Anda di halaman 1dari 60

DAFTAR ISI

1. BAB I. PENDAHULUAN

2. BAB II. DESKRIPSI UNIT STROKE RS dr. SOEDONO

3. BAB III. TATA LAKSANA PELAYANAN

4. BAB IV. TATA LAKSANA UNIT STROKE

5. BAB V. PERAWATAN PASIEN PASCA STROKE DI

RUMAH

6. BAB VI. PEMBAHASAN

7. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

Unit Stroke adalah fasilitas rumah sakit terorganisir yang seluruhnya (atau

hampir seluruhnya) dikhususkan untuk merawat pasien stroke. Unit ini dikelola oleh

tim multidisiplin dengan pengetahuan khusus dalam perawatan stroke. Karakteristik

Unit Stroke (dengan bukti level 1; 2) adalah: ini adalah unit yang dapat diidentifikasi

secara geografis di rumah sakit yang dikhususkan sepenuhnya (atau hampir

seluruhnya) untuk perawatan stroke. Stafnya memiliki pengetahuan ahli dalam

bidang stroke dan rehabilitasi. Ini dikelola oleh tim multidisiplin yang bertemu

setidaknya seminggu sekali. Tim ini terdiri dari dokter, perawat, asisten perawat,

fisioterapis, terapis kerja, pekerja sosial dan terapis bicara dan memiliki akses ke ahli

gizi dan psikolog, lebih disukai dengan profil neuropsikologis (Langhorne P).

Suatu penelitian menunjukkan bahwa perawatan Unit Stroke lebih unggul

dibandingkan dengan pengobatan konvensional pasien stroke di bangsal medis

umum. Buktinya sangat kuat sehingga beberapa badan nasional merekomendasikan

agar perawatan Unit Stroke diterapkan secara luas. (Stephen J. Phillips)

Dibandingkan dengan perawatan bangsal konvensional, perawatan Unit

Stroke dikaitkan dengan penurunan probabilitas kematian atau cacat pada akhir

masa tindak lanjut (rasio ODDS 0,81, 95% CI 0,72-0,91; p = 0,0001). Potensi

manfaatnya signifikan di semua rentang usia dan karakteristik klinis, kecuali

ketidaksadaran. Tidak ada elemen spesifik dari pengaturan, organisasi, atau proses

perawatan yang dikaitkan dengan hasil (Candelise L).

2
Untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas perawatan stroke yang

terjangkau, European Stroke Organization (ESO) telah menunjuk Sertifikasi Unit

Stroke (ESO), komite yang menentukan persyaratan dan kriteria untuk sertifikasi

sebagai Pejabat Unit Stroke dan Pusat Stroke berdasarkan bukti ilmiah dari acak

terkontrol uji coba, pedoman praktik klinis, dan konsensus ahli. Fitur penting dari

perawatan stroke modern termasuk keberadaan bangsal Unit Stroke khusus, tim

multi-profesional pendekatan, organisasi Unit Stroke yang komprehensif, termasuk

organisasi ruang gawat darurat, kepatuhan terhadap diagnostik dan jendela waktu

terapeutik, diagnosa menelan dini dan terapi, terapi trombolitik intravena, periode

pemantauan otomatis, akses ke kraniektomi dekompresi dan trombolisis intra

arterial, mobilisasi dan rehabilitasi dini, pemulangan yang didukung dan perawatan

dasar setelah perawatan faktor risiko dan pencegahan pasca stroke. Komite

didefinisikan populasi sasaran, infrastruktur yang diperlukan, teknis peralatan, jalur

diagnostik, intervensi terapeutik, asuhan keperawatan, dan rehabilitasi multi-

profesional. Definisi juga mencakup karakteristik lingkungan rumah sakit dan

interaksi Unit Stroke dengan departemen lain. Kualitas indikator untuk

pembandingan disajikan. Walaupun Persyaratan Unit Stroke ESO sebagian besar

berbasis bukti, konsensus ahli juga termasuk di mana bukti tidak tersedia.

Rekomendasi dari gugus tugas ESO ini harus merangsang rumah sakit di Eropa

untuk mengajukan sertifikasi ESO. Pemenuhan kriteria akan diperiksa oleh

kunjungan di tempat .

MASALAH DAN TUJUAN

Perawatan stroke akut di rumah sakit paling baik dilakukan secara

terorganisir. Unit Stroke, yang merupakan bagian penting dari rantai pemulihan dan

3
membentuk tulang punggung pra-rumah sakit, di rumah sakit, dan perawatan pasca

rumah sakit yaitu, dari rumah ke rumah. Ada bukti meyakinkan dari sejumlah besar

uji coba terkontrol secara acak bahwa hasil dari stroke dan Transient Ischemic

Attack (TIA) pasien dikelola dalam Unit Stroke khusus, lebih baik daripada pasien

yang dikelola di bangsal medis atau neurologis umum. Model Unit Stroke yang diuj

coba terkontrol secara acak membentuk ukuran dasar kunci kualitas layanan stroke.

Infrastruktur yang lebih bagus juga telah dikembangkan untuk diagnosa dan

perawatan akut tetapi tidak didefinisikan sebagai persyaratan absolut (Ringelstein )

Unit Stroke adalah fasilitas rumah sakit yang menyediakan model

perawatan spesifik stroke dengan pendekatan terapi komprehensif , meliputi terapi

hiper akut (onset < 6 jam) bisanya dengan terapi ( rt-PA ) akut, rehabilitasi, dan

prevensi sekunder.

Rencana perawatan sejak masuk sampai pulang disusun bersama sama

oleh tim multidisiplin. Kelengkapan Unit Stroke sebagai high care adalah adanya

peralatan monitoring jantung, tekanan darah, oksigen dalam darah, dan tempat tidur

empat posisi.

Kekuatan utama perawatan stroke di Unit Stroke ini adalah observasi status

neurologik dan keadaan umum secara ketat. Komponen utama perawatan di Unit

Stroke adalah menyelamatkan jiwa (1 - 4 minggu setelah stroke) dan menurunkan

ketergantungan. Dari penilaian yang sangat ketat ini, fluktuasi kestabilan fungsi

kardiopulmo vaskular ini dapat dimonitor terus sehingga dapat diketahui kapan saja

waktu yang tepat untuk intervensi dimulainya program neurorestorasi, pemberian

terapi yang tepat, manipulasi apa saja yang boleh dan tindakan lainnya sesuai

dengan kebutuhan (AL Rasyid 2007).

4
Keuntungan perawatan di Unit Stroke adalah perawatan yang lebih efektif.

Dari 23 penelitian dari 8 negara, didapatkan bukti bahwa perawatan dengan sistim

multidislipin di Unit Stroke lebih efektif dibandingkan perawatan di bangsal.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan:

 Penurunan angka kematian 22% di Unit Stroke, dan di bangsal 26%.

 Penurunan jumlah pasien yang membutuhkan perawatan di instittusi

sepulang dari perawatan di rumah sakit, yaitu 18% di Unit Stroke dan 20% di

bangsal.

 Pasien independen sebesar 41% di Unit Stroke dan 38% di bangsal (Al

Rasyid 2007).

Stroke pada saat ini merupakan masalah kesehatan yang membebani

masyarakat dan pemerintah Indonesia. Angka kejadian stroke cukup tinggi dan

merata baik di kota besar maupun kota kecil. Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI

mendapatkan angka prevalensi stroke 8,3 per 1000 penduduk di tahun 2007 dan

meningkat menjadi 12,1 per 1000 penduduk di tahun 2013. Survei harian Kompas

dari data 41.590 kematian selama kurun waktu Januari - Desember 2014,

mendapatkan angka penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah akibat stroke

baik untuk pria maupun wanita yaitu sebesar 21,1%.

