Anda di halaman 1dari 43

DAFTAR ISI

1. BAB I. PENDAHULUAN

2. BAB II. PENATALAKSANAAN PEREKAMAN

ELECTROENCEPHALOGRAFI

3. BAB III. KALIBRASI

4. BAB IV. NORMAL EEG

5. BAB V. ABNORMAL EEG

6. BAB VI. PEMBAHASAN

7. BAB VII. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

Electroencephalografi (EEG) ditemukan oleh psikiater Jerman, Hans

Berger, pada tahun 1929. EEG untuk epilepsi dengan cepat menjadi jelas, ketika

Gibbs dan rekan-rekannya di Boston mendemonstrasikan pelepasan gelombang

spike 3 per detik dalam apa yang kemudian disebut epilepsi petit mal. EEG

mempunyai peran sentral dalam diagnosis dan manajemen pasien dengan

gangguan kejang dibandingkan dengan berbagai teknik diagnostik lain.

Pemeriksaan EEG adalah cara yang nyaman dan relatif murah untuk menunjukkan

fungsi fisiologis rangsangan kortikal abnormal yang mendasari terjadinya epilepsi.

Meskipun electroencephalogram adalah tes yang dapat diandalkan untuk

menilai fungsi otak, baik untuk membantu mendiagnosis epilepsi namun untuk

diagnosis dan evaluasi kondisi neurologis selain epilepsi sebagian besar telah

digantikan debngan pemeriksaan yang spesifisitas dan sensitivitas yang lebih besar.

Secara umum, EEG paling penting pada pasien dengan gangguan kesadaran atau

kondisi mental yang berubah (Smith 2005 ).

EEG membantu menentukan tipe kejang dan sindrom epilepsi pada

pasien dengan epilepsi, dan dengan demikian pilihan obat antiepilepsi dan prediksi

prognosis. Temuan EEG berkontribusi pada diagnosis multi-aksial epilepsi, dalam

hal apakah gangguan kejang adalah fokal atau umum, idiopatik atau simtomatik,

atau bagian dari sindrom epilepsi spesifik (Smith 2005 ).

2
BAB II

PENATALAKSANAAN PEREKAMAN

ELECTROENCEPHALOGRAFI

Otak merupakan organ tubuh vital yang menjadi pusat koordinasi dalam

tubuh manusia, sehingga apabila otak mengalami kelainan maka akan berpengaruh

besar pada kontrol kordinasi pada tubuh manusia. Untuk mempelajari cara kerja

serta kelainan pada otak telah dikembangkan berbagai teknologi untuk kebutuhan

diagnosa. Salah satu modalitas diagnostik yang bisa digunakan untuk mengetahui

aktivitas otak dan kelainan pada otak adalah Electroenchepalograph.

Electroenchepalograph merupakan suatu alat yang mempelajari gambar dari

rekaman aktivitas listrik di otak. Hasil rekaman dari electroenchephalograph adalah

berupa grafik gambaran aktivitas listrik otak yang biasa disebut dengan

elektroenchephalogram (EEG). Hasil analisis EEG pada domain waktu maupun

domain frekuensi dapat menunjukkan pola gelombang abnormal pada manusia

(Akbar 2014).

Mendapatkan rekaman EEG yang baik dan benar adalah salah satu tujuan

utama dari pemeriksaan EEG selain interprestasi yang benar. EEG adalah alat untuk

menunjang tegaknya diagnosa, selama kita dapat memperoleh rakaman EEG yang

baik dan benar. Rekaman EEG yang tidak baik justru akan menyesatkan tegaknya

diagnosa.

Untuk mendapatkan rekaman EEG yang baik diperlukan persiapan yang

matang, mesin EEG yang baik, tehnisi yang handal, tehnik dan prosedur perkaman

yang benar dan memenuhi standard minimal yang telah disepakati oeh pakar EEG

3
dan diakui dunia internasional, data yang baik dan interprestasi yang benar

( Kusumastuti 2008 ).

Sinyal electroencephalogram yang direkam di kulit kepala mencerminkan

aktivitas sinaptik dan aksonal gabungan dari kelompok-kelompok neuron (Molina).

Gambar 1. Mesin EEG

Hal yang sangat mengganggu saat perekaman EEG adalah bahwa aktivitas

otak mungkin dapat dikalahkan oleh aktivitas listrik lainnya yang dihasilkan oleh

tubuh atau lingkungan. Untuk dapat direkam pada permukaan kulit kepala, voltase

EEG yang sangat kecil yang dihasilkan serebral harus melewati dahulubeberapa

4
hambatan biologis yang keduanya mengurangi amplitudo sinyal dan menyebarkan

aktivitas EEG lebih luas dari asalnya gelombang.

Tegangan otak harus melintasi otak, CSF, meninges, tengkorak, dan kulit

sebelum mencapai lokasi rekaman di mana mereka dapat dideteksi. Selain itu,

aktivitas listrik yang dihasilkan secara biologis lainnya (oleh otot kulit kepala, mata,

lidah, dan bahkan jantung) menciptakan potensi tegangan masif yang sering kali

mengaburkan aktivitas otak. Gambaran irama jantung bisa sangat menyerupai

gelombang kejang selama perekaman. Intinya adalah bahwa artefak listrik biologis

dan lingkungan sering mengganggu kemampuan mesin untuk secara akurat

mengidentifikasi ritme normal dan pola patologis. Untungnya, artefak memiliki

banyak karakteristik berbeda yang mudah diidentifikasi oleh pengamat yang terlatih

Hasil perekaman EEG menggambarkan Voltase atau tegangan pada

domain vertikal dan waktu pada domain horisontal. Pada saat perekaman dan

terlihat gambaran pada layer komputer, tehnisi dapat mengubah beberapa aspek

tampilan hasil rekaman EEG untuk terciptanya gambar yang bagus dan benar.

