Anda di halaman 1dari 13

ULKUS PADA TUNGKAI

No. Icd-X : I83.0 Varicose Veins Of Lower Extremities With Ulcer


: L97 Ulcer Of Lower Limb, Notelsewhere Classified
No. Icpc-2 : S97 Chronic Ulcer Skin
Kompetensi : 4a

PENDAHULUAN
Ulkus pada tungkai adalah penyakit arteri, vena, kapiler dan pembuluh darah limfe
yang dapat menyebabkan kelainan pada kulit penderita. Insiden penyakit ini meningkat
seiring
dengan bertambahnya usia. Di negara tropis, insidens ulkus kruris lebih kurang 2%
dari populasi dan didominasi oleh ulkus neurotropik dan ulkus varikosum.
Prosesnya dapat dipengaruhi oleh pelbagai faktor, baik lokal maupun sistemik. Contohnya
seperti gangguan pada pembuluh darah dan kerusakan saraf perifer dianggap sebagai
penyebab yang paling sering. Kerusakan saraf perifer biasanya terjadi pada penderita
diabetes mellitus dan penderita kusta. Hipertensi juga dikaitkan sebagai salah satu penyebab
rusaknya pembuluh darah. Faktor penyebab lain seperti trauma, kebersihan yang buruk dan
gizi buruk juga berperan dalam proses perjalanan penyakit ini. Pembagian ulkus kruris
dibagi ke dalam empat golongan yaitu, ulkus tropikum, ulkus varikosus, ulkus arterial dan
ulkus neurotrofik.
Terlebih berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki epidemi DM
tipe-2. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab penting
timbulnya masalah ini. Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari
6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018. Apabila tidak ditangani dengan baik DM
tipe-2 akan menimbulkan berbagai macam komplikasi, baik akut maupun kronik. Salah satu
komplikasi kronik yang serius dan paling ditakuti adalah ulkus diabetikum. Hal ini didukung
oleh data Riskesdas (2018) bahwa kenaikan jumlah penderita ulkus diabetikum di Indonesia
dapat terlihat dari kenaikan prevelensi sebanyak 11%.

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TIU)

Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu menguatkan kompetensinya pada
penyakit ulkus pada tungkai.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TIK)

Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu:


1. Menganalisis data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis masalah kesehatan pasien.
2. Mengembangkan strategi untuk menghentikan atau mengurangi frekuensi serangan
penyakit, dan akibat yang ditimbulkan serta risiko spesifik secara selektif.
3. Menentukan penanganan penyakit baik klinik, farmakologis, diet, olah raga atau
perubahan perilaku secara rasional dan ilmiah.
4. Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan prinsip
kendali mutu, kendali biaya, manfaat dan keadaan pasien serta sesuai pilihan pasien.
5. Mengidentifikasi, menerapkan dan melakukan monitor evaluasi kegiatan pencegahan
ulkus pada tungkai yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota keluarga dan
masyarakat.

DEFINISI
Ulkus pada tungkai adalah penyakit arteri, vena, kapiler dan pembuluh darah limfe
yang dapat menyebabkan kelainan pada kulit penderita. Ulkus diabetikum adalah luka
terbuka pada permukaan kulit akibat komplikasi penyakit diabetes mellitus yang mencakup
neuropati, kematian jaringan setempat hingga dapat berkembang menjadi infeksi. Ulkus
kaki diabetik adalah luka kronik pada daerah di bawah pergelangan kaki, yang
meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan mengurangi kualitas hidup pasien.

