PENDAHULUAN
Leher merupakan bagian tubuh yang terbuka dan karena itulah pembengkakan pada
daerah ini mudah di kenal oleh penderita atau di deteksi selama pemeriksaan rutin. Di
samping itu, lesi servikal congenital, peradangan, dan keganasan relative sering terjadi.
Dengan demikian dokter seringkali berhadapan dengan masalah benjolan baru pada leher. 1
Pada tahun 2003 di perkirakan bahwa kanker kepala dan leher akan terdiri dari 2%-3%
dari seluruh kanker di Amerika Serikat dan untuk 1%-2% dari semua kematian kanker. Total
ini mencakup 19.400 kasus kanker rongga mulut, 9500 kasus kanker laring dan 8300 kasus
kanker faring. Kebanyakan pasien dengan kanker kepala dan leher (regional nodal kanker
leher memiliki penyakit metastasis pada saat diagnosis 43% dan metastasis dalam 10%..5
Kanker kepala dan leher mencakup berbagai kelompok tumor biasa yang seringkali
agresif dalam perilaku biologis mereka. Selain itu pasien dengan kanker kepala dan leher
sering berkembang menjadi tumor primer kedua. Tumor ini terjadi pada tingkat tahunan
sebesar 3%-7% dan 50%-75% dari kanker baru seperti terjadi di saluran aerodigestive atas
atau paru-paru.8
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. ANATOMI LEHER
M.sternocleidomastoid membagi daerah leher menjadi 2 segitiga besar, yaitu :
1. Trigonum colli anterior, yang terdiri dari: 2
Tigonum sub mental
Trigonum digastrikus
Trigonum Karotis
Trigonum Muskulari
Batas-batas trigonum colli anterior adalah, anterior: garis tengah leher, superior:
symphisis mandibula dan posterior : sisi anterior m.sternocleidomastoid. trigonum
ini tertutup oleh kulit, fascia superfisialis, platysma dan fascia intermedia.
2
Batas-batas trigonum colli posterior, yaitu anterior: sisi posterior
m.sternocleidomastoideus, inferior : klavicula dan posterior: sisi anterior M.
Trapezius.
Lantai dari trigonum tertutup oleh lapisan prevertebra yang terdiri dari
semispinalis capitis, levator scapula dan scalenus medius. Trigonum ini berisi
a.subklavia, v.jugularis eksterna, pleksus brakialis dan cabang-cabang pleksus
servikalis.3
3
Gambar 2. Persarafan Leher
4
d. M. Thyrohyoid
Berorigo di kartilago thyroid dan berinsersi di os hyoid. Menutupi membrana
thyrohyoid, kontraksinya menarik hyoid ke bawah, tetapi bila hyoid difiksir oleh otot
suprahyoid, kontraksinya akan mengangkat laryng.
5
LETAK
KELENJAR LIMFE RADANG DAN KEGANASAAN PRIMER
Submental Bibir bawah, rongga mulut, kulit
Submandibuler Bibir bawah, rongga mulut, kulit, wajah
Servikal atas Rongga mulut, orofaring, hipofaring
Servikal tengah Hipofaring, pangkal lidah, laring, tiroid
Servikal bawah Hipofaring, tiroid, paru, saluran cerna (oesofagus,
lambung)
Retroklavikula Paru, saluran cerna atas
Oksipital Kulit, tenggorokan
Segitiga belakang Nasofaring, hipofaring, tiroid
6
Gambar 4. Vaskularisasi Arteri Leher
7
Gambar 6. Vaskularisasi Vena Leher
2.1 DEFINISI
Adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat yang timbul di segitiga anterior
atau posterior leher diantara klavikula pada bagian inferior dan mandibula serta dasar
tengkorak pada bagian superior. Tumor leher dibagi atas tumor leher medial yang dapat
bersifat solid dan kistik; dan tumor leher lateral yang juga bersifat solid dan bersifat kistik.9
2.2 EPIDEMIOLOGI
Umumnya tumor primer dapat ditemukan kecuali pada 5-15% penderita. Umumnya
dari jumlah tersebut 60% diantaranya tumor primernya tidak pernah ditemukan. Dapat
ditemukan pada kira-kira 3% dari keseluruhan kasus kanker yang ada di Amerika Serikat
(dan sekitar 6% dari semua populasi kanker dunia pada tahun 2002), dan sekitar 45.000 kasus
kanker kepala dan leher didiagnosis pada tahun 2004 Perbandingan dalam jenis kelamin
wanita lebih banyak dari laki-laki = 3 : 1 dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita
kebanyakan datang dengan hanya satu keluhan, yaitu benjolan di daerah leher.