Tehnisi dapat menyesuaikan sensitivitas (juga dikenal sebagai "Gain") saat

rekaman, dalam microvolts per milimeter, untuk menambah atau mengurangi

ketinggian tampilan bentuk gelombang. Interval dapat dilihat dengan beberapa detik

di layar komputer, keuntungan yang berbeda untuk melihat peristiwa EEG yang

sangat singkat seperti paku epileptiformis. Sebaliknya, skala waktu dapat diperluas

untuk menampilkan segmen EEG yang lebih lama selama beberapa menit untuk

dilihat pada debit ritmik yang berevolusi perlahan. Filter digital juga dapat diterapkan

untuk mengurangi artefak dalam pengaturan tertentu tetapi harus digunakan dengan

sangat hati-hati karena mereka juga menyaring aktivitas EEG. EEG menggunakan

prinsip amplifikasi diferensial, atau merekam perbedaan tegangan antara berbagai

5
titik menggunakan pasangandari elektroda yang membandingkan satu situs

elektroda aktif dengan elektroda referensi tetangga atau jauh lainnya. Hanya melalui

pengukuran perbedaan potensial listrik dapat dilihat bentuk gelombang EEG.

Penempatan elektroda sesuai dengan sistem internasional 10-20. Angka

genap menunjukkan elektroda yang terletak di sisi kanan kepala dan angka ganjil

menunjukkan elektroda di sisi kiri. Huruf kapital digunakan untuk merujuk setiap

zona kortikal, yaitu frontal (F), pusat (C), parietal (P), temporal (T), dan occipital (O).

Fp dan A berdiri untuk masing-masing tiang frontal dan auricular. Penunjukan 10-20

berasal dari rasio persentase jarak antar-elektroda sehubungan dengan jarak

nasion-inion.

Gambar 2. Penempatan elektroda EEG

6
BAB III

KALIBRASI

Sebelum mulai menafsirkan EEG, orang harus terlebih dahulu memastikan

bahwa perekaman dikalibrasi dengan tepat. Sebelum menjalankan perekaman EEG.

Agar didapatkan hasil yang baik karena sangat mempengaruhi interpretasi EEG.

Kemudian, kalibrasi ulang dilakukan sebagai langkah tambahan untuk memastikan

gambaran gelombang agar tetap baik.

1. PENEMPATAN ELEKTRODA

Yang menunjukkan strategi penempatan lokasi elektroda internasional 10-

20 standar. Nomenklatur "10-20" mewakili interval standar.Pengukuran 10 atau 20

persen untuk penentuan posisi elektroda di atas dimensi anterior-posterior antara

nasion(titik di pangkal hidung) dan inion (benjolan menonjol di belakang kepala

mewakili titik terendah tengkorak), danantara posisi auricular (telinga). Setiap

elektroda diwakili dengan huruf dan nomor tertentu. Lobus otak tempat elektroda

overlies (mis; F adalah frontal, T temporal, P adalah parietal, dan O adalah oksipital).

Bernomor ganjil elektroda berada di sisi kiri kepala, elektroda genap berada di sisi

kanan, z "berada di garis tengah dari anterior ke posterior, dan "A" atau situs

auricular berada pada proses / telinga mastoid.

2. MONTAGE

Setelah kalibrasi dilihat apakah voltase gelombang sudah cukup bagus

dengan mengubah montase EEG. Montase adalah pengaturan standar dan

pemilihan pasangan elektrode satu dengan lainnya . Ada banyak montase berbeda

yang digunakan untuk berbagai keperluan, dibagi menjadi dua jenis: bipolar dan

referensial. Satu montase yang umum adalah montage bipolar longitudinal (alias

"pisang ganda" karena konfigurasi elektroda muncul seperti dua buah pisang

7
diletakkan dari depan ke belakang di atas masing-masing belahan otak; lihat

Gambar 4). Dalam montase bipolar, tetangga elektroda dipasangkan satu sama lain,

baik anterior ke posterior (bipolar longitudinal) atau sisi ke sisi (transversal

bipolar),cara terbaik untuk mendapatkan gambar gelombang otak. Montage

referensial menghubungkan masing-masing elektrode ke eletrode yanglain

seluruhnya baik yang dekat maupun yang jauh .

3. FREKUENSI

Bagian penting EEG lainnya adalah frekuensi gelombang. Frekuensi

gelombang EEG penting karena frekuensi dominan bervariasi menurut kondisi

(misalnya, kewaspadaan terjaga, kantuk, tidur dalam dan dapat memberikan

signifikansi perkembangan dan patologis. Frekuensi gelombang EEG dinyatakan

sebagai berikut: 1 hingga 3 siklus per detik (Hz) adalah delta, 4 hingga 7 Hz adalah

theta, 8 hingga 12 Hz adalah alfa, dan 13 Hz dan lebih adalah beta. Frekuensi di

atas 25 Hz tidak umum dijumpai di EEG kulit kepala tetapi mungkin terlihat timbul

langsung dari permukaan kortikal selama rekaman intrakranial; frekuensi ini disebut

gamma dan dibagi menjadi gamma rendah (25-70 Hz) dan gamma tinggi (> 70Hz).

Sekitar 50% pasien epilepsi menunjukkan IED pada tes EEG pertama. Hasil pada

orang dewasa dapat ditingkatkan dengan mengulangi EEG rutin (hingga empat

rekaman), dan di semua usia dengan menggunakan pengurangan tidur. Dilalukan

perekaman bangun dan tidur. Rekaman Tidur dapat dicapai dengan merekam tidur

alami atau induksi obat hipnotik yang memiliki efek minimal pada EEG, seperti

chloral hidrat. Apakah kurang tidur memiliki nilai tambahan? Sulit ditentukan,

meskipun ada beberapa bukti bahwa pada perakaman IED dapat memunculkan

adanya gelombang lambat maupun gelombang epileptogenik.

8
Prosedur aktivasi standar hiperventilasi (hingga tiga menit sampai 6 menit) dan

stimulasi fotik harus dilakukan dalam rekaman EEG rutin. Prosedur hiperventilasi

dan fotik diharapkan bisa memunculkan gelombang lambat dan epileptiformis dapat

terjadi hingga 24 jam setelah kejang parsial dan umum. Perekaman interikal yang

diperpanjang meningkatkan hasil sekitar 20%, dan sekarang banyak tersedia

perekaman 24 jam dengan EEG ambulatori ( Smith 2005 ).

9
BAB IV

GELOMBANG NORMAL EEG

A. GELOMBANG NORMAL EEG

1. GAMMA (20Hz-40Hz)

Gelombang Gamma cenderung merupakan yang terendah dalam

amplitudo dan gelombang paling cepat. Adalah Gelombang Otak (Brainwave)

yang terjadi pada saat seseorang mengalami aktifitas mental yang sangat

tinggi, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan,

tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, kondisi ini dalam kesadaran

penuh. Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey D. Thompson (Center for

Acoustic Research) di atas gelombang gamma sebenarnya masih ada lagi

yaitu gelombang Hypergamma ( tepat 100Hz ) dan gelombang Lambda (tepat

200Hz), yang merupakan gelombang-gelombang supernatural atau

berhubungan dengan kemampuan yang luar biasa.

