbuhan  otak berjalan
lambat, dan progresivitasnya untuk mencapai usia pertengahan masa kanak-kanak  biasanya
antara usia 6-8  tahun. Sinaptogenesis terjadi secara cepat pada kortek serebri saat 2 tahun
dari kehidupan. Myelinisai paling cepat saat usia 2 tahun pertama kemudian berlangsung
lebih lambat setelah itu.

Neuron- neuron yang berhubungan (fungsi motorik, sensorik dan kognitif) mengalami
mielinisasi yang besar dimulai saat usia anak masuk sekolah (6 tahun) dan sel saraf area ini
terjadi mielinisasi yang lengkap antara usia 6-12 tahun. Lebih jauh lagi hal ini dekat sekali
hubungannya dengan maturasi hipokampus di mana terjadi mielinisasi pada anak-anak.

Bab 2
Electroencephalogram (EEG).

A.      SEJARAH  EEG

Pada tahun 1929, seorang psikiater Jerman yang bernama Hans Berger, yang  bekerja
di kota Jena, mengumumkan bahwa, mungkin untuk merekam arus  listrik yang lemah yang
dihasilkan pada otak, tanpa membuka tengkorak, dan untuk  melukiskannya ke suatu kertas.
Berger menamakan format perekaman yang baru ini  sebagai Electroencephalogram (EEG).

Terkesan dengan berbagai kemungkinan untuk membangun peta  bidimensional menyangkut


aktivitas EEG di atas permukaan otak, W. Gray Walter  menemukan toposcope pada tahun
1957.

Toposcope ini adalah suatu alat yang kompleks. Toposcope itu mempunyai 22  tabung
sinar katoda (yang serupa dengan tabung TV), masing-masing di antara  tabung sinar katoda
itu dihubungkan ke sepasang elektroda yang dipasang ke  tengkorak.. Elektroda diatur di
dalam suatu susunan geometri, sehingga masing- masing tabung bisa melukiskan intensitas
dari  beberapa irama yang menyusun EEG  di dalam area otak tertentu. Susunan tabung CRT
ini, sedemikian rupa sehingga  display phosphorescent spiral menunjukkan secara serempak
irama yang  menunjukkan bagian tertentu dari otak.

1.        Otak Menghasilkan Listrik

Penempatan elektroda di kulit kepala mengikuti sistem yang sudah ditentukan  yaitu
sistem 10-20, dengan melihat kode huruf yang menyatakan lokasi dan angka  ganjil
menunjukan sisi kiri serta angka genap menunjukan sisi kanan. Penempatan  1elektroda yang
tepat dan baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil  rekaman EEG yang baik
dan dapat dipercaya. Disamping itu kebersihan kulit kepala,  kondisi elektroda, mesin EEG
dan kepatuhan anak saat perekaman juga sangat  berpengaruh untuk mendapatkan hasil yang
baik. Hans Berger menyatakan bahwa otak  manusia mempunyai aktivitas listrik yang
kontinyu dan hal ini bisa direkam.

Alat  perekam EEG ini biasanya memerlukan elektroda (lempengan besi kecil) yang 
dilekatkan ke permukaan kulit kepala dengan menggunakan gel yang menghantarkan aliran
listrik. Amplifier yang cukup kuat digunakan untuk meningkatkan amplitudo hingga beratus-
ratus bahkan beribu-ribu kali dari sinyal yang lemah (sinyalnya beberapa mikrovolt). Suatu
alat yang disebut Galvanometer yang mempunyai tinta pena yang ujungnya bertugas untuk
menulis pada kertas khusus yang bergerak kontinyu dengan kecepatan tetap yang telah diatur
sebelumnya, Hasilnya berupa gelombang. Satu  pasang dari elektroda biasanya membentuk
satu channel dimana alat perekam EEG  sangat bergantung pada hal ini dan EEG dapat
membentuk 8 – 40 channel yang terekam secara paralel. Ini disebut alat perekam EEG
multichannel. Sejak dari penemuan alat ini, dapat diketahui bahwa karakteristik dari aktivitas
EEG ini dapat berubah-ubah di berbagai situasi, utamanya pada saat sadar, istirahat, tidur,
dan mimpi, dimana terjadi perubahan gelombang otak baik frekuensi maupun amplitudonya
dan gelombang-gelombang itu diberi nama seperti alfa, beta, theta, dan delta. Utamanya
sifat seseorang juga dapat mengubah pola gelombang di bagian-bagian yang berbeda dari
otak. EEG juga digunakan di bidang neurologi dan psikiatri, utamanya untuk mendiagnosa
penyakit otak, seperti epilepsi (gangguan serius yang disebabkan oleh adanya aktivitas yang
terganggu di neuron), gangguan tidur, dan tumor otak.

