Anda di halaman 1dari 229

Kanker Laring

Diagnosis Kanker Laring


Gejala kanker laring
Pengobatan Kanker Laring

Apakah kanker tenggorokan?


Kanker tenggorokan adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan epitel mukosa laring,
kanker yang paling umum tenggorokan squamous cell carcinoma

Seberapa tinggi kanker tenggorokan terjadi?


Kejadian kanker tenggorokan sekitar 1 sampai 5% dari tumor sistemik di bidang THT,
kedua setelah rongga nasofaring dan hidung, kanker sinus menempati urutan ketiga. Baik usia
untuk 50 sampai 70 tahun pada pria lebih umum daripada perempuan.

Apa saja faktor penyebab kanker tenggorokan?


1. Merokok: pembakaran tembakau dapat menghasilkan zat karsinogenik, Dan gerakan
silia asap tembakau dapat membuat untuk menghentikan atau memperlambat, kemacetan dan
edema mukosa, hiperplasia epitel, penebalan dan metaplasia skuamosa, secara karsinogenik

2. Alkohol yang berlebihan: alcohol dalam jangka panjang dapat merangsang selaput
lendir untuk degenerasi dan menyebabkan kanker.

3. Kronis inflamasi seperti: radang tenggorokan kronis, atau radang pernafasan


4. Polusi udara : Gas berbahaya dalam jangka panjang menghirup sulfur dioksida dan
produksi debu industri cenderung menyebabkan kanker tenggorokan.

5. Infeksi virus: Virus memungkinkan sel untuk mengubah sifat dari divisi yang abnormal,
virus ini juga dilampirkan ke gen meng-upload ke generasi berikutnya sel kanker. HPV-
16,18jenis infeksi dan virus berhubungan denga kanker tenggorokan.

6. Perubahan prakanker: Tenggorokan keratosis dan tenggorokan jinak, seperti kanker


tenggorokan yang berulang.

7. Radiasi: Karsinogenik ketika terapi radiasi dan tumor leher

8. Hormon seksual : Penelitian menunjukkan bahwa pasien kanker tenggorokan dengan sel
reseptor estrogen positif secara signifikan lebih tinggi.

Apakah metode penyebaran kanker tenggorokan?


1. Difusi langsung : Dengan kanker tenggorokan stadium lanjut sering menyebar ke
infiltrasi submukosa

2. Metastasis kelenjar getah bening : Situs metastasis lebih sering terjadi pada kelompok
bifurkasi arteri karotid umum dari dalam kelenjar getah bening leher rahim, dan kemudian
sepanjang vena jugularis internal hingga bagian bawah pengembangan kelenjar getah bening.

3. Vascular transfer : Untuk mengikuti peredaran darah ke tubuh ditransfer ke paru-paru,


Hati, ginjal, tulang, hipofisis.

Bagaimana mendiagnosa?
1. Pemeriksaan leher

2. Laringoskopi

3. Studi pencitraan

(1)Sinar X

(2)CT-Scan, MRI

(3)usg

Karakteristik TCM dalam pengobatan kanker


tenggorokan
Setelah bertahun-tahun eksplorasi dan penelitian pengobatan Cina, obat pengobatan Cina
dengan keseimbangan , meluruskan efek anti-kanker. Keuntungan dari kombinasi pengobatan
Cina tradisional dan kedokteran Barat, khasiat lebih besar daripada terapi tunggal. "Integratif
Terapi" oleh empat cara pengobatan kanker tenggorokan, termasuk infus kontinu arteri
pengobatan Cina, obat inhalasi aerosol Cina, obat infus pemanas tradisional Cina dubur, injeksi
Acupoint. Ini adalah modalitas tumor lebih lanjut pengobatan.

Perawatan apa yang dapat diberikan?


1. Operasi
Operasi adalah metode yang dipilih untuk pengobatan kanker tenggorokan, termasuk
laryngectomy total, tingkat laryngectomy parsial, vertikal operasi reseksi parsial laryngectomy,
dll diperlukan dalam operasi di bawah bimbingan para ahli, tergantung pada kondisi pasien.

2. terapi radiasi berlaku lesi laring stadium 1, kondisi umum yang buruk, dan tidak harus
setelah pembedahan dan radioterapi pra operasi, radioterapi masih memiliki pengucapan fungsi
tenggorokan.

3. Radioterapi untuk kanker yang sudah stadium lanjut yang sudah tidak dapat dioperasi,
Umumnya digunakan terapi kombinasi dengan kemoterapi atau radioterapi plus kemoterapi

4. Pengobatan minimal invasive

Teknik pengobatan minimal invasive(Seperti teknologi hipertermia, teknologi pendinginan,


teknik intervensi, teknologi photodynamic) Tidak hanya dapat meningkatkan tingkat
kelangsungan hidup pasien tetapi juga untuk melestarikan fungsi tenggorokan, retensi
kelangsungan hidup 5-tahun kanker tenggorokan dan fungsi tenggorokan juga mencapai sekitar
70%.

Ahli Modern Cancer Hospital Guangzhou menunjukkan bahwa pengobatan kanker


tenggorokan tidak satu sisi penekanan pada pengobatan topikal atau obat, tetapi oleh pasien
dengan stadium penyakit yang berbeda, jenis histologis yang berbeda, perilaku biologis tumor
dan kondisi umum akan operasi, radioterapi, kemoterapi, pengobatan Cina, minimal invasif,
multi-disiplin perawatan diterapkan pada pengobatan, sehingga mencapai efek terapi terbaik

Perawatan pasca operasi kanker tenggorokan?


(1)setelah pasien sadar, posisi setengah telentang, untuk memudahkan pernafasan dan
drainase.

(2)dapat menaruh es diatas leher, pencegahan pendarahan luka.

(3) Harus memperhatikan pemeliharaan drainase halus, untuk mencegah nekrosis kulit
menutup; tepat waktu mengamati dan merekam karakter dan kuantitas cairan drainase, jika
abnormal segera memberitahu kepada dokter untuk menangani.

(4) Pascaoperasi radioterapi dan kemoterapi, menurut perawatan konvensional.

(5) memperkuat perawatan psikologis pasien.

Dukungan dari mana saja yang bisa didapatkan?


Pengobatan kanker laring di Modern Cancer Hospital Guangzhou, disamping menjamin
hasil dari pengobatan juga sebisa mungkin mempertahankan fungsi dari laring dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Sejumlah besar pelaksanaan klinis telah membuktikan, pengobatan JieRu
(intervensi non-bedah) telah menjadi salah satu bagian penting dari pengobatan klinis kanker
laring.

Pengobatan JieRu untuk kanker laring dengan saluran perfusi vaskular atau embolisasi.
Melalui perfusi arteri dimasukkan obat untuk pengobatan tumor, dengan jarak yang terpendek
langsung untuk mencapai tumor di dalam tubuh, meningkatkan konsentrasi obat pada daerah
tersebut, memperpanjang waktu kerja obat, dan juga dapat mengurangi kerusakan pada jaringan
yang berdekatan. Embolisasi adalah menggunakan zat emboli berbentuk padat atau cair yang
disuntikkan ke dalam pembuluh darah tumor dengan memblokir pembuluh darah yang mensuplai
darah ke tumor, memotong pasokan nutrisi tumor, sehingga mencapai tujuan pengobatan. Pasien
kanker laring sebelum dilakukan operasi dilakukan pengobatan JieRu, yang dapat mengecilkan
tumor, meminimalkan daerah yang akan dioperasi, dengan demikian dapat memastikan
kelancaran operasi. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dilakukan operasi, dapat dilakukan
perawatan paliatif, mengurangi penderitaan pasien dan memperpanjang harapan hidup.

Pengobatan JieRu sebagai salah satu pengobatan kanker laring yang aman dan handal, tanpa
operasi, tanpa merusak jaringan tubuh manusia, dan tetap mempertahankan fungsi laring yang
normal. Tentu saja, ada banyak pilihan untuk cara pengobatan dari kanker laring dan tidak semua
pasien kanker laring cocok untuk melakukan pengobatan JieRu. Oleh karena itu, metode
pengobatan pasien kanker laring satu dengan yang tidak akan sama seratus persen, dalam
menentukan metode pengobatan yang akan digunakan, dokter mula-mula harus memastikan jenis
dari kanker laring tersebut, stadiumnya, dan apakah sudah ada penyebaran ke kelenjar getah
bening atau belum, lalu secara obyektif dan masuk akal memilih metode pengobatan yang paling
sesuai.

Modern Cancer Hospital Guangzhou China mendirikan kantor perwakilan di banyak negara
di seluruh dunia, setiap tahunnya para penderita kanker asing yang telah mendapatkan
pengobatan berasal dari rujukan kantor perwakilan, dan pasien yang telah melakukan pengobatan
dan pemulihan berasal dari Vietnam, Filipina, Kamboja, Indonesia, Thailand dan negara-negara
lain. Jika Anda memiliki pertanyaan, maka dapat ditanyakan melalui online, e-mail, telepon,
atau datang langsung ke kantor perwakilan di negara bersangkutan, dengan demikian dapat
masalah Anda dapat dikomunikasikan dengan para pakar Modern Cancer Hospital Guangzhou,
maka Anda akan mendapatkan jawaban yang memuaskan dari pertanyaan Anda.