10
2. BETA (diatas 12Hz atau dari 12Hz s/d 20Hz)

Merupakan Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat

seseorang mengalami aktifitas mental yang terjaga penuh dan berada dalam

kondisi ini ketika melakukan kegiatan sehari-hari dan berinteraksi dengan

orang lain. Frekwensi beta adalah keadaan pikiran sekarang ini. Gelombang

beta dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu high beta (lebih dari 19 Hz) yang

merupakan transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta (15 Hz -18 Hz)

yang juga merupakan transisi dengan getaran gamma, dan selanjutnya low

beta (12 Hz ~ 15 Hz). Gelombang Beta diperlukan otak ketika orang berpikir,

rasional, pemecahan masalah, dan keadaan pikiran di mana telah

menghabiskan sebagian besar hidup orang.

Sensori Motor Rhytm (12 Hz-16 Hz)

SMR sebenarnya masih masuk kelompok getaran lowbeta, namun

mendapatkan perhatian khusus dan juga baru dipelajari secara mendalam

akhir-akhir ini oleh para ahli, karena penderita epilepsy, ADHD ( Attention

Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak menghasilkan

gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak tidak mampu
11
berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap penting. Sehingga

setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya bisa menghasilkan

getaran SMR tersebut. Dan hal ini bisa dilakukan dengan teknik neuro

feedback.

3. ALPHA (8 Hz – 12 Hz)

Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat

seseorang yang mengalami relaksaksi atau mulai istirahat dengan tanda-

tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk. Manusia menghasilkan

gelombang alpha setiap akan tidur, tepatnya masa peralihan antara sadar dan

tidak sadar. Fenomena alpha banyak dimanfaatkan oleh para pakar hypnosis

untuk mulai memberikan sugesti kepada pasiennya. Orang yang memulai

meditasi (meditasi ringan) juga menghasilkan gelombang alpha. Frekwensi

alpha 8 -12Hz, merupakan frekwensi pengendali, penghubung pikiran sadar

dan bawah sadar. Manusia bisa mengingat mimpi, karena memiliki

gelombang alpha. Kabur atau jelas sebuah mimpi yang bisa diingat,

tergantung kualitas dan kuantitas gelombang alpha pada saat bermimpi.

Alpha adalah pikiran yang paling cocok untuk pemrograman bawah sadar.

12
4. THETA (4 Hz – 8 Hz)

Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang terjadi pada saat

seseorang mengalami tidur ringan, atau sangat mengantuk. Tanda-tandanya

napas mulai melambat dan dalam. Selain orang yang sedang diambang tidur,

beberapa orang juga menghasilkan gelombang otak ini saat trance, hypnosis,

meditasi dalam, berdoa, menjalani ritual agama dengan khusyuk. Orang yang

mampu mengalirkan energi chi, prana atau tenaga dalam, juga menghasilkan

Gelombang Otak (Brainwave) theta pada saat mereka latihan atau

menyalurkan energinya kepada orang lain. Dengan latihan, kita dapat

memanfaatkan Gelombang Otak (Brainwave) Theta untuk tujuan yang lebih

besar, yaitu memasuki kondisi meditasi yang sangat dalam, namun, biasanya

begitu telah mencapai theta, orang menjadi mudah tertidur. Disinilah alasan

bahwa gelombang Alpha adalah keadaan utama untuk pemrograman pikiran

bawah sadar. Cara bereksperimen dengan meditasi melalui Gelombang Otak

(Brainwave) theta, yaitu duduk tegak untuk tetap sadar dan mencegah dari

tertidur. Kemudian, bayi, dan balita rata-rata tidur lebih dari 12 jam dalam

sehari. Itulah mengapa otak anak-anak selalu dalam fase gelombang alpha

dan theta. Perlu diingat, gelombang alpha dan theta adalah gelombang

pikiran bawah sadar. Oleh sebab itu, anak-anak cepat sekali dalam belajar

dan mudah menerima perkataan dari orang lain apa adanya. Gelombang

Otak (Brainwave) ini juga menyebabkan daya imajinasi anak-anak luar biasa.

13
Ketika mereka bermain mobil-mobilan misalnya, imajinasi mereka aktif dan

permainan menjadi sangat seru. Ketika mendengar berita kecelakaan yang

menewaskan banyak korban. Diberitakan seorang anak bayi selamat dari

kecelakaan maut tersebut. Gelombang Otak (Brainwave) theta juga dikenal

sebagai “gelombang ajaib”, karena berkaitan dengan kekuatan psikis.

Berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa banyak terjadi kecelakaan

pesawat udara, tabrakan, kebakaran, kecelakaan kapal laut yang

menewaskan banyak orang. Namun ada keanehan, beberapa anak balita

bisa selamat. Kemungkinan ini dikarenakan anak-anak hampir setiap saat

dalam kondisi gelombang theta. Perasaan dekat dengan Tuhan pun akan

terjadi apabila kita dapat memasuki fase gelombang theta. Anda mungkin

pernah mengalaminya saat Anda berdoa, meditasi, melakukan ritual-ritual

agama. Dengan dasar inilah “GOD SPOT” ditemukan.

5. DELTA (0.5 Hz – 4 Hz)

Adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang memiliki amplitudo yang

besar dan frekwensi yang rendah, yaitu dibawah 3 Hz. Otak Anda

menghasilkan gelombang ini ketika Anda tertidur lelap, tanpa mimpi. Fase

Delta adalah fase istirahat bagi tubuh dan pikiran. Tubuh Anda melakukan

proses penyembuhan diri, memperbaiki kerusakan jaringan, dan aktif

memproduksi sel-sel baru saat Anda tertidur lelap. Gelombang Delta adalah

14
gelombang yang paling rendah pada otak anda, otak tidak akan pernah

mencapai frekwensi 0 Hz, karena jika otak anda dalam kasus ini Anda akan

mati. Schumann Resonance (7.83 Hz) adalah getaran alam semesta pada

frekwensi 7.83 Hz yang juga masuk dalam kelompok gelombang theta.