1.        Sinyal Electroencephalogram (EEG)

Sinyal EEG dapat diketahui dengan menggunakan elektroda yang dilekatkan  pada
kepala. Tegangan sinyalnya berkisar 2 sampai 200 μV, tetapi umumnya 50 μV. Frekuensinya
bervariasi tergantung pada tingkah laku. Daerah frekuensi EEG yang  normal rata-rata dari
0,1 Hz hingga 100 Hz, tetapi biasanya antara 0,5 Hz hingga 70  Hz. Variasi dari sinyal EEG
yang terkait dengan frekuensi dan amplitudo  mempengaruhi diagnostik. Daerah frekuensi
EEG dapat diklasifikasikan menjadi lima bagian untuk analisis EEG, yaitu :

Delta (δ)    = (0,5 – 4) Hz

Theta ( θ)  = (4 – 8) Hz

Alpha (α)   = (8 – 13) Hz

Beta (β)     = (13 – 22) Hz

Gamma (γ) = (22 – 30) Hz


A.      PENGERTIAN EEG

Elektroenchelpalograph/Elektro Enselo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang


mempelajari gambar dari rekaman aktifitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG
dan interpretasinya. Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang
listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk
diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk dapat
ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang alfa, beta, theta dan sebagainya.

Gambar 1. Pemeriksaan Elektroenchepalograph (EEG)

Transformasi sinyal EEG menjadi suatu model, merupakan suatu cara yang sangat
efektif dalam membantu klasifikasi sinyal EEG, mengidentifikasi serta mengestimasi
spektrum sinyal EEG. Sinyal EEG mengandung komponen-komponen tertentu, yang dikenal
sebagai gelombang alfa (8-13 Hz), beta (14-30 Hz), teta (4-7 Hz), dan delta (0.5-3 Hz),
sehingga transformasi sinyal EEG menjadi daerah-daerah frekuensi merupakan hal yang
sangat berguna, terutama dalam identifikasi gelombang-gelombang di otak.

- Alfa 8 – 13 Hz Relaks, mata tertutup

- Beta > 14 Hz Aktifitas/ berfikir

- Teta 4 – 7 Hz Tidur ringan/ stres emosional

- Delta 0,5 – 3 Hz Tidur nyenyak


Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai karakteristik empat jenis gelombang otak
yang umumnya muncul pada setiap orang :

- Gelombang Beta: Waspada, Konsentrasi. Kondisi gelombang otak Beta (13-30 Hz)


menjaga pikiran kita tetap tajam dan terfokus. Dalam kondisi Beta, otak Anda akan mudah
melakukan analisis dan penyusunan informasi, membuat koneksi, dan menghasilkan solusi-
solusi serta ide-ide baru. Beta sangat bermanfaat untuk produktivitas kerja, belajar untuk
ujian, persiapan presentasi, atau aktivitas lain yang membutuhkan konsentrasi dan
kewaspadaan tinggi.
- Gelombang Alpha: Kreativitas, Relaksasi, Visualisasi Gelombang otak Alpha (8-13
Hz) sangat kontras dibandingkan dengan kondisi Beta. Kondisi relaks mendorong aliran
energi kreativitas dan perasaan segar, sehat. Kondisi gelombang otak Alpha ideal untuk
perenungan, memecahkan masalah, dan visualisasi, bertindak sebagai gerbang kreativitas
kita.
- Gelombang Theta: Relaksasi mendalam, Meditasi, Peningkatan Memori Lebih lambat
dari Beta, kondisi gelombang otak Theta (4-8 Hz) muncul saat kita bermimpi pada tidur
ringan. Atau juga sering dinamakan sebagai mengalami mimpi secara sadar. Frekuensi Theta
ini dihubungkan dengan pelepasan stress dan pengingatan kembali memori yang telah lama.
Kondisi “senjakala” (twilight) dapat digunakan untuk menuju meditasi yang lebih dalam,
menghasilkan peningkatan kesehatan secara keseluruhan, kebutuhan kurang tidur,
meningkatkan kreativitas dan pembelajaran.
- Gelombang Delta: Penyembuhan, Tidur Sangat Nyenyak. Kondisi Delta (0.5-4 Hz),
saat gelombang otak semakin melambat, sering dihubungkan dengan kondisi tidur yang
sangat dalam. Beberapa frekuensi dalam jangkauan Delta ini diiringi dengan pelepasan
hormon pertumbuhan manusia (Human Growth Hormone), yang bermanfaat dalam
penyembuhan. Kondisi Delta, jika dihasilkan dalam kondisi terjaga, akan menyediakan
peluang untuk mengakses aktivitas bawah sadar, mendorong alirannya ke pikiran sadar.
Kondisi Delta juga sering dihubungkan dengan manusia-manusia yang memiliki perasaan
kuat terhadap empati dan intuisi. 

