Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
Leher merupakan bagian tubuh yang terbuka dan karena itulah pembengkakan pada
daerah ini mudah di kenal oleh penderita atau di deteksi selama pemeriksaan rutin. Di
samping itu, lesi servikal congenital, peradangan, dan keganasan relative sering terjadi.
Dengan demikian dokter seringkali berhadapan dengan masalah benjolan baru pada leher. 1
Pada tahun 2003 di perkirakan bahwa kanker kepala dan leher akan terdiri dari 2%-3%
dari seluruh kanker di Amerika Serikat dan untuk 1%-2% dari semua kematian kanker. Total
ini mencakup 19.400 kasus kanker rongga mulut, 9500 kasus kanker laring dan 8300 kasus
kanker faring. Kebanyakan pasien dengan kanker kepala dan leher (regional nodal kanker
leher memiliki penyakit metastasis pada saat diagnosis 43% dan metastasis dalam 10%..5
Kanker kepala dan leher mencakup berbagai kelompok tumor biasa yang seringkali
agresif dalam perilaku biologis mereka. Selain itu pasien dengan kanker kepala dan leher
sering berkembang menjadi tumor primer kedua. Tumor ini terjadi pada tingkat tahunan
sebesar 3%-7% dan 50%-75% dari kanker baru seperti terjadi di saluran aerodigestive atas
atau paru-paru.8

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. ANATOMI LEHER
M.sternocleidomastoid membagi daerah leher menjadi 2 segitiga besar, yaitu :
1. Trigonum colli anterior, yang terdiri dari: 2
 Tigonum sub mental
 Trigonum digastrikus
 Trigonum Karotis
 Trigonum Muskulari
Batas-batas trigonum colli anterior adalah, anterior: garis tengah leher, superior:
symphisis mandibula dan posterior : sisi anterior m.sternocleidomastoid. trigonum
ini tertutup oleh kulit, fascia superfisialis, platysma dan fascia intermedia.

2. Trigonum colli posterior, yang terdiri dari :


 Trigonum oksipitalis.
 Trigonum supraklavikularis.

2
Batas-batas trigonum colli posterior, yaitu anterior: sisi posterior
m.sternocleidomastoideus, inferior : klavicula dan posterior: sisi anterior M.
Trapezius.
Lantai dari trigonum tertutup oleh lapisan prevertebra yang terdiri dari
semispinalis capitis, levator scapula dan scalenus medius. Trigonum ini berisi
a.subklavia, v.jugularis eksterna, pleksus brakialis dan cabang-cabang pleksus
servikalis.3

1.1 PERSARAFAN DAERAH LEHER


Terdapat 4 saraf superfisial yang berhubungan dengan tepi posterior
m.sternocleidomastoid. Saraf-saraf tersebut mempersarafi kulit di daerah yang bersangkutan.
Saraf superfisial yang dimaksud adalah : 2
1. N. Oksipitalis minor (C2)
2. N. Auricularis magnus (C2 dan C3)
3. N.Cutaneus anterior (cutaneus colli, C2 dan C3).
4. N.Supraklavikularis (C3 dan C4).
Keempat saraf ini berasal dari Nn Servikalis II, III dan IV dan terlindung di bawah
otot. Dalam perjalanan ekstra kranialnya, 4 nervi kranial terletak di daerah M. Digastricus.
Saraf-saraf cranial yang dimaksud:
1. N. Vagus, keluar melalui For. Jugularis, mensarafi : saluran pernafasan dan saluran
pencernaan .
2. N. Glossopharyngeus, keluar bersama N. Vagus , terletak diantara karotis interna dan
jugularis interna. Merupakan saraf motorik untuk M. Stylopharyngeus.
3. N. Asesorius, berasal dari cranial dan C5 atau C6. Merupakan motorik untuk M. SCM dan
M. Trapezius, sedangkan cabang cervicalnya merupakan sensorik.
4. N. Hypoglosus, keluar melalui cranial hypoglosus, merupakan motorik untuk lidah.

3
Gambar 2. Persarafan Leher

1.2 OTOT-OTOT LEHER BAGIAN DEPAN


Otot-otot di bagian ventral leher terdiri dari :2
1. M. Digastricus, terdiri dari venter anterior dan posterior. Berjalan dari os temporal ke
arkus mandibula, merupakan landmark yang penting di bagian atas leher. Kedua
venternya dipisahkan oleh tendon intermedius.
2. Mm infrahyoid, disebut juga sebagai STRAP muscles
Terdiri dari :
a. M. Sterno hyoid
Origo pada manubrium sterni dan berinsersi di os. hyoid. Dekat origo terpisah, makin
ke atas makin bersatu dan didekat insersi bergabung dengan M. Omohyoid.
b. M. Omohyoid
Terdiri dari 2 venter (superior dan inferior). Mulai dari skapula dan lig. supraskapula
berjalan ke atas dan berakhir sebagai tendo intermedius.
c. M. Sternothyroid
Merupakan landmark penting dalam pembedahan thyroid untuk menemukan
cleavage plane. Origo terletak di manubrium sterni dan berinsersi di lamina kartilago
thyroid, berjalan menutupi sebagian Gld. Thyroid. Kontraksinya menyebabkan laryng
bergerak ke bawah.