Stroke adalah kumpulan gejala berupa muka mencong, lengan dan tungkai

sebelah menjadi lemah, bicara pelo/sulit yang terjadi secara tiba-tiba akibat dari

penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya (stroke hemoragik) pembuluh darah

otak. Bila terkena stroke dengan gejala awal seperti diatas, maka waktu kurang dari

4,5 jam merupakan “golden period” terapi stroke akibat penyumbatan pembuluh

darah otak (stroke iskemik).

5
Meskipun kejadian stroke ini tiba tiba seperti suatu “serangan”, akan tetapi

adanya penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak ini sebenarnya akibat

dari “faktor risiko” yang telah lama diderita oleh seseorang calon penderita

stroke. Faktor risiko yang dimaksud ini, berupa penyakit penyakit seperti tekanan

darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, kegemukan, sakit jantung dan asam urat

tinggi. Kondisi ini diperburuk dengan kebiasaan merokok, minum alkohol, kurang

olah raga, kurang istirahat/stres. Melihat faktor risiko stroke, maka untuk

mencegah jangan sampai terkena stroke adalah memperbaiki gaya hidup. Gaya

hidup ini meliputi: pola makan, aktivitas keseharian berupa olah raga, waktu

istirahat cukup, mengurangi stres dan kebiasaan konsumsi yang buruk.

Menurut survei harian Kompas yang terbit pada hari Selasa, 19 Mei 2015,

penduduk Indonesia yang mengkonsumsi gula berlebih (lebih dari 50 gram/hari)

sebesar 4,8%, konsumsi garam berlebih (lebih dari 2000 mg/hari) sebesar

18,3%, konsumsi lemak berlebih (lebih dari 67 gram/hari) sebesar 26,5%. Pola

makan dengan tinggi gula, garam ataupun lemak, banyak didapatkan pada

makanan sehari hari. Contoh makanan dengan tinggi gula (manis) seperti kue

tradisional maupun minuman teh/kopi yang manis, makanan yang mengandung

garam tinggi seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang mengandung lemak

tinggi adalah makanan yang bersantan, gorengan. Makanan yang mengandung

asam urat tinggi antara lain, isi dalam binatang berkaki empat seperti usus, hati,

limpa, dsb. Akibat pola makan buruk ini, maka angka kejadian diabetes / penyakit

gula, penyakit darah tinggi, kolesterol tinggi, asam urat tinggi dan kegemukan

akan meningkat. Selain pola makan yang kurang baik, gaya hidup buruk lainnya

seperti merokok, minum alkohol, konsumsi narkoba, kurang olah raga, kerja

6
berlebihan yang menimbulkan stres dan kurang istirahat juga merupakan faktor

risiko stroke.

Riset Kesehatan Dasar Kemkes RI mendapatkan data, hanya 26,1% orang

yang berolah raga rutin. Survei harian Kompas, mendapatkan angka 33,6%

berolah raga tapi tidak rutin dan 18,6% berolah raga satu kali per minggu.

Perokok meningkat pada laki laki dari 53,4% di tahun 1995 menjadi 66% di tahun

2013 dan untuk wanita dari 1,7% di tahun 1995 menjadi 2,3% di tahun 2013

(Surtidewi 2019).

7
BAB II

DESKRIPSI UNIT STROKE RSUD dr SOEDONO MADIUN

1. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Menurut Langhome & Dennis (1993), definisi Unit Stroke ada 3 macam :

a. Definisi pertama, Unit Stroke adalah tim yang terdiri atas dokter-dokter

spesialis sesuai dengan bidangnya dalam mengenai penderita stroke dan

sebagai konsulen di rumah sakit.

b. Definisi kedua, Unit Stroke adalah ruangan khusus di rumah sakit yang

menyediakan tempat tidur khusus untuk penderita-penderita stroke yang

memerlukan perawatan oleh tim yang terdiri atas dokter-dokter spesialis.

c. Definisi ketiga, Unit Stroke adalah tempat khusus di rumah sakit yang sudah

disiapkan bagi penderita stroke dan penderita seperti stroke yang

memerlukan pelayanan rehabilitasi serta kemampuan pelayanan professional

dalam suatu unit yang tetap (Al Rasyid 2007).

2. BATASAN OPERASIONAL

a. Unit Stroke merupakan unit pelayanan fungsional yang ditujukan untuk

merawat pasien stroke dalam kondisi akut, stroke berulang, dan pasien stroke

lama yang mengalami penurunan kesadaran. Unit Stroke RSUD Dr.

Soedono Madiun didirikan dengan tim yang komprehensiv di dalamnya

yang terdiri dari Dokter Ahli Penyakit Saraf sebagai Ketua Tim, Dokter Ahli

8
yang terkait, misalnya ; Jantung, Paru, Penyakit Dalam, Gizi, Ahli Rehabilitasi

Medis, dan perawat yang telah terlatih khusus merawat penderita stroke akut .

b. Standar Pelayanan adalah adalah tingkat pelayanan intensif yang disesuaikan

dengan kelas rumah sakit.

c. Tenaga profesional adalah tenaga yang mencakup dokter spesialis jantung,

dokter spesialis lain, dan perawat Unit Stroke.

d. SPO adalah prosedur standar operasional.

3. LANDASAN HUKUM

a. Undang-undang No. 36 tentang Kesehatan tahun 2009.

b. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

c. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

d. Keputusan menteri kesehatan RI no 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang

Pedoman Peraturan Internal RS.

e. Peraturan daerah propinsi Jawa timur no 23 tahun 2002 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Rumah Sakit Provinsi Jawa Timur.

f. Protap pelayanan keperawatan RSU dr. Soedono Madiun tahun 2007 sesuai

SK Direktur RSU Dr. Soedono Madiun nomor 445/3115/307/2007, Menteri

Kesehatan No.834 tentang High Care Unit.

4. STANDAR FASILITAS

1. Denah Ruang Unit Stroke

Unit Stroke menempati lahan ex ruang nifas seluas 28 x 7m 2 dengan

kapasitas 10 tempat tidur, yang kemudian direnovasi dan diatur sedemikian

9
rupa sehingga sesuai peruntukannya untuk merawat pasien stroke dalam

kondisi akut. Kemudian pindah lagi ke ex lahan Ruang Melati Non Infeksius

Kelas II dan III di utara Wijaya Kusuma C dengan lahan seluas 17 x 9 m 2 ,

dengan kapasitas 6 tempat tidur, dan telah menempati lantai II Gedung

Perawatan Jantung ,Syaraf dan Paru dengan kapasitas 7 tempat tidur.

2. Fasilitas

Unit Stroke RSUD Dr.Soedono merupakan ruang perawatan setingkat

High Care Unit yang merupakan bagian dari Instalasi Rawat Darurat Terpadu.

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan

keselamatan pasien secara berkesinambungan penyelenggaraan pelayanan

mengacu pelayanan High Care Unit (HCU) yang berkualitas di Rumah Sakit .

a. Sarana, Prasarana dan peralatan

a. Lokasi: Separated, terpisah dengan ICU

b. Kebutuhan Ruangan

Ruang HCU dibagi menjadi beberapa area yang terdiri dari :

1) Area pasien

 Unit terbuka 12-16 m²/ tempat tidur.

 Jarak antara tempat tidur : 3 m.

 Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat

tidur.

 Harus ada sejumlah outlet yang cukup sedikit 3 outlet udara-

tekan, dan 3 pompa isap.

 Minimal 16 stop kontak untuk tiap tempat tidur.

10
 Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan

lampu TL day light 10 watt/m².

 Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien

dan personil.

 Desain dari unit juga memperhatikan privasi pasien.

2) Area kerja meliputi:

 Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual

perawat dengan pasien.

 Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi

dan penyimpanan obat dan alat (termasuk lemari pendingin).

 Ruang yang cukup untuk mesin x-ray mobile dan dilengkapi

dengan viewer.

 Ruang untuk telepon dan sistem komunikasi lain, komputer dan

koleksi data, juga tempat untuk penyimpanan alat tulis.

 Terdapat ruang yang cukup untuk resepsionis dan petugas

administrasi.