Pandangan keliru yang selama ini ada dalam benak banyak orang adalah otak hanya
menghasilkan satu jenis gelombang pada suatu saat. Saat kita aktif berpikir kita berada pada
gelombang beta. Kalau kita rileks kita berada di alfa. Kalau sedang melamun, kita di theta.
Dan, kalau tidur lelap kita berada di delta. Pandangan itu salah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada suatu saat, pada umumnya, otak kita menghasilkan empat jenis gelombang
secara bersamaan, namun dengan kadar yang berbeda. Misalnya dalam kondisi tidur, otak
kita lebih banyak memproduksi gelombang delta, tapi tetap memproduksi theta, alpha dan
beta walaupun kadarnya sedikit.

Setiap orang punya pola gelombang otak yang unik dan selalu konsisten. Keunikan itu
tampak pada komposisi jenis gelombang pada saat tertentu. Komposisi gelombang otak itu
menentukan tingkat kesadaran seseorang. Meditasi adalah salah satu cara paling kuno untuk
mengatur pola gelombang otak. Sedangkan bagi masyarakat modern yang sibuk,
teknologi Brainwave Entrainment menjadi salah satu cara favorit untuk mengatur pola
gelombang otak agar sesuai dengan kebutuhan.

Sebenarnya, selain 4 jenis gelombang yang kami sebutkan diatas (Delta, Theta, Alpha
dan Beta) masih ada gelombang otak yang lebih tinggi yaitu Gamma dengan frekuensi 40-99
Hz, HyperGamma dengan frekuensi tepat 100 Hz dan gelombang Lambda dengan frekuensi
tepat 200 Hz. Menurut Dr. Jeffrey. D. Thompson, dari Center for Acoustic Research,
gelombang HyperGamma dan Lambda berhubungan dengan kemampuan supranatural,
metafisika atau paranormal.

Sedangkan Gelombang Gamma terjadi ketika seseorang mengalami aktifitas mental


yang sangat tinggi, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan,
tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, terburu-buru karena dikejar deadline
pekerjaan atau keadaan lain yang sangat menegangkan bagi orang tersebut.

Tujuan EEG

Kalangan kedokteran menggunakan sinyal EEG untuk diagnosa penyakit yang berhubungan
dengan kelainan otak dan kejiwaan. Walaupun penggunaan teknik modern seperti CT Scan
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memeriksa otak, namun EEG tetap berguna
mengingat sifatnya yang non-destruktif, dapat digunakan secara on line dan sangat murah
harganya dibandingkan kedua metoda. Disamping keunggulan lain, sinyal EEG dapat
mengidentifikasi kondisi mental dan pikiran, serta menangkap persepsi seseorang terhadap
rangsangan luar. 

Fungsi EEG
Berikut fungsi EEG :

A.      Mendiagnosis epilepsi dan tanda-tandanya.

B.       Mengecek permasalahan pada orang yang mengalami kehilangan kesadaran.

C.       Mencari tahu apakah seseorang dalam keadaan koma.

D.      Mempelajari penyebab susah tidur.

E.       Melihat aktivitas otak ketika seseorang menerima obat anestesi selama operasi otak.

F.        Membantu orang yang memiliki masalah psikis, seperti rasa gugup, dan kesehatan
mental.

A.      PROSEDUR KERJA EEG

Gambar 2. Peletakan Elektroda Pencatat

-    Sebelum melakukan prosedur perekaman EEG sebaiknya diketahui Standard Minimal.


-    Perekaman EEG menurut The American EEG Society Guidelines in EEG, yaitu memakai
minimal 16 channel yang bekerja secara simultan. Setiap area di otak bisa memberikan pola
yang sama atau berbeda pada waktu yang bersamaan, dan menurut pengalaman diperlukan
perekaman pada minimal 8 area di otak secara simultan untuk mendapatkan distribusi pola
EEG. Perekaman dengan 8 channel secara simultan diperkirakan cukup mencakup
permukaan otak untuk menghindari misinterpretasi. Memakai minimal 17 elektrode pencatat.
Semua elektroda ini harus mencakup area frontal, central, parietal, oksipital, temporal,
auricular atau mastoid, vorteks dan elektroda ground.

-    Kedua system monopolar (referensial) dan bipolar (diferensial) harus digunakan secara
rutin. Setiap system montage mempunyai keunggulan dan kekurangan, sehingga penggunaan
kedua system sekaligus adalah esensial untuk mendapatkan informasi yang akurat.