Ketika Anda datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou untuk melakukan pengobatan,
para ahli spesialis kanker akan menentukan program pengobatan yang sesuai untuk Anda, selama
masa pengobatan, berdasarkan kondisi tubuh masing-masing pasien dan pebedaan kebiasaan
makan, ahli gizi akan mengembangkan menu yang disesuaikan untuk pasien, yaitu makanan
yang didasarkan pada pengobatan Cina dan perpaduan makanan yang sesuai akan dapat
meningkatkan kekebalan tubuh pasien, dengan demikian keluhan gejala pasien kanker dapat
dengan efektif dikendalikan dan dilakukan pengobatan secara efektif.
UploadSign inJoin

BooksAudiobooksComicsSheet Music

Welcome to Scribd! Sign in or start your free trial to enjoy books, documents,
audiobooks, and moreFind out more

Download

of 27
1

karsinoma laring
(0 ratings)

|Views: 1,394|Likes: 0

Published by amaliaturrahmah

See more

0
SMF/Lab Ilmu
Kesehatan
Telinga Hidung
dan Tenggorok
ReferatFakulta
s
KedokteranUni
versitas
Mulawarman

KARSINO
MA
LARING
Oleh:
Nur
HayatiAmaliat
urrahmah
Pembimbing:
dr. Selvianti,
Sp. THT-
KLDibawakan
Dalam Rangka
Tugas
Kepaniteraan
KlinikSMF/Labo
ratorium Ilmu
Kesehatan
Telinga Hidung
dan
TenggorokFaku
ltas
Kedokteran
Universitas
MulawarmanS
amarinda2012
1

BAB
IPENDAHULUA
N
1.1. Latar
Belakang
Karsinoma
laring
merupakan
keganasan
yang sering
terjadi pada
salurannafas
dan masih
merupakan
masalah
karena
penanggulann
nya mencakup
berbagaisegi.
Angka
kejadian
karsinoma
laring di RS
Cipto
Mangunkusum
a
Jakartamendu
duki urutan
ketiga setelah
karsinoma
nasofaring
dan karsinoma
hidung
dansinus
paranasal.
1
Penyebab
karsinoma
laring belum
diketahui
dengan pasti.
Meningkatnyai
nsiden
karsinoma
laring sangat
berkaitan
dengan
merokok
dimana
seorangperoko
k memiliki
risiko 6 kali
lipat untuk
menderita
tumor kepala
dan
leherdibandin
gkan dengan
bukan perokok
dan lebih
banyak terjadi
pada laki-
laki.Namun,
akhir-akhir ini
jumlah
penderita
perempuan
semakin
meningkat
karenaadanya
kecenderunga
n makin
banyaknya
wanita yang
merokok.
Mortalitaspen
derita
karsinoma
laring lebih
banyak terjadi
pada perokok
berat
dibandingkand
engan bukan
perokok yaitu
sekitar 20 kali
lipat.
2

Pasien
karsinoma
laring
biasanya
datang dalam
stadium lanjut
sehinggahasil
pengobatan
yang diberikan
kurang
memuaskan,
oleh karena
itu
perludiagnosis
dini untuk
penanggulang
annya.
3
Secara umum
penatalaksana
an karsinoma
laring meliputi
pembedahan,r
adiasi,
sitostatika
ataupun terapi
kombinasi,
tergantung
stadium
penyakit
dankeadaan
umum
penderita.
Tujuan utama
penatalaksana
an karsinoma
laring
adalahmengel
uarkan bagian
laring yang
terkena tumor
dengan
memperhatika
n
fungsirespirasi
, fonasi serta
fungsi sfingter
laring
.
2,3

1.2 Tujuan
Tujuan
penulisan
referat ini
yaitu untuk
menambah
wawasan
pengetahuanp
enulis dan
pembaca
tentang
karsinoma
laring agar
bermanfaat
dalammenega
kkan diagnosis
lebih dini,
sehingga
dapat
ditangani lebih
awal
danmemberi
harapan hidup
penderita
lebih lama.

2
BAB
IITINJAUAN
PUSTAKA2.1
Anatomi dan
fisiologi
laring2.1.1
Anatomi laring
Faring, laring,
trakea dan
paru
merupakan
derivat foregut
embrional
yangterbentuk
sekitar 18 hari
setelah terjadi
konsepsi.
Sesudahnya
terbentuk
alurfaring
median yang
berisi
petunjuk-
petunjuk
pertama
sistem
pernafasan
dan
benihlaring.
Sulkus atau
alur
laringotrakeal
mulai nyata
sekitar hari ke
21
kehidupanemb
rio. Perluasan
alur ke kaudal
merupakan
primaordial
paru. Alur
menjadi
lebihdalam
dan berbentuk
kantung dan
kemudian
menjadi dua
lobus pada
hari ke 27atau
28. Bagian
yang paling
proksimal dari
tuba akan
menjadi
laring.
Pembesaranar
itenoid dan
lamina
epitelial dapat
dikenali pada
hari ke 33.
Sedangkan
kartilago,otot,
dan sebagian
besar pita
suara
terbentuk
dalam 3-4
minggu
berikutnya.
Hanyakartilag
o epiglotis
yang tidak
terbentuk
hingga masa
midfetal.
Banyak
strukturmerup
akan derivat
apartus
brankialis.
4

Laring
merupakan
bagian yang
terbawah dari
saluran napas
bagian
atasbentuknya
menyerupai
limas segitiga
terpancung,
dengan
bagian atas
lebih
besardaripada
bagian bawah.
Laring terletak
setinggi
vertebra
servicalis IV

VI,dimana
pada anak-
anak dan
wanita
letaknya
relatif lebih
tinggi.
1,5

Batas-batas
laring yaitu
sebelah
kranial
terdapat
aditus
laringeus
yangberhubun
gan dengan
hipofaring, di
sebelah
kaudal
dibentuk oleh
sisi
inferiorkartilag
o krikoid dan
berhubungan
dengan
trakea, di
sebelah lateral
ditutupi
olehotot-otot
sternokleidom
astoideus,
infrahyoid dan
lobus kelenjar
tiroid.
Sedangkandi
sebelah
posterior
dipisahkan
dari vertebra
servikalis oleh
otot-otot
prevertebral,di
nding dan
cavum
laringofaring
serta
disebelah
anterior
ditutupi oleh
fascia, jaringa
n lemak, dan
kulit.

Secara
keseluruhan
laring
dibentuk oleh
sejumlahkartil
ago,
ligamentum
dan otot-otot.
5

3
a. Tulang dan
kartilagoLarin
g dibentuk
oleh sebuah
tulang di
bagian atas
dan beberapa
tulangrawan
yang saling
berhubungan
satu sama lain
dan diikat oleh
otot intrinsik
danekstrinsik
serta dilapisi
oleh mukosa.
Tulang dan
tulang rawan
laring yaitu :1.
Os hyoidOs
hyoid
terletak paling
atas,
berbentuk
huruf U,
mudah diraba
pada
leher bagian
depan. Pada
kedua sisi
tulang ini
terdapat
prosesus
longusdibagia
n belakang
dan prosesus
brevis bagian
depan.
Permukaan
bagian
atastulang ini
dihubungkan
dengan lidah,
mandibula
dan tengkorak
oleh tendo
danotot-otot.
1,5
2. Kartilago
epiglottisBent
uk kartilago
epiglotis
seperti bet
pingpong dan
membentuk
dindinganterio
r aditus
laringeus.
Tangkainya
disebut
petiolus
dan
dihubungkan
olehligamentu
m
tiroepiglotika
ke kartilago
tiroidea di
sebelah atas
pita
suara.Sedangk
an bagian atas
menjulur di
belakang
korpus hyoid
ke dalam
lumenfaring
sehingga
membatasi
basis lidah
dan laring.
5
3. Kartilago
tiroidKartilago
tiroid
merupakan
tulang rawan
laring yang
terbesar,
terdiri daridua
lamina yang
bersatu di
bagian depan
dan
mengembang
ke arah
belakang.Pada
kartilago tiroid
terdapat
penonjolan
yang disebut
Adams apple
,penonjolan ini
dapat diraba
pada garis
tengah leher.
4,5

4. Kartilago
krikoidKartilag
o krikoid
terletak di
belakang
kartilago tiroid
dan
merupakantul
ang rawan
paling bawah
dari laring. Di
setiap sisi
tulang rawan
krikoidmelekat
ligamentum
krikoaritenoid,
otot
krikoaritenoid
lateral dan di
bagianbelakan
g melekat otot
krikoaritenoid
posterior.
Kartilago
krikoidea
padadewasa
terletak
setinggi
vertebra
servikalis VI

VII dan pada
anak-anak
setinggi
vertebra
servikalis III

IV.
5

5. Kartilago
aritenoidTerda
pat 2 buah
kartilago
ariteoid yang
terletak dekat
permukaan
belakanglaring
dan
membentuk
sendi dengan
kartilago
krikoid yaitu
artikulasikriko
aritenoid.
5
Similar to karsinoma laring

CA LARING

Referat CA Laring

CA Laring

Referat Carcinoma Laring


karsinoma laring.docx

TINJAUAN PUSTAKA LARING

ca laring

Karsinoma Laring

Karsinoma Laring

Lapkas Karsinoma laring

Refrat THT Abses Leher Dalam

Tumor Laring
Ca Laring

KARSINOMA NASOFARING

Isi Referat Karsinoma Laring

Laringitis Tb

Tumor Laring

Slide CA Laring

BAB I+III+III

REFERAT VERTIGO PERIFER DAN SENTRAL

Otitis Eksterna
Laporan Pendahuluan Karsinoma Laring

Ca Laring

REFRAT ABSES BEZOLD

Referat Encephalitis Fix

MAKALAH POLIP HIDUNG

REFERAT POLIP

Referat-faringitis

Refrat Tumor Kolon Marie

Anatomi Dan Fisiologi THT


More From This User

New Microsoft Word Document (5)

kti maman

New Microsoft Office Word Document

THYROID dan KELAINANNYA

KARSINOMA REKTI

xeroftalmia

subconjunctival bleeding

Klasifikasi Obat Traktus Respiratorius


Klasifikasi Obat anti DM dan Hipertensi

Klasifikasi Obat GIT

Klasifikasi Obat Antimikroba

Klasifikasi NSAID

Anti Epilepsi

Case Farmako

P Treatment

pl previa

Otitis Eksterna
VBAC+Ruptur Uteri

ketuban pecah dini

Mioma Uteri

Gastroenteritis Akut

perdarahan subkonjungtiva

xeroftalmia

Demam Typhoid

Download and print this document

Read and print without ads

Download to keep your version

Edit, email or read offline

Choose a format:
.DOCX .PDF

Download

Recommended

CA LARING

Nur Rahayuningsih

Referat CA Laring

Syamsul Arifin

TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

CA Laring

angga_rema5596

Referat Carcinoma Laring

Ayoe Curly

Page 1 of 8

.DOCX .PDF

Download
Read Unlimited Books for $8.99 per month
Start your free 14 days

No commitment.Cancel anytime.