Seseorang yang otaknya mampu menghasilkan dan mempertahan frekwensi

ini memiliki kemampuan supernatural, seperti ESP, telepati, clayrvoyance,

dan fenomena psikis lainnya. Anak indigo, yaitu anak super cerdas yang

biasanya berkemampuan ESP atau Extra Sensory Perception, juga bisa

memasuki gelombang ini dengan mudah dan konstan. Penemuan baru

dibidang frekwensi dan Gelombang Otak (Brainwave) manusia oleh Dr.

Jeffrey D. Thompson dari Neuroacoustic Research, bahwa masih ada

gelombang dan frekwensi lain dibawah Delta, atau dibawah 0.5 Hz, yaitu

frekwensi EPSILON, yang juga sangat mempengaruhi aktifitas mental

seseorang dalam kemampuan supranatural, seperti pada gelombang theta

(Louis, (Britton JW 2016 ).

15
Gambar 3. Macam macam gelombang otak.

B. ARTEFAK FISIOLOGIS UMUM

Artefak umum terjadi selama EEG, dan salah satu rintangan pertama

interpretasi EEG adalah membedakannya dari sinyal otak. Yang paling

menonjol adalah adanya amplitudo rendah, aktivitas frekuensi tinggi yang

timbul dari otot-otot kulit kepala, sering secara frontal dominan tetapi terlihat

selama perekaman.

Gerakan mata cepat (Rapid Eye Movements, REMs), yang dihasilkan dari

sakcade dan perubahan pandangan spontan, dapat dilihat sebagai defleksi

kecil dan cepat di daerah frontal. Tegangan diphasic yang sangat besar

potensial di daerah frontal dihasilkan dari kedipan.Ini terjadi karena mata

16
adalah dipol, relatif positif pada permukaan kornea dan negatif pada

permukaan retina, dan mata bergerak secara khas ke atas selama kedipan

menurut fenomena Bell, menghasilkan muatan bergerak dan perubahan

potensial. Karena kepositifan kornea berputar ke atas menuju lokasi elektroda

frontal, kepasifan sementara, maka negatif dicatat di sana. Artefak umum

lainnya selama bangun EEG disebabkan oleh menelan dan gerakan terkait

lidah, yang mirip dengan mata adalah dipol dan menyebabkan potensi yang

lambat dengan artefak otot superimposed. Lihat Lampiran 4 untuk artefak EEG

umum yang representatif yang terlihat selama terjaga (Britton JW 2016 ).

C.ARTEFAK EKSTRAPHISIOLOGIS

Elektroda

Artefak elektroda yang paling umum adalah popping elektroda. Secara

morfologis ini muncul sebagai bentuk gelombang tajam tunggal atau ganda

karena perubahan impedansi mendadak. Ini diidentifikasi dengan mudah oleh

penampilan karakteristiknya (yaitu, transien vertikal tiba-tiba yang tidak

mengubah aktivitas latar belakang) dan distribusi yang biasa, yang terbatas

pada elektroda tunggal. Secara umum, transien tajam yang terjadi pada satu

elektroda harus dianggap artefak sampai dibuktikan sebaliknya.

17
Gambar 4. Artefak Ekstraphisiologis elektroda

Artefak keringat.

Ini ditandai dengan sangat rendah. Dicirikan oleh osilasi frekuensi sangat

rendah (di sini 0,25 hingga 0,5 Hz). Distribusi di sini (elektroda midtemporal

T3 dan elektroda oksipital O1) menunjukkan keringat di sisi kiri. Perhatikan

bahwa morfologi dan frekuensi juga konsisten dengan gerakan mata bergulir

lambat, tetapi distribusi tidak (Benbadis 2019).

18
Gambar 5. Artefak Ekstraphisiologis keringat

D. NORMAL EEG VARIANT

Istilah pola varian normal ritme / gelombang yang memiliki fitur seperti

EEG ictal maupun interictal. Ditemukan pada sebagian besar orang sehat dan

tidak mewakili entitas patologis. Karena itu varian normal jangan dikelirukan

dengan pola patologis.

1. RHYTHMIC VARIANT PATTERNS

Ada 6 tipe utama bentuk varian EEG ritmik :

 Alpha variant rhythmic.

 Mv Rhythmic temporal

 Theta burst of drowsiness (“psychomotor variant”).

19
 Subclinical rhythmic electrographic discharges in adults (SREDA)

 Midline theta rhythm.

 Frontal arousal rhythm (FAR).

1.1. Alpha Variant Ada 2 jenis varian alpha :

Varian alpha lambat: ritme mendadak, setengah frekwensi, ritme latar

belakang pasien bangun, sering pd voltage besar.

Varian alpha cepat: ritme latar belakang pasien bangun 2 kali frekwensi alpha.

Berkurang dengan membuka mata dan menunjukkan dominasi posterior. Tidak

memprediksi kecenderungan peningkatan kejang.

1.2. Mv Rhythm temporal. istilah: arcade, sisir.

Saat bangun pada regio central : C3,Cz,C4. (gbr 2). Pada 14% remaja.

Berkurang dengan gerakan ekstremitas kontralateral atau merencanakan suatu

gerak. Frekwensi: 9-11 Hz. Distribusi: bilateral, bisa asimetrik atau asinkron, kelainan

pada sisi kontralateral pada aktivitas belahan yang kurang. Pada kerusakan tulang

tengkorak: bisa sharp dan voltase tinggi yang menyerupai fokus epileptogenik.

1.3. Rhythmic Temporal Theta Burst of Drowsiness (“Psychomotor

Variant”)

Psikomotor varian karena dianggap mewakili gelombang temporal kejang

psikomotor. Konsep ini telah dibuang. Muncul saat bangun atau awal mengantuk

pada dewasa dan remaja. Berkurang dengan tidur dalam. Pada kepala mid

temporal, menyebar ke parasagital. Frekwensi: 5-7 Hz. Lama 10 detik. Kadang

20
sampai satu menit. Variasi bentuk. Kontur tajam. Biasanya monomorf. Insidensi

0,5%.

1.4. Subclinical Rhythmic Electrographic Discharges in Adults ( SREDA)

Frekwensi 5-7 Hz. Distribusi luas terutama temporoparietal. Bilateral, bisa

asimetris. Gelombang tajam monofasik berulang, atau debit tunggal diikuti

gelombang tajam yang bertahap makin cepat. Seperti aktifitas theta. Lama 20 detik

beberapa menit. Biasanya detik. Sering disalahartikan sebagai pola iktal. Belum

terbukti berkorelasi dengan kejang. Terlihat pada orang tua, saat istirahat,

mengantuk, atau saat hiperventilasi.