-    Harus ada prosedur buka tutup mata. Aktifitas alfa dapat memberi informasi tentang
fungsi abnormal otak. Aktifitas paroksismal dapat pula dicetuskan oleh prosedur ini.

-    Mesin EEG harus dikalibrasi di awal dan di akhir rekaman. Perubahan setting alat selama
perekaman harus dicatat.

-    Lama perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar. Bila ada prosedur stimulasi
fotik, hiperventilasi dan tidur maka lama perekaman harus ditambah. EEG adalah sample
waktu dari kehidupan seseorang, dan waktu 20 menit adalah waktu yang sangat singkat untuk
menarik suatu kesimpulan dari suatu kerja atau suatu fungsi otak seseorang. Oleh karena itu
semakin lama perekaman maka semakin besar kemungkinan kita untuk menemukan
abnormalitasnya.

A.       Prinsip Kerja dari EEG


Elektroda EEG ukurannya lebih kecil daripada elektroda ECG. Elektroda  EEG dapat
diletakkan secara terpisah pada kulit kepala atau dapat dipasang pada  penutup khusus yang
dapat diletakkan pada kepala pasien.

Gambar 3. Elektroda EEG

Untuk  meningkatkan kontak  listrik antara elektroda  dan kulit kepala


digunakan  elektroda jelly atau pasta. Bahan elektroda yang umumnya digunakan adalah
perak klorida. EEG direkam dengan cara membandingkan tegangan antara elektroda aktif
pada kulit kepala dengan elektroda referensi pada daun telinga atau bagian lain dari  tubuh.
Tipe merekam ini disebut monopolar. Tetapi tipe merekam bipolar lebih  populer dimana
tegangan dibandingkan antara dua elektroda pada kulit kepala. Berikut ini diperlihatkan blok
diagram dari peralatan EEG.

                                    Gambar  4. Blok Diagram Peralatan EEG


a.        Amplifier

Amplifier digunakan karena EEG harus memiliki penguatan yang tinggi dan
karakteristik noise yang rendah sebab amplitudo tegangan EEG sangat rendah. Amplifier
yang digunakan harus bebas dari interferensi sinyal dari kabel listrik atau dari peralatan
elektronik yang lain. Noise sangat berbahaya di dalam kerja EEG karena gelombang
elektroda yang dilekatkan pada kulit kepala hanya beberapa mikrovolt ke amplifier.
Amplifier digunakan untuk meningkatkan amplitudo hingga beratus-ratus bahkan beribu-ribu
kali dari sinyal yang lemah yang hanya beberapa mikrovolt. Rangkaian dalam sederhana dari
amplifier EEG diperlihatkan pada Gambar 3.

b.        Kontrol Sensitivitas

Keseluruhan sensitivitas dari sebuah alat EEG adalah penguatan dari  amplifier
dikalikan dengan sensitivitas dari alat penulisan. Jika sensitivitas alat penulisan adalah 1
cm/V, amplifier harus mempunyai keseluruhan penguatan 20.000  untuk 50 μV sinyal untuk
memantulkan untuk menghasilkan nilai penguatan diatas.

Langkah-langkahnya adalah kapasitor digabungkan. Sebuah alat EEG mempunyai


dua tipe dari kontrol penguatan. Pertama adalah variabel kontinu dan digunakan untuk
menyamakan sensitivitas semua channel. Kedua adalah kontrol beroperasi  sejalan dan
dimaksudkan untuk meningkatkan atau mengurangi sensitivitas dari suatu  channel oleh
sesuatu yang dikenal. Kontrol ini biasanya dikalibrasi dalam desibel.  Penguatan amplifier
normalnya diset sehingga sinyalnya sekitar 200 μV dipantulkan  pena diatas daerah linearnya.

c.         Filter

Ketika direkam oleh elektroda, EEG mungkin berisi kerusakan otot dalam  kaitannya
dengan kontraksi dari kulit kepala dan otot leher. kerusakannya besar dan tajam sehingga
menyebabkan kesulitan besar dalam klinik dan interpretasi otomatis  EEG. Cara paling
efektif untuk mengurangi kerusakan otot adalah dengan menyarankan pasien untuk rileks,
tapi ini tidak selalu berhasil. Kerusakan ini umumnya dihilangkan menggunakan low pass
filter. Filter pada alat EEG mempunyai beberapa pilihan posisi yang biasanya ditandai
dengan tetapan waktu.  Suatu nilai satuan tetapan waktu yang diset untuk kontrol frekuensi
rendah adalah 0,03; 0,1; 0,3; dan 1,0 detik. Tetapan waktu ini sesuai dengan 3 dB menunjuk
pada frekuensi 5,3; 1,6; 0,53; dan 0,16 Hz. Di atas frekuensi cut-off dan dikontrol dengan
filter high- frekuensi. Beberapa nilai dapat dipilih, diantaranya adalah 15, 30, 70, dan 300 Hz.