Movie lovers have Netflix, music lovers have Spotify and book lovers (whether
they read literary fiction or best-selling potboilers) now have Scribd.

[Scribd] is a place where you can browse and skim and read whatever strikes your
fancy

For less than the price of buying one new book a month (e- or otherwise), you can
wander through more than 50,000 books.

This has got to be the next best thing to sliced bread. I can finish reading one book
and go grab another instantly Wendy Brooks, a Scribd reader

Close

About

Browse books

Browse documents

About Scribd

Meet the team

Our blog

Join our team!

Contact Us

Support

Help

FAQ

Press

Purchase help

AdChoices

Partners
Publishers

Developers / API

Legal

o Terms

o Privacy

o Copyright

Memberships

Join today

Invite Friends

Gifts

Stay Connected

Copyright 2015 Scribd Inc. .Terms of service.Privacy.Mobile Site.Site Language:

English

scribd

UploadSign inJoin

BooksAudiobooksComicsSheet Music

Welcome to Scribd! Sign in or start your free trial to enjoy books, documents,
audiobooks, and moreFind out more

Download
of 27
1

karsinoma laring
(0 ratings)

|Views: 1,394|Likes: 0

Published by amaliaturrahmah

See more

SMF/Lab Ilmu
Kesehatan
Telinga Hidung
dan Tenggorok
ReferatFakulta
s
KedokteranUni
versitas
Mulawarman
KARSINO
MA
LARING
Oleh:
Nur
HayatiAmaliat
urrahmah
Pembimbing:
dr. Selvianti,
Sp. THT-
KLDibawakan
Dalam Rangka
Tugas
Kepaniteraan
KlinikSMF/Labo
ratorium Ilmu
Kesehatan
Telinga Hidung
dan
TenggorokFaku
ltas
Kedokteran
Universitas
MulawarmanS
amarinda2012
1

BAB
IPENDAHULUA
N
1.1. Latar
Belakang
Karsinoma
laring
merupakan
keganasan
yang sering
terjadi pada
salurannafas
dan masih
merupakan
masalah
karena
penanggulann
nya mencakup
berbagaisegi.
Angka
kejadian
karsinoma
laring di RS
Cipto
Mangunkusum
a
Jakartamendu
duki urutan
ketiga setelah
karsinoma
nasofaring
dan karsinoma
hidung
dansinus
paranasal.
1

Penyebab
karsinoma
laring belum
diketahui
dengan pasti.
Meningkatnyai
nsiden
karsinoma
laring sangat
berkaitan
dengan
merokok
dimana
seorangperoko
k memiliki
risiko 6 kali
lipat untuk
menderita
tumor kepala
dan
leherdibandin
gkan dengan
bukan perokok
dan lebih
banyak terjadi
pada laki-
laki.Namun,
akhir-akhir ini
jumlah
penderita
perempuan
semakin
meningkat
karenaadanya
kecenderunga
n makin
banyaknya
wanita yang
merokok.
Mortalitaspen
derita
karsinoma
laring lebih
banyak terjadi
pada perokok
berat
dibandingkand
engan bukan
perokok yaitu
sekitar 20 kali
lipat.
2
Pasien
karsinoma
laring
biasanya
datang dalam
stadium lanjut
sehinggahasil
pengobatan
yang diberikan
kurang
memuaskan,
oleh karena
itu
perludiagnosis
dini untuk
penanggulang
annya.
3

Secara umum
penatalaksana
an karsinoma
laring meliputi
pembedahan,r
adiasi,
sitostatika
ataupun terapi
kombinasi,
tergantung
stadium
penyakit
dankeadaan
umum
penderita.
Tujuan utama
penatalaksana
an karsinoma
laring
adalahmengel
uarkan bagian
laring yang
terkena tumor
dengan
memperhatika
n
fungsirespirasi
, fonasi serta
fungsi sfingter
laring
.
2,3

1.2 Tujuan
Tujuan
penulisan
referat ini
yaitu untuk
menambah
wawasan
pengetahuanp
enulis dan
pembaca
tentang
karsinoma
laring agar
bermanfaat
dalammenega
kkan diagnosis
lebih dini,
sehingga
dapat
ditangani lebih
awal
danmemberi
harapan hidup
penderita
lebih lama.
2

BAB
IITINJAUAN
PUSTAKA2.1
Anatomi dan
fisiologi
laring2.1.1
Anatomi laring
Faring, laring,
trakea dan
paru
merupakan
derivat foregut
embrional
yangterbentuk
sekitar 18 hari
setelah terjadi
konsepsi.
Sesudahnya
terbentuk
alurfaring
median yang
berisi
petunjuk-
petunjuk
pertama
sistem
pernafasan
dan
benihlaring.
Sulkus atau
alur
laringotrakeal
mulai nyata
sekitar hari ke
21
kehidupanemb
rio. Perluasan
alur ke kaudal
merupakan
primaordial
paru. Alur
menjadi
lebihdalam
dan berbentuk
kantung dan
kemudian
menjadi dua
lobus pada
hari ke 27atau
28. Bagian
yang paling
proksimal dari
tuba akan
menjadi
laring.
Pembesaranar
itenoid dan
lamina
epitelial dapat
dikenali pada
hari ke 33.
Sedangkan
kartilago,otot,
dan sebagian
besar pita
suara
terbentuk
dalam 3-4
minggu
berikutnya.
Hanyakartilag
o epiglotis
yang tidak
terbentuk
hingga masa
midfetal.
Banyak
strukturmerup
akan derivat
apartus
brankialis.
4
Laring
merupakan
bagian yang
terbawah dari
saluran napas
bagian
atasbentuknya
menyerupai
limas segitiga
terpancung,
dengan
bagian atas
lebih
besardaripada
bagian bawah.
Laring terletak
setinggi
vertebra
servicalis IV

VI,dimana
pada anak-
anak dan
wanita
letaknya
relatif lebih
tinggi.
1,5
Batas-batas
laring yaitu
sebelah
kranial
terdapat
aditus
laringeus
yangberhubun
gan dengan
hipofaring, di
sebelah
kaudal
dibentuk oleh
sisi
inferiorkartilag
o krikoid dan
berhubungan
dengan
trakea, di
sebelah lateral
ditutupi
olehotot-otot
sternokleidom
astoideus,
infrahyoid dan
lobus kelenjar
tiroid.
Sedangkandi
sebelah
posterior
dipisahkan
dari vertebra
servikalis oleh
otot-otot
prevertebral,di
nding dan
cavum
laringofaring
serta
disebelah
anterior
ditutupi oleh
fascia, jaringa
n lemak, dan
kulit.

Secara
keseluruhan
laring
dibentuk oleh
sejumlahkartil
ago,
ligamentum
dan otot-otot.
5

3
a. Tulang dan
kartilagoLarin
g dibentuk
oleh sebuah
tulang di
bagian atas
dan beberapa
tulangrawan
yang saling
berhubungan
satu sama lain
dan diikat oleh
otot intrinsik
danekstrinsik
serta dilapisi
oleh mukosa.
Tulang dan
tulang rawan
laring yaitu :1.
Os hyoidOs
hyoid
terletak paling
atas,
berbentuk
huruf U,
mudah diraba
pada
leher bagian
depan. Pada
kedua sisi
tulang ini
terdapat
prosesus
longusdibagia
n belakang
dan prosesus
brevis bagian
depan.
Permukaan
bagian
atastulang ini
dihubungkan
dengan lidah,
mandibula
dan tengkorak
oleh tendo
danotot-otot.
1,5

2. Kartilago
epiglottisBent
uk kartilago
epiglotis
seperti bet
pingpong dan
membentuk
dindinganterio
r aditus
laringeus.
Tangkainya
disebut
petiolus

dan
dihubungkan
olehligamentu
m
tiroepiglotika
ke kartilago
tiroidea di
sebelah atas
pita
suara.Sedangk
an bagian atas
menjulur di
belakang
korpus hyoid
ke dalam
lumenfaring
sehingga
membatasi
basis lidah
dan laring.
5

3. Kartilago
tiroidKartilago
tiroid
merupakan
tulang rawan
laring yang
terbesar,
terdiri daridua
lamina yang
bersatu di
bagian depan
dan
mengembang
ke arah
belakang.Pada
kartilago tiroid
terdapat
penonjolan
yang disebut
Adams apple
,penonjolan ini
dapat diraba
pada garis
tengah leher.
4,5

4. Kartilago
krikoidKartilag
o krikoid
terletak di
belakang
kartilago tiroid
dan
merupakantul
ang rawan
paling bawah
dari laring. Di
setiap sisi
tulang rawan
krikoidmelekat
ligamentum
krikoaritenoid,
otot
krikoaritenoid
lateral dan di
bagianbelakan
g melekat otot
krikoaritenoid
posterior.
Kartilago
krikoidea
padadewasa
terletak
setinggi
vertebra
servikalis VI

VII dan pada
anak-anak
setinggi
vertebra
servikalis III

IV.
5

5. Kartilago
aritenoidTerda
pat 2 buah
kartilago
ariteoid yang
terletak dekat
permukaan
belakanglaring
dan
membentuk
sendi dengan
kartilago
krikoid yaitu
artikulasikriko
aritenoid.
5
Similar to karsinoma laring
CA LARING

Referat CA Laring

CA Laring

Referat Carcinoma Laring

karsinoma laring.docx

TINJAUAN PUSTAKA LARING

ca laring

Karsinoma Laring

Karsinoma Laring
Lapkas Karsinoma laring

Refrat THT Abses Leher Dalam

Tumor Laring

Ca Laring

KARSINOMA NASOFARING

Isi Referat Karsinoma Laring

Laringitis Tb

Tumor Laring

Slide CA Laring
BAB I+III+III

REFERAT VERTIGO PERIFER DAN SENTRAL

Otitis Eksterna

Laporan Pendahuluan Karsinoma Laring

Ca Laring

REFRAT ABSES BEZOLD

Referat Encephalitis Fix

MAKALAH POLIP HIDUNG


REFERAT POLIP

Referat-faringitis

Refrat Tumor Kolon Marie

Anatomi Dan Fisiologi THT

More From This User

New Microsoft Word Document (5)

kti maman

New Microsoft Office Word Document

THYROID dan KELAINANNYA

KARSINOMA REKTI
xeroftalmia

subconjunctival bleeding

Klasifikasi Obat Traktus Respiratorius

Klasifikasi Obat anti DM dan Hipertensi

Klasifikasi Obat GIT

Klasifikasi Obat Antimikroba

Klasifikasi NSAID

Anti Epilepsi
Case Farmako

P Treatment

pl previa

Otitis Eksterna

VBAC+Ruptur Uteri

ketuban pecah dini

Mioma Uteri

Gastroenteritis Akut

perdarahan subkonjungtiva
xeroftalmia

Demam Typhoid

Download and print this document

Read and print without ads

Download to keep your version

Edit, email or read offline

Choose a format:
.DOCX .PDF

Download

Recommended

CA LARING

Nur Rahayuningsih

Referat CA Laring

Syamsul Arifin

TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

CA Laring
angga_rema5596

Referat Carcinoma Laring

Ayoe Curly

Page 1 of 8

.DOCX .PDF

Download

Read Unlimited Books for $8.99 per month


Start your free 14 days

No commitment.Cancel anytime.