ETIOLOGI
Etiologi ulkus tropikum adalah infeksi oleh kuman Bacillus fusiformis dan Borrelia
vincentii. Etiologi ulkus varikosum adalah kelainan pembuluh seperti trombosis atau
kelainan katup vena yang berasal dari luar pembuluh darah seperti bendungan daerah
proksimal karena tumor di abdomen, kehamilan atau pekerjaan yang dilakukan berdiri.
Etiologi ulkus arteriosum adalah ateroma, baik yang ekstramural, mural, dan intramural.
Ulkus neurotrofik disebabkan oleh tekanan atau trauma pada kulit yang anestetik.
Etiologi ulkus diabetikum diawali karena terjadinya angiopati, neuropati, dan infeksi.
Penyebab terbesar dari ulkus diabetikum adalah diabetik neuropati yang dapat ditemukan
pada 80-90% pasien dengan ulkus. Kemudian, kondisi abnormalitas struktur kaki atau
deformitas hingga trauma akan memperburuk kondisi ulkus diabetikum.
Kondisi angiopati akan membuat aliran darah ke kaki menjadi terganggu sehingga pasien
akan merasakan nyeri pada tungkainya setelah berjalan. Kondisi neuropati akan
menyebabkan gangguan pada sistem sensorik yang membuat sensasi nyeri kaki menjadi
menurun hingga menghilang, sehingga ulkus dapat terjadi tanpa dirasakan pasien.
Kemudian infeksi sering terjadi akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati.
Deformitas atau abnormalitas struktur kaki memainkan peran yang penting dalam
pembentukan ulkus diabetikum, karena memberikan tekanan abnormal yang dapat
membentuk luka. Deformitas atau abnormalitas bentuk kaki yang dimaksud, diantaranya flat
foot dan Charcot neuroartropati, atau hammer foot.
PETA KONSEP

ULKUS TUNGKAI

Etiologi: Faktor Risiko:

1. Angiopati 1. Usia penderita


2. Neuropati 2. Berat badan
3. Infeksi 3. Jenis pekerjaan
4. Deformitas 4. Higienitas buruk
5. Trauma 5. Gizi buruk
6. Riwayat ulkus
7. Kadar glukosa yang tidak
Muncul ulkus stage terkontrol
ringan hingga sedang 8. Merokok

Manifestasi klinis lebih


lanjut gangren atau
nekrotik (hingga dapat
amputasi)

FAKTOR RISIKO
1. Usia penderita
2. Berat badan
3. Jenis pekerjaan
4. Higienitas buruk
5. Gizi buruk
6. Penyakit penyerta yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah seperti Diabetes
Melitus yang tidak terkontrol
7. Riwayat ulkus
8. Merokok
Pada ulkus diabetikum luka yang timbul sering terjadi spontan tanpa diketahui penderita,
misalnya tertusuk paku atau duri saat berjalan. Luka terbuka akan menimbulkan bau khas
dari gas gangren dan menyebabkan infeksi pada tulang (osteomielitis). Pada ulkus
diabetikum, diperkirakan kondisi infeksi disebabkan oleh polimikrobial yang dapat
melibatkan beberapa organisme yang berbeda. Pola mikrobial ulkus diabetikum dipengaruhi
oleh kedalaman luka, jaringan yang terlibat, dan penggunaan antibiotik sebelumnya Salah
satu penyebab tersering bakteri anaerob, Clostridium.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pasien datang dengan luka pada tungkai bawah. Luka bisa disertai dengan nyeri
atau tanpa nyeri. Terdapat penyakit penyerta lainnya yang mendukung kerusakan
pembuluh darah dan jaringan saraf perifer
Penegakan diagnosis ulkus diabetikum ditegakkan berdasarkan:

ANAMNESIS

1. Dapat ditanyakan kapan luka pertama kali terjadi. Apakah pernah mengalami hal yang
sama di daerah yang lain.
2. Perlu diketahui apakah pernah mengalami fraktur tungkai atau kaki. Pada tungkai perlu
diperhatikan apakah ada vena tungkai superfisial yang menonjol dengan tanda
inkompetensi katup.
3. Perlu diketahui apakah penderita mempunyai indikator adanya penyakit yang dapat
memperberat kerusakan pada pembuluh darah.
4. Kemudian pada kondisi ulkus diabetikum perlu ditanyakan beberapa hal sebagai berikut.
5. Pasien ditanyakan mengenai lamanya ia menderita diabetes mellitus dan riwayat
pengobatan diabetes mellitus.
6. Riwayat pemeriksaan yang sudah pernah dilakukan sebelumnya juga penting.
7. Anamnesis mengenai faktor risiko seperti usia penderita, berat badan, jenis pekerjaan,
penderita gizi buruk, mempunyai higiene yang buruk, penyakit penyerta yang bisa
menimbulkan kerusakan pembuluh darah, aktivitas harian, sepatu yang digunakan,
pembentuk kalus, deformitas kaki, keluhan neuropati, keluhan nyeri tungkai, penyakit
komorbid, kebiasaan merokok, dan riwayat ulkus sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK

Pada inspeksi akan ditemukan adanya ulkus, baik superfisial maupun profunda. Ulkus
diabetes cenderung terjadi di daerah tumpuan beban terbesar, seperti tumit, area kaput
metatarsal di telapak, ujung jari yang menonjol. Ulkus di malleolus terjadi karena sering
mendapat trauma. Ulkus dapat ditemukan dengan/tanpa pus, jaringan nekrotik, atau benda
asing. Deskripsi ulkus minimal harus meliputi ukuran, kedalaman, bau, bentuk, dan lokasi.
Dapat juga ditemukan abses, selulitis, maupun gangren. Pemeriksaan untuk menentukan
adanya neuropati adalah pemeriksan sensoris, pemeriksaan dengan garpu tala, dan uji
monofilamen. Gangguan saraf otonom menyebabkan kulit kering pada sela jari dan cruris.
Selain itu dapat juga dilihat adanya fissure dan kulit yang pecah.
Pemeriksaan yang paling penting dilakukan adalah pemeriksaan pulsasi dengan cara palpasi.
Pemeriksa meraba a. femoralis, a. poplitea, a. tibialis posterior, dan a. dorsalis pedis.
Penyebab Gejala Klinis
Trauma, higiene dan gizi Luka kecil terbentuk papula dan
serta infeksi oleh kuman menjadi vesikel. Vesikel pecah
Ulkus Tropikum Bacillus fusiformis dan akan terbentuk ulkus kecil. Ulkus
Borrelia vincentii. akan meluas ke samping dan ke
dalam.

Ada edema, bengkak pada kaki


yang meningkat saat berdiri. Kaki
Kelainan pembuluh seperti
terasa gatal, pegal, rasa terbakar
trombosis atau kelainan
tidak
katup vena yang berasal dari
nyeri dan berdenyut. Ulkus yang
luar pembuluh darah seperti
terjadi akan
bendungan daerah
Ulkus Varikosum mempunyai tepi yang tidak
proksimal karena tumor di
teratur. Dasar ulkus
abdomen, kehamilan atau
terdapat jaringan granulasi,
pekerjaan yang dilakukan
eksudat. Kulit sekitar akan
berdiri
nampak merah kecoklatan.
Terdapat indurasi, mengkilat, dan
fibrotik pada kulit sekitar luka

Ulkus ini paling sering terdapat


pada posterior,
medial atau anterior. Dapat terjadi
pada tonjolan
tulang. Bersifat eritematosa,
nyeri, bagian tengah
berwarna kebiruan yang akan
Kelainan yang disebabkan menjadi bula
ateroma. Dibagi menjadi hemoragik. Ulkus yang dalam,
Ulkus Arteriosum
ekstramural, mural dan berbentuk plon
intramural. (punched out), tepi ulkus kotor.
Rasa nyeri akan
bertambah jika tungkai diangkat
atau dalam keadaan
dingin. Denyut nadi pada dorsum
pedis akan
melemah atau sama sekali tidak
ada.
Pada tempat yang paling kuat
menerima tekanan
yaitu di tumit dan metatarsal.
Terjadi karena tekanan atau Bersifat tunggal atau multipel.
Ulkus trauma pada kulit yang Ulkus bulat, tidak nyeri dan berisi
Neurotrofik anestetik jaringan nekrotik. Dapat
mencapai subkutis dan
membentuk sinus. Bisa mencapai
tulang dan menimbulkan infeksi
sekunder.
Pada ulkus diabetikum terdapat perbedaan gejala klinis antara neuropati dan iskemia
sebagai berikut.