d.        Sistem Penulisan

Sistem penulisan pada EEG umumnya menggunakan sistem ink writing tipe  direct-
writing ac recorder yang menyediakan respon frekuensi hingga 60 Hz pada 40 mm puncak ke
puncak. Tipe umum dari direct-recorder adalah tipe stylus yang langsung menulis pada kertas
yang digerakkan di bawahnya. Pada umumnya di dalamsistem direct-writing recorder,
digunakan galvanometer yang mengaktifkan lengan penulis yang disebut pen atau stylus.

Mekanismenya dimodifikasi dari pergerakan D’Arsonval meter. Sebuah kumparan


dari kawat tipis berputar pada suatu bingkai aluminium segi-empat dengan ruang udara antara
kutub suatu magnet permanen. Poros baja yang dikeraskan dikaitkan dengan bingkai
kumparan sedemikian sehingga kumparan berputar dengan friksi minimum. Paling sering,
jewel dan poros digantikan oleh taut- band sistem. Suatu pen ringan terikat dengan kumparan.
Spring berkait dengan bingkai mengembalikan pen dan kumparan selalu ke suatu titik acuan.
Ketika listrik mengalir sepanjang kumparan, suatu medan magnet timbul yang saling
berhubungan dengan medan magnet dari  magnet permanen. Hal itu menyebabkan kumparan
mengubah sudut posisinya seperti pada suatu motor listrik. Arah perputaran tergantung dari
arah aliran arus di dalam kumparan. Besar defleksi dari pen adalah sebanding dengan arus
yang mengalir melalui kumparan.

Penulisan stylus dapat mempunyai tinta di ujungnya atau dapat mempunyai suatu
ujung yang menjadi kontak dengan suatu sensitif elektro, tekanan yang sensitif atau panas
kertas sensitif. Jika suatu penulisan lengan dari panjang yang ditetapkan digunakan, sumbu
koordinat akan menjadi kurva. Dalam rangka mengkonversi kurva linier dari ujung penulisan
ke dalam kurva gerak lurus, berbagai mekanisme telah dipikirkan untuk mengubah panjang
efektif dari  lengan penulisan sehingga bergerak ke tabel perekaman. Instrumen taut-band
lebih disukai dibandingkan dengan instrumen poros dan jewel karena lebih menguntungkan
untuk meningkatkan sensitivitas listrik, mengeliminasi friksi, lebih baik pengulangannya dan
meningkatkan daya tahannya.

e.         Noise

Amplifier EEG dipilih untuk level minimum derau yang dinyatakan dalam kaitan
dengan ekuivalen tegangan masuk. Dua mikrovolt sering dinyatakan dapat diterima oleh
perekam EEG. Noise berisi komponen dari semua frekuensi dan perekaman noise dapat
meningkatkan bandwith dari sistem. Oleh karena itu, penting untuk membatasi bandwith
yang dibutuhkan untuk menghasilkan sinyal.

f.         Penggerak Kertas

Hal ini disediakan oleh suatu motor sinkron. Sebuah mekanisme penggerak kertas
yang stabil dan akurat perlu dan normal untuk mempunyai beberapa kecepatan kertas yang
tersedia untuk dipilih. Kecepatan pada 15, 30, dan 60 mm/s penting. Beberapa mesin juga
menyediakan kecepatan di luar daerah ini.

g.        Saluran

EEG direkam secara serempak dari sebuah susunan yang terdiri atas banyak
elektroda. Elektroda dihubungkan untuk memisahkan amplifier dan sistem penulisan.  Mesin
EEG komersial dapat memiliki sampai 32 saluran, walaupun 8 atau 16 saluran lebih umum.

A.       MEMBENTUK PETA DARI PIKIRAN

Aplikasi yang penting dari EEG multichannel adalah mendapatkan lokasi dari fokus
epileptic (titik kecil pada otak dimana aktivitas abnormal berasal dan menyebarkan aktivitas
abnormal itu ke bagian lain dari otak) atau tumor, yang tidak  dapat kelihatan dengan X-ray
atau CT-scan di kepala.