Movie lovers have Netflix, music lovers have Spotify and book lovers (whether
they read literary fiction or best-selling potboilers) now have Scribd.

[Scribd] is a place where you can browse and skim and read whatever strikes your
fancy

For less than the price of buying one new book a month (e- or otherwise), you can
wander through more than 50,000 books.

This has got to be the next best thing to sliced bread. I can finish reading one book
and go grab another instantly Wendy Brooks, a Scribd reader

Close

About

Browse books

Browse documents

About Scribd

Meet the team

Our blog
Join our team!

Contact Us

Support

Help

FAQ

Press

Purchase help

AdChoices

Partners

Publishers

Developers / API

Legal

o Terms

o Privacy

o Copyright

Memberships

Join today

Invite Friends

Gifts

Stay Connected

Copyright 2015 Scribd Inc. .Terms of service.Privacy.Mobile Site.Site Language:

English

scribd
KANKER LARING (PITA SUARA)
{ Januari 4, 2010 @ 9:53 am } { Uncategorized }

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker di laring hampir selalu merupakan karsinoma sel skuamosa. Ia kanker yang
biasa terjadi pada perokok. Kanker laring bukan satu, tetapi merupakan beberapa
penyakit, tergantung atas lokasinya. Kanker pita suara sejati, berbeda dengan
karsinoma supraglotis dan subglotis, biasanya ditemukan dini karena dampaknya pada
suara. Ada banyak penyebab penyakit kanker laring. Selain itu adapula gejela-gejala
yang timbul, diagnosis, cara pencegahan dan pengobatan pada penyakit kanker laring.

1.2 Permasalahan

Di Amerika Serikat setiap tahun dilaporkan adanya 10.000 kasus baru. Bila suara serak
tak segera hilang, dan saat vonis dokter menyatakan harus di operasi,lakukanlah
segera. Keganasan pada pita suara pada stadium awal, dan segera di lakukan tindakan
operasi , tak berarti kehidupan duniawi segera di tinggalkan. Kendala yang
menyebabkan seseorang enggan di operasi, ketakutan tak bisa bicara lagi. Pita suara
yang hilang digantikan saluran makanan sebagai sumber bunyi. Berlatih bersama
seminggu sekali di Departemen Rehabilitasi Medik, tak hanya kemampuan bicara
kembali yang diperoleh, bernyanyipun bisa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Laring adalah kotak kaku yang tidak dapat meregang, laring mengandung ruang sempit
antara pita suara (glottis) dimana udara harus melewati ruangan ini. Carcinoma laring
adalah keganasan pada laring. Kanker Laring (pita suara) adalah keganasan pada pita
suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan. Laring atau organ suara
adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trachea. Fungus utama
laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan
nafas bawah dari obstruksi dari benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering
disebut sebagai kotak suara.

Laring terdiri atas :

1. Epiglotis: ostium katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
2. Glotis: ostium antara pita suara dan laring

3. Kartilago tiroid: kartilago terbesar pada trachea, sebagian dari kartilago


membentuk jakun (Adams apple)

4. Kartilago krikoid: satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
dibawah kartilago roid)

5. Kartilago critenoid: digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid

6. Pita suara: ligamen yang terkontrol oleh gesekan otot yang menghasilkan bunyi
suara, pita suara melekat pada lumen laring.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Penyakit

Penyakit Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau
daerah lainnya di tenggorokan. Kanker di laring hampir selalu merupakan karsinoma sel
skuamosa. Ia kanker yang biasa terjadi pada perokok. Di Amerika Serikat setiap tahun
dilaporkan adanya 10.000 kasus baru.kanker laring bukan satu, tetapi merupakan
beberapa penyakit, tergantung atas lokasinya. Kanker pita suara sejati, berbeda
dengan karsinoma supraglotis dan subglotis, biasanya ditemukan dini karena
dampaknya pada suara. Bila kanker pita suara terdiagnosis dini, maka dapat dicapai
angka penyembuhan 98% dengan operasi singkat, tanpa keperluan trakeostomi
permanen atau kehilangan suara. Sebaliknya pada kasus lanjut, mungkin memerlukan
terapi yang lama, kehilangan laring dan kadang-kadang reseksi bedah yang mencakup
faring atau laher. Kanker supraglotis mula-mula timbul sebagai kesulitan menelan;
serak merupakan tanda lanjut. Kanker subglotis dapat mengobstruksi saluran
pernapasan sebelum menyebabkan serak. Karsinoma epitel di tempat manapun di
laring dapat berulserasi, dan ulkus ini dapat terinfeksi yang menyebabkan nyeri. Serak
dan sakit tenggorokan tidak boleh disebut sebagai laryngitis hanya karena ia berespon
dengan antibiotika.

Pada orang dewasa perokok, serak yang menetap lebih dari 6 minggu harus dianggap
kanker pita suara, sampai terbukti lain. Kanker kecil tampak sama seperti leukoplakia.
Kanker yang agak besar tampak seperti laryngitis kronika, leukoplakia dan fiksasi pita
suara. Kanker yang sangat besar jelas tampak sebagai kanker, ia berulserasi, fungasi
dan menginyasi struktur sekitarnya.

Metastasis ke leher dari kanker pita suara dini jarang terjadi. Tetapi kanker yang cukup
besar untuk memfikasi pita suara menyebar ke nodus limfatikus sevikalis pada
sejumlah besar kasus.
3.2 Faktor Penyebab Sakit

Penyebab kanker laring (pita suara) biasanya lebih banyak ditemukan pada pria dan
berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol.

Etiologi CA laring:

Tidak diketahui

Berhubungan dengan karsinogen: tembakau, alcohol, polusi industri

Laringitis kronis

Penggunaan suara berlebihan herediter

Herediter

Laki-laki lebih banyak dari pada wanita

50-70 tahun

squamous cell carsinoma

Adapun penyebab lain, penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti
karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik
dan lingkungan.

Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker,
sebagai berikut :

Faktor keturunan

Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk
menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan keluarga lainnya. Jenis kanker
yang cenderung diturunkan dalam keluarga adalah kanker payudara, kanker indung
telur, kanker kulit dan kanker usus besar. Sebagai contoh, risiko wanita untuk menderita
kanker meningkat 1,5 s/d 3 kali jika ibunya atau saudara perempuannya menderita
kanker payudara.

Faktor Lingkungan

o Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru paru,


mulut, laring (pita suara), dan kandung kemih.

o Sinar Ultraviolet dari matahari.


o Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam sinar
rontgen dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom
atom yang bisa menjangkau jarak yang sangat jauh. Contoh, orang yang
selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II,
berisiko tinggi menderita kanker sel darah, seperti Leukemia.

Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.

Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama
kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan
kanker adalah :

Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko
terjadinya kanker lambung.

Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap


kanker kerongkongan.

Zat pewarna makanan.

Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yang
tercemar seperti: kerang, ikan, dsb.

Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.

Virus

Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker antara lain :

Virus Papilloma menyebabkan kutil alat kelamin (genitalis) agaknya merupakan


salah satu penyebab kanker leher rahim pada wanita.

Virus Sitomegalo menyebabkan Sarkoma Kaposi (kanker sistem pembuluh


darah yang ditandai oleh lesi kulit berwarna merah)

Virus Hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati.

Virus Epstein Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di


China virus ini menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena
faktor lingkungan dan genetik.

Virus Retro pada manusia misalnya virus HIV menyebabkan limfoma dan kanker
darah lainnya.
Infeksi

o Parasit Schistosoma (bilharzia) dapat menyebabkan kanker kandung


kemih karena terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih. Namun
penyebab iritasi menahun lainnya tidak menyebabkan kanker.

o Infeksi oleh Clonorchis yang menyebabkan kanker pankreas dan saluran


empedu.

o Helicobacter Pylori adalah suatu bakteri yang mungkin merupakan


penyebab kanker lambung, dan diduga bakteri ini menyebabkan cedera
dan peradangan lambung kronis sehingga terjadi peningkatan kecepatan
siklus sel.

Faktor perilaku

o Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi makanan


yang banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan juga
peminum minuman beralkohol.

o Perilaku seksual yaitu melakukan hubungan intim diusia dini dan sering
berganti ganti pasangan.

Gangguan keseimbangan hormonal

Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cenderung mendorong


terjadinya kanker, sedangkan progesteron melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang
berlebihan. Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan kekurangan
progesteron menyebabkan meningkatnya risiko kanker payudara, kanker leher rahim,
kanker rahim dan kanker prostat dan buah zakar pada pria.

Faktor kejiwaan, emosional

Stres yang berat dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler tubuh.