 Mempunyai penyejuk ruangan/AC yang dapat mengontrol suhu

22-25ºC antara dan dengan kelembapan 50-70%, sesuai luas

ruangan.

 Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih. Untuk

menyimpan monitor, ventilasi mekanik, pompa infus, dan pompa

syringe. Alat-alat sekali pakai, cairan, penggantungan infus, troli,

penghangat darah, alat hisap, linen dan tempat penyimpanan

barang dan alat bersih.

 Ruang tempat pembuangan alat/bahan kotor

11
Ruang untuk membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine,

pengosongan, pembersihan pispot dan botol urine. Diatur untuk

menjamin tidak ada kontaminasi ke ruangan pasien.

 Ruang staff

Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh staff yang

bertugas.

3) Peralatan :

No Nama Alat Jumlah

1 Bedside monitor yang bisa Sesuai jumlah

memonitor tekanan darah non- tempat tidur Unit

invasif secara berkala, laju nadi, Stroke

EKG, dan oksimetri.

2 Defibrilator 1

3 Set Trolley Emergency (termasuk 1

alat dan obat pembebas jalan

nafas)

4 Alat penghisap lendir (suction Sesuai jumlah

pump) tempat tidur

5 Alat akses pembuluh darah, 1

termasuk kateter vena sentral

6 Pompa infus (Infusion 1 unit /1 tempat

Pump/Syringe pump) tidur (minimal)

7 Alat transportasi pasien (monitor, 1 unit

brankar)

8 Sumber oksigen (sentral/tabung) 1 unit Minimal

12
9 Alat hisap lendir 1 unit /1 tempat

tidur

Adapun ruangan Unit Stroke dibagi menjadi beberapa bagian yang

terdiri dari

a) Ruang Penunggu Pasien,

Ruangan yang berada tepat di depan Unit Stroke, yang digunakan

untuk menunggu keluarga yang sedang dirawat, disertai dengan locker

untuk keluarga pasien. Disediakan tempat yang nyaman, cukup luas dan

terdapat kamar mandi umum.

b) Ruang Kantor Kepala Ruang

Untuk menjalankan monitoring Unit Stroke dan menerima tamu Kepala

Unit Stroke. Disediakan ruangan khusus yang dilengkapi peralatan

mebel.

c) Kamar Ganti

Sebuah ruangan yang didesign sangat minimal yang berfungsi untuk

ganti baju perawat serta mahasiswa praktek.

d) Nurse Station

Sebuah area yang terhubung langsung dengan ruangan pasien yang

berfungsi untuk tempat perawat mengobservasi pasien dan mengerjakan

rekam medis pasien. Selain itu juga berfungsi untuk mendata pasien,

memasukkan data ke komputer, penyimpanan berkas berkas yang

13
berkaitan dengan administrasi. Juga difungsikan untuk memotivasi

keluarga pasien bila ada yang perlu dijelaskan.

e) Kamar Mandi

Kamar mandi di Unit Stroke terbagi menjadi dua. Satu kamar mandi

yang berada di gudang digunakan untuk kamar mandi petugas, dua

kamar mandi di dalam disediakan untuk pasien laki-laki dan perempuan.

f) Spoel hoek

Sebuah ruangan kecil yang berfungsi untuk menyimpan peralatan utuk

memenuhi KDM pasien seperti waskom besar untuk menyibin pasien,

pispot dan urinal untuk membantu pasien BAK dan BAB.

g) Gudang

Ruangan untuk penyimpanan kursi roda, tiang infus, dan alat rumah

tangga cadangan.

BAB III

TATA LAKSANA PELAYANAN

1. PENATALAKSANAAN

14
Unit Stroke RSUD dr Soedono Madiun memberikan pelayanan kepada pasien

stroke dalam kondisi akut, stroke berulang, dan pasien stroke lama yang

mengalami penurunan kesadaran. Dengan meningkatnya insiden penyakit stroke

yang disebabkan bertambahnya usia harapan hidup, perlu dibuat rancangan tata

laksana pelayanan stroke yang lebih terpadu, agar angka kematian stroke dapat

dikurangi.

1. Penatalaksanaan di Ruang Gawat darurat

Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke terutama stroke akut

sangat pendek maka evaluasi dan diagnosis klinik harus dilakukan dengan

cepat, sistematik, dan cermat. Evaluasi gejala dan tanda klinik stroke akut

meliputi :

a. Anamnesis

Terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat

serangan, gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar,

kejang, cegukan, gangguan penglihatan, penurunan kesadaran serta

faktor resiko.

b. Pemeriksaan fisik

Meliputi penilaian ABC, nadi,oksimetri dan suhu tubuh. Pemeriksan

kepala dan leher misalnya: cedera kepala akibat jatuh, tanda-tanda

distensi vena jugular pada gagal jantung kongestif. Pemeriksaan torak,

abdomen, kulit dan esktremitas.

c. Pemeriksaan neurologik dan skala stroke.

15
Pemeriksaan neurologik terutama pemeriksaan saraf kranialis,

rangsang selaput otak, sistem motorik, sikap, refleks, sensorik, dan fungsi

kognitif.

d. Studi diagnostik

Pemeriksaan CT Scan kepala, MRI, kadar gula darah, serum elektrolit,

tes fungsi ginjal, EKG, darah lengkap, tes fungsi hati, dan foto rontgen

thorax .

e. Terapi Umum (supportive)

1. Stabilisasi jalan nafas

a) Perbaiki jalan nafas : berikan bantuan ventulasi pada pasien yang

mengalami penurunan kesadaran.

b) Pada pasien hipoksia diberikan suplai oksigen.

c) Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia, tidak memerlukan

suplemen oksigen.

2. Stabilisasi hemodinamik (sirkulasi)

a) Berikan cairan kristaloid atau colloid intravena.

b) Optimalisasikan tekanan darah, bila tekanan darah sistolik dbawah

120 mmHg dapat diberikan vasopressor seperti dopamine.

c) Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama

setelah awitan serangan stroke.

d) Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera atasi

dengan konsultasi dengan dokter kardiologi.

3. Pengendalian TIK

16
a) Tinggikan posisi kepala 15-30°.

b) Posisi pasien hendaklah menghindari penekanan vena jugularis.

c) Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik.

d) Hindari hipertermi.

e) Jaga normo volemia

2. Penatalaksanaan di Ruang Rawat Inap

a. Cairan

1) Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga

hipovolemia

2) Pada umumnya kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari

3) Balance cairan dihitung dengan mengukur produksi urin sehari di

tambah dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (produksi

urine ditambah 500ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak dan

ditambah lagi 300ml per derajat celcius pada penderita panas).

4) Elektrolit harus selalu diperiksa.

5) Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil analisa

gas darah.

6) Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah dihindari

kecuali pada keadaan hipoglikemia.

b. Nutrisi

17
1) Nutrisi enteral paling lambat harus sudah diberikan dalam 48 jam.

2) Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan

diberikan melalui pipa nasogastrik.

3) Pada keadaan tertentu yaitu pemberian nutrisi enteral tidak

memungkinkan, dukungan nutrisi boleh diberikan secara parenteral.

PENCEGAHAN DAN MENGATASI KOMPLIKASI

1) Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi.

2) Pencegahan dekubitus dengan mobiliasi terbatas dan atau memakai

kasur antidekubitus.

2. ALUR PELAYANAN PASIEN

1. Cara Pasien Masuk

a. Pasien Poliklinik

Pasien berasal dari poliklinik yang telah diperiksa ulang dan telah

dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang.

b. Pasien dari ruang lain

Pasien dari ruang lain dengan indikasi masuk ruang Unit Stroke dan

telah dikonsulkan kepada dokter penanggung jawab Unit Stroke.

c. Pasien dari UGD

18
Pasien datang sendiri atau pasien rujukan dari rumah sakit lain masuk

melalui UGD, telah dilakukan pemeriksan fisik maupun pemeriksan

penunjang dan dikonsulkan kepada dokter penanggung jawab Unit

Stroke.