4
d. M. Thyrohyoid
Berorigo di kartilago thyroid dan berinsersi di os hyoid. Menutupi membrana
thyrohyoid, kontraksinya menarik hyoid ke bawah, tetapi bila hyoid difiksir oleh otot
suprahyoid, kontraksinya akan mengangkat laryng.

Jaringan di leher dibungkus oleh 3 fasia, yaitu:2


1. Fasia koli superfisialis membungkus: m. sternokleidomastoidues dan berlanjut ke
garis tengah leher untuk bertemu dengan fasia sisi lain.
2. Fasia koli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi
yang lain di garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia koli superfisialis.
Ke dorsal fasia koli media membungkus a. karotis komunis, v. jugularis interna dan n.
vagus menjadi satu.
3. Fasia koli profunda membungkus m. prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan
fasia koli media. Perlukaan sebelah dalam fasia koli media berbahaya karena bila terjadi
infeksi hubungan langsung ke mediastinum.

1.3 SISTEM LIMFE KEPALA-LEHER


Karena sebagian besar keganasaan di daerah kepala dan leher penyebaraan secara
limfogen.2.7

Gambar 3. Anatomi Sistem Limfe

5
LETAK
KELENJAR LIMFE RADANG DAN KEGANASAAN PRIMER
Submental Bibir bawah, rongga mulut, kulit
Submandibuler Bibir bawah, rongga mulut, kulit, wajah
Servikal atas Rongga mulut, orofaring, hipofaring
Servikal tengah Hipofaring, pangkal lidah, laring, tiroid
Servikal bawah Hipofaring, tiroid, paru, saluran cerna (oesofagus,
lambung)
Retroklavikula Paru, saluran cerna atas
Oksipital Kulit, tenggorokan
Segitiga belakang Nasofaring, hipofaring, tiroid

1.4 VASKULARISASI DAERAH LEHER


Sirkulasi darah arteri
Aliran darah menuju kepala dibawa melalui arteri carotis dan arteri vertebralis. Arteri
vertebralis dalam rongga kepala bersatu membentuk arteri basilaris. Memberikan cabang-
cabangnya pada struktur intracranial, tidak ada cabang-cabang.2.3
 A. carotis comunis dibagi dua menjadi a. carotis interna dan a. carotis eksterna. A.
carotis interna memberikan darahnya pada bagian dalam tenggorokan dan sirkulus ini
bervariasi dan memberikan darahnya pada otak.
 A. meningeal cabang a. carotis eksterna dan a. opthalmica cabang arteri carotis
interna ini tidak cukup memberikan darahnya untuk kebutuhan minimum dari otak. Oleh
karena itu kebutuhan darah otak akan di penuhi terutama oleh a. carotis interna dan
disusul oleh a. vertebralis.
 A. carotis interna memberikan darahnya pada daerah kulit kepala dan vicera dari
kepala dan leher. Pada daerah muka dan cabang-cabangnya kaya dengan anastomose,
sehingga dengan mudah dapat terjadi kompensasi bila terjadi gangguan pada salah satu
cabangnya.

6
Gambar 4. Vaskularisasi Arteri Leher

Sirkulasi darah vena2.3


Aliran darah balik dari kepala dan leher dialirkan melalui sistem jugularis (anterior,
eksterna, interna, posterior) dan beberapa plexus venosus (pterygoid, orbital, vertebral,
perilaryngeal, esophageal). Dari semua aliran darah balik ini v. jugularis internalah yang
paling penting. Pleksus brakialis terdiri dari dua sistem yang terpisah, yaitu bagian interna
yang terdapat antara duramater dan tulang, dan bagian exsterna yang mengelilingi lengkung
vertebrae terletak di dalam otot-otot leher dan punggung.

7
Gambar 6. Vaskularisasi Vena Leher

2. TUMOR REGIO COLLI

2.1 DEFINISI
Adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat yang timbul di segitiga anterior
atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan mandibula serta dasar
tengkorak pada bagian superior. Tumor leher dibagi atas tumor leher medial yang dapat
bersifat solid dan kistik; dan tumor leher lateral yang juga bersifat solid dan bersifat kistik.9

2.2 EPIDEMIOLOGI
Umumnya tumor primer dapat ditemukan kecuali pada 5-15% penderita. Umumnya
dari jumlah tersebut 60% diantaranya tumor primernya tidak pernah ditemukan. Dapat
ditemukan pada kira-kira 3% dari keseluruhan kasus kanker yang ada di Amerika Serikat
(dan sekitar 6% dari semua populasi kanker dunia pada tahun 2002), dan sekitar 45.000 kasus
kanker kepala dan leher didiagnosis pada tahun 2004 Perbandingan dalam jenis kelamin
wanita lebih banyak dari laki-laki = 3 : 1 dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita
kebanyakan datang dengan hanya satu keluhan, yaitu benjolan di daerah leher.