Keadaan tegang yang terus menerus dapat mempengaruhi sel, dimana sel jadi
hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas sehingga menyebabkan kanker.

Radikal bebas

o Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang
mempunyai electron bebas yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya.
Sumber sumber radikal bebas yaitu :

1. Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses metabolisme.


2. Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-racun kimiawi dari
makanan , minuman, udara yang terpolusi, dan sinar ultraviolet dari matahari.

3. Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan berlebihan
(berdampak pada proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stress
berlebihan, baik stress secara fisik, psikologis,maupun biologis.

3.3 Gejala-gejala yang Timbul

Kanker laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan suara serak.
Seseorang yang mengalami serak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera
memeriksakan diri.

Kanker bagian laring lainnya menyebabkan nyeri dan kesulitan menelan. Kadang sebuah benjolan di
leher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening, muncul terlebih dulu sebelum gejala
lainnya timbul.

Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah:

nyeri tenggorokan.

nyeri leher.

Batuk

batuk darah.

bunyi pernafasan yang abnormal.

Serak yang menetap

Bengkak/benjolan ditenggorokan

Disfagia

Nyeri ketika bicara

Rasa terbakar di tenggorokan saat menelan cairan panas

Dyspnea, lemah

Berat Badan menurun

Pembesaran kelenjar limfe


Nafas bau

3.4 Tahap Pencegahan Penyakit

Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap penyakit kanker laring (pita suara) cukup sederhana yaitu
untuk para pengkonsumsi rokok dan alkohol cukup dengan cara mengurangi dan untuk yang tidak
mengkonsumsi rokok dan alkohol hindari rokok dan alkohol.

Health Promotion

Pemberian makanan bergizi (sehat seimbang)

Penyediaan sanitasi

Specific Protection

Imunisasi Spesifik

Menghindari terhadap zat-zat alergen

Pemberian makanan khusus

Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik

Early Diagnosis dan Promt Treatment

Upaya penemuan khusus

Survey kesehatan

Minitoring dan survailans epidemologis

Sreening survey

Pemeriksaan general chek-up

Disability Limitation

Pengobatan

Pemberian multi vitamin

Rehabilitation

Fisioterapi
Kemoterapi

Psikoterapi

Sosial terapi

Rehabilitasi Asthetis

Vocational terapi

3.5 Pengobatan

Pengobatan tergantung kepada lokasi kanker di dalam laring.


Kanker stadium awal diatasi dengan pembedahan atau terapi penyinaran. Jika
menyerang pita suara, lebih sering dilakukan terapi penyinaran karena bisa
mempertahankan suara yang normal. Kanker stadium lanjut biasanya diatasi dengan
pembedahan, yang bisa meliputi pengangkatan seluruh bagian laring (laringektomi total
atau parsial), diikuti dengan terapi penyinaran.

Pengangkatan seluruh pita suara menyebabkan penderita tidak memiliki suara. Suara
yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:

1. Esophageal speech, penderita diajari untuk membawa udara ke dalam kerongkongan ketika
bernafas dan secara perlahan menghembuskannya untuk menghasilkan suara.

2. Fistula trakeoesofageal, merupakan katup satu arah yang dimasukkan diantara trakea dan
kerongkongan. Katup ini mendorong udara ke dalam kerongkongan ketika penderita bernafas,
sehingga menghasilkan suara. Jika katup mengalami kelainan fungsi, cairan dan makanan bisa
secara tidak sengaja masuk ke dalam trakea.

3. Elektrolaring adalah suatu alat yang bertindak sebagai sumber suara dan dipasang di leher.

Suara yang dihasilkan oleh ketiga cara tersebut dirubah menjadi percakapan dengan menggunakan
mulut, hidung, gigi, lidah dan bibir. Suara yang dihasilkan lebih lemah dibandingkan suara normal.

Kanker pita suara yang kecil dapat diterapi dengan pembuangan transoral melalui laringoskop. Kanker
yang terlalu besar untuk pendekatan ini tetapi belum cukup luas memfikasi pita suara, dapat diterapi
dengan laringektomi parsial atau terapi radiasi. Terapi kanker yang cukup besar untuk memfikasi pita
suara (kanker T3) masih controversial dan harus secara tersendiri sesuai dengan kasusnya.

Beberapa pusat medis mula-mula mencoba dengan radiasi dan melakukan laringektomi pada pasien
yang gagal disembuhkan (lebih dari 60%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar pasien terapi 2 kali,
pembedahannya sulit dan penyembuhan luka berlangsung lambat, tetapi sebagian laring dapat
diselamatkan. Tak pelak lagi, rencana dan kualitas terapi radiasi serta kualitas pemeriksaan ulang,
pengalaman ahli bedah sangat mempengaruhi hasilnya. Para medis lainnya termasuk yang kami
lakukan, melakukan laringektomi primer pada kanker laring T3, dengan modifikasi untuk
mempertahankan fistula bicara trakeofaring, bila mungkin. Kemungkinan penyembuhan lebih tinggi, terapi
ini lebih dapat ditoleransi pasien, jumlah pasien yang sama dapat mempertahankan suaranya, tetapi lebih
banyak pasien yang memerlukan trakeostomi untuk penatalaksanaan.
Pada kedua sistem tersebut, pasien yang akhirnya menjalani laringektomi cocok untuk latihan bicara lagi,
dengan memakai suara esophagus. Tanpa laring, pasien perlu bernafas melalui trakeostomi permanen,
karena tidak ada lagi hubungan sfingter antara saluran pernapasan dan saluran makanan. Pada kasus
kanker laring yang telah bermetastasis ke nodus limfatikus servikalis (atau terdapat risiko tinggi
metastasis mikroskopis) dilakukan terapi tambahan. Biasanya berupa diseksi total nodusmlimfatikus di
leher, bila mungkin dimodifikasi untuk melindungi nervus asesorius.

Dengan penanganan ahli, kurang dari 30% pasien kanker laring yang kehilangan laringnya, dan
prognosis penyembuhan biasanya sangat baik.

Jenis Laringektomi :

1. Laringektomi parsial (Laringektomi-Tirotomi)

Laringektomi parsial direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu
pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai mempunyai angka penyembuhan
yang sangat tinggi. Dalam operasi ini satu pita suara diangkat dan semua struktur
lainnya tetap utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau. Jalan nafas akan
tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.

1. Laringektomi supraglotis (horisontal)

Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang


hioid, glotis, dan pita suara palsu diangkat. Pita suara, kartilago krikoid, dan trakea tetap
utuh. Selama operasi, dilakukan diseksi leher radikal pada tempat yang sakit. Selang
trakeostomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas glotis pulih. Selang trakeostomi
ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi
diberikan melalui selang nasogastrik sampai terdapat penyembuhan dan tidak ada lagi
bahaya aspirasi. Pasca operasi pasien akan mengalami kesulitan menelan selama 2
minggu pertama. Keuntungan utama operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih
dalam seperti biasa. Masalah utamanya adalah bahwa kanker tersebut akan kambuh.

1. Laringektomi hemivertikal

Laringetomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi perluasan
tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini,
kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara (satu
pita suara sejati dan satu pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat.
Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Kartilago aritenoid dan
setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien beresiko mengalami aspirasi pascaoperasi.
Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit tenggorok) dan proyeksi.
Namun demikian jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh.

1. Laringektomi total

Laringektomi total dilakukan ketika kanker meluas diluar pita suara. Lebih jauh ke tulang
hioid, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah, dinding
faringeal, dan trakea ditinggalkan. Banyak ahli bedah yang menganjurkan dilakukannya
diseksi leher pada sisi yang sama dengan lesi bahkan jika tidak teraba nodus limfe
sekalipun. Rasional tindakan ini adalah bahwa metastasis ke nodus limfe servical sering
terjadi. Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis tengah atau kedua
pita suara.

Dengan atau tanpa diseksi leher, laringektomi total dibutuhkan stoma trakeal permanen.
Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran pernafasan bawah,
karena laring yang memberikan perlindungan stingfer tidak ada lagi. Pasien tidak akan
mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi total mengubah
cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan berbicara.

3.6 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksan laringoskop dan biopsi. CT scan dan MRI kepala
atau leher juga bisa menunjukkan adanya kanker laring.

Seperti pada kanker leher dan kepala lainnya, pemeriksaan foto rontgen atau laboratorium tidak
menawarkan bantuan yang jelas dalam mendeteksi kanker dini. Sistem deteksi dini terefektif bagi kami
terdiri dari kewaspadaan dokter umum yang memeriksa pasien serak dengan cermin laring.

Pemeriksaan diagnostik

Laryngoskopi

Biopsi

CT scan

Rongen dada

Pergerakan pita suara

Medikal managemen

Radiasi: Jika hanya 1 pita suara yang terkena, Suara normal, Pre op untuk
menurunkan ukuran tumor, Perawatan tidak terlalu lama

Kemoterapi

Pembedahan: Laser, Parsial/total laringektomi

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas: sekret berlebihan

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik


Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi/pengaturan

Resiko infeksi dengan faktor resiko tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer
(kulit tidakutuh, trauma jaringan, penurunan kerja cilia)

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan trakeostomi/barier fisik

Kurang perawatan diri makan, mandi, berpakaian dan toileting b.d kelemahan

3.7 Peran Keluarga dalam Pencegahan Penyakit

Peran keluarga dalam pencegahan penyakit sangatlah penting karena keluarga adalah
orang kedua yang berperan penting setelah diri sendiri dalam pencegahan penyakit.
Keluarga harus selalu memperhartikan setiap anggota keluarganya masing-masing
dalam makanan yang baik dan tidak baik untuk dikonsumsi,

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah
lainnya di tenggorokan. Kanker laring lebih banyak ditemukan pada pria dan
berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol.

Gejala yang mungkin terjadi pada penyakit kanker laring adalah:

nyeri tenggorokan.

nyeri leher.

Batuk

batuk darah.

bunyi pernafasan yang abnormal.