Neuropati Iskemia

Biasanya tidak nyeri Klaudikasio intermitten


Gejala
Kadang nyeri neuropati Nyeri saat istirahat

Lengkung tinggi kuku jari kaki Pucat


Inspeksi
Tidak ada perubahan tropik Perubahan tropik
Palpasi Hangat Dingin
Nadi teraba Nadi sulit/ tidak teraba
Tidak nyeri Nyeri
Ulserasi
Plantar Tumit dan jari kaki

KLASIFIKASI WAGNER
Grade 0 : kulit intak/ utuh
Grade 1 : ulkus superfisial
Grade 2 : ulkus dalam (sampai tendon, tulang)
Grade 3 : ulkus dalam dengan infeksi
Grade 4 : ulkus dengan gangren pada 1 -2 jari kaki
Grade 5 : ulkus dengan gangren luas seluruh kaki
KLASIFIKASI PEDIS

Impaired 1 None
Perfusion 2 PAD but not critical
3 Critical limb ischemic
Extend Size in mm2
Tissue 1 Superficial fulthickness, not deeper then dermis
Loss/ 2 Deep ulcer, below dermis, involving subcutaneous
Depth strucure, fascia, muscle or tendon

3 All subsequent layers of foot involved including bone


and or joint

Infection 1 No symptomps or sign of infection


2 Infection of skin and subcutaneous only
3 Erythema > 2 cm or infection involving subcutaneous
structure(s)

No systemic sign(s) of inflammatory response


4 Infection with systemic manifestation: fever,
leucocytosis, shift to the left
Metabolic instability
Hypotension, azotemia

Impaired 1 Absent
Sensation 2 Present

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis meliputi pemeriksaan sebagai berikut.


1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Urinalisa
3. Pemeriksaan kadar gula dan kolesterol
4. Biakan kuman
Pada kondisi ulkus diabetikum dapat dilakukan pemeriksaan Ankle Brachial Index untuk
menilai patensi vaskular. ABI dilakukan dengan alat Doppler. Cuff dipasang di lengan atas
dan dipompa sampai nadi brachialis tidak dapat dideteksi Doppler. Cuff kemudian dilepas
perlahan sampai Doppler dapat mendeteksi kembali nadi brachialis. Tindakan yang sama
dilakukan pada tungkai, Cuff dipasang di bagian distal dan Doppler dipasang di arteri
dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior ABI didapat dari tekanan sistolik ankle dibagi
tekanan sistolik brachialis. Bila ankle brachial index <0,3, pasien didiagnosis critical limb
ischemia, yang berarti iskemi berat. Pemeriksaan lain yang mungkin dikerjakan adalah
pemeriksaan trancutaneous oxygen tension (TcPO2), USG color Doppler, digital subtraction
angiography (DSA), magnetic resonance angiography (MRA), atau computed tomography
angiography (CTA). Pemeriksaan radiologi pedis juga penting dikerjakan untuk mengetahui
adanya komplikasi osteomielitis.