2. Kriteria Pasien Masuk Unit Stroke

a. Pasien Stroke Akut ≤ 7 hari

b. Pasien Stroke lama dengan penurunan kesadaran

3. Kriteria Pasien Keluar Unit Stroke:

- Haemodinamik stabil

- Tidak ada tanda-tanda peningkatan Tekanan Intra Kranial

B. Bagan Alur Pasien di Unit Stroke

19
Mulai

Perawat Unit Stroke

Menerima Pasien dari Unit


Lain

Dokter Jaga

Lakukan Pemeriksaan Fisik


dan Anamnesa

Stroke Fase
Akut ?

Perawat Unit
Dr. Jaga
Stroke

Penegakan
Diagnostik Kirim ke ruangan
(CT Scan)

AK Pelayanan
Selesai
Radiologi

Dr. Jaga/Perawat

Lapor DPJP

A/2

20
A/1

DPJP

Tentukan rencana
pengobatan

perawat

Lakukan perawatan
psien harian dan sesuai
rencana dokter

DPJP

Visite Harian

Tidak Tidak
Stabil?

Ya
Meninggal
Dirujuk
Sembuh Pindah / Belum
pulang?

Perawat Perawat

Kirim ke Perawat Unit Kirim ke kamar


RS Type A Pasien Stroke Jenazah
keluar RS
Kirm ke ruangan

Selesai

BAB IV

TATA LAKSANA UNIT STROKE

21
1. Tata laksana ruangan

Menurut Kaste et al. (2000) persyaratan minimum untuk Unit Stroke

meliputi :

1) Dapat memberikan perawatan stroke dan prosedurnya.

2) Kerjasama yang erat antara tim dokter untuk melakukan evaluasi dan

perawatan.

3) Adanya personel perawat khusus yang terlatih.

4) Dapat memberikan rehabilitasi dini, termasuk terapi wicara, terapi

okupasi, dan terapi fisik.

5) Adanya fasilitas rehabilitasi.

6) Adanya fasilitas pemeriksaan penunjang yang siap 24 jam, meliputi CT

Scan, EKG, EEG, laboratorium dan neurosonologi.

7) Adanya instalasi pemeriksaan tekanan darah, gas darah, glukosa

darah, dan temperatur badan.

2. Tata laksana sarana dan prasarana

1) Desain:

a) Luas daerah untuk satu tempat tidur adalah 3 X 3 meter

b) Mempunyai alat penyejuk udara (AC)

c) Ventilasi baik dan memiliki exhaust fan.

d) Pencahayaan cukup.

e) Lantai bersih.

22
f) Memiliki sumber energi listrik cadangan.

g) Luas ruangan dan jumlah tempat tidur sesuai kebutuhan.

h) Memiliki sumber oksigen sentral.

i) Memiliki tempat cuci tangan (wastafel) .

2) Peralatan

Standar alat-alat yang umumnya diperlukan :

a) Bedside monitor

b) Defibrilator

c) Alat penghisap/suction (sentral atau manual)

d) Alat pembebas jalan nafas ( Laringoskop, pipa endotrakheal, mayo

tube)

e) Oxymetri

f) Pompa infuse (Syringe pump/Infuse pump)

3. Tata laksana petugas

Anggota tim stroke harus mempunyai kompetensi dan pengetahuan

mengenai tata laksana stroke yang meliputi (Departemen Kesehatan RI,

2004).

1) Melakukan diagnosis, terapi, perawatan dan evaluasi stroke akut

2) Membantu pemulihan penderita stroke seoptimal mungkin.

3) Menurunkan insidensi stroke melalui usaha prevensi primer dengan

edukasi.

4) Mengimplementasikan prevensi primer untuk menurunkan risiko

berulang.

5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta pengembanagan

riset stroke.

23
4. Tata laksana pasien

Prosedur pasien yang masuk ke Unit Stroke baik dari UGD, rawat jalan,

maupun ruang lain adalah sebagai berikut :

1) Pasien yang masuk ruang Unit Stroke adalah pasien stroke fase akut

kurang dari 7 hari atau pasien stroke lama yang mengalami penurunan

kesadaran.

2) Pasien masuk Unit Stroke diantar oleh petugas IRD, IRJA atau Ruang

rawat inap lain dan diikuti oleh keluarga pasien sampai di depan pintu

masuk, selanjutnya keluarga hanya boleh menunggu di luar ruangan,

kecuali pasien yang kondisinya kritis boleh ditunggu oleh 1 (satu)

orang keluarga.

3) Petugas Unit Stroke menyiapkan ruangan, tempat tidur lengkap

dengan alat keperawatan dan kedokteran sesuai kebutuhan.

4) Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan dicatat pada

lembar observasi.

5) Observasi terhadap pasien dilakukan tiap 15 menit sampai 4 jam atau

sesuai kondisi pasien atau instruksi dokter.

6) Pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan dan perubahan-

perubahan pada pasien (tanda-tanda vital) pada lembar observasi

intensive (RSSM/FRRS/RM/067).

7) Baju pasien diganti dengan baju khusus yang disediakan.

8) Menghubungi DPJP segera setelah pasien dirawat di Unit Stroke.

9) Mencatat biodata, nomor register, dll pada buku pasien masuk dan

keluar.

24
Semua pasien penderita stroke derajat sedang sampai berat harus

dimonitor dengan hati-hati, baik keadan umum maupun fungsi otaknya.

Hal-hal yang harus dimonitor meliputi (Lamsudin, 1999) :

1) Saturasi oksigen, tekanan darah dan temperatur badan harus

dimonitor selama 24 jam serangan.

2) Elektrokardiografi, jika ada kecurigaan di jantungnya dan kemungkinan

terjadi serangan jantung mendadak, maka perlu dimonitor selama 2-3

hari.

3) Kadar gula darah.

4) Keseimbangan cairan dan elektrolit.

5. Indikator Mutu

Indikator mutu pelayanan di Unit Stroke sebagai berikut :

1) Angka kejadian infeksi nosokomial maksimal < 5%.

2) Angka kejadian dekubitus < 5%.

3) Angka kejadian stress ulcer < 5%

4) Angka kepuasan pasien 90%.

Indikator mutu yang lain tahun 2018 :

a. Assesment awal terisi lengkap ≤ 24 jam, 100%

b. Assesment resiko jatuh terisi lengkap 100%

25
c. Kepatuhan penggunaan APD 100%

d. Kepatuhan Hand Hygiene 100%

e. Kepatuhan lapor dokter dengan Tehnik SBAR,TbaK

dan ditandatangi dokter pada kesempatan berikutnya 100%

f. Pengisian Clinical Pathway CVA Infark 100%

g. Angka kejadian pasien jatuh 0%

Indikator mutu unit lain yang dipantau datanya di Unit Stroke

1) Ketidakpatuhan melakukan pelabelan pada obat yang perlu diwaspadai

100%

2) Kepatuhan pemasangan gelang identias 100%

3) Kemampuan Pemenuhan Kebutuhan Darah oleh Bank Darah RSUD dr.

Soedono Madiun 100%

4) Kepatuhan Pelaporan Hasil Kritis dari Unit Penunjang 100%

Untuk menjamin dan melindungi hak-hak pasien dalam pelayanan di Unit

Stroke, diperlukan ketentuan ketentuan yang mengarahkan staf Unit Stroke

dalam melakukan kegiatannya. Ketentuan tersebut antara lain:

1. General Consent

26
Pelaksanaan General Consent untuk pernyataan rawat inap dilalkukan di

Bagian Admisi saat pasien masuk. Di Unit Stroke sendiri dilakukan

pengecekan ulang, apakah pasien dan keluarga benar-benar mengerti

tentang ketentuan di Unit Stroke. Bila ternyata pasien dan keluarga belum

memahami maka dilakukan General Consent ulang sampai pasien benar

banar mengerti. Pasien pindahan dari ruang lain pernyataan rawat inap

dilakukan lagi di nurse station ruang Unit Stroke.