8
2.3 ETIOLOGI
Divertikulum paten duktus tiroglosus9
Kelenjar tiroid berasal dari dasar faring pada foramen sekum selama masa
kehamilan empat minggu, kemudian turun sesuai dengan garis tengah leher dekat
dengan os. Hyoid. Divertikulum paten yang disebabkan oleh penurunan ini disebut
duktus tiroglosus. Jika semua atau sebagian dari duktus ini menetap, maka akan
terbentuk kista-kista atau sinus-sinus duktus tiroglosus.
Anomali celah brankial
Kista celah brankial, sinus, dan sisa-sisa karilagenus, berasal dari penyatuaan
celah brankial yang tidak lengkap. Arkus brankial ke-3 membentuk os. Hyioid,
sedangkan arkus brankial ke-4 membentuk skelet laring, yaitu rawan tiroid, krikoid,
dan aritenoid. Fistel cranial dari tulang hyoid yang berhubungan dengan meatus
akustikus eksternus berasal dari celah pertama. Fistel antara fosa tonsilaris ke pinggir
depan m. sternokleidomastoideus berasal dari celah ke-2. fistel yang masuk ke sinus
piriformis berasal dari celah ketiga. Sinus dari celah ke-4 tidak pernah ditemukan.
Sinus atau fistel mungkin berupa saluran yang lengkap atau mungkin menutup
sebagian. Sisanya akan membentuk kista yang terletak agak tinggi di bawah sudut
rahang.
Hemangioma dan malformasi vaskuler
Hemangioma mempunyai aktivitas mitosis yang meningkat dan keadaan
demikian dianggap sebagai neoplasma sejati. Malformasi vaskuler tidak seperti
hemangioma, mempunyai kecepatan penggantian sel endothelial yang normal. Lesi
yang tinggi akibat kelainan menyolok yang berhubungan dengan sistem arterial dan
venousa dan dapat menyebabkan masalah yang berbahaya dari adanya perdarahan
masif, gagal jantung dan kongestif curah tinggi, dan anemia hemolitik
Malformasi limfatik (higroma kistik)
Anyaman pembuluh limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh
vena mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu akan
berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada embrio usia 2 bulan, pembentukan sakus
primitive telah sempurna. Bila hubungan saluran kearah sentral tidak terbentuk maka
timbulah penimbunan cairan yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Hal ini
paling sering terjadi didaerah leher, kelainan ini dapat meluas ke segala arah seperti
ke jaringan sublingualis di mulut
9
2.4 PATOLOGI
Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:9
1. Kelainan kongenital
Kista dan fistel leher lateral dan median, seperti hygroma colli cysticum, kista
dermoid.
2. Inflamasi atau peradangan
Limfadenitis sekunder karena inflamasi banal (acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis)
atau proses infamasi yang lebih spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit
garukan kuku, actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai
perbesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan
mononukleosis infeksiosa.
3. Neoplasma
Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum yang jarang
terdapat (terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang berasal dari
paraganglion caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna.
Selanjutnya tumor benigna dari kutub bawah glandula parotidea, glandula
submandibularis dan kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam
kelenjar limfe (limfoma maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis,
glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan
ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada umumnya adalah
metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer disuatu tempat didaerah kepala
dan leher. Jika metastasis kelenjar leher hanya terdapat didaerah supraclavikula
kemungkinan lebuh besar bahwa tumor primernya terdapat ditempat lain di dalam
tubuh.