1.5. Midline Theta Rhythm

Ritme theta menonjol di Cz, bisa menyebar ke ke kontak terdekat. Frekwensi

5-7Hz. Bentuk halus, arc shaped ( Mu like), spiky. Durasi bervariasi. Wax and wane.

Saat bangun dan mengantuk. Dulu dianggap marker untuk tendensi epilepsi.

  1.6. Frontal Arousal Rhythm.

Frekwensi 7-10 Hz . Pada daerah Frontal. Bisa berlangsung sampai 20 detik.

Muncul saat transisi dari tidur ke bangun. Terutama anak anak.FAR menghilang saat

sepenuhnya terjaga. Dahulu dihubungkan dengan anak anak dengan minimal

disfungsi cerebral. Pola ini mirip penemuan nonspesifik tanpa makna patologis.

2. EPILEPTIFORM VARIANT PATTERNS

Ada 4 tipe utama bentuk varian epileptiform: and

1. 14 and 6 Hz Positive bursts.

2. Small sharp spikes (Benign Epileptiform Transients of Sleep {BETS})

21
3. Six Hertz Spike and wave (phantom spike and wave).

4. Wicket spikes sporadic.

  2.1. 14 and 6 Hz Positive Bursts

Sebelumnya disebut 14 dan 6 Hz spike positif atau ctenoids. Mirip dengan

sleep spindle. Komponen negatif halus dan spike seperti komponen positif. Terjadi

pd 14 Hz dan 6 Hz. Umum pada anak dan remaja. Lama 0,5-1 detik. Terdapat pada

10-58% subyek sehat.

2.2. Small Sharp Spikes/BETS

Amplitudo rendah 50 mV dan singkat 50 ms monofasik / difasik. Muncul saat

mengantuk dan tidur ringan pada orang dewasa. Biasanya unilateral, bisa juga

bilateral. Beda BETS dg epileptiform: tidak mengganggu aktivitas latar belakang,

tidak bersama gelombang lambat, BETS berkurang dengan tidur dalam, sebaliknya

dengan pelepasan epileptiform memburuk dengan tidur dalam.

2.3. Six-Hertz Spike and Wave (Phantom Spike and Wave)

Frekwensi: 5-7 Hz. Durasi: 1-2 detik, jarang 3-4 detik. Amplitudo sangat

rendah. Spike sulit dikenali karena singkat dan amplitudo rendah. Sekilas, maka

disebut phantom spike and wave. Sebaliknya gelombang lambat lebih lama

durasinya, amplitudo lebih tinggi, distribusi lebih luas. Muncul saat

bangun/mengantuk pada remaja dan orang dewasa. Insidensi 2,5%. Biasanya difus,

bilateral, tetapi bisa asimetris.

2.4. Wicket Spikes Sporadik, short in train, temporal

Ampiltudo Mv muncul saat mengantuk dan tidur ringan. Orang dewasa > 30

22
tahun. Beda dengan epileptiform: tidak ada gelombang lambat yang mengikuti

dan tidak ada perubahan background.

 3. LAMBDA AND LAMBDOIDS

3.1. Lambda

Mono/bifasik, durasi: ms Amplitudo: mv, distribusi: bioksipital. Biasanya

unilateral. Muncul saat melihat sesuatu yang menarik perhatian, gerakan bola

mata sakadik dengan lirikan cepat. Menurun saat: menatap objek dengan

permukaan putih, menutup mata. Banyak pada anak 2-15 tahun daripada

orang dewasa.

3.2. Lambdoids Sama dengan POSTS, bifasik. 4-5 Hz

Sinkron, tetapi dapat asimetris. Banyak pada usia 3 th, saat tidur awal.

Slow Lambdoids pada pemuda, juga dikenal sebagai gelombang kerucut atau

gelombang O, tegangan tinggi. Pada occipital saat tidur lebih dalam. Bisa

terlihat pada umur > 5 tahun.

4. AGE - DEPENDENT VARIANTS

Posterior slow wave of youth juga disebut youth waves, posterior fused

transient, dan sail waves. Gelombang ini triangular dengan frekwensi 2-4 Hz.

Kadang kadang asimetris. Berhenti dengan membuka mata, meningkat dengan

hiperventilasi, menghilang dengan mengantuk. Pada usia 8-20 tahun, maksimal

pada remaja awal (Anugerah, Cervone).

23
BAB V

ABNORMAL EEG

EEG abnormal jika mengandung:

 aktivitas epileptiformis,

 gelombang lambat ,

 amplitudo meningkat,

 pola tertentu menyerupai aktivitas normal tetapi menyimpang dari frekuensi,

reaktivitas, distribusi

 Frekuensi diukur dalam Hertz (Hz). Apakah aktivitas lebih cepat atau lebih

lambat dari yang diharapkan untuk usia dan atau LOC pasien. Tegangan diukur

dalam Mikrovolt (Mv). Apakah aktivitas lebih tinggi atau lebih rendah dalam

amplitudo dari yang diharapkan usia dan LOC pasien? Lokasi kegiatan di lokasi

yang biasa? Digeneralisasikan atau fokus? Kuantitas adalah apakah aktivitas terlihat

jarang, kadang-kadang, sebentar-sebentar, terus menerus? Simetri adalah apakah

aktivitas amplitudo, frekuensi, sama antara kanan dan kiri, yang pada area yang

homolog pada sisi berlawanan dari kepala? Sinkronisasi adalah apakah aktivitas

amplitudo, frekuensi, yang sama berakhir homolog pada sisi yang berlawanan dari

kepala?

Morfologi adalah apakah aktivitas memiliki bentuk yang berbeda dari yang

diharapkan untuk usia dan LOC pasien? Apakah ada polaritas yang tidak biasa?

Periodisitas adalah apakah kegiatan tersebut terjadi secara berkala atau acak?

Reaktivitas adalah apakah aktivitas reaktif terhadap stimulasi? Apakah ada respons

atipikal terhadap stimulasi?