Selain pernyataan rawat inap petugas juga memotivasi tentang tindakan yang

akan dilakukan serta resiko yang bisa terjadi sekaligus meminta persetujuan

dari pasien atau keluarga, seperti pasang NGT, Kateter urine atau tindakan

lain terutama tindakan tindakan yang beresiko menimbulkan efek samping

kecacatan fisik ataupun gangguan psikologis.

2. Informasi Tarif

Untuk memberikan kepastian keluarga pasien petugas harus memberikan

informasi yang benar tentang biaya yang mungkin akan dikeluarkan selama

dirawat di Unit Stroke.

3. Timbang terima

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin

dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan

mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah/belum dilakukan dan

perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat

27
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan

sempurna. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan berkaitan dengan

kesalahan informasi, harus dilakukan timbang terima yang baik antara

petugas Unit Stroke dengan petugas yang mengantar pasien dengan tehnik :

a. Nama Pasien dan alamat rumah dengan jalan melakukan observasi

secara langsung ke pasien.

b. Kondisi pasien saat masuk (keadaan umum, GCS, TTV, saturasi

oksigen).

c. Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.

d. Terapi dari dokter ketika pasien masuk atau dari ruangan sebelumnya.

e. Terapi terakhir dan waktu pemberian.

f. Tindakan selanjutnya yang harus dilakukan oleh perawat Unit Stroke.

Selain dengan petugas lain, timbang terima juga dilakukan petugas

antar shift di Unit Stroke ketika operan, secara lisan dan tertulis dalam status

rekam medis pasien yang berisi :

a. Nama, umur dan diagnose pasien

b. Kondisi terakhir pasien terkait keadaan umum, Keluhan saat ini, Status

Neurologis, GCS, TTV.

c. Program terapi dari dokter penanggung jawab pasien dan rencana

pengobatan/ keperawatan.

d. Dokumentasi tindakan baik medis maupun tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan.

28
e. Evaluasi meliputi respon pasien, tindakan medis maupun tindakan

keperawatan yang harus dilaksanakan.

BAB V

PERAWATAN PASIEN PASCA STROKE DI RUMAH.

29
 1. Persiapan sebelum pasien pulang ke rumah

Setelah kondisi pasien stabil dan fase akut terlampaui, pasien masuk ke fase

ketiga yaitu fase pemulihan. Pasien stroke membutuhkan penanganan yang

komprehensif, termasuk upaya pemulihan dan rehabilitasi dalam jangka lama,

bahkan sepanjang sisa hidup pasien. Keluarga sangat berperan dalam fase

pemulihan ini, sehingga sejak awal perawatan keluarga diharapkan terlibat

penanganan pasien.

Perencanaan pulang atau discharge planning  dilakukan oleh dokter, perawat

dan anggota tim stroke yang lain, dengan melibatkan pasien stroke dan keluarga jika

memungkinkan. Proses perencanaan pulang dimulai sejak pasien masuk rumah

sakit, termasuk edukasi kepada pasien dan keluarga. 

Materi pendidikan kesehatan mencakup hal berikut: tenaga care giver yang

merawat dirumah khususnya pada tiga bulan pertama pasca stroke, persiapan

kamar tidur, tempat tidur, meja di samping tempat tidur, kursi dan kursi roda, kamar

mandi, pakaian pasien, serta alat kesehatan dan alat non medis sesuai kebutuhan

pasien.

2. Peran keluarga dalam merawat pasien pasca stroke di rumah  

Selama perawatan di rumah, keluarga berperan penting dalam upaya

meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri, meningkatkan rasa percaya diri

pasien, meminimalkan kecacatan menjadi seringan mungkin, serta mencegah

terjadinya serangan ulang stroke.

Keluarga dan pasien dapat menggunakan sumber-sumber yang ada di

masyarakat untuk membantu pasien pasca stroke beradaptasi dengan keadaan

30
dirinya, antara lain dengan ikut kegiatan di klub stroke yang diselenggarakan oleh

Yayasan Stroke Indonesia atau YASTROKI.

3. Masalah kesehatan pasien pasca stroke di rumah

Kemungkinan masalah kesehatan yang dialami pasien pasca stroke di rumah

antara lain: kelumpuhan/kelemahan separo badan atau hemiparese, gangguan

sensibilitas atau pasien mengalami rasa kebas atau baal, gangguan keseimbangan

duduk atau berdiri, gangguan berbicara dan gangguan berkomunikasi, gangguan

menelan, gangguan penglihatan, gangguan buang air kecil atau inkontinensia,

gangguan buang air besar atau konstipasi, kesulitan mengenakan pakaian,

gangguan memori atau daya ingat, perubahan kepribadian dan emosi.

PRINSIP MERAWAT PASIEN STROKE DI RUMAH

1. Menjaga kesehatan punggung pengasuh atau keluarga.

2. Mencegah terjadinya luka di kulit pasien akibat tekanan.

3. Mencegah kekurangan cairan atau dehidrasi.

4. Mencegah terjadinya kekakuan otot dan sendi.

5. Mencegah terjadinya nyeri bahu (shoulder pain)

6. Memulai latihan dengan mengaktifkan batang tubuh atau torso

BEBERAPA TIPS MENCEGAH STROKE BERULANG

31
 A. Tips untuk latihan kebugaran jasmani

 Gunakan tangga dari pada lift

1. Jalan cepat ke halte bus/stasiun kereta

2. Parkirkanlah mobil anda jauh dari tempat yang dituju

3. Berdirilah dengan merenggangkan lengan dan kaki ketika berbicara di

telepon.

4. Letakkan pesawat telepon agak jauh  dan berjalanlah ke arah telepon untuk

meraihnya.

5. Kencangkan otot-otot dengan lengan ketika berdiri

6. Lebih baik jalan kaki ke toko dekat rumah dari pada bermobil

7. Latihan olah raga secara teratur paling sedikit tiga kali seminggu

 B. Tips untuk berolah raga secara aman

  Konsul ke dokter sebelum melakukan olah raga untuk pertama kali. Kenakan

baju yang menyerap keringat dan sepatu yang nyaman. Frekuensi latihan sebaiknya

3 sampai 5 kali seminggu dan lama latihan minimal 20 menit atau sampai

berkeringat setiap kali latihan. Latihan olah raga sebaiknya terencana dengan baik,

bila memungkinkan ukur tekanan darah sebelum latihan dan ukur kadar gula darah

bagi pasien yang menderita Diabetes Mellitus atau kencing manis. Lakukan

pemanasan sebelum memulai latihan dan segera berhenti bila terasa sesak nafas

atau rasa tidak enak di dada. Lakukan jenis olah raga yang anda senangi dan

hindari yang bersifat kompetisi. Bagi pasien dalam kondisi sehat sebaiknya

melakukan olah raga dengan perut kosong atau minimal 2 jam sesudah makan.

 C.  Pola makan sehat dan seimbang

32
 Makan menu seimbang sesuai kalori yang dibutuhkan

1. Kurangi asupan lemak, gula, dan garam

2. Perbanyak makan sayur dan buah yang mengandung tinggi serat untuk

membantu mengontrol kadar gula dalam darah, menurunkan kolesterol darah,

serta dapat mengurangi risiko terserang penyakit kardiovaskular.

3. Masak bahan makanan dengan cara merebus, mengukus, panggang, atau

bakar, hindari cara masak dengan menggoreng.

4. Ikuti cara makan sehat sebagai berikut, gunakan piring kecil dan makan

sesuai kebutuhan, makan secara perlahan, dan makan camilan sehat seperti

buah.