Setiap kertas horizontal ditempatkan sesuai dengan pasangan elektroda pada kulit
kepala pasien, membentuk kisi-kisi yang tetap seperti pola. Dengan memberi tanda di channel
mana gelombang abnormal terjadi  (biasanya ditandai dengan tanda merah), seorang ahli
neurologi dapat menduga pada bagian mana dari otak keabnormalan itu berada. Hal ini sangat
sulit dilakukan jika jumlah dari channel yang abnormal itu besar atau kemungkinan
perubahan itu kompleks. Lokasi bidimensional yang tepat dari fokus epileptic atau tumor
sangat tidak mungkin untuk diketahui. Jadi, untuk mengatasi hal tersebut digunakan
komputer untuk menganalisa sinyal-sinyal EEG
Pemeriksaan EEG umum dilakukan dengan indikasi sebagai berikut:

- Epilepsi
- Demensia
- Norkolepsi
- Abnormalitas sistem saraf
- Abnormalitas pada otak atau tulang belakang
- Kelainan mental

Pasien yang menunjukkan adanya kelainan pada otak diindikasikan untuk melakukan tes
EEG untuk diagnosa lebih lanjut. Bagaimanapun, EEG juga dipakai untuk memeriksa hal-hal
lain selain keperluan diagnosis. EEG dapat menentukan seberapa besar kemungkinan pasien
yang sedang dalam status koma dapat kembali sadar, juga memonitor aktivitas dari jantung di
bawah pengaruh anastesi.

Hasil dari tes Electroencephalogram dapat diperoleh pada hari yang sama, atau selambat
lambatnya satu hari setelahnya. Penentuan diagnosis abnormal atau normal ditentukan oleh
pola dari gelombang elektrik otak. Terdapat beberapa tipe gelombang elektrik otak yang
dapat dihasilkan dari tes EEG, di antaranya adalah:

Gelombang alpha – Gelombang alfa mempunyai frekwensi 8-12 siklus per detik.
Gelombang alfa terlihat normal pada saat bangun dan mata tertutup (tidak tertidur)

Distribusi : bagian posterior kepala (oksipital, parietal dan temporal posterior) dapat meluas
ke sentral, verteks dan  midtemporal       

Karakteristik :  sinusoidal, waxes and wanes, Amplitudo : 20 – 70 uV ( Ka>Ki)

Gelombang beta – Gelombang Beta mempunyai suatu frekwensi 13-30 siklus per
detik. Gelombang ini secara normal ditemukan ketika siaga atau menjalani pengobatan
tertentu, seperti benzodiazepines atau pengobatan anticonvulsants.  Distribusi  terutama
frontal dan central dengan amplitudo : 10 – 20 uV (dewasa) dan 60 uV (anak usia 12-18
bulan). Gelombang Beta dapat lebih jelas terlihat saat mengantuk, maupun atas pengaruh
obat-obatan (barbiturat, benzodiazepin).  Perbedaan amplitude kanan dan kiri lebih dari 35 %
merupakan suatu abnormalitas.
Gelombang delta – gelombang delta terjadi ketika tidur. Gelombang ini juta umum
ditemukan pada anak kecil.

Gelombang theta – Gelombang  Theta mempunyai frekuensi : 4 – 7 Hz, di daerah 


frontal atau fronto-central  (tutup mata) , dan Temporal  (4 – 7 Hz) biasanya pada orang
tua .Gelombang theta jelas terlihat saat hiperventilasi,mengantuk dan tidur. Amplitudo : 30 –
80 uV

Aktivitas normal otak memiliki gelombang alpha atau beta ketika tidur dan memiliki
pola aktivitas otak yang sama antar kedua belah otak. Otak tidak seharusnya mengalami
sebuah ledakan aktivitas atau sesuatu yang dapat memperlambat aktivitas kelistrikan otak.
Saat tes dilakukan, pasien akan dirangsang dengan cahaya untuk mengetahui respon dari
otak, ketika otak merespon dalam level normal maka aktivitas kelistrikan otak dapat
dikatakan dalam kondisi baik.

Sebaliknya, aktivitas kelistrikan otak dikatakan tidak normal ketika kedua belah otak
memiliki pola gelombang yang berbeda atau menunjukan adanya aktivitas kelistrikan yang
tajam. Ketika gelombang delta dan theta ditemukan saat pasien dalam kondisi sadar, maka
hal ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak biasa. Sebuah lonjakan tajam dari gelombang
aktivitas otak harus menjadi perhatian dokter karena dapat menunjukan adanya gejala tumor
otak, epilepsi, infeksi atau stroke. Sebaliknya, ketika tidak ada gelombang otak yang
terdeteksi, maka pasien dapat diindikasikan dalam keadaan koma.