8
2.3 ETIOLOGI
 Divertikulum paten duktus tiroglosus9
Kelenjar tiroid berasal dari dasar faring pada foramen sekum selama masa
kehamilan empat minggu, kemudian turun sesuai dengan garis tengah leher dekat
dengan os. Hyoid. Divertikulum paten yang disebabkan oleh penurunan ini disebut
duktus tiroglosus. Jika semua atau sebagian dari duktus ini menetap, maka akan
terbentuk kista-kista atau sinus-sinus duktus tiroglosus.
 Anomali celah brankial
Kista celah brankial, sinus, dan sisa-sisa karilagenus, berasal dari penyatuaan
celah brankial yang tidak lengkap. Arkus brankial ke-3 membentuk os. Hyioid,
sedangkan arkus brankial ke-4 membentuk skelet laring, yaitu rawan tiroid, krikoid,
dan aritenoid. Fistel cranial dari tulang hyoid yang berhubungan dengan meatus
akustikus eksternus berasal dari celah pertama. Fistel antara fosa tonsilaris ke pinggir
depan m. sternokleidomastoideus berasal dari celah ke-2. fistel yang masuk ke sinus
piriformis berasal dari celah ketiga. Sinus dari celah ke-4 tidak pernah ditemukan.
Sinus atau fistel mungkin berupa saluran yang lengkap atau mungkin menutup
sebagian. Sisanya akan membentuk kista yang terletak agak tinggi di bawah sudut
rahang.
 Hemangioma dan malformasi vaskuler
Hemangioma mempunyai aktivitas mitosis yang meningkat dan keadaan
demikian dianggap sebagai neoplasma sejati. Malformasi vaskuler tidak seperti
hemangioma, mempunyai kecepatan penggantian sel endothelial yang normal. Lesi
yang tinggi akibat kelainan menyolok yang berhubungan dengan sistem arterial dan
venousa dan dapat menyebabkan masalah yang berbahaya dari adanya perdarahan
masif, gagal jantung dan kongestif curah tinggi, dan anemia hemolitik
 Malformasi limfatik (higroma kistik)
Anyaman pembuluh limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh
vena mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu akan
berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada embrio usia 2 bulan, pembentukan sakus
primitive telah sempurna. Bila hubungan saluran kearah sentral tidak terbentuk maka
timbulah penimbunan cairan yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Hal ini
paling sering terjadi didaerah leher, kelainan ini dapat meluas ke segala arah seperti
ke jaringan sublingualis di mulut

9
2.4 PATOLOGI
Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:9
1. Kelainan kongenital
Kista dan fistel leher lateral dan median, seperti hygroma colli cysticum, kista
dermoid.
2. Inflamasi atau peradangan
Limfadenitis sekunder karena inflamasi banal (acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis)
atau proses infamasi yang lebih spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit
garukan kuku, actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai
perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan
mononukleosis infeksiosa.
3. Neoplasma
Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum yang jarang
terdapat (terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang berasal dari
paraganglion caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna.
Selanjutnya tumor benigna dari kutub bawah glandula parotidea, glandula
submandibularis dan kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam
kelenjar limfe (limfoma maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis,
glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan
ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada umumnya adalah
metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer disuatu tempat didaerah kepala
dan leher. Jika metastasis kelenjar leher hanya terdapat didaerah supraclavikula
kemungkinan lebuh besar bahwa tumor primernya terdapat ditempat lain di dalam
tubuh.

2.5 KLASIFIKASI, MANIFESTASI KLINIS, PENATALAKSANAAN


Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di midline/line
mediana:9
1. Benjolan di lateral
a. Aneurisma subclavia
b. Iga servikal
c. Tumor badan karotis
d. Tumor clavikularis
e. Neurofibroma
10
f. Hygroma kistik
g. Limfonodi-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis
h. Kista branchiogenik
i. Tumor otot
j. Tumor strnomastoideus
k. Kantung faringeal
l. Kelenjar ludah-inflamasi, tunor. Sindroma sjorgen
m. Lipoma subcutan, dan subfascia
n. Kista sebasea
o. Laringokel
2. Benjolan di Linea mediana
a. Lipoma
b. Kista sebasea
c. Limfonodi submental-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis
d. Pembesaran kelenjar thyroid-diffuse, multinodular, nodular soliter
e. Kista thyroglossus
f. Dermoid sublingual
g. Bursa subhyoid

Setiap tumor di leher perlu di tentukan terlebih dahulu apakah berasal dari
tiroid-paratiroid atau struktur lain. Massa yang bukan berasal dari tiroid atau
paratiroid dapat disebabkan oleh radang dan/atau neoplasma struktur lain.