 D. Tips diet konsumsi rendah lemak

1. Perbanyak makan ikan dan tempe.

2. Hindari asupan lemak, minyak goreng dan santan.

3. Perbanyak makan sayur dan buah.

4. Timbang berat badan secara teratur, hindari kegemukan.

5. Bila memasak daging, pisahkan lemak dan jangan dimakan.

6. Hindari makan yang digoreng.

7. Hindari biskuit, cake, tart, coklat.

8. Pilih susu yang rendah lemak.

9. Kontrol berat badan.

33
E. Tips diet konsumsi rendah garam

1. Hindari makanan yang menggunakan banyak garam dapur.

2. Batasi makanan yang menggunakan soda.

3. Hindari makanan kaleng yang menggunakan bahan pengawet dari natrium

4. Hindari makanan, minuman atau bumbu yang mengandung tinggi natrium.

F. Tips berhenti merokok


 Stop merokok secara total, jangan bertahap.

1. Jauhkan asbak dari pandangan.

2. Gunakan sarana umum dan ruang tunggu khusus bagi bukan perokok.

3. Bila tiba-tiba ingin merokok, makanlah buah segar.

4. Bila mulut terasa asam, minumlah air putih atau sikat gigi.

5. Hindari tempat-tempat yang banyak orang merokok, misalnya : pub, bar,

diskotik dan sebagainya (Mulyatsih, 2019).

34
BAB VI

PEMBAHASAN

1. JENIS KELAMIN

35
Pasien yang dirawat di Unit Stroke RSUD dr Soedono mulai Januari 2017 sampai

Desember berjumlah 575 pasien dengan rincian sebagai berikut:

36
N   JENIS KELAMIN
LAKI -
O
 BULAN WANITA
LAKI
 
1 JANUARI 23 19

2 FEBRUARI 13 19

3 MARET 24 19

4 APRIL 18 20

5 MEI 28 18

6 JUNI 24 23

7 JULI 31 16

8 AGUSTUS 35 26

9 SEPTEMBER 39 33

10 OKTOBER 26 28

11 NOPEMBER 28 17

12 DESEMBER 27 21

316 259

Pasien yang dirawat di Unit Stroke terbanyak adalah laki–laki dibanding perempuan,

didapatkan pasien laki-laki 55% dan perempuan 45%.

37
2, AGAMA

Pada saat perawatan di Unit Stroke kami melakukan anamnesis tentang agama dan

keyakinan, karena selama perawatan akan disiapkan tim kerohanian yang akan

mendoakan dan membimbing pelaksanaan ibadah selama sakit dan dirawat di

rumah sakit, didapatkan data seperti berikut :

AGAMA
N
BULAN
O ISL KRIST KATO HIN BUD KONGH KEPERCA

AM EN LIK DU HA UCU YAAN

JANUAR
1 41 1 0 0 0 0 0
I
FEBRUA
2 32 0 0 0 0 0 0
RI
3 MARET 42 1 0 0 0 0 0

4 APRIL 37 1 0 0 0 0 0

5 MEI 42 4 0 0 0 0 0

6 JUNI 43 3 1 0 0 0 0

7 JULI 46 0 0 0 1 0 0
AGUSTU
8 58 0 2 0 1 0 0
S
SEPTEM
9 69 2 1 0 0 0 0
BER
1 OKTOBE
50 3 1 0 0 0 0
0 R
1 NOPEM
44 1 0 0 0 0 0
1 BER
1 DESEMB 46 0 2 0 0 0 0

38
2 ER
550 16 7 0 2 0 0

3.SUKU BANGSA

Suku bangsa ditanyakan agar dapat diketahui bahasa dan kebiasaan serta

kepercayaan pasien, agar tidak ada hambatan dalam perawatan, dan menghormati

kepercayaan serta kebiasaan pasien.

SUKU BANGSA
N
BULAN
O LAINNYA
JAWA THIONGHOA MADURA
(SEBUTKAN)

1 JANUARI 42 0 0 0

2 FEBRUARI 32 0 0 0

3 MARET 43 0 0 0

4 APRIL 37 1 0 0

5 MEI 45 1 0 0

6 JUNI 45 2 0 0

7 JULI 47 0 0 0

8 AGUSTUS 60 1 0 0

9 SEPTEMBER 72 0 0 0

10 OKTOBER 53 1 0 0

11 NOPEMBER 45 0 0 0

12 DESEMBER 48 0 0 0

569 6 0 0

39
4. ASAL PASIEN

Pasien yang dirawat di Unit Stroke berasal dari seluruh karisidenan Madiun

karena merupakan rumah sakit rujukan Jawa Timur bagian barat .

40
  ASAL DAERAH  
KOTA KAB
  MAGETAN NGAWI PONOROGO PACITAN LAINNYA
MADIUN MADIUN
JANUARI 8 15 11 5 0 0 3

FEBRUARI 9 14 7 2 0 0 0

MARET 5 14 21 3 0 0 0

APRIL 8 15 9 5 1 0 0

MEI 11 20 10 3 1 0 1

JUNI 12 18 11 5 1 0 0

JULI 3 18 16 6 1 0 3

AGUSTUS 9 21 23 6 0 0 2

SEPTEMBER 12 28 27 2 2 0 1

OKTOBER 9 23 13 4 4 0 1

NOPEMBER 4 18 20 2 0 0 1

DESEMBER 11 12 18 6 0 0 1

101 216 186 49 10 0 13

5.CARA DATANG

41
Pasien yang datang ke Unit Stroke 65% datang sendiri, hal ini dikarenakan stroke

adalah suatu keadaan gawat darurat yang terjadi tiba-tiba, karena kesadaran pasien

cukup tinggi sehingga langsung datang sendiri ke rumah sakit.

CARA DATANG
RUJUKAN
N
BULAN
SENDIRI
O
RS PKM DOKTER LAINNYA

    RS PKM DOKTER LAINNYA SENDIRI

1 JANUARI 12 2 0 1 27

2 FEBRUARI 5 2 0 2 23

3 MARET 14 2 0 0 27

4 APRIL 6 2 1 2 27

5 MEI 7 4 0 0 35

6 JUNI 11 3 0 0 33

7 JULI 18 1 1 0 27

8 AGUSTUS 21 4 3 1 32

9 SEPTEMBER 12 9 2 0 49

10 OKTOBER 13 2 2 0 37

11 NOPEMBER 4 9 0 3 29

12 DESEMBER 11 3 4 2 28

134 43 13 11 374

42
Hampir 35% datang dengan rujukan dari RS lain, Puskesmas, dan dokter swasta,

dikarenakan RS dr Soedono adalah pusat rujukan di Jawa Timur sebelah barat. Dan

belum banyak RS di sekitar Madiun yang memiliki perawatan khusus Unit Stroke

sehingga rumah sakit sekitar merujuk ke Madiun.

6.CARA MASUK KE UNIT STROKE

Pasien yang dirawat di Unit Stroke 97% dikirim dari Instalasi Gawat Darurat. Hal ini

disebabkan stroke adalah penyakit kegawatdaruratan di bidang neurologi. Sehingga

pasien datang langsung ke UGD. Sebanyak 1,7% berasal dari Poliklinik Saraf,

apabila pasien datang berobat ke poliklinik saraf dalam keadaan akut maka pasien

akan dilakukan perawatan di Unit Stroke. Pasien yang gawat di ruangan dan

menderita stroke maka pasien akan dipindah perawatannya ke Unit Stroke.