24
Gambar 6. Gelombang abnormal EEG

ABNORMAL EEG

1. Slow Activity

a. Background Slow (BS)

b. Intermitten slow (IS)

c. Continuous slow (CS)

2. Epileptiform pattern

a. Spike

b. Sharpwave

c. Benign epileptic discharge of Childhood (BEDC )

d. Spike and wae complexes

e. Slow spike and wave complexes

25
f. 3-Hz spike and wave complexes

g. Polyspike

h. Hypsarithmia

i. Photoparoxismal response

j. Seizure parttern

k. Status pattern

l. Artefact obscure EEG

3. Special pattern

a. Excessive fast

b. Asymetris

c. Sleep onset eyemovement

d. Periodic pattern

e. Trivfasic waves

f. Periodic lateralise epileptiform discharge

g. Bruss supression

h. Background supression

4. Spesial pattern used only for patien in stupor and coma

a. Alpha coma / alpha stupor

b. Spindle coma / spindle stupor

c. Beta coma / beta stupor

d. Thta coma/tetha stupor

e. Delta coma/delta stupor

5. Electrocerebral inactivity

EEG dapat membuktian adanya disfungsi serebral fokus atau fokal yang

ditunjukkan berupa perlambatan latar belakang. Ada dua jenis perlambatan yaitu

26
fokal dan umum ( general ). Seperti dibahas sebelumnya, latar belakang yang

melambat dalam rentang frekuensi theta dan delta adalah temuan normal pada EEG

ketika itu menunjukkan perlambatan perkembangan pada anak-anak, remaja, dan

beberapa orang dewasa muda atau evolusi kantuk dan aktivitas tidur. Namun, ketika

ada pelambatan fokus intermiten atau persisten yang terlihat secara konsisten pada

satu daerah kepala, atau aktivitas gelombang lambat fokal atau generalisasi yang

tidak reaktif atau umum pada pasien dewasa yang waspada, aktivitas gelombang

lambat ini harus dianggap patologis dan menunjukkan fokus atau generalisasi yang

sesuai disfungsi otak atau keduanya.

Pelambatan Fokus

Aktivitas gelombang lambat fokus pada EEG merupakan indikasi patologi

otak dimana terjadi kelainan ditempat fokus tersebut . Perlambatan dapat terjadi

intermiten atau persisten, dengan aktivitas yang lebih persisten atau lebih lambat

secara umum menunjukkan disfungsi otak fokal. Berbagai etiologi untuk disfungsi

otak fokal dapat terlihat. Ketika berselang, pelambatan fokal dapat mengindikasikan

pembukaan disfungsi serebral fokal halus akibat efek obat penenang atau hipnosis,

meskipun biasanya perlambatan yang diinduksi oleh obat bersifat umum. Lesi otak

fokal dari berbagai penyebab korteks, substansia alba yang mendasarinya, atau

keduanya dapat menyebabkan pelambatan fokus. Berbagai penyebab iskemia

sementara atau permanen yang dihasilkan dari stroke, pendarahan otak, tumor,

cedera traumatis, malformasi perkembangan kortikal, disfungsi serebral fokal

nonstruktural yang berkaitan dengan fokus epilepsi fokal, keterlibatan fokus dari

korteks oleh neurodegenerasi, malformasi arteriovenosa, dan infeksi otak fokal yang

disebabkan oleh cerebritis bakteri atau ensefalitis virus. Lihat Gambar 7. untuk

contoh perlambatan regional temporal fokal, yang juga menunjukkan amplitudo latar

27
belakang yang meningkat secara fokal sebagai akibat dari cacat tengkorak dan

operasi sebelumnya di area ini.

Gambar 7. Abnormal EEG lainnya

Focal melambat di wilayah temporal kanan sebagai akibat dari tumor otak temporal

kanan pada pria berusia 35 tahun. Perhatikan frekuensi delta fokus yang melambat

di wilayah temporal kanan dibandingkan dengan wilayah temporal kanan normal

homolog. Montase bipolar memanjang. Hak Cipta 2013. Yayasan Mayo untuk

Pendidikan dan Penelitian Medis. Seluruh hak cipta. Gambar milik Jeffrey W. Britton,

MD.

28
Gambar 8. Abnormal EEG lainnya

Perlambatan Umum/perlambatan difus menunjukkan adanya kelainan bilateral

dengan berbagai penyebab

- Gangguan metabolisme-toksik

- Cidera otak anoksik

- Koma

- Post iktik

- Kerusakan otak bawaan

- Demensia multi infark

- Penyakit Alzheimer

29
Tabel : Slow activity

Backgroud slow Intermitten slow Continuous slow

activity activity activity


Frekuensi Theta Theta or delta Theta or delta
Distribusi As in normal Variable Variable

background rhythm
Wavevorm Rhytmical Irregular Irregular
Quantity Continuous Intermitten Continuous
Reactivity Highly responsive Highly responsive None responsive

Background slow activity adalah suatu hasil rekaman dimana ritme latar

belakang lebih lambat dari normal. Disebabkan disfungsi otak difus baik kortek atau

subkortek. Kelainan bersifat non spesifik dimana pada orang dewasa biasanya

disebabkan oleh gangguan perfusi otak, gangguan metabolik dan toksis, pada anak

anak biasanya disebabkan karena sequale perinatal. Disebut abnormal I bila

berkurang 1 Hz dan disebut abnormal II bila frekuensinya berkurang lebih dari 2 Hz

dibanding latar belakang yang normal sesuai umurnya.

Intermitten slow activity adalah suatu hasil rekaman dimana ritme latar

belakan normal, tetapi sesekali ada slow wave bisa general maupun regional.

Kelainannya bersifat non spesifik bisa merupakan awal CSA ataupun epileptiform

discharges. ISA general bisa merupakan kelainan di supra interntorial maupun

infratentorial. ISA general adalah abnormal I sedangkan ISA regional adalah

abnormal II.

Continous slow activity mengambarkan adanya perlambatan dimana

apmplitudo rendah disebabkan oleh adanya lesi kronis otak statis, dan amplitudo

tinggi disebabkan adanya epilepsi fokal atau migren. Apabila didapatkan CSA

general dan background normal maka disebut abnormal, bila CSA general disertai

background slow activity disebut abnormal II, apabila CSA general tanpa

30
background normal disebut abnormal II. CSA I–II menunjukkan derajat

encepalopathy.