Setiap tumor di leher perlu di tentukan terlebih dahulu apakah berasal dari
tiroid-paratiroid atau struktur lain. Massa yang bukan berasal dari tiroid atau
paratiroid dapat disebabkan oleh radang dan/atau neoplasma struktur lain.
2. KISTA DERMOID
Kista ini merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi
embrional kulit. Di daerah leher juga dapat ditemukan kista dermoid seperti di
daerah kepala. Kista ini umumnya kecil saja, dan biasanya terdapat di sekitar
garis tengah. Kista teraba kenyal, berisi cairan seperti minyak, dan mungkin
mengandung unsur adneksa kulit seperti rambut. Kista ini bebas dari kulit di
atasnya.9
Tatalaksana
Penanganan daripada kista dermoid ini berupa ekstirpasi.
1. HYGROMA KISTIK
Higroma kistik dapat terjadi baik pada anak laki-laki maupun anak
perempuan dengan frekuensi yang sama. Kebanyakan higroma kistik terdapat
didaerah leher. Higroma kistik berasal dari system limf sehingga secara patologi-
anatomi lebih tepat disebut limfangioma kistik. etiologi biasanya disebabkan
karena anyaman pembuluh limf yang pertama kali terbentuk di sekitar pembuluh
vena mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala yang di daerah tertentu
akan berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada embrio usia dua bulan,
pembentukan sakus primitif telah sempurna. Bila hubungan saluran kearah sentral
tidak terbentuk maka timbulah penimbunan cairan yang akhirnya membentuk
kista berisi cairan. Kelainan ini dapat meluas ke segala arah seperti ke jaringan
sublingualis di mulut. Keluhan adalah adanya benjolan di leher yang telah lama
atau sejak lahir tanpa nyeri atau keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik,
berbenjol-benjol, dan lunak. Permukaannya halus, lepas dari kulit, dan sedikit
melekat pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di region trigonum posterior
13
koli. Sebagai tanda khas, pada pemeriksaan transiluminasi positif tampak terang
sebagai jaringan diafan. Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut, tetapi suatu
saat dapat cepat membesar karena radang dan menimbulkan gejala gangguan
pernafasan akibat pendesakan saluran napas seperti trakea, orofaring, maupun
laring.9.2.3
Tatalaksana
Eksisi total merupakan pilihan utama. Pembedahan dimaksudkan untuk
mengambil keseluruhan masa kista. Tetapi bila tumor besar dan telah menyusup
ke organ penting seperti trakea, esophagus, atau pembuluh darah, ekstirpasi total
sulit dikerjakan. Maka penanganannya cukup dengan pengambilan sebanyak-
banyaknya kista. Kemudian pasca bedah dilakukan infiltrasi bleomoson subkutan
untuk mencegah kekambuhan.
2. LIMFADENITIS TBC
Bacteria dapat masuk melalui makan ke rongga mulut dan melalui tonsil
mencapai kelenjar limf di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit
akan membengkak, dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar
didekatnya satu demi satu terkena radang yang khas dan dingin ini. Disamping itu
dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama
lain membentuk suatu massa. Bila mengenai kulit dapat meradang, merah,
bengkak, mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol, mengeluarkan
bahan seperti keju. Tukak yang terbentuk berwarna pucat dengan tepi membiru,
disertai sekret yang jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan meninggalkan
jaringan parut yang tipis atau berbinti-bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan
14
mengeluarkan bahan seperti keju lagi, demikian berulang-ulang, kulit seperti ini
disebut skrofuloderma.9.5
Tatalaksana
Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik.
Gambar 8. Limfadenitis TB
15
Gambar 9. Tortikolis
2. Vascular
HEMANGIOMA
Di daerah leher, hemangioma biasanya berjenis kavernosa yang
merupakan benjolan lunak yang mengempis bila ditekan dan menggelembung
saat dilepaskan lagi. Tumor ini ditangani dengan ekstirpasi, bila besar perlu
persiapan berupa arterigrafi atau flebografi.9
2.5.5 NEOPLASMA
Neoplasma dapat juga jinak atau ganas, sedangkan yang ganas dapat primer
atau sekunder (metastatik). Masa tumor metastatik dapat dibedakan antara yang
terletak di daerah yang berasal dari supraklavikuler atau retrokalvikuler.9
16
kelainan yang bertanda suara parau ini dapat regresi spontan setelah suara
diistirahatkan atau ditangani logopedi.
