Anda di halaman 1dari 5

58

BAB VI

PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong

seseorang untuk berfikir secara rasional maupun logis, dapat meningkatkan

kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien

mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan

keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala-gejala sosial yang

terjadi, (Soekanto,2003).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera pendengaran, penglihatan, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007). Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan

tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit

serta melindungi diri dari ancaman penyakit (Wahyu, 2009).

6.1 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Perawatan Pasca Episiotomi

Perineum oleh Ibu Nifas

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa dari 46 responden

yang bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Waled dan di lakukan tindakan

episiotomi perineum dari tanggal 29 April sampai dengan 22 Mei 2014


59

sebanyak 46 responden dengan pendidikan SD 26 orang SMP 9 orang SMA 8

orang dan Perguruan Tinggi 3 orang.

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 46 responden terdapat

hampir sebagian besar responden melaksanakan perawatan perineum dengan

baik yaitu 31 orang (67,4%) dan yang melaksanakan perawatan episiotomi

perineum cukup yaitu 11 orang (23,4%) sedangkan yang melaksanakan

perawatan episiotomi perineum kurang yaitu 4 orang (8,7%).

Perawatan luka perineum pada ibu nifas akan lebih baik bila ditunjang

dengan tingginya tingkat pendidikan. Berdasarkan tabel 5,3 pendidikan ibu

nifas sebagian besar berpendidikan akhir SD yaitu 26 responden (56,5%) dan

berdasarkan uji analisis didapatkan bahwa nilai hasil P value = 0,00 Karena P

value <0,05 maka ada hubungan yang bermakna Ho ditolak dan H1 diterima,

jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan

perawatan pasca episiotomi perineum pada masa nifas.

Menurut Koentjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani

(2002), makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima

informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan

sebaliknya bila pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Tingkat

pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang menerima informasi,

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai

perawatan luka perineum.


60

Selain faktor pendidikan yang mempengaruhi perawatan pasca

episiotomi perineum pada ibu nifas ada juga faktor penganggu seperti

lingkungan misalnya terdapat orang yang di panuti seperti orang tua, kelurga

atau paraji yang lebih dipatuhi semua cara perawatan dan sarannya

dibandingkan dengan cara perwatan dan saran yang diberikan oleh Dokter

atau Bidan, faktor penganggu lainnya adalah obat herbal dan yang paling

penting adaalh ibu nifas itu sendiri yang tidak mematuhi instruksi yang

diberikan oleh Dokter dan Bidan.

6.2 Kesembuhan Luka Episiotomi Perineum

Berdasarkan tabel 5.3 hasil identifikasi kesembuhan luka perineum

pada ibu nifas dari 46 responden terbagi menjadi 3 kategori yaitu responden

yang kesembuhan episiotomi perineum baik yaitu 30 orang (65,2%),

kesembuhan episiotomi perineum cukup 11 orang (23,9%) dan kesembuhan

episiotomi perineum kurang baik yaitu 5 orang (10,9 %). Masih adanya

kesembuhan luka perineum yang tidak baik yaitu tidak berbentuk jaringan

parut minimal dalam waktu 6 hari setelah melahirkan dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Kecepatan penyembuhan tergantung pada letak dan

kedalaman insisi. Kebanyakan episiotomi sembuh sebelum minggu keenam

pospartum (Persisi H, 1995). Selain itu kesembuhan luka perineum

dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yaitu faktor internal antara lain usia,

dimana penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada orang

tua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mentolerir stres seperti
61

trauma jaringan atau infeksi. Proses penyembuhan pasca episiotomi sama

seperti jahitan oprasi lain. Perhatikan tanda-tanda infeksi pada luka

episiotomi perineum seperti nyeri, merah, bengkak, atau keluar cairan tidak

lazim (keluar nanah atau darah). Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-

3 minggu setelah melahirkan (Maryunani,2009).

Jenis benang yang digunakanpun sangat berpengaruh dalam kecepatan

kesembuhan luka episiotomi perineum. Di Rumah Sakit Umum Daerah

Waled benanag yang digunakan untuk menjahit episiotomi perineum yaitu

dengan Chromic catgut 2,0. Manfaat dari Chromic catgut 2,0.dapat diserap

oleh tubuh, penyerapannya lebih lama yaitu sampai 20 hari. Chromic catgut

2,0 berguna untuk penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam

waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera dilakukan. Catgut kromik

adalah benang catgut yang telah dikombinasi dengan garam-garaman krom.

Fungsi garam-garaman krom adalah menunda proses proteolisis yang

menyebabkan catgut dapat direabsorpsi,sehingga memperpanjang waktu agar

benang dapat dipertahankan dalam jaringan bersama-sama selama proses

penyembuhan.
62

6.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya:

1. Peneliti

a. Waktu yang diberikan selama penelitian kurang cukup dikarenakan

Saya harus menunggu ibu nifas pada hari ke 7 baru dilakukan

penelitian.

2. Responden

a. Ada beberapa responden yang tidak mau untuk dilakukan

pemeriksaan episiotomi perineum secara visual walaupun sudah

didampingi dengan Ibu Bidan atau Ibu Kader dengan alasan ibu nifas

malu terhadap peneliti.

3. Instrumen/ Alat

a. Data alamat Pasien

Data tentang alamat pasien yang kurang lengkap misalnya nama atau

nomor blok, nomor telepon hal ini lah yang menjadi kendala dalam

penelitian untuk mencari alamt rumah ibu nifas selaku responden

Anda mungkin juga menyukai