DIAGNOSIS KLINIS

Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, Pemeriksaan biakan kuman pada ulkus sangat membantu dalam diagnosa dan
pemberian terapi.
Diagnosa
Tungkai bawah, ulkis yang soliter, lesi bebentuk satelit,
dinding menggaung, dasar kotor sekret produktif warna
Ulkus Tropikum kuning kehijauan, nyeri. Pemeriksaan sediaan hapus dari
sekret untuk mencari Bacillus fusiformis dan Borellia
vencentii merupakan hal yang khas.
Tungkai bawah dan betis. Terdapat ulkus di kelilingi
eritema dan hiperpigmentasi. Ulkus soliter dan bisa
Ulkus Varikosum multipel. Pada umumnya tidak terasa nyeri, namun
dengan adanya selulitis dan infeksi sekunder, nyeri akan
terasa lebih hebat.
Tungkai bawah. Ulkus yang timbul berbentuk plong
(punched out) adalah ciri khas ulkus ini. Nyeri yang
terutama muncul pada malam hari juga ciri penting
Ulkus Arteriosum
lainnya. Tepi ulkus yang jelas dan kotor. Bagian distal
terasa dingin dibandingkan bagian proksimal atau kaki
yang sehat.
Pada telapak kaki, ujung jari, dan sela pangkal jari kaki.
Kelainan kulit berupa ulkuds soliter, bulat, pinggir rata,
Ulkus Neurotrofik
sekret tidak produktif dan tanpa nyeri. Daerah kulit
anhidrosis dan ulkus dapat di tutupi oleh krusta.
DIAGNOSIS BANDING

Keadaan dan bentuk luka dari keempat jenis ulkus ini sulit di bedakan pada stadium lanjut.
Pada ulkus tropikum yang kronis dapat menyerupai ulkus varikosum atauulkus arteriosum.

PENATALAKSANAAN KOMPEHERENSIF
1. Non medikamentosa
a. Perbaiki keadaan gizi dengan makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi,
serta vitamin dan mineral.
b. Hindari suhu yang dingin
c. Hindari rokok
d. Menjaga berat badan
e. Jangan berdiri terlalu lama dalam melakukan pekerjaan
2. Medikamentosa
Pengobatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan tipe dari ulkus tersebut.
a. Pada ulkus varikosum lakukan terapi dengan meninggikan letak tungkai saat berbaring
untuk mengurangi hambatan aliran pada vena, sementara untuk varises yang terletak
di proksimal dari ulkus diberi bebat elastin agar dapat membantu kerja otot tungkai
bawah memompa darah ke jantung.
b. Pada ulkus arteriosum, pengobatan untuk penyebabnya dilakukan konsul ke bagian
bedah

KONSELING DAN EDUKASI

1. Edukasi perawatan kaki


2. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal
3. Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan panas yang biasanya
berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.
4. Menghentikan kebiasaan merokok.
5. Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara:
a. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
b. Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air mengeringkan dengan
sempurna dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki.
c. Memakai krim kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retakretak. Tidak
memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kering dan retak-retak.
d. Menggunting kuku, lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
e. Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
f. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.
Penatalaksanaan Terapi
Sistemik Topikal
Penisilin intramuskular
selama 1 minggu sampai 10
hari, dosis sehari 600.000 unit
sampai 1,2 juta unit. Salep salisil 2% dan
Ulkus Tropikum
Tetrasiklin peroral dengan kompres KMnO4
dosis 3x500 mg sehari dapat
juga dipakai sebagai
pengganti penisilin.
Kompres Permanganas
Seng Sulfat 2 x 200 mg/hari
Ulkus Varikosum Kalikus 1:5000 atau larutan
perak nitrat 0,5% atau 0,
Permanganas Kalikus
1:5000, Benzoin peroksida
10%-20% untuk
merangsang granulasi,
Jika terdapat infeksi dapat di
baktersidal, dan
berikan antibotik. Untuk
melepaskan oksigen ke
kuman anaerob diberikan
Ulkus Arteriosum dalam jaringan.
metronidazol. Pemberian
Penggunaan vasilen boleh
analgetik dapat diberikan
diberikan di sekitar ulkus
untuk mengurangi nyeri.
yang tidak terkena iritasi.
Seng oksida akan
membantu absorbsi eksudat
dan bakteri.
Infeksi yang terjadi dapat
diobati seperti pengobatan
Pengobatan topikal seperti
ulkus lainnya. Memperbaiki
pada ulkus yang lain bisa
Ulkus Neurotrofik sensibilitas akan sangat
dilakukan.
membantu. Konsul ke bagian
penyakit dalam disarankan
untuk dilakukan.