17
Embriologi
Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus
depan. Titik dari pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi foramen sekum di
pangkal lidah. Endoderm ini menurun di dalam leher sampai setinggi cincin
trakea kedua dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobus. Penurunan ini
terajdi pada garis tengah. Saluran pada struktur ini menetap dan menjadi
duktus tiroglosus atau lebih sering, menjadi lobus piramidalis kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai mandiri pada minggu ke-12 masa
kehidupan intraneurin.2.3
Patologi
Adenokarsinoma Papilare
Adenokarsinoma papiler adalah jenis keganasan tiroid yang paling
sering di temukan (50-60%). Kebanyakkan sudah disertai pembesaran kelenjar
getah bening pada waktu penderita pertama kali datang memeriksakan diri.
Karsinoma ini merupakan kersinoma tiroid yang paling kronik dan yang
mempunyai prongnosa paling baik diantara karsinoma tiroid yang lainnya.
Faktor yang mempengaruhi prognosis baik adalah usia dibawah 40 tahun,
wanita dan jenis histologik papilare, penyebaran limfogennya tidak terlalu
mempengaruhi prognosisnya. Faktor prognosis kurang baik dalah usia diatas
45 tahun dan serta tumor tingkat T3 dan T4. Tumor ini jarang bermetastasis
secara hematogen, tetapi pada 10% kasus terdapat metastasis jauh. Pada
anamnesis di temukan keluhan tentang adanya benjolan pada leher bagian
depan. Benjolan tesebut mungkin di temukan secara kebetulan oleh penderita
sendiri atau oleh orang lain. Kadang terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di leher bagian lateral, yaitu penyebaran getah bening yang dahulu
dikenal sebagai tiroid aberans. Tumor primer biasanya tidak dikeluhkan dan
tidak dapat di temukan secara klinis. Bila tumornya cukup besar, akan timbul
keluhan karena desakan mekanik pada trakea dan oesofagus, atau hanya
timbul rasa mengganjal di leher. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tumor
biasanya dapat diraba dengan mudah, dan umumnya dapat pula di lihat. Yang
khas untuk tumor tiroid adalah tumor ikut dengan gerakan menelan.
Penanganan
18
Pengobatan dengan radioaktif tidak memberi hasil karena
adenokarsinoma pepilare pada umumnya tidak menyerap yodium.
Pascatirodektomi total ternyata yodium dapat ditangkap oleh sel anak sebar
tumor papiler tertentu sehingga pemberian pada keadaan itu yodium radioaktif
bermanfaat. Radiasi ekstern dapat diberikan bila tidak terdapat fasilitas radiasi
intern. Metastasis ditanggulangi secara ablasio radioaktif.
Adenokarsinoma folikuler
Adenokarsinoma folikuler meliputi sekitar 25% keganasan tiroid dan
didapat terutama pada wanita setengah baya. Kadang ditemukan tumor soliter
besar di tulang seperti di tengkorak dan humerus, yang merupakan metastasis
jauh dari adenokarsinoma folikuler yang tidak di temukan karena kecil dan
tidak bergejala.
Penanganan
Dilakukan dengan cara tiroidektomi total. Karena sel karsinoma ini
menangkap yodium, maka radioterapi dengan Y 131 dapat digunakan. Bila
masih ada tumor yang tersisa maupun yang terdapat metastasis, maka
dilakukan pemberian yodium radioaktif ini. Radiasi ekstern untuk metastasis
ternyata memberi hasil yang cukup baik.
Adenokarsinoma meduler
Adenokarsinoma meduler meliputi 5-100% keganasan tiroid dan
berasal dari sel para folikuler, atau sel C yang memproduksitirokalsitonin.