Serak yang menetap

Bengkak/benjolan ditenggorokan

Disfagia
Nyeri ketika bicara

Rasa terbakar di tenggorokan saat menelan cairan panas

Dyspnea, lemah

Berat Badan menurun

Pembesaran kelenjar limfe

Nafas bau

Faktor yang dapat menimbulkan penyakit kanker :

Faktor keturunan

Faktor Lingkungan

Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.

Virus

Infeksi

Faktor perilaku

Gangguan keseimbangan hormonal

Faktor kejiwaan, emosional

Radikal bebas

4.2 Saran

1. Seharusnya ada pengobatan khusus untuk para penderita kanker baik yang
ringan maupun yang berat.

2. Disediakannya alat yang lebih canggih untuk mendiagnosis penyakit kanker.

3. Diadakan penyuluhan ke daerah-daerah tentang penyakit kanker.

Kanker nasofaring
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang
langit-langit rongga mulut. Penyebab kanker nasofaring belum diketahui dengan pasti. Kanker
nasofaring juga dikaitkan dengan adanya virus epstein bar.

Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang ras mongoloid, yaitu penduduk Cina
bagian selatan, Hong Kong, Thailand, Malaysia dan Indonesia juga di daerah India. Ras kulit
putih jarang ditemui terkena kanker jenis ini. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis
kanker yang diturunkan secara genetik.

Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring. Namun penyebaran
kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang
beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter
THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita
kanker ini.

Daftar isi

1 Faktor Risiko

2 Gejala

3 Pemeriksaan

4 Pencegahan

5 Pengobatan

6 Pranala luar

7 Pranala luar: publikasi

Faktor Risiko

1. Sering mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet,


termasuk makanan yang diawetkan dengan cara diasinkan atau diasap.

2. Sering mengonsumsi makanan dan minuman yang panas atau bersifat


panas dan merangsang selaput lendir, seperti yang mengandung alkohol.
Selain itu, sering mengisap asap rokok, asap minyak tanah, asap kayu bakar,
asap obat nyamuk, atau asap candu.

3. Sering mengisap udara yang penuh asap atau rumah yang pergantian
udaranya kurang baik.
4. Faktor genetik, yakni yang mempunyai garis keturunan penderta kanker
nasofaring.

Gejala

Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-langit rongga mulut
menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui. Namun, biasanya pada
stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut.

1. Di dalam telinga timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai
rasa sakit sampai pendengaran berkurang.

2. Hidung sedikit mimisan, tetapi berulang. Hidung tersumbat terus-menerus,


kemudian pilek.

Pada kondisi akut menunjukkan gejala sebagai berikut.

1. Kelenjar getah bening pada leher membesar.

2. Mata menjadi juling, penglihatan ganda, dan mata bisa menonjol keluar

3. Sering timbul nyeri dan sakit kepala.

Pemeriksaan

Pemeriksan adanya kanker nasofaring dapat dilakukan dengan CT Scan, rhinoskopi anterior dan
posterior, nasofaringoskopi, biopsi dan pemeriksaan histopatologi. Karena itu, jika ada keluhan
pada telinga dan hidung di satu sisi yang tidak kunjung sembuh harus segera diperiksakan ke
dokter THT. Dengan tindakan yang cepat dan ditemukannya kanker pada stadium dini,
kemungkinan untuk sembuh semakin besar.

Pencegahan

1. Ciptakan lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang sehat, serta


usahakan agar pergantian udara (sirkulasi udara) lancar.

2. Hindari polusi udara, seperti kontak dengan gas hasil zat-zat kimia, asap
industry, asap kayu, asap rokok, asap minyak tanah dan polusi lain yang
dapat mengaktifkan virus Epstein bar.

3. Hindari mengonsumsi makanan yang diawetkan, makanan yang panas,


atau makanan yang merangsang selaput lender.

Pengobatan

Pengobatan kanker nasofaring bisa dilakukan dengan radioterapi, atau kombinasi dengan
kemoterapi. Selain itu juga ada kombinasi tambahan lainnya untuk pengobatan kanker ini.
Tindakan operasi tidak dilakukan untuk jenis kanker ini karena posisinya yang sulit dan dekat
metastase kelenjar getah bening. Tindakan operasi (bedah) yang umum hanyalah biopsi, untuk
stadium awal kanker ini jarang dilakukan biopsi.

KANKER NASOFARING (kanker no 1 di bidang THT)


Mei 7, 2009 oleh Dr. Kris

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah keganasan yang berasal dari epitel atau mukosa dan

kripta yang melapisi permukaan nasofaring.7,16 Di Indonesia maupun di Asia Tenggara, KNF

dilaporkan sebagai tumor paling sering ditemukan diantara keganasan di daerah kepala dan

leher.16,17 Di Indonesia, menempati urutan ke-4 diantara keganasan yang terdapat di seluruh

tubuh. Santosa (1988) mendapatkan jumlah 716 (8,46%) penderita KNF berdasarkan data

patologi yang diperoleh di Laboratorium Patologi anatomi FK Unair Surabaya (1973 1976)

diantara 8463 kasus keganasan di Seluruh tubuh. Di Bagian THT Semarang mendapatkan 127

kasus KNF dari tahun 2000 2002.18

Berdasarkan klasifikasi histopatologi, KNF dibagi menjadi WHO1, WHO2 dan WHO3.

WHO1 adalah karsinoma sel skuamosa dengan keratinisasi, WHO2 gambaran histologinya

karsinoma tidak berkeratin dengan sebagian sel berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya

dengan sel yang lebih kearah diferensiasi baik. WHO3 adalah karsinoma yang sangat heterogen,

sel ganas membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas 7,19. Jenis KNF yang banyak dijumpai

adalah WHO2 dan WHO3. Di bagian THT Semarang mendapatkan 112 WHO2 dan WHO3 dari

127 kasus KNF.18

KNF dapat terjadi pada setiap usia, namun sangat jarang dijumpai penderita di bawah

usia 20 tahun dan

usia terbanyak antara 45 54 tahun. Laki-laki lebih banyak dari wanita dengan perbandingan

antara 2 3 : 1.16,18,20
Sampai sekarang etiologi KNF belumlah jelas benar, akan tetapi virus Epstein-Barr

(EBV) dinyatakan sebagai etiologi utama penyebab KNF 7,16 dan faktor lain seperti genetik serta

lingkungan yang mengandung bahan karsinogenik dinyatakan sebagai faktor pendukung. EBV

hampir dapat dipastikan sebagai penyebab KNF, namun kenyataannya tidak semua individu yang

terinfeksi EBV akan berkembang menjadi KNF. Menurut hasil penelitian menyatakan faktor

pendukung seperti lingkungan, genetik sangat menentukan timbulnya KNF.7,21

Sistem klasifikasi stadium KNF yang dipakai saat ini ada beberapa macam antara lain

menurut UICC, AJCC atau sistem Ho. Pada tahun 1997 AJCC dan UICC mengeluarkan sistem

klasifikasi stadium terbaru yaitu edisi ke-5, menggantikan edisi ke-4 (1988). Berikut ini adalah

sistem klasifikasi stadium menurut AJCC/UICC 199722 :

Stadium T (ukuran/luas tumor):

T0 Tak ada kanker di lokasi primer

T1 Tumor terletak/terbatas di daerah nasofaring

T2 Tumor meluas ke jaringan lunak oraofaring dan atau ke kavum nasi.

T2a Tanpa perluasan ke ruang parafaring

T2b Dengan perluasan ke parafaring

T3 Tumor menyeberang struktur tulang dan/atau sinus paranasal

T4 Tumor meluas ke intrakranial, dan/atau melibatkan syaraf kranial, hipofaring, fossa

infratemporal atau orbita.

Limfonodi regional (N) :


N0 Tidak ada metastasis ke limfonodi regional

N1 Metastasis unilateral dengan nodus < 6 cm diatas fossa supraklavikula

N2 Metastasis bilateral dengan nodus < 6 cm, diatas fossa supraklavikula

N3 Metastasis nodus : N3a > 6 cm

N3b meluas sampai ke fossa supraklavikula

Metastasis jauh (M) :

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Pembagian stadium berdasarkan klasifikasi TNMnya disusun sebagai berikut seperti pada tabel 2

berikut ini :

Tabel 2 Stadium KNF

T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB

Penderita KNF umumnya (60 90%) datang berobat di klinik sudah stadium lanjut 7,20

dengan gejala penyebaran diluar nasofaring. Tumor primer di nasofaring sudah T3 atau T4

jarang dengan T1 atau T2.

Gejala klinik meliputi gejala hidung dan telinga, saraf dan gejala dari penyebaran tumor

ke kelenjar limfe serfikal. Gejala hidung berupa ingus campur darah berulang biasanya sedikit

bercampur ingus kental, kadang-kadang ada sumbatan hidung dan suara sengau. Gejala telinga

adalah rasa penuh tak enak, kadang tuli akibat oklusi tuba Eustachi, atau otitis media serosa.

Adinolodewo18 mendapatkan 59,4%, Rauf (1977) 73,5% dan Adinolodewo mendapatkan 72,5%.
Tumor meluas ke intra kranial melalui foramen laserum menimbulkan kerusakan pada grup

anterior yaitu saraf III, IV, VI yang disusul saraf V bila melewati foramen ovale yang

menyebabkan pandangan diplopi. Kerusakan saraf ke V menyebabkan neuralgia trigeminal.

Penjalaran ke foramen jugulare mengenai sekumpulan saraf otak yaitu saraf IX sampai saraf XII

serta saraf simpatikus leher yang menuju ke orbita. Tjegeg mendapatkan kelainan neurologik

antara 29 53%. Metastasis ke kelenjar getah bening leher profunda sering dijumpai, yaitu

sekitar 60 93% dan dapat dijumpai unilateral, kontra lateral atau sering kali bilateral.20,23

Diagnosis klinis didasarkan pada hasil anamnesis, gejala klinis tumor dan kelainan di

nasofaring. Perubahan mukosa nasofaring mudah dinilai dengan menggunakan endoskop.