2.5.1 TUMOR LEHER MEDIAL KISTIK


1. KISTA DUKTUS TIROGLOSUS
Benjolan kista duktus tiroglosus terdapat di sekitar os. Hyoid, di garis
tengah, dan ikut bergerak waktu menelan atau pada penjuluran lidah.
Patofisiologi2
Duktus yang menandai jaringan bakal tiroid akan bermigrasi dari foramen
sekum di pangkal lidah ke daerah di ventral laring dan mengalami obliterasi.
Obliterasi yang tidak lengkap akan membentuk kista. Kista terletak di garis
tengah, di cranial atau kaudal dari os. Hyoid. Bila terletak di bagian depan tulang
rawan dari os. Hyoid mungkin tergeser sedikit ke paramedian. Jika di tarik kearah
kaudal, umumnya teraba atau terlihat sisa duktus berupa tali halus di subkutis.
11
Gejala Klinik
Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah leher,
dapat di atas atau di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak
menimbulkan rasa tertekan di tempat timbulnya kista. Konsistensi massa teraba
kistik, berbatas tegas, bulat, mudah digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan
kulit sekitarnya dan bergerak saat menelan atau menjulurkan lidah. Diameter kista
berkisar antara 2-4 cm, kadang-kadang lebih besar. 9 Bila terinfeksi, benjolan akan
terasa nyeri. Pasien mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di atasnya berwarna
merah.9.2
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik; yang harus dipikirkan
pada setiap benjolan di garis tengah leher. dilakukan foto Rontgen.9
Tatalaksana
Kelainan ini ditangani dengan ekstripasi seluruh kista dan duktus. Biasanya os
hyoid harus dibelah dulu karena duktus sering menembus os. Hyoid. Kista harus
diekstripasi dengan seluruh sisa duktus sampai ke foramen sekum. Jika ada sisa
duktus tertinggal, akan terbentuk fistel di luka operasi setelah beberapa waktu.9

2. KISTA DERMOID
Kista ini merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi
embrional kulit. Di daerah leher juga dapat ditemukan kista dermoid seperti di
daerah kepala. Kista ini umumnya kecil saja, dan biasanya terdapat di sekitar
garis tengah. Kista teraba kenyal, berisi cairan seperti minyak, dan mungkin
mengandung unsur adneksa kulit seperti rambut. Kista ini bebas dari kulit di
atasnya.9
Tatalaksana
Penanganan daripada kista dermoid ini berupa ekstirpasi.

3. KISTA SEBASEA/ ATEROMA


Merupakan kista kelenjar sebacea, terbentuk akibat sumbatan pada
muaranya. Oleh karena itu ateroma ditemukan di daerah yang mengandung
banyak kelenjar sebacea. Kadang terdapat multiple dalam berbagai ukuran.
Produk kelenjar sebacea, yaitu sebum, tertimbun membentuk tumor yang kurang
lebih bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, bebas dari dasar, tetapi melekat pada
12
dermis diatasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas yang
disebut pungtata. Isi kista adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang
berbau asam.9.3
Tatalaksana
Penanganan dari kista ini berupa eksisi. Patut diingat bahwa bila sebagian
dinding kista tertinggal pada eksisi, kista akan kambuh. Bila kista menjadi abses
karena infeksi sekunder, dilakukan incise dan penyinaran.9
2.5.2 TUMOR LEHER MEDIAL SOLID
Berasal dari sisa pembentukan tiroid yang tidak turun (tyroid ektopik), dimana
tiroid itu ada tapi tidak turun membentuk tulang rawan tiroid. Pada lobus piramidalis
mudah di diagnosis dengan penurunannya fungsi kedua lobus piramidalis. Kista ini
biasanya berbatas tegas dan tidak berisi cairan (padat).2
Tatalaksana
Kista ini tidak boleh di eksisi (operasi) sebab dapat terjadi hipotiroidisme. Bila
ditemukan kista seperti ini dapat di observasi terlebih dahulu, baru dapat dilakukan
eksisi.9