Kadang di hasilkan pula CEA (carsino embryonic antiagen). Tumor
adenokarsinoma meduler berbatas tegas dan keras pada peraabaan. Tumor ini
terutama terdapat pada usia di atas 40 tahun tetapi juga di temukan pada usia
yang lebih muda bahkan pada anak, dan biasanya disertai gangguan endokrin
lainnya. Pada sindrom sipple (multiple endocrine neopleasia IIa/MEN IIa)
ditemukan kombinasi adenokarsinoma meduler, feokromositoma, dan
hiperparatiroid, sedangkan pada MEN IIb disertai feokromositoma dan
neuroma submukosa. Bila di curigai adanya adenokarsinoma meduler maka
dilakukan pemeriksaan kadar kalsitonin darah sebelum dan sesudah
perangsangan dengan suntikan pentagastrin atau kalsium.
19
Tatalaksana
Penanggulangan tumor ini adalah tiroidektomi total. Pemberian
yodium radioaktif juga tidak akan memberi hasil karena tumor ini berasal dari
sel C sehingga tidak menangkap dan menyerap yodium.
Adenokarsinoma anaplastik
Adenokarsinoma anaplastik jarang ditemukan dibandingkan dengan
karsinoma berdeferensi baik, yaitu sekitar 20%. Tumor ini sangat ganas,
terdapat terutama pada usia tua, dan lebih banyak pada wanita. Sebagian
tumor terjadi pada struma nodosa lama yang kemudian membesar dengan
cepat. Tumor ini sering disertai nyeri dan nyeri ahli ke daerah telinga dan
suara serak karena infiltrasi ke n. rekurens. biasanya waktu penderita datang
sudah terjadi penyusupan ke jaringan sekitarnya seperti laring, faring dan
oesofagus sehingga prognosisnya buruk. Pada anamnesis ditemukan struma
yang telah di derita cukup lama dan kemudian membesar dengan cepat. Bila
disertai dengan suara parau, harus dicurigai keras terdapatnya karsinoma
anaplastik. Pemeriksaan penunjang berupa foto roentgen toraks dan seluruh
tulang tubuh dilakukan untuk mencari metastasis ke organ tersebut. Prognosis
tumor ini buruk dan penderita biasanya meninggal dalam waktu enam bulan
sampai satu tahun setelah diagnosis.
Tatalaksana
Pembedahan biasanya sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga hanya
dapat dilakukan biopsi insisi untuk mengetahui jenis karsinoma. Satu-satunya
terapi yang bisa diberikan adalah radiasi ekstern.
20
Gambar 11. Karsinoma Tiroid
Keganasan lain
Limfoma malignum jarang dijumpai pada kelenjar tiroid yang timbul
pada wanita usia pertengahan sampai tua yang tampil dengan massa thyroidea
kenyal difus tak nyeri yang cepat membesar. Secara histology, biasanya lesi
jenis sel besar difus dan penyakit Hasimoto dapat ditemukan dalam latar
belakang pada lebih dari sepertiga pasien. Terapi terdiri dari tirodektomi dan
radiasi. Kelangsungan hidup lima tahun dapat lebih dari 80% sewaktu tumor
terbatas pada glandula thyroidea dan 40% bila penyakit ini juga
ekstrathyroidea.
21
Kelenjar paratiroid mengelurakan hormone paratiorid (PTH). Sintesis
PTH dikendalikan oleh kadar kalsium di dalam plasma. Sintesis PTH di
hambat apabila kadar kalsium rendah dan juga kadar magnesium dalam
plasma yang rendah. PTH bekerja pada tiga sasaran utama dalam
pengendalian homeostasis kalsium, yaitu ginjal, tulang dan usus. Di dalam
ginjal, PTH meningkatkan reabsorpsi kalsium. Di tulang PTH merangsang
aktivitas osteoplastik sedangkan di usus PTH meningkatkan absorpsi kalsium.
Vitamin D berpengaruh besar dalam metabolisme kalsium. Vitamin ini
terdapat didalam diet normal dan disintesis di kulit. Sinar ultraviolet
menghasilkan vitamin D3 di kulit yang selanjutnya mengalami hidroksilasi di
dalam hati dan ginjal menjadi vitamin D3 (kasiterol), fungsi utamanya adalah
merangsang penyerapan kalsium di dalam usus.
Patologi
Kelainan kelenjar paratiroid di tandai dengan peningkatan atau
penurunan fungsi. Hipoparatiroid dapat disebabkan oleh defisiensi PTH yang
bersifat autoimun, berkurangnya pembentukan PTH, atau ketidakmampuan
jaringan untuk bereaksi terhapadap PTH (Pseudo-HipoParatiroidisme). Yang
paling sering dijumpai ialah hipoparatiroidi iatrogenic sesudah tiroidektomi.
Sekitar 85% hiperparatiroid primer di sebabkan oleh adenoma tunggal salah
satu kelenjar paratiroid, Pada kasus selebihnya (15%), hyperplasia terdapat
pada semua kelenjar paratiroid. Sebagian kecil adalah adenoma multiple atau
karsinoma paratiorid. Gambaran klinik yang dapat dilihat adalah terdapatnya
hiperkalsemia asimtomatik. Bila ada gejalanya ini dapat berupa kelemahan,
nyeri abdomen, konstipasi, poliuria, kebingungaan, atau nyeri tulang. Kadang
ditemukan penyulit berupa batu ginjal dengan segala akibatnya.
B. Palpasi
22
Benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan
ikut ke atas.
Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel
dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras
bergantung dari jenis patologi anatominya tetapi biasanya massa yang
merupakan suatu karsinoma berukuran >4 cm dengan konsistensi keras
dan tidak bisa digerakkan dari dasarnya.
Bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita
bisa tetap curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan
menekan lobus lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat
penekanan pada trakea.
Perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran KGB regional secara
lengkap.
Dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula,
sternum serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan
otak.
2. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium
Pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
Untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar
kalsitonin dan vma.9.4
B. Radiologi4.5.6
23
Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique
dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat
ada tidaknya kalsifikasi.
Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya
metastase dan pendesakkan trakea.
Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya
infiltrasi ke esophagus.
Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda
metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. CT scan atau MRI
untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk
menilai sampai di mana metastase terjadi.
C. Ultrasonografi5
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara
klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan
pembesaran KGB. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang
padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan
FNAB.
D. Scanning tiroid 5
Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan
scanning ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar
kelenjar tiroid.
E. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe5.6
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.
2.8 PROGNOSIS
Angka bertahan hidup selama lima tahun pasien tumor jinak biasanya mencapai
100%, dengan kemungkinan rekurensi yang tinggi pada pasien yang terapi inisialnya tidak
adekuat. Untuk tumor ganas, angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah sekitar 70% hingga
90% untuk tumor tahap dini, dan 20% hingga 30% untuk tumor tahap lanjut. Resiko
rekurensi regional dan daerah yang lebih adalah sekitar 15% hingga 20% dan sering terjadi
pada kasus invasi perineural.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. George, Adam L,. Boise R Lawrence, And Hilder A. Peter. 1997. Boiese Buku Ajar
Penyakit THT. Alih bahasa oleh Caroline Wijaya, Jakarta : EGC
2. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1994
3. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
4. Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
5. Doherty G M. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : MC Graw Hill.
6. Maran AGD. 1997. Benign Diseases of The Neck. Dalam : Scott-Brown's
Otolaryngology. 6th ed. Oxford: Butterworth - Heinemann,
7. Horrowitz Z, Talmi YP, Hoffman HT, et al. 1998. Patterns of Metastases to the Upper
Jugular Lymph Nodes (the ”submuscular recess”). Head Neck
8. Robbins KT, Fried MP. 1990. Cervical Metastatic Squamous Carcinoma of Unknown or
Occult Primary Source. Head Neck
9. Utama HSY. 2012. Tumor colli/ benjolan leher, Diagnosa dan Penatalaksanaannya.
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/06/tumor-pada-collileher-i.html (diakses
tgl 15 juli 2013).
25