Tampak jelas perubahan berupa penonjolan mukosa, peradangan, ulseratif disertai perdarahan

ringan. Pemeriksaan radiologis CT scan (computerized tomographic scanning) atau magnitic

resonance imaging (MRI) merupakan pemeriksaan yang lebih informatif terhadap kelainan

nasofaring. Diagnosis histopatologi spesimen biopsi nasofaring dengan mikroskop cahaya

maupun mikroskop elektron merupakan standard baku emas untuk menegakkan diagnosis.21,84

Terapi radiasi KNF

Sampai saat ini radioterapi masih merupakan pilihan utama pengobatan KNF.5-7

Pertimbangan pemilihan radiasi sebagai pengobatan pilihan utama didasarkan pada dua

pertimbangan yaitu pertama bahwa secara histopatologi kebanyakan KNF 75%-95% dari jenis

karsinoma undifferentiated (WHO3) dan karsinoma non keratinisasi (WHO2) yang tergolong

radioresponsif apalagi pada stadium awal,7 kedua karena letak KNF yang sulit dicapai melalaui
metoda pembedahan. KNF juga cenderung menginfiltrasi jaringan sekitar sehingga operasi yang

bersih dengan prinsip operasi luas (wide excision) sulit dilaksanakan.

Radioterapi pada pengobatan KNF dilakukan dengan dua cara yaitu radiasi eksternal dan

radiasi internal (brakiterapi). Brakiterapi adalah suatu metode penyinaran langsung ke daerah

nasofaring dengan jalan memasukkan suatu alat berupa implan intertisial atau inserasi

intrakavitas secara temporal pada ruang nasofaring.31

Pengobatan KNF dengan radiasi menggunakan sinar gama untuk mematikan atau

menghilangkan (eradikasi) seluruh sel kanker yang ada di nasofaring dan metastasisnya di

kelenjar getah bening leher.24-26 Radiasi eksternal diberikan secara homogen pada daerah

nasofaring dan sekitarnya yang meliputi fosa serebri media, dasar tengkorak, koana dan daerah

parafaring sepertiga leher bagian atas. Radiasi diberikan dari arah lateral kanan dan kiri serta

ditambah dari arah depan bila ada perluasan tumor ke hidung dan sekitarnya.27

Radiasi dengan pesawat Co60 yang memancarkan sinar (gama) diberikan beberapa kali

dengan dosis terbagi (fraksinasi), yaitu radiasi dosis 200 cGy setiap fraksi pemberian 5 kali

seminggu selama 67,5 minggu. Dosis yang dibutuhkan untuk eradikasi tumor tergantung dari

banyaknya sel kanker (besarnya tumor). Tumor yang masih dini (T1 dan T2) dapat diberikan

radiasi menggunakan Cobalt 60 dengan dosis sebesar 200 220 cGy per fraksi, 5 kali seminggu

tanpa istirahat mencapai dosis total 6000 6600 cGy dalam 6 minggu. 26 Sedangkan untuk KNF

dengan ukuran tumor yang lebih besar (T3 dan T4) dianjurkan diberikan dosis total radiasi pada

tumor primer di nasofaring yang lebih tinggi yaitu 7000 7500 cGy.28
Selain radiasi eksternal, booster dapat diberikan bila masih didapatkan residu tumor

dengan area diperkecil hanya pada tumornya saja sebesar 1000 1500 cGy sehingga mencapai

dosis total 7500 8000 cGy. Booster ini umumnya diberikan dengan cara radiasi internal

(brakiterapi).

Respons radioterapi KNF

Sudah sejak lama kita ketahui bahwa pengukuran keberhasilan suatu terapi di bidang

onkologi adalah dengan menilai angka respon tumor (tumor respone rate), kemampuan hidup

bebas penyakit (disease free survival) dan angka kemampuan hidup keseluruhan (overall

survival).

Penilaian respons tumor terhadap terapi radiasi yang diberikan dianjurkan untuk

dilakukan minimal 4 6 minggu pasca terapi (WHO Offset Publication No. 48 tahun 1979,

dikutip Affandi, 1992).

Meskipun sering kali didapatkan regresi tumor yang cepat sebagai respons radioterapi,

namun dilaporkan sering kali juga mengalami kekambuhan. Respon tumor KNF pada

radioterapi bervariasi, rata-rata respons secara keseluruhan berkisar antara 25% 65%.

Kegagalan kontrol lokal (local failure) pada radioterapi KNF stadium lanjut sangat tinggi sekitar

50% 80%. Dengan radioterapi kemampuan hidup keseluruhan (overall survival) pasien KNF

berkisar 50%. Angka kemampuan hidup 5 tahun (5-years survival rate) pada stadium awal

berkisar antara 50-90%, sedangkan untuk stadium lanjut (stadium III dan IV) angka kemampuan

hidup 5 tahun berkisar 17-60%.29


Menurut Hussey tindakan biopsi pasca radioterapi untuk memastikan residu tumor secara

histopatologi dapat meningkatkan risiko radionekrosis pada re-radiasi. Atas dasar pertimbangan

ini maka tindakan biopsi nasofaring pasca radioterapi pada KNF dengan indeks mitosis tinggi

atau tumbuh progresif sebaiknya hanya dilakukan bila tampak nyata adanya masa tumor di

nasofaring. Sedangkan untuk KNF dengan pertumbuhan yang lambat, bila tidak dijumpai tumor

residif atau gejala klinis yang nyata dianjurkan melakukan biopsi setelah 10 12 minggu.26

Faktor-faktor yang mempengaruhi respons KNF terhadap radiasi antara lain keadaan

umum, kadar Hb, sistem imun, biologi tumor, derajat diferensiasi, jenis histopatologi dan

dosis.24,26 Keadaan umum pada saat menjalani radioterapi menentukan respons sel terhadap

radiasi. Kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi oksigenasi sel kanker. Sel kanker yang

hipoksik lebih radioresisten.28,30 Hal ini akan menurunkan prognosis penderita. Status imunologi

CMI (cell mediated immunity) dilaporkan mempengaruhi respons KNF terhadap radioterapi.

Penderita dengan respons imun seluler rendah sebelum radioterapi dan tetap rendah pasca terapi

mempunyai prognosis jelek.32,33

Kanker Nasofaring adalah sejenis kanker atau tumor ganas yang tumbuh pada nasofaring.
Nasofaring adalah bagian sistem pernafasan yang terdiri dari dua kata Naso yang berarti hidung
dan Faring yang berarti tenggorokan. Jadi Nasofaring adalah hidung bagian dalam (bagian
belakang) hingga ke tenggorokan. Kurang lebih seperti gambar berikut:
Mengetahui pengetahuan dasar ini sangatlah penting, karena akan terkait dengan ciri-ciri atau
gejala kanker nasofaring itu sendiri.

Gejala Kanker Nasofaring


Ciri-ciri atau Tanda-tanda kanker nasofaring yang dapat kita amati yaitu kesulitan bernapas
karena penyempitan pada daerah nasofaring, tentunya juga gangguan berbicara dengan produksi
suara yang terdengar sengau, selain itu bisa juga terdapat gangguan pendengaran.

Selain gejala utama kanker nasofaring diatas, cermati juga tanda-tanada berikut ini yang
mengharuskan Anda untuk periksa ke dokter:

Terdapat benjolan di hidung atau leher.

Sakit tenggorokan.

Kesulitan bernapas atau berbicara termasuk suara serak

Mimisan atau keluar darah dari hidung (epistaksis)

Gangguan pendengaran

Infeksi telinga yang terus datang kembali

Nyeri pada telinga atau telinga berdenging

Sakit kepala

Pandangan kabur atau ganda

Wajah nyeri atau mati rasa

Hidung tersumbat

Mengingat kanker adalah suatu jenis penyakit yang kronis, maka sudah barang tentu bahwa
gejala yang muncul di atas akan dirasakan dalam kurun waktu yang lama atau sering terjadi.

Penyebab Kanker Nasofaring


Hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti kanker nasofaring. Namun, kanker ini sangat erat
kaitannya dengan virus Epstein-Barr (EBV). Meskipun pada infeksi EBV umum, artinya tidak
semua orang yang terinfeksi EBV akan mengembangkan kanker nasofaring.
Disamping itu, ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan terkena kanker
nasofaring, yaitu:

Laki-laki

Usia di bawah 55 tahun

Sering makan makanan yang asin

Memiliki riwayat keluarga kanker nasofaring

Perokok

Peminum Alkohol

Terpapar debu atau bahan kimia yang mengandung formaldehid

Pengobatan Kanker Nasofaring


Jenis Pengobatan akan disesuaikan dengan

Lokasi tumor

Tahap tumor

Kesehatan pasien secara keseluruhan

Modalitas Pengobatan Kanker Nasofaring meliputi:

Terapi Radiasi. Pengobatan standar awal

Operasi atau pembedahan

Obat biologis. Meningkatkan sisitem daya tahan tubuh untuk membunuh sel kanker
contohnya Bevacizumab

Kemoterapi. Penggunaan obat yang membunuh sel-sel kanker.

Bagaimana cara mencegah kanker nasofaring?


Kanker ini dapat dicegah dengan cara menurunkan faktor risikonya, yakni:

Makan makanan yang kaya buah-buahan dan sayuran


Hindari ikan asin atau makanan yang mengandung kadar garam tinggi lainnya

Jangan merokok

Jangan minum alkohol berlebihan

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu pula dengan kanker nasofaring ini.

Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan menjadi laten dalam limfosit B.
Infeksi virus epstein-barr terjadi pada dua tempat utama yaitu sel epitel kelenjar saliva dan sel
limfosit. EBV memulai infeksi pada limfosit B dengan cara berikatan dengan reseptor virus,
yaitu komponen komplemen C3d (CD21 atau CR2). Glikoprotein (gp350/220) pada kapsul EBV
berikatan dengan protein CD21 dipermukaan limfosit B3. Aktivitas ini merupakan rangkaian
yang berantai dimulai dari masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B dan selanjutnya
menyebabkan limfosit B menjadi immortal. Sementara itu, sampai saat ini mekanisme masuknya
EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum dapat dijelaskan dengan pasti. Namun demikian, ada
dua reseptor yang diduga berperan dalam masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring yaitu
CR2 dan PIGR (Polimeric Immunogloblin Receptor). Sel yang terinfeksi oleh virus epstein-barr
dapat menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu : sel menjadi mati bila terinfeksi dengan virus
epstein-barr dan virus mengadakan replikasi, atau virus epstein- barr yang menginfeksi sel dapat
mengakibatkan kematian virus sehingga sel kembali menjadi normal atau dapat terjadi
transformasi sel yaitu interaksi antara sel dan virus sehingga mengakibatkan terjadinya
perubahan sifat sel sehingga terjadi transformsi sel menjadi ganas sehingga terbentuk sel
kanker.16
Gen EBV yang diekspresikan pada penderita KNF adalah gen laten, yaitu EBERs,
EBNA1, LMP1, LMP2A dan LMP2B. Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan virus
pada infeksi laten. Protein transmembran LMP2A dan LMP2B menghambat sinyal tyrosine
kinase yang dipercaya dapat menghambat siklus litik virus. Diantara gen-gen tersebut, gen yang
paling berperan dalam transformasi sel adalah gen LMP1. Struktur protein LMP1 terdiri atas 368
asam amino yang terbagi menjadi 20 asam amino pada ujung N, 6 segmen protein transmembran
(166 asam amino) dan 200 asam amino pada ujung karboksi (C). Protein transmembran LMP1
menjadi perantara untuk sinyal TNF (tumor necrosis factor) dan meningkatkan regulasi sitokin
IL-10 yang memproliferasi sel B dan menghambatrespon imun lokal.
2.6.2 Genetik
Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan
terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relative menonjol dan
memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen)
dan gen pengode enzim sitokrom p450 2E1 (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan
terhadap karsinoma nasofaring. Sitokrom p450 2E1 bertanggung jawab atas aktivasi metabolik
yang terkait nitrosamine dan karsinogen. Analisa genetik pada populasi endemik berhubungan
dengan HLA-A2, HLAB17 dan HLA-Bw26. Dimana orang dengan yang memiliki gen ini
memiliki resiko dua kali lebih besar menderita karsinoma nasofaring. Studi pada orang Cina
dengan keluarga menderita karsinoma nasofaring dijumpai adanya kelemahan lokus pada regio
HLA. Studi dari kelemahan HLA pada orang-orang Cina menunjukkan bahwa orang-orang
dengan HLA
2.6.3 Faktor lingkungan
Sejumlah besar studi kasus yang dilakukan pada populasi yang berada di berbagai daerah di asia
dan america utara, telah dikonfirmasikan bahwa ikan asin dan makanan lain yang awetkan
mengandung sejumlah besar nitrosodimethyamine (NDMA), nitrospurrolidene (NPYR) dan
nitrospiperidine (NPIP ) yang mungkin merupakan factor karsinogenik karsinoma nasofaring.
Selain itu pengkonsumsi alkohol dan perokok juga merupakan salah satu faktor yan diperkirakan
menginisiasi terjadinya karsinoma nasofaring. Di mana alkohol dan asap rokok ditemukan
mengadung formaldehyde yang diteliti merupakan faktor risiko karsinoma nasofaring dengan
cara mengaktifkan kembali infeksi dari EBV.
Gejala Dini.
Penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma nasofaring dimana tumor
masih terbatas di nasofaring, yaitu :
a. Gejala telinga
- Rasa penuh pada telinga
- Tinitus
- Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung
- Epistaksis
- Hidung tersumbat
c. Gejala mata dan saraf

Dokumen.tips

Login / Signup

Leadership
Technology

Education

Marketing

Design

More Topics

Search

1. Home

2. Documents

3. PATOFISIOLOGI KARSINOMA NASOFARING

Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan menjadi laten dalam limfosit
B.
Infeksi virus epstein-barr terjadi pada dua tempat utama yaitu sel epitel kelenjar
saliva dan sel

limfosit. EBV memulai infeksi pada limfosit B dengan cara berikatan dengan
reseptor virus,

yaitu komponen komplemen C3d (CD21 atau CR2). Glikoprotein (gp350/220) pada
kapsul EBV

berikatan dengan protein CD21 dipermukaan limfosit B3. Aktivitas ini merupakan
rangkaian

yang berantai dimulai dari masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B dan selanjutnya

menyebabkan limfosit B menjadi immortal. Sementara itu, sampai saat ini


mekanisme masuknya

EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum dapat dijelaskan dengan pasti. Namun
demikian, ada

dua reseptor yang diduga berperan dalam masuknya EBV ke dalam sel epitel
nasofaring yaitu

CR2 dan PIGR (Polimeric Immunogloblin Receptor). Sel yang terinfeksi oleh virus
epstein-barr

dapat menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu : sel menjadi mati bila terinfeksi
dengan virus
epstein-barr dan virus mengadakan replikasi, atau virus epstein- barr yang
menginfeksi sel dapat

mengakibatkan kematian virus sehingga sel kembali menjadi normal atau dapat
terjadi

transformasi sel yaitu interaksi antara sel dan virus sehingga mengakibatkan
terjadinya

perubahan sifat sel sehingga terjadi transformsi sel menjadi ganas sehingga
terbentuk sel

kanker.16

Gen EBV yang diekspresikan pada penderita KNF adalah gen laten, yaitu EBERs,

EBNA1, LMP1, LMP2A dan LMP2B. Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan
virus

pada infeksi laten. Protein transmembran LMP2A dan LMP2B menghambat sinyal
tyrosine

kinase yang dipercaya dapat menghambat siklus litik virus. Diantara gen-gen
tersebut, gen yang

paling berperan dalam transformasi sel adalah gen LMP1. Struktur protein LMP1
terdiri atas 368

asam amino yang terbagi menjadi 20 asam amino pada ujung N, 6 segmen protein
transmembran

(166 asam amino) dan 200 asam amino pada ujung karboksi (C). Protein
transmembran LMP1

menjadi perantara untuk sinyal TNF (tumor necrosis factor) dan meningkatkan
regulasi sitokin

IL-10 yang memproliferasi sel B dan menghambatrespon imun lokal.

2.6.2 Genetik

Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan

terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relative


menonjol dan

memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte
antigen)
dan gen pengode enzim sitokrom p450 2E1 (CYP2E1) kemungkinan adalah gen
kerentanan

terhadap karsinoma nasofaring. Sitokrom p450 2E1 bertanggung jawab atas


aktivasi metabolik

yang terkait nitrosamine dan karsinogen. Analisa genetik pada populasi endemik
berhubungan

dengan HLA-A2, HLAB17 dan HLA-Bw26. Dimana orang dengan yang memiliki gen
ini

memiliki resiko dua kali lebih besar menderita karsinoma nasofaring. Studi pada
orang Cina

dengan keluarga menderita karsinoma nasofaring dijumpai adanya kelemahan lokus


pada regio

HLA. Studi dari kelemahan HLA pada orang-orang Cina menunjukkan bahwa orang-
orang

dengan HLA

2.6.3 Faktor lingkungan

Sejumlah besar studi kasus yang dilakukan pada populasi yang berada di berbagai
daerah di asia

dan america utara, telah dikonfirmasikan bahwa ikan asin dan makanan lain yang
awetkan

mengandung sejumlah besar nitrosodimethyamine (NDMA), nitrospurrolidene


(NPYR) dan

nitrospiperidine (NPIP ) yang mungkin merupakan factor karsinogenik karsinoma


nasofaring.

Selain itu pengkonsumsi alkohol dan perokok juga merupakan salah satu faktor yan
diperkirakan

menginisiasi terjadinya karsinoma nasofaring. Di mana alkohol dan asap rokok


ditemukan

mengadung formaldehyde yang diteliti merupakan faktor risiko karsinoma


nasofaring dengan

cara mengaktifkan kembali infeksi dari EBV.

Gejala Dini.
Penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma nasofaring dimana tumor

masih terbatas di nasofaring, yaitu :

a. Gejala telinga

- Rasa penuh pada telinga

- Tinitus

- Gangguan pendengaran

b. Gejala hidung

- Epistaksis

- Hidung tersumbat

c. Gejala mata dan saraf

- Diplopia

- Gerakan bola mata terbatas9,12

Gejala lanjut

- Limfadenopati servikal

- Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar

- Gejala akibat metastase jauh.2,3,10

Jika ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma


nasofaring,

protokol dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta
stadium

tumor:

2.7.1. Anamnesis / pemeriksaan fisik

Anamnesis berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien (tanda dan gejala KNF)

2.7.1.1 Pemeriksaan Nasofaring

Pemeriksaan tumor primer di nasofaring dapat dilakukan dengan cara rinoskopi


posterior

(tidak langsung) dan nasofaringoskop (langsung) serta fibernasofaringoskopi15. Jika


ditemukan
tumor berupa massa yang menonjol pada mukosa dan memiliki permukaan halus,
berrnodul

dengan atau tanpa ulserasi pada permukaan atau massa yang menggantung dan
infiltratif. Namun

terkadang tidak dijumpai lesi pada nasofaring sehingga harus dilakukan biopsi dan
pemeriksaan

sitologi.

2.7.1.2 Gejala Klinis

Menurut Formula Digby, setiap simptom mempunyai nilai diagnostik dan

berdasarkan jumlah nilai dapat ditentukan ada tidaknya karsinoma nasofaring

Tabel 1 Formula Digsby 17

Bila jumlah nilai mencapai 50, diagnosa klinik karsinoma nasofaring dapat

dipertangungjawabkan. Sekalipun secara klinik jelas karsinoma nasofaring, namun


biopsi tumor

of 13

PATOFISIOLOGI KARSINOMA NASOFARING


by nurmah-mashuri

on Jul 20, 2015

Report

Category:

Documents

Download: 1

Comment: 0
3,203

views

Comments

Description
Download PATOFISIOLOGI KARSINOMA NASOFARING

Transcript
PATOFISIOLOGI KARSINOMA NASOFARING Karsinoma Nasofaring merupakan
munculnya keganasan berupa