2.5.3 TUMOR LEHER LATERAL KISTIK

1. HYGROMA KISTIK
Higroma kistik dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak
perempuan dengan frekuensi yang sama. Kebanyakan higroma kistik terdapat
didaerah leher. Higroma kistik berasal dari system limf sehingga secara patologi-
anatomi lebih tepat disebut limfangioma kistik. etiologi biasanya disebabkan
karena anyaman pembuluh limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh
vena mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu
akan berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada embrio usia dua bulan,
pembentukan sakus primitif telah sempurna. Bila hubungan saluran kearah sentral
tidak terbentuk maka timbulah penimbunan cairan yang akhirnya membentuk
kista berisi cairan. Kelainan ini dapat meluas ke segala arah seperti ke jaringan
sublingualis di mulut. Keluhan adalah adanya benjolan di leher yang telah lama
atau sejak lahir tanpa nyeri atau keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik,
berbenjol-benjol, dan lunak. Permukaannya halus, lepas dari kulit, dan sedikit
melekat pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di region trigonum posterior
13
koli. Sebagai tanda khas, pada pemeriksaan transiluminasi positif tampak terang
sebagai jaringan diafan. Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut, tetapi suatu
saat dapat cepat membesar karena radang dan menimbulkan gejala gangguan
pernafasan akibat pendesakan saluran napas seperti trakea, orofaring, maupun
laring.9.2.3
Tatalaksana
Eksisi total merupakan pilihan utama. Pembedahan dimaksudkan untuk
mengambil keseluruhan masa kista. Tetapi bila tumor besar dan telah menyusup
ke organ penting seperti trakea, esophagus, atau pembuluh darah, ekstirpasi total
sulit dikerjakan. Maka penanganannya cukup dengan pengambilan sebanyak-
banyaknya kista. Kemudian pasca bedah dilakukan infiltrasi bleomoson subkutan
untuk mencegah kekambuhan.

Gambar 7. Higroma kistik

2. LIMFADENITIS TBC
Bacteria dapat masuk melalui makan ke rongga mulut dan melalui tonsil
mencapai kelenjar limf di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit
akan membengkak, dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar
didekatnya satu demi satu terkena radang yang khas dan dingin ini. Disamping itu
dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama
lain membentuk suatu massa. Bila mengenai kulit dapat meradang, merah,
bengkak, mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol, mengeluarkan
bahan seperti keju. Tukak yang terbentuk berwarna pucat dengan tepi membiru,
disertai sekret yang jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan meninggalkan
jaringan parut yang tipis atau berbinti-bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan

14
mengeluarkan bahan seperti keju lagi, demikian berulang-ulang, kulit seperti ini
disebut skrofuloderma.9.5
Tatalaksana
Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik.

Gambar 8. Limfadenitis TB

2.5.4 TUMOR LEHER LATERAL SOLID


Dapat berasal dari otot, vascular dan Nn.ll
1. Otot
TORTIKOLIS
Terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila
dilakukan traksi pada kepala untuk melahirkan anak dapat terjadi cedera m.
sternokleidomastoideus yang menimbulkan hematome sehingga terjadi
pemendekan otot akibat fibrosis. Dapat juga terjadi akibat tumor pada
m.sternokleidomastoideus. Gambaran klinik dapat dijumpai kepala yang miring
karena m. steronokleidomastoideus memendek, dan teraba seperti tali yang kaku.
Bila dibiarkan maka akan menjadi asimetris, tulang belakang akan scoliosis
untuk mengimbangi miringnya vertebra secara servikalis, dan tengkorak pun
akan asimetris.5
Tatalaksana
Fisoterapi diberikan berupa masase disertai peregangan dengan harapan
otot dapat memanjang. Bila fisioterapi tidak berhasil dilakukan operasi untuk
memperpanjang m.sternokleidomastoid. fisoterapi diteruskan lagi pascabedah
agar tidak kambuh lagi.

15
Gambar 9. Tortikolis

2. Vascular
HEMANGIOMA
Di daerah leher, hemangioma biasanya berjenis kavernosa yang
merupakan benjolan lunak yang mengempis bila ditekan dan menggelembung
saat dilepaskan lagi. Tumor ini ditangani dengan ekstirpasi, bila besar perlu
persiapan berupa arterigrafi atau flebografi.9

Gambar 10. Hemangioma leher

2.5.5 NEOPLASMA
Neoplasma dapat juga jinak atau ganas, sedangkan yang ganas dapat primer
atau sekunder (metastatik). Masa tumor metastatik dapat dibedakan antara yang
terletak di daerah yang berasal dari supraklavikuler atau retrokalvikuler.9

1. NEOPLASMA PRIMER JINAK


Berbagai macam tumor jinak terdapat di laring, termasuk polip dan nodulus
pita suara. Tumor jinak yang paling banyak dijumpai ialah papiloma. Ini dapat
terjadi pada anak, penyanyi, dan pengajar karena salah guna suara. Biasanya

16
kelainan yang bertanda suara parau ini dapat regresi spontan setelah suara
diistirahatkan atau ditangani logopedi.