Epileptiform discharges adalah gelombang spike atau sharp wave sering

muncul pada epilepsi. Gelombng spike adalah gelombang dengan durasi 40 – 80

milisecond spesifik untuk epilepsi merupakan abnormal III, sharp wave adalah

gelombang dengan durasi 80-200 ms spesifik untuk epilepsi merupakan abnormal

III.

Gambar 9. Abnormal EEG

Benign Epileptiform Discharge of Choldhood ( BEDC ) adalah sharp wave

regional atau multi regional diikutti slow wave amplitudo rendah. Biasanya muncul

saat usia 5 -15 tahun dan menghilang saat pubertas. Terjadi sekitar 1-2 % anak

sehat, dimana 8% menderita epilepsi, merupakan abnormal III.

Spike and wave complexes adalah spike dan wave complek yang terjadi

berurutan. Sangat spesifik dan berhubungan erat dengan epilepsi, merupakan

31
abnormal III. Slow spike and wave complexes adalah gelombang yng terjadi multiple

dengan frekuensi kurang dari 2,5 Hz. Minimal ada satu bangkitan yang lamanya 3

detik atau lebih. Jernih pada kejang umum refrakter. Pada penderita Lennox

Gaustaut Syndrome bisa didapatkan gelombang slow Sharp Wave Complexes,

merupakan kelainan anbnormal III.

Spike and Wave Complexes adalah gelombang dengan frekuensi 2,5-3,5

Hz, dimana gelombangnya bersifat reguler, minimal ada satu kali bangkitan lama 3

detik atau lebih. Terjadi pada petit mal epilepsi, dibangkitkan dengan

memperpanjang hiperventilasi merupakan kelainan abnormal III.

Gambar 10. Abnormal EEG

32
Polispike adalah sekelompok spike, minimal jumlah 3 buah. Frekuensinya

lebih dari 10 Hz , biasanya didapatkan pada penderita dengan juvenile myoclonic

epilepsi, Lennox Gaustaut Syndrome, merupakan kelainan abnormal III.

Gambar 11. Abnormal EEG

Hypsarrhytmia adalah continous low activity general dengan amplitudo

tinggi, tidak sinkron antara hemisfere kanan dan kiri. Dan didapatkan sharf waves

multi regional di kedua hemisfer. Pada saat kejang akan terjadi electro decremental

pattern, merupkan kelainan abnormal III.

33
Gambar 12. Abnormal EEG

Photoparoxysmal response adalah epiptoform discharge general posterior

dominan, dicetuskan oleh stimulasi fotik. Merupakan gambaran spesifik dan

potensial epileptogenik , merupakan kelaianan abnormal III.

34
Gambar 13. Abnormal EEG

35
BAB VI

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengumpulan data hasil perekaman EEG yang dilakukan

mulai bulan Januari sampai Juni 2019 dapatkan, telah dilakukan 45 perekaman EEG

dengan hasil seperti dibawah ini .

a. USIA

Rekaman dilakukan pada berbagai usia dari neonatus sampai dewasa .

Usia 0 – 10 11-20 21- 30 31-40 41-50 51-60 >61

Tahun
Jumlah 11 13 4 8 2 4 3

Dari 45 pasien yang diakukan perekaman terbanyak didapatkan pada

usia 0 -20 tahun dimana menunjukkan kejang sering pada usia anak dan

remaja. Kemungkinan disebabkan oleh kejang karena genetik, kejang demam

infeksi, dan trauma kepala.

Pada usia tua kejadian kejang berkurang, biasanya disebabkan oleh

karena, trauma vaskuler, infeksi, dan keganasan .

b. Domisili

Data domisili pasien yng dilakukan perekaman adalah :

Daerah Jumlah
Kabupaten Madiun 13 orang
Kota madiun 15 orang
Magetan 8 orang
Ponorogo 2 orang
Ngawi 7 orang

36
Perekaman EEG berkurang dibandingkan tahun–tahun sebelumnya

disebabkan karena sudah banyak rumah sakit di sekitar yang sudah

mempunyai alat EEG.

c. PEREKAMAN

Perekaman yang dilakukan pada pasien tidak semuanya dilakukan untuk

yang pertama kali namun ada yang untuk dua dan tiga kali.

Rekaman Jumlah
Rekaman 1 38
Rekaman 2 5
Rekaman 3 2

Rekaman pertama biasanya dilakukan untuk membantu menetukan

penyebab keluhan kejang, nyeri kepala, gangguan memori dan lain-lain .

rekaman kedua dan ketiga biasanya dilakukan apabila terjadi perubahan jenis

kejang dan menentukan penghentian obat anti kejang .

d. Keluhan

Keluhan pasien yang dilakukan pemeriksaan EEG adalah :

Keluhan Jumlah
Nyeri kepala 3
Vertigo 0
Kejang 37
Gangguan gerak 0
Gangguan memori 0
Lain –lain 5

Pemeriksaan EEG membantu menegakkan diagnosis kejang, membantu

menetukan jenis kejang, membantu pemilihan obat dan penghentian terapi

37
obat anti epilepsi. Rekaman EEG juga dilakukan saat ingin mengetahuai

gerakan pasien sebagai bentuk epileptik atau gangguan gerak lainnya.

Pemeriksaan EEG bisa digunakan juga untuk pasien dengan koma dan

ensepalopati untuk menetukan beratnya ensepalopati.

e. ASAL PENGIRIM

Pengirim Jumlah
Poli saraf 21
Poli anak 13
Dokter swasta 10
Ruangan

f. INTERPRESTASI HASIL REKAMAN EEG

Interprestasi Jumlah
Normal 22
Abnormal I 0
Abnormal II 17
Abnormal III 5
Sulit di evaluasi 1

Interprestasi EEG dibagi menjadi

1. Normal EEG

2. Abnormal EEG

3. Technically difficulty

4. Technicaly unsastifactory

Dari 45 rekaman EEG yang dilakukan mulai Januari 2019 sampai Juni 2019

didapatkan hasil normal 22 rekaman, abnormal 22 orang dan 1 orang

technically unsatisfactory. Abnormal 1 bila didapatkan intermitten slow

activaty general atau continuous slow activity general. Abnormal II bisa

didapatkan adanya intermitten slow activity fokal atau adanya continous slow

38
actifity fokal. Abnormal III bila didapatkan gelombang tajam spike wave dan

sharp wave.