Selain mendeteksi keberadaan suatu kelainan, EEG juga menentukan abnormalitas


dalam aktivitas otak. hal ini sangat penting untuk menetukan tipe dari epilepsi atau kejang
yang dialami pasien. Namun, ketika EEG dipasang pada pasien epileps, sela-sela waktu
pasien kejang dapat menunjukan hasil rekaman yang normal.

Bagaimana tindakan ini bekerja?

Ketika pasien disarankan untuk melaksanakan tes EEG, beberapa persiapan penting
untuk dilakukan sehari sebelum tes berlangsung. Pasien harus menghindari konsumsi dari zat
sedatif, obat penenang, obat-obatan yang berefeksamping mengantuk, kopi, teh, soda, dan
cokelat. Kepala juga harus dipastikan dalam kondisi bersih, karena dalam tindakan ini akan
ditempelkan piringan metal pada kulit kepala. Hindari penggunaan minyak, kondisioner,
krim, atau spray rambut sebelum pergi ke rumah sakit. Beberapa dokter juga menyarankan
untuk mengurangi lama tidur beberpa jam sebelum melakukan tes karena nantinya pasien
akan diminta untuk tidur selama proses tes berlangsung.

EEG biasa dilakukan di rumah sakit di bawah pengawasan dari petugas EEG. Pasien
berbaring dan tindakan dimulai dengan menempelken piringan metal atau elektroda pada
beberapa titik di kepala pasien. Piringan metal ini dilekatkan menggunakan pasta yang
lengket, ataupun jarum. Terkadang, beberapa elektroda yang ditempelkan pada kepala
digantikan dengan sebuah penutup kepala yang dimana terdapat elektroda elektroda yang
telah terpasang. Elektroda ini akan dihubungkan dengan komputer, di mana aktivitas elektrik
dari otak dapat terekam.

Ketika tindakan sedang berlangsung pasien akan diminta untuk diam berbaring dan
tidak tidak diperbolehkan untuk berbicara. Petugas EEG akan mengamati dari jendela dan
meminta pasien unutk melakukan beberapa hal yang diperlukan untuk keperluan diagnosis,
seperti:

Bernapas dalam dan cepat selama 20 menit

Melihat pancaran cahaya

Tidur (jika pasien sulit untuk tidur, obat penenang dapat diberikan)

Tes biasa dilakukan selama 1 sampai 2 jam. Namun, ketika tes dilakukan diperlukan untuk
mengamati masalah yang berhubungan dengan tidur, maka tes dilakukan selama pasien
tertidur.

Tes EEG tidak menimbulkan sakit kepada pasien. Namun, ketika tes ini menggunakan jarum
sebagai pengganti pasta lengket, sensasi tusukan dapat dirasakan pasien selama jarum
dipasang. Ketika menggunakan pasta, pasta mungkin tertinggal di rambut pasien yang
digunakan untuk menempelkan elektroda pada kulit kepala.

Komplikasi dan Risiko

Pemeriksaan EEG merupakan tes yang aman dengan risiko komplikasi yang sangat kecil
karena jumlah arus listrik yang dialirkan tidak akan mencapai keseluruhan tubuh. Satu-
satunya kemungkinan komplikasi yang mempengaruhi pasien dengan gangguan kejang,
seperti pancaran cahaya yang merupakan bagian dari tes dapat memicu serangan kejang.
Dengan demikian, petugas EEG melakukan beberapa tes sebagai tindakan pencegahan ketika
melakukan tes pada pasien dengan epilepsi atau gangguan kejang lainnya. 

     Hasil Pemeriksaan EEG

Normal A.       Hasil dua sisi otak menunjukkan pola serupa dari


aktivitas elektrik

B.        Tidak ada gambaran gelombang abnormal dari


aktivitas elektrik dan tidak ada gelombang yang lambat

C.        Jika pasien dirangsang dengan cahaya  (photic)


selama test maka hasil gelombang tetap normal.

A.    Abnorma B.       Hasil dua sisi otak menunjukkan pola tidak serupa


l dari aktivitas elektrik

C.       EEG menunjukkan gambaran gelombang abnormal


yang cepat atau lambat, hal ini mungkin disebabkan oleh
tumor otak, infeksi/peradangan, injuri, strok, atau epilepsi.
Ketika seseorang mempunyai epilepsi dengan pemeriksaan
EEG ini bisa diketahui daerah otak bagian mana yang
aktivitas listriknya tidak normal. Namun pemeriksaan EEG
saja tidak cukup, sebab EEG diambil selalu pada saat tidak
ada serangan kejang bukan pada saat serangan, karena tidak
mungkin orang yang sedang mengalami serangan epilepsi
dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa EEG. Maka,
pemeriksaan EEG harus ditunjang oleh pemeriksaan otak itu
sendiri, yaitu melihat gambaran otaknya dengan teknik foto
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Jadi EEG dengan
sendirinya tidak cukup untuk  mendiagnosa penyakit
neurology tetapi perlu dengan pemeriksaan yang lain