2. NEOPLASMA PRIMER GANAS (LIMFOMA MALIGNUM)


a. MORBUS HODGKIN
Morbus Hodgkin merupakan limfoma ganas yang bersifat sistemik dan
dapat muncul sebagai limfoma di leher. Kelenjar biasanya membesar, kenyal,
umumnya berpaket, dan tidak nyeri. Bisa ada gejala umum seperti rasa lelah
dan demam malam. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
jaringan melalui biopsi dan pemeriksan histolipatologik. Limfoma Non-
Hodgkin (NHL) adalah kelompok penyakit limfoma ganas yang heterogen
yang juga mungkin muncul pertama sebagai limfoma leher.

b. KARSINOMA KELENJAR TIROID


Karsinoma tiroid timbul dari sel folikel. Kebanyakan keganasan di
kelompokan sebagai jenis karsinoma tiroid berdefisiansi, yang menisfes
sebagai bentuk papiler, folikuler, atau campuran. Jenis keganasan tiroid yang
lain adalah karsinoma medularis yang berasal dari sel farafolikuler yang
mengeluarakan kalsitonin (APUO-oma). Karsinoma tiroid agak jarang di
dapat yaitu sekitar 3-5% dari semua tumor maligna. Karsinoma torid didapat
pada segala usia dengan puncak pada usia muda (7-20 tahun) dan usia
setengah baya (40-60 tahun). Insidens pada pria adalah sekitar
3/100.000/tahun dan wanita sekitar 8/100.000/tahun. Radiasi merupakan salah
satu faktor resiko yang bermakna. Bila radiasi tersebut terjadi pada usia lebih
dari 20 korelasinya kurang bermakna.9
Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, oesofagus,
pembuluh darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil
melingkarnya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar
paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid. Tetapi
lokasi dan mungkin juga, jumlah kelenjar ini sering bervariasi.2

17
Embriologi
Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus
depan. Titik dari pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi foramen sekum di
pangkal lidah. Endoderm ini menurun di dalam leher sampai setinggi cincin
trakea kedua dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobus. Penurunan ini
terajdi pada garis tengah. Saluran pada struktur ini menetap dan menjadi
duktus tiroglosus atau lebih sering, menjadi lobus piramidalis kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai mandiri pada minggu ke-12 masa
kehidupan intraneurin.2.3
Patologi
 Adenokarsinoma Papilare
Adenokarsinoma papiler adalah jenis keganasan tiroid yang paling
sering di temukan (50-60%). Kebanyakkan sudah disertai pembesaran kelenjar
getah bening pada waktu penderita pertama kali datang memeriksakan diri.
Karsinoma ini merupakan kersinoma tiroid yang paling kronik dan yang
mempunyai prongnosa paling baik diantara karsinoma tiroid yang lainnya.
Faktor yang mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun,
wanita dan jenis histologik papilare, penyebaran limfogennya tidak terlalu
mempengaruhi prognosisnya. Faktor prognosis kurang baik dalah usia diatas
45 tahun dan serta tumor tingkat T3 dan T4. Tumor ini jarang bermetastasis
secara hematogen, tetapi pada 10% kasus terdapat metastasis jauh. Pada
anamnesis di temukan keluhan tentang adanya benjolan pada leher bagian
depan. Benjolan tesebut mungkin di temukan secara kebetulan oleh penderita
sendiri atau oleh orang lain. Kadang terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di leher bagian lateral, yaitu penyebaran getah bening yang dahulu
dikenal sebagai tiroid aberans. Tumor primer biasanya tidak dikeluhkan dan
tidak dapat di temukan secara klinis. Bila tumornya cukup besar, akan timbul
keluhan karena desakan mekanik pada trakea dan oesofagus, atau hanya
timbul rasa mengganjal di leher. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tumor
biasanya dapat diraba dengan mudah, dan umumnya dapat pula di lihat. Yang
khas untuk tumor tiroid adalah tumor ikut dengan gerakan menelan.
Penanganan

18
Pengobatan dengan radioaktif tidak memberi hasil karena
adenokarsinoma pepilare pada umumnya tidak menyerap yodium.
Pascatirodektomi total ternyata yodium dapat ditangkap oleh sel anak sebar
tumor papiler tertentu sehingga pemberian pada keadaan itu yodium radioaktif
bermanfaat. Radiasi ekstern dapat diberikan bila tidak terdapat fasilitas radiasi
intern. Metastasis ditanggulangi secara ablasio radioaktif.

 Adenokarsinoma folikuler
Adenokarsinoma folikuler meliputi sekitar 25% keganasan tiroid dan
didapat terutama pada wanita setengah baya. Kadang ditemukan tumor soliter
besar di tulang seperti di tengkorak dan humerus, yang merupakan metastasis
jauh dari adenokarsinoma folikuler yang tidak di temukan karena kecil dan
tidak bergejala.
Penanganan
Dilakukan dengan cara tiroidektomi total. Karena sel karsinoma ini
menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan. Bila
masih ada tumor yang tersisa maupun yang terdapat metastasis, maka
dilakukan pemberian yodium radioaktif ini. Radiasi ekstern untuk metastasis
ternyata memberi hasil yang cukup baik.

 Adenokarsinoma meduler
Adenokarsinoma meduler meliputi 5-100% keganasan tiroid dan
berasal dari sel para folikuler, atau sel C yang memproduksitirokalsitonin.
Kadang di hasilkan pula CEA (carsino embryonic antiagen). Tumor
adenokarsinoma meduler berbatas tegas dan keras pada peraabaan. Tumor ini
terutama terdapat pada usia di atas 40 tahun tetapi juga di temukan pada usia
yang lebih muda bahkan pada anak, dan biasanya disertai gangguan endokrin
lainnya. Pada sindrom sipple (multiple endocrine neopleasia IIa/MEN IIa)
ditemukan kombinasi adenokarsinoma meduler, feokromositoma, dan
hiperparatiroid, sedangkan pada MEN IIb disertai feokromositoma dan
neuroma submukosa. Bila di curigai adanya adenokarsinoma meduler maka
dilakukan pemeriksaan kadar kalsitonin darah sebelum dan sesudah
perangsangan dengan suntikan pentagastrin atau kalsium.

19
Tatalaksana
Penanggulangan tumor ini adalah tiroidektomi total. Pemberian
yodium radioaktif juga tidak akan memberi hasil karena tumor ini berasal dari
sel C sehingga tidak menangkap dan menyerap yodium.

 Adenokarsinoma anaplastik
Adenokarsinoma anaplastik jarang ditemukan dibandingkan dengan
karsinoma berdeferensi baik, yaitu sekitar 20%. Tumor ini sangat ganas,
terdapat terutama pada usia tua, dan lebih banyak pada wanita. Sebagian
tumor terjadi pada struma nodosa lama yang kemudian membesar dengan
cepat. Tumor ini sering disertai nyeri dan nyeri ahli ke daerah telinga dan
suara serak karena infiltrasi ke n. rekurens. biasanya waktu penderita datang
sudah terjadi penyusupan ke jaringan sekitarnya seperti laring, faring dan
oesofagus sehingga prognosisnya buruk. Pada anamnesis ditemukan struma
yang telah di derita cukup lama dan kemudian membesar dengan cepat. Bila
disertai dengan suara parau, harus dicurigai keras terdapatnya karsinoma
anaplastik. Pemeriksaan penunjang berupa foto roentgen toraks dan seluruh
tulang tubuh dilakukan untuk mencari metastasis ke organ tersebut. Prognosis
tumor ini buruk dan penderita biasanya meninggal dalam waktu enam bulan
sampai satu tahun setelah diagnosis.
Tatalaksana
Pembedahan biasanya sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga hanya
dapat dilakukan biopsi insisi untuk mengetahui jenis karsinoma. Satu-satunya
terapi yang bisa diberikan adalah radiasi ekstern.

20
Gambar 11. Karsinoma Tiroid

Keganasan lain
Limfoma malignum jarang dijumpai pada kelenjar tiroid yang timbul
pada wanita usia pertengahan sampai tua yang tampil dengan massa thyroidea
kenyal difus tak nyeri yang cepat membesar. Secara histology, biasanya lesi
jenis sel besar difus dan penyakit Hasimoto dapat ditemukan dalam latar
belakang pada lebih dari sepertiga pasien. Terapi terdiri dari tirodektomi dan
radiasi. Kelangsungan hidup lima tahun dapat lebih dari 80% sewaktu tumor
terbatas pada glandula thyroidea dan 40% bila penyakit ini juga
ekstrathyroidea.

c. KARSINOMA KELENJAR PARATIROID


Embriologi dan anaomi
Kelenjar paratiroid tumbuh di dalam endoderm kantong faring ketiga
dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari kantong faring keempat
cenderung untuk bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk
kelenjar paratiroid atas. Kelenjar yang berasal dari kantong faring ketiga
merupakan kelenjar paratiroid pada kutub bawah tiroid, dan posisinya dapat
bervariasi. Kelenjar paratiroid ini bisa berkedudukan di posterolateral kutub
bawah kelenjar tiroid, atau di dalam timus, di mediastinum. Kadang kelenjar
tiroid berada di dalam kelenjar tiroid. Biasanya terdapat dua kelenjar pada tiap
sisi, meskipun jumlah kelenjar yang lebih banyak di temukan pada sekitar
15% populasi. Kelenjar paratiroid berwarna kekuningan dan berukuran kurang
lebih 3 X 3 X 2 mm, dengan berat keseluruhan sampai 100 mg.
Fisiologi

21
Kelenjar paratiroid mengelurakan hormone paratiorid (PTH). Sintesis
PTH dikendalikan oleh kadar kalsium di dalam plasma. Sintesis PTH di
hambat apabila kadar kalsium rendah dan juga kadar magnesium dalam
plasma yang rendah. PTH bekerja pada tiga sasaran utama dalam
pengendalian homeostasis kalsium, yaitu ginjal, tulang dan usus. Di dalam
ginjal, PTH meningkatkan reabsorpsi kalsium. Di tulang PTH merangsang
aktivitas osteoplastik sedangkan di usus PTH meningkatkan absorpsi kalsium.
Vitamin D berpengaruh besar dalam metabolisme kalsium. Vitamin ini
terdapat didalam diet normal dan disintesis di kulit. Sinar ultraviolet
menghasilkan vitamin D3 di kulit yang selanjutnya mengalami hidroksilasi di
dalam hati dan ginjal menjadi vitamin D3 (kasiterol), fungsi utamanya adalah
merangsang penyerapan kalsium di dalam usus.
Patologi
Kelainan kelenjar paratiroid di tandai dengan peningkatan atau
penurunan fungsi. Hipoparatiroid dapat disebabkan oleh defisiensi PTH yang
bersifat autoimun, berkurangnya pembentukan PTH, atau ketidakmampuan
jaringan untuk bereaksi terhapadap PTH (Pseudo-HipoParatiroidisme). Yang
paling sering dijumpai ialah hipoparatiroidi iatrogenic sesudah tiroidektomi.
Sekitar 85% hiperparatiroid primer di sebabkan oleh adenoma tunggal salah
satu kelenjar paratiroid, Pada kasus selebihnya (15%), hyperplasia terdapat
pada semua kelenjar paratiroid. Sebagian kecil adalah adenoma multiple atau
karsinoma paratiorid. Gambaran klinik yang dapat dilihat adalah terdapatnya
hiperkalsemia asimtomatik. Bila ada gejalanya ini dapat berupa kelemahan,
nyeri abdomen, konstipasi, poliuria, kebingungaan, atau nyeri tulang. Kadang
ditemukan penyulit berupa batu ginjal dengan segala akibatnya.

2.6 DIAGNOSIS & DIAGNOSIS BANDING


1. Pemeriksaan fisik
A. Inspeksi
 Adanya benjolan di leher depan atau lateral
 Bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea

B. Palpasi

22
 Benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan
ikut ke atas.
 Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel
dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras
bergantung dari jenis patologi anatominya tetapi biasanya massa yang
merupakan suatu karsinoma berukuran >4 cm dengan konsistensi keras
dan tidak bisa digerakkan dari dasarnya.
 Bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita
bisa tetap curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan
menekan lobus lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat
penekanan pada trakea.
 Perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran KGB regional secara
lengkap.
 Dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula,
sternum serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan
otak.

2. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
 Pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
 Untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar
kalsitonin dan vma.9.4
B. Radiologi4.5.6
23
 Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique
dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat
ada tidaknya kalsifikasi.
 Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya
metastase dan pendesakkan trakea.
 Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus.
 Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI
untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk
menilai sampai di mana metastase terjadi.

C. Ultrasonografi5
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara
klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan
pembesaran KGB. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang
padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan
FNAB.
D. Scanning tiroid 5
Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan
scanning ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar
kelenjar tiroid.
E. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe5.6
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.

2.8 PROGNOSIS
Angka bertahan hidup selama lima tahun pasien tumor jinak biasanya mencapai
100%, dengan kemungkinan rekurensi yang tinggi pada pasien yang terapi inisialnya tidak
adekuat. Untuk tumor ganas, angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah sekitar 70% hingga
90% untuk tumor tahap dini, dan 20% hingga 30% untuk tumor tahap lanjut. Resiko
rekurensi regional dan daerah yang lebih adalah sekitar 15% hingga 20% dan sering terjadi
pada kasus invasi perineural.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. George, Adam L,. Boise R Lawrence, And Hilder A. Peter. 1997. Boiese Buku Ajar
Penyakit THT. Alih bahasa oleh Caroline Wijaya, Jakarta : EGC
2. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1994
3. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
4. Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
5. Doherty G M. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : MC Graw Hill.
6. Maran AGD. 1997. Benign Diseases of The Neck. Dalam : Scott-Brown's
Otolaryngology. 6th ed. Oxford: Butterworth - Heinemann,
7. Horrowitz Z, Talmi YP, Hoffman HT, et al. 1998. Patterns of Metastases to the Upper
Jugular Lymph Nodes (the ”submuscular recess”). Head Neck
8. Robbins KT, Fried MP. 1990. Cervical Metastatic Squamous Carcinoma of Unknown or
Occult Primary Source. Head Neck
9. Utama HSY. 2012. Tumor colli/ benjolan leher, Diagnosa dan Penatalaksanaannya.
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/06/tumor-pada-collileher-i.html (diakses
tgl 15 juli 2013).

25

Anda mungkin juga menyukai