g. Inter prestasi antara keluhan dengan hasil interprestasi hasil rekaman

Uraian Jumlah
Kejang …………..normal 14
Kejang …………..abnormal 21
Keluhan lain …….normal 6
Keluhan lain …….abnormal 1
Bebas kejang …….normal 1
Kejang …………..sulit dievaluasi 1
Kejang fokal ……normal 1

Hasil EEG yang abnormal dapat muncul dalam dua cara. Pertama, aktivitas

otak yang normal dapat tiba-tiba terganggu dan berubah. Ini terjadi pada kejang

epilepsi. Pada kejang parsial, hanya sebagian otak yang menunjukkan gangguan

mendadak, sedang pada kejang umum seluruh otak mengalami gangguan

mendadak. Cara lain EEG dapat menunjukkan hasil abnormal disebut perubahan

non-epileptiformis. Dimana gelombang normal tetapi muncul pada perekaman yang

tidak seharusnya ada gelombang itu, Misalnya, gelombang delta yang terjadi pada

orang dewasa yang bangun tidak normal. Gelombang ini biasanya terjadi pada

orang dewasa ketika mereka tidur nyenyak.

EEG abnormal berarti ada masalah di area aktivitas otak. Ini dapat

memberikan petunjuk dalam mendiagnosis berbagai kondisi neurologis . Tes EEG

dilakukan untuk membantu diagnosis suatu kelainan. Hasilnya mungkin tidak

menunjukkan diagnosis tertentu, tetapi dapat mempersempit kemungkinan.

Pendapat kedua dapat menjadi alat untuk membantu menegakkan diagnosis

neurologis ( Lewis ).

39
EEG normal tidak berarti Anda tidak mengalami kejang. Sekitar setengah

dari semua EEG yang dilakukan untuk pasien dengan kejang ditafsirkan sebagai

normal. Bahkan seseorang yang mengalami kejang setiap minggu dapat memiliki tes

EEG normal. Ini karena EEG hanya menunjukkan aktivitas otak selama tes

berlangsung. Jika Anda tidak mengalami kejang pada saat itu, mungkin tidak ada

gelombang otak yang tidak biasa dicatat oleh alat.

Selama kejang, aktivitas listriknya tidak normal. Setelah kejang berakhir,

otak dengan cepat kembali normal pada kebanyakan individu. Ketika EEG dilakukan

beberapa jam atau bahkan berhari-hari kemudian, perubahan aktivitas listrik yang

terjadi selama kejang yang sebenarnya.

Untuk merekam kejang dengan EEG rutin sangat sulit bila tidak dalam

keadaan kejang. Perekaman EEG biasanya dilakukan antara kejang, yang disebut

gelombang otak interiktal. Gelombang ini mungkin atau mungkin tidak menunjukkan

bukti aktivitas kejang. Ahli saraf mencari gelombang paku atau gelombang tajam

("gelombang epilepsi") untuk mengkonfirmasi diagnosis, tetapi tidak adanya

gelombang otak abnormal ini tidak berarti Anda tidak memiliki kejang di masa lalu.

Teknik khusus, seperti lampu kilat atau pernapasan dalam (hiperventilasi) 2

hingga 5 menit, sering digunakan untuk memicu gelombang otak abnormal sehingga

dapat direkam. Merekam "gelombang epilepsi" sangat membantu karena

menegakan diagnosis dan dapat mengidentifikasi jenis gangguan kejang.

Menceritakan riwayat kejang, riwayat trauma dan penyakit sebelumnya

sangat penting untuk membantu interprestasi hasil perekaman, misalnya pingsan,

kejang sebagian tubuh. Pemeriksaan fisik membantu mengkonfirmasi kelainan yang

ada untuk dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti CT scan maupun MRI

kepala. Berdasarkan informasi riwayat penyakit dahulu, gambaran kejang yang

40
terjadi dan pemeriksaan penunjang serta pemeriksaan fisik, dokter dapat

mendiagnosis sebagai kejang meskipun hasil perekaman EEG normal.

BAB VII

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa EEG menggambarkan keadaan otak pada saat

perrkaman, tidak menggambarkan keadaan otak diluar saat perekaman. Remontage

dari bipolar ke monopolar berguna untuk menentukan epileptogenic zone ( fokus

epileptogenik) .

Diperlukan alat yang baik, tehnisi EEG yang handal dan intreprestasi yang

benar dari hasil perekaman EEG, agar EEG bisa membantu menegakkan diagnosis

suatu keluhan kejang. Hasil EEG yang normal tidak menggambarkan bahwa pasien

tidak kejang.

41
DAFTAR PUSTAKA

Smith Shelagh, EEG in the diagnosis, classification, and management of patients

with epilepsy, National Society for Epilepsy, Chalfont St Peter, Bucks SL9 0RJ,

UK; shelaghsepilepsynse.org.uk

Akbar Y Conference Paper (PDF Available) · May 2014 with 33,055 Reads 

Conference: itbcite this publication

Kusumastuti K , penempatan elektrode eeg permukaan sisitim internasioanal 10-20

Kurnia , pertemuan ilmiah nasional perdossi , 0ktober 2008

Molina GG, Direct brain-computer communication through scalp recorded EEG

signals

Article (PDF Available) · January 2004 with 645 Reads  DOI: 10.5075/epfl-thesis-

3019

Louis L , Electroencephalography (EEG): An Introductory Text and Atlas of Normal

and Abnormal Findings in Adults, Children, and Infants, Mayo Clinic College of

Medicine, Rochester, Minnesota Lauren C. Frey, MD University of Colorado, Denver,

Colorado

42
Britton JW Electroencephalography (EEG): An Introductory Text and Atlas of Normal

and Abnormal Findings in Adults, Children, and Infants [Internet]. Chicago: American

Epilepsy Society; 2016

Benbadis Selim R, MD; Chief Editor: Helmi L Lutsep, MD   EEG Artifacts Updated:

Oct 09, 2019 

Anugerah, Extraphysiologic Artifacts normal variant eeg patern

Book review

Cervone S, Normal Variant EEG Patterns

O luders H , Sdoheyl Noachtar, MD Epilepsi fondation Atlas and Classification of

Electroencephalography , WB sounders company , Philadelphia London toronto

Sydney 1995

O luders H , Sdoheyl Noachtar, MD , Atlas of Epileptic Seizures and Syndromes ,

WB sounders company Philadelphia 1995

Lewis , Understanding Your EEG Result

43

Anda mungkin juga menyukai