43
N CARA MASUK
BULAN PINDAHAN
O
  RUANG IRD IRJA
 
LAIN
1 JANUARI 0 42 0

2 FEBRUARI 0 31 1

3 MARET 0 43 0

4 APRIL 0 37 1

5 MEI 0 45 1

6 JUNI 1 46 0

7 JULI 2 45 0
AGUST
8 0 61 0
US
SEPTE
9 3 68 1
MBER
OKTOB
10 0 54 0
ER
NOPEM
11 2 42 1
BER
DESEM
12 2 46 0
BER
10 560 5 575

44
7..DIAGNOSIS

  DIAGNOSA
LAINNY
  INFARK BLEEDING
A
N ICH,

O INFAR EMBO IVH, IC SA IV LAINNY


 
K LI SA H H H A

H
1 JANUARI 21 0 5 13 1 0 2

2 FEBRUARI 22 0 4 2 1 0 3

3 MARET 20 0 7 11 1 1 3

4 APRIL 23 2 7 5 0 0 1

5 MEI 37 1 2 5 0 0 1

6 JUNI 27 4 7 8 1 0 0

7 JULI 20 3 9 12 0 1 2

8 AGUSTUS 44 0 8 9 0 0 0
SEPTEMB
9 36 6 13 7 2 4 4
ER
10 OKTOBER 24 4 15 9 1 1 0
NOPEMBE
11 32 0 3 8 1 0 1
R
DESEMBE
12 30 4 7 3 0 4 0
R
336 24 87 92 8 11 17
575

45
Pasien yang dirawat di Unit Stroke RSUD dr Soedono 62,6% adalah stroke infark.

Sebanyak 58,4% dengan stroke infark trombotik dan 4,2% stroke perdarahan. Hal ini

sesuai dengan epidemologi di dunia, bahwa yang terbanyak adalah pasien dengan

stroke infark. Stroke perdarahan terdiri dari intraserebralatome sebanyak 16%,

stroke intraventrikular hemorage 1,9%, subarachnoid 1,4%, sedangkan perdarahan

campuran intraserebral dan intraventrikular sebanyak 15,1%.

46
8. CARA KELUAR

CARA KELUAR
PINDA
MENINGGAL
PINDAH
H KE MENINGG
N
SEMBU RS/ MENINGG
BULAN RUAN AL <48
APS
O
H DIRUJU AL > 48
G LAIN JAM
K < 24 > 24
JAM
YA
JAM JAM
1 JANUARI 27 1 1 0 5 2 6

2 FEBRUARI 20 4 1 0 4 0 3

3 MARET 23 3 2 0 7 1 7

4 APRIL 26 3 0 0 3 3 3

5 MEI 29 3 2 0 3 3 6

6 JUNI 30 3 1 0 7 3 3

7 JULI 30 0 1 0 7 2 7

8 AGUSTUS 48 1 0 0 4 1 7
SEPTEMBE
9 50 0 0 0 12 2 8
R
10 OKTOBER 36 0 0 0 7 3 8
NOPEMBE
11 37 1 0 0 3 1 3
R
DESEMBE
12 41 0 1 0 1 1 4
R
397 19 9 0 63 22 65
575

47
48
9.KEMATIAN

 
MENINGGAL
N
BULAN <48 JAM
O > 48
< 24 > 24
JAM
JAM JAM
1 JANUARI 5 2 6

2 FEBRUARI 4 0 3

3 MARET 7 1 7

4 APRIL 3 3 3

5 MEI 3 3 6

6 JUNI 7 3 3

7 JULI 7 2 7

8 AGUSTUS 4 1 7
SEPTEMBE
9 12 2 8
R
10 OKTOBER 7 3 8

11 NOPEMBER 3 1 3

12 DESEMBER 1 1 4

63 22 65

49
Pasien yang dirawat di Unit Stroke selama bulan Januari 2017 sampai Desember

2017 didapatkan kasus kematian sebanyak 134 orang dengan 51 orang menderita

stroke sumbatan dan 81 pasien menderita stroke perdarahan. Pasien yang

meninggal berusia diatas umur 50 tahun sejumlah 87% dan 13% berusia kurang dari

50 tahun.

Sebanyak 45% pasien yang meninggal berasal dari rujukan Puskemas dan

rumah sakit di karisidenan Madiun, sebanyak 55% datang langsung ke IRD Rumah

Sakit dr Soedono Madiun. Hampir 96% pasien datang dengan kesadaran menurun,

sebanyak 66% dengan Glasgow Coma Scale kurang dari 7, hal ini sangat

mempengaruhi prognosis.

Dari 51 orang yang menderita stroke sumbatan 41% mengalami stroke

emboli, yaitu pembuluh darah yang tersumbat adalah pembuluh darah yang besar,

sehingga akan terjadi kerusakan otak yang sangat luas. Untuk stroke trombotik juga

terjadi kerusakan yang cukup luas. Pasien kadang datang dengan penyulit,

hiperglikemia, gangguan fungsi ginjal, gangguan irama jantung, gagal jantung,

pneumonia, dan sepsis.

50
Dari 83 pasien yang menderita perdarahan, perdarahan intra serebral

didapatkan 12 orang dengan volume perdarahan yang cukup besar. Sebanyak 60

orang menderita campuran perdarahan intra serebral, sub arachnoid dan

perdarahan brainstem didapatkan pada 11 pasien. Volume perdarahan kurang dari

20cc adalah 40%, meskipun perdarahan kecil, namun apabila letaknya di batang

otak dan serebelum, sangatlah berbahaya. Sebanyak 60% dengan perdarahan yang

cukup luas.

Sebanyak 83% penyebab kematian adalah intrakranial, dikarenakan adanya

kerusakan otak yang cukup luas pada penderita dengan stroke emboli, dan karena

perdarahan yang cukup besar sehingga menyebabkan peningkatan tekanan

intrakranial yang berbahaya bisa menyebabkan herniasi otak.

17% pasien penyebab kematiannya karena faktor ekstra kranial, disebabkan

karena komplikasi dari stroke dan penyakit penyerta. Penyakit penyerta adalah

hipertensi emergensi, gangguan irama jantung, penyakit jantung koroner,

hiperglikenmia, gangguan fungsi ginjal, pneumonia, dan sepsis.

Sebanyak 52% meninggal dalam waktu kurang dari 48 jam dan 48%

meninggal setelah 48 jam perawatan.

1. UMUR

Dari pasien meninggal 134 orang, 17 orang berusia kurang dari 50 tahun dan

117 orang berumur lebih dari 50 tahun, hal ini menunjukkan bahwa umur

sangat berpengaruh terhadap prognosa pasien stroke

2 . Asal datangnya pasien

Dari pasien yang meninggal 134 orang, 60 orang berasal dari rujukan rumah

sakit serta puskesmas sekitar, 74 orang langsung datang langsung ke UGD.

empat puluh lima persen pasien datang dengan keadaan kesadaran menurun

51
berasal dari rujukan Rumah sakit dan Puskesmas di sekitar Madiun. Rujukan

dengan keadaan kesadaran yang kurang baik akan meningkatkan angka

kematian akibat stroke di Rumah Sakit dr Soedono Madiun

3. KEADAAN SAAT MASUK RUMAH SAKIT

129 pasien datang ke UGD dalam keadaan kesadaran menurun, 5 orang

sadar penuh. Keadaan saat masuk rumah sakit mempengaruhi prognosis.

Karena otak mempunyai sifat tidak bisa regenerasi dan tidak mempunyai

simpanan lemak, sehingga kecepatan mendapat penanganan sangat

diperlukan .

4. GLASGOW COMA SCALE SAAT DATANG

45 pasien datang dengan GCS lebih dari tujuh, sedangkan 89 pasien datang

dengan GCS kurang dari tujuh. Nilai GCS saat datang sangat berpengaruh

terhadap prognosis.

52
5. DIAGNOSIS

DIAGNOSIS

CVA+ ICH
CVA Infark ICH SAH/IVH/ICH
Penyulit Brainstem
4 3 2 4
4 2
5 1 9 4 1
3 5 3
5 7 4
5 7 2 1
5 3 6 1
6 2 5 3
8 11 3 1
6 3 6 3 3
51 12 60 22 11

Dari 134 kematian, 51 orang didiagnosis CVA infark, sebanyak 20 orang

dengan emboli dan 31 orang dengan CVA infark trombotik, dan disertai

penyakit penyulit seperti Diabetus Militus, CKD, gangguan jantung serta

sepsis.