Pada Tatalaksana ulkus diabetikum secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan sebelum terjadi
perlukaan pada kulit, sedangkan pencegaham sekunder dimaksudkan agar tidak terjadi luka/
kecacatan yang lebih parah untuk mendapatkan penutupan luka secepat mungkin.

PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer
a. Penyuluhan mengenai pencegahan dan perawatan kaki yang baik oleh tenaga medis
dan paramedis pada penderita DM.
b. Pemeriksaan berkala oleh dokter.
c. Pencegahan berdasarkan tingkat risiko penderita DM terhadap terjadinya ulkus
diabetikum.
1) Kaki yang insensitif perlu penggunaan alas kaki yang benar.
2) Kaki dengan deformitas perlu sepatu/alas kaki untuk meratakanpenyebaran
tekanan pada kaki.
3) Kaki dengan permasalahan vaskular perlu latihan dengan benar untuk
memperbaiki vaskularisas kaki.
4) Untuk ulkus dengan komplikasi perlu pencegahan sekunder.
2. Pencegahan Sekunder
a. Kontrol metabolik
1) Perhatikan dan perbaiki keadaan umum pasien.
2) Kadar glukosa darah harus senormal mungkin karena hiperglikemia dapat
menghambat proses penyembuhan luka. Kemungkinan diperlukan insulin agar
glukosa darah kembali normal.
3) Perhatikan dan perbaiki status nutrisi. Nutrisi yang baik akan membantu proses
penyembuhan luka.
4) Perhatikan dan perbaiki hal lain, seperti kadar albumin darah, hemoglobin,
derajat oksigenasi jaringan hingga fungsi ginjal. Bila hal-hal tersebut terganggu,
maka dapat mengganggu proses penyembuhan luka.
b. Kontrol vaskular
1) Vaskularisasi yang buruk akan menghambat proses penyembuhan luka.
Beberapa diagnostik yang dapat dilakukan untuk menilai vaskularisasi antara
lain: warna dan suhu kulit, perabaan a. dorsalis pedis dan a. tibialis posterior,
pengukuran tekanan darah, ankle brachial index, ankle pressure, toe pressure,
TcPO2, echodoppler, serta arteriografi.
2) Penanganan kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular:
a) Modifikasi faktor risiko
 Berhenti merokok.
 Memperbaiki faktor risiko timbulnya aterosklerosis, seperti
hiperglikemia, hipertensi, dan dislipidemia.
 Latihan kaki (walking program).
b) Farmakoterapi
c) Revaskularisasi
Dianjurkan bila kemungkinan kesembuhan luka rendah atau adanya
klaudikasio intermitten yang hebat.
 Bila oklusi panjang, maka diperlukan operasi bedah pintas terbuka. Namun
bila oklusi pendek, dapat dilakukan prosedurendovascular – PTCA.
 Bila sumbatan akut, dapat dilakukan tromboarterektomi.
 Terapi hiperbarik sebagai terapi adjuvan untuk membantu perbaikan
vaskularisasi dan oksigenasi jaringan luka padaulkus diabetikum.
c. Kontrol luka
1) Debridement yang adekuat diperlukan sebelum menilai dan mengklasifikasikan
luka. Debridement akan membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus
dikeluarkantubuh, sehingga mengurangi produksi pus/ cairan yang berasal dari
ulkus/ gangren.
2) Dressing dengan komponen zat penyerap, seperti carbonteddressing dan alginate
dressing bermanfaat pada luka yang masih produktif.
3) Hydrophillic fiber dressing dan silver imprenated dressing
4) bermanfaat pada luka produktif dan terinfeksi.
5) Hydrocolloid dressing dapat digunakan bila luka sudah membaik dan tidak
terinfeksi.
6) Suasana di sekitar luka harus kondusif untuk membantu proses penyembuhan.
Keadaan ini dicapai dengan mengompres sekitar luka dengan kassa yang sudah
dibasahi dengan salin.
7) Penelitian terbaru menyebutkan beberapa hal yang dapat digunakan untuk
membantu proses penyembuhan luka (beberapa masih diteliti lebih lanjut), seperti
dermagraft, apligraft, growth factor, protease inhibitor, terapi gen bakteri E. coli,
hingga pemakain belatung lalat hijau.
d. Kontrol infeksi/ mikrobiologi
Perlu data mengenai peta/pola mikroorganisme yang selalu diperbaharui di setiap
rumah sakit. Antibiotik yang diberikan harus sesuai dengan kultur dan uji resistensi.
e. Kontrol mekanik/ tekanan
1) Kaki yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat melakukan proses
penyumbuhan, terutama bila ulkus terdapat pada telapak kaki,seperti luka pada
kaki Charcot.
2) Cara yang dilakukan untuk mengurangi tekanan (non-weight bearing) antara lain
dengan:
a) Removable cast walker
b) Total contact casting
c) Temporary shoes
d) Felt padding
e) Crutchest
f) Wheelchair
g) Electric carts
h) Craddled insoles
3) Tindakan operasi yang dilakukan untuk mengurangi tekanan padaulkus antara
lain:
a) Dekompresi ulkus/ abses dengan insisi abses
b) Prosedur koreksi bedah, seperti hammer toe, metatarsal headresection,
Achilles tendon lengthening, dan partial calcanectomy.
f. Kontrol edukasi
1) Penyuluhan diharapkan dapat membuat pasien dan keluargamembantu proses
perawatan dan penyembuhan luka.
2) Rehabilitasi untuk mengurangi kecacatan yang mungkin timbul. Rehabilitasi
medis juga masih dipelukan bagi pasien yang sudah diamputasi agar tidak
menimbulkan ulkus baru.
3) Pemberian alas kaki dapat membantu mengurangi tekanan pada telapak kaki
sehingga mencegah pembentukan ulkus baru.
4) Prognosis ulkus baru lebih buruk dibandingkan ulkus yang pertamakali muncul.