D.      Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran


EEG. EEG yang abnormal dapat disebabkan kelainan di
dalam otak yang tidak hanya terbatas pada satu area khusus
di otak, misalnya intoksikasi obat, infeksi otak (ensefalitis),
atau penyakit metabolisme (Diabetik ketoasidosis)

E.       EEG menunjukkan grlombang delta atau gelombang


teta pada orang dewasa yang  terjaga. Hasil ini  menandai
adanya injuri otak

F.       EEG tidak menunjukkan aktivitas elektrik di dalam


otak ( a “ flat/” atau “ garis lurus” ). Menandai fungsi otak
telah berhenti, yang mana  pada umumnya disebabkan oleh
tidak adanya (penurunan) aliran darah atau oksigen di dalam
otak. Dalam beberapa hal, pemberian obat penenang dapat
menyebabkan gambaran  EEG flat. Hal ini juga dapat dilihat
di status epilepsi setelah pengobatan diberikan.

A.      PEMBACAAN HASIL

Mendapatkan rekaman EEG yang baik dan benar adalah salah satu dari tujuan utama dari
pemeriksaan EEG selain interpretasi yang benar. EEG adalah alat untuk menunjang tegaknya
diagnosa, selama kita dapat memperoleh rekaman yang baik dan benar. Rekaman yang tidak
baik justru akan menyesatkan tegaknya diagnosa. Ada pepatah yang mengatakan “Bad EEG
is worse than no EEG at all”.
Gambar 6.  Hasil Pemeriksaan EEG

BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

Electroencephalografi adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak dengan alat pencatatan
yang peka sedangkan grafik yang dihasilkannya disebut Electroencephalogram. Jadi, aktivitas
otak berupa gelombang listrik, yang dapat direkam melalui kulit kepala disebut Elektro-
Ensefalografi (EEG). Amplitudo dan frekuensi EEG bervariasi, tergantung pada tempat
perekaman dan aktivitas otak saat perekaman. Saat subyek santai, mata tertutup, gambaran
EEG nya menunjukkan aktivitas sedang dengan gelombang sinkron 8-14 siklus/detik, disebut
gelombang alfa. Gelombang alfa dapat direkam dengan baik pada area visual di daerah
oksipital. Gelombang alfa yang sinkron dan teratur akan hilang, jika subyek membuka
matanya yang tertutup. Gelombang yang terjadi adalah gelombang beta (> 14 siklus/detik).
Gelombang beta direkam dengan baik di regio frontal, merupakan tanda bahwa orang terjaga,
waspada dan terjadi aktivitas mental. Meski gelombang EEG berasal dari kortek,
modulasinya dipengaruhi oleh formasio retikularis di subkortek.

Keadaan tidur (alamiah maupun akibat induksi obat) mengaktifkan paroksismalitas yang
umum maupun fokal. Dalam keadaan tidak tidur hanya kira-kira sepertiga individu dengan
diagnosa klinik epilepsy memperlihatkan paroksismalitas spesifik, 15 % memperlihatkan
EEG yang normal dan sisanya memperlihatkan perlambatan atau percepatan yang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/login?post_login_redirect_url=https%3A%2F
%2Fwww.academia.edu%2F23157377%2FElectroencephalograph_EEG%3Fauto
%3Ddownload

www.elektro-enselografi-eeg.com

Khandpur,R.S.1986.Handbook of BiomedicalInstrumentation.New York:McGraw-Hill.

www.terapi_gelombang_otak.com

Salisbury D. “Clinical EEG and Neuroscience.” Journal of the EEG and Clinical
Neuroscience Study.

Song Y. (2011). “A review of developments of EEG-based automatic medical support


systems for epilepsy diagnosis and seizure detection.” Scientific Research.

Duffy F., Shankardass A. et al. (2013). “The relationship of Asperger’s syndrome to autism: a
preliminary EEG coherence study.” BMC Medicine.

British Medical Journal: “The EEG Apparatus.”

Noor Kamal Al-Qazzaz, Sawal Hamid Bin Ali, Siti Anom Ahmad, et al. (2014). “Role of
EEG as Biomarker in the Early Detection and Classification of Dementia.” The Scientific

World Journal.

https://www.academia.edu/login?post_login_redirect_url=https%3A%2F
%2Fwww.academia.edu%2F23157377%2FElectroencephalograph_EEG%3Fauto
%3Ddownload

Anda mungkin juga menyukai