83 pasien didiagnosis stroke perdarahan dengan 12 perdarahan intraserebral

murni dan 11 dengan perdarahan batang otak, sedangkan 70 orang dengan

perdarahan campuran antara perdarahan intraserebral, perdarahan

subarachnoid dan perdarahan intraventrikular. Perdarahan dan infark batang

otak prognosisnya sangat jelek karena letaknya sangat penting dimana

pengatur jantung dan pernapasan terletak di batang otak.

Pasien dengan CVA infark emboli, akan terjadi penyumbatan pada pembuluh

darah besar, sehingga terjadi kerusakan yang cukup luas pada otak

bagian serebri, sehingga sangat besar kemungkinan terjadi oedema otak

53
yang sangat sulit diatasi dan bisa menyebabkan kematian. Perdarahan

dengan campuran intrasebral, sub arachnoid dan ventrikular akan

menimbulkan berbagai komplikasi seperti vasokontriksi seluruh pembuluh

darah otak, sehingga bisa terjadi iskemi menyeluruh,karena adanya

gangguan penyerapan cairan darah otak. Hal ini bisa menyebabkan

hidrosepalus, yang tentu saja memperburuk prognosis.

Dalam hal tatalaksana operasi pasien dengan perdarahan ada

persyaratannya. Pertimbangan operatif, tergantung:

 Tingkat kesadaran

 Besarnya perdarahan

 Letak perdarahan

 Usia pasien

 Penyakit penyerta

BAB VII

KESIMPULAN

Stroke sebagai penyebab kematian utama di Indonesia, salah satu

usaha untuk mengurangi angka kematian akibat stroke maka pasien dirawat

di Unit Stroke dengan perawatan komprehensif. Dalam rangka mengurangi

angka kematian stroke, ada beberapa langkah yang bisa diterapkan, yaitu :

54
1. PROMOSI KESEHATAN

Karena sifat otak yang mempunyai berat 20% dari berat badan dan

membutuhkan oksigen 20% dari seluruh oksigen tubuh, serta terletak di

dalam tempurung dengan bentuk yang keras, maka sangat diperlukan

pencegahan yang baik agar tidak terserang stroke. Langkah yang bisa

diambil :

- Penyuluhan tentang pengenalan gejala stroke dan faktor resiko serta

penganggulangannya

- Penyuluhan bisa dilakukan di dalam rumah sakit, lintas sektor dengan

bekerjasama dengan departemen lain

- Memperkenalkan pencegahan stroke lewat media masa

- Penyebaran pamflet tentang stroke pada pasien yang mempunyai

faktor resiko stroke

- Deteksi dini faktor resiko stroke

2. PENINGKATAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN

Dengan bertambahnya pengetahuan petugas kesehatan, diharapkan

dapat meningkatkan pelayanan kepada penderita stroke.

Oleh sebab itu, diharapkan para dokter untuk:

- Meningkatan pengetahuan dengan mengikuti workshop dan

simposium

- Mengikuti pelatihan ACLS

- Memperbaiki panduan praktek klinis (clinical pathway)

Serta untuk para perawat :

- Mengikuti pelatihan perawat stroke

55
- Mengikuti pelatihan kegawatdaruratan oleh sejawat Dokter Spesialis

Anastesi

- Mengikuti pengenalan kegawatdaruratan jantung oleh sejawat Dokter

Spesialis Jantung

- Menambah pengetahuan pengenalan kegawatandaruratan otak oleh

Dokter Spesialis Saraf

Sedangkan untuk Petugas Gizi, Fisioterapi, Farmasi diharapkan

meningkatan kerjasama tim dalam perawatan pasien dengan stroke.

3. PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA

Karena stroke memerlukan perawatan khusus maka :

- Mengharapkan semua pasien stroke akut dan sub akut dirawat pada

tempat yang sama di ruang Unit Stroke.

- Perlu penambahan ruang untuk fase post akut pasien stroke kelas III

DAFTAR PUSTAKA

Adams HP, Et al. 2003. Guidelines for the early management of patients with

ischemic stroke :The American stroke Association, Stroke.

Adams RD, Victor M, Rapper AH. 2003. Cerebrovasculer Disease, Principles of

56
Neurology. New York City.-Hill Book.

Aliah A, Kuswara F.F, Limoa RA, Wuysang. 2003. Gangguan Peredaran Darah

Otak. Dalam: Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Becker JU. 2006. Stroke Ischemic. Available in www.emedicine.com.

Bederson Jb, et al. 2009. Guidelines for the Management of Aneurysmal

Subarachnoid Hemorage : American Heart Association, Stoke.

Broderick J. 2007. Guidelines for the Management of Spontaneous Intracerebral

Hemorrhage. A Guideline From The American Heart Association.

Brott T, Bogousslavsky J. 2000. Treatment of Acute Stroke. The New England

Journal Of Medicine.

Djuanda, Adhi. Azwar. Sofyanm, Ismael. Rianto, Setiabudy. 2010. MIMS

Indonesia. Medidata. Jakarta.

Doenges. Marilyn E. 2008. Nursing Diagnosis Manual. F. A. Davis Company.

Philadelphia.

Elizabeth, Corwin. 2000. Patofisiologis. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Jakarta.

FIK UI. 2005. Kumpulan Materi Keperawatan Neurologi. Jakarta.

Gensini. 2005. http://www.nursingcenter.com. Diakses Tanggal 25 Januari

57
2012/20.00 WIB.

Gofir, Abdul. 2009. Evidence Base Medicine ; Manajemen Stroke. Pustaka

Cendekia Press. Yogyakarta.

Gonzalez RG, Hirsch JA, Koroshetz WJ, Schaefer MH. 2006. Acute Ischemic

Stroke : Imaging and Intervention. Springer Berlin Heidelberg New York

Harsono. 2004. Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Hodgkinson et al. 2000. The Management of Raised Intracrania Pressure. The

Royal College of Anaesthetics.

Hudak C.M.,Gallo B.M. 2004. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi

VI, Volume II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Jorgensen, et al. 2002. Treatment and Rehabilitation On A Stroke Unit Improves

5-years survival. Community-Based Study Stroke.

Labovitz DL, Sacco Rl. 2001. Intracerebral Hemorragic : Curr Opin Neurol.

Lamsudin R, 2005. Konsep Baru Manajemen Stroke Akut. BKM.

Levever, Joyce. 2009. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Lewis. 2000. Medical Surgical Nursing ; Assesment and Management of Clinical

Problems, Mosby, Philadelphia.

58
NANDA. 2008. Nursing Diagnosis ; Prinsip and Clasification. Philadelphia.

Newfield, Susan A. 2007. Clinical Application of Nursing Diagnosis. F. A. Davis

Company. Philadelphia.

Pahria, dkk. 2003. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem

Persyarafan.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. 2006. Asuhan

Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Depkes. Jakarta.

Rochani, Siti. 2001. Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat

Bedah Saraf Indonesia. Surabaya.

Scott, Jeffrey, M.C. 2012. Master Plan Kedaruratan Medik. Binarupa Aksara.

Tangerang.

Sedlak, Ingram, Stacey R. 2002. Emergency Nursing ; New Age In Stroke

Treatment. Regional Medical Center.

Shuaib, Ashfaq. 2010. Introduction of Portable Computed Tomography Scanners,

in The Treatment of Acute Stroke Patients Via Telemedicine in Remote

Communities. World Stroke Organization International Journal of Stroke

Vol. 5. Canada.

59
Smeltzer., Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth Vol 2.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Sorenson’s, Lukman. 2003. Medical Surgical Nursing, A Psychophisiologic

Approach, WB Sounder. Philadelphia.

Sugiono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Pt. Alfabeta bandung. Bandung.

Susilo, Hendro. 2007. Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke,

Suatu Pendekatan Baru. Bangkalan.

Thurman, R. Jason. 2002. Acut Ischemic Stroke : Emergent Evaluation And

Management. Emergency Medicine Clinics Of North America. University

of Cincinnati.

Treib, Graur MT, Woessner R. 2000. Treatment of Stroke on an Intensive Stroke

Unit ; Intensive Care Medic.

60

Anda mungkin juga menyukai