KRITERIA RUJUKAN
Respon terhadap perawatan ulkus tungkai akan berbeda. Hal ini terkait lamanya ulkus, luas
dari ulkus dan penyebab utama.

KOMPLIKASI
1. Hematom dan infeksi pada luka
2. Thromboembolisme (resiko muncul akibat dilakukan pembedahan)
3. Terjadi kelainan trofik dan oedem secara spontan
4. Resiko amputasi jika keadaan luka memburuk

PROGNOSIS
1. Ad vitam : Dubia
2. Ad functionam : Dubia
3. Ad sanationam : Dubia

PENCEGAHAN
Pengendalian penyakit penyerta atau komorbid dengan tatalaksana farmakologi dan
nonfarmakologi akan sangat penting dalam pengendalian terjadinya ulkus. Penerapan pola
hidup sehat seperti higienitas yang baik, perbaikan gizi, hingga berhenti merokok akan
sangat berperan penting mencegah terjadinya ulkus.

DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan Praktek Klinis bagi dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, PB IDI
2. Sudoyo AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen IPD FK UI. 2009
3. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.
Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
4. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia Tahun
2015, PERKENI
5. SKDI Tahun 2012, Edisi Kedua, 2012 Cetakan Pertama, Desember 2012, KKI.
6. Formularium Nasional Tahun 2016
7. Riskesdas Tahanun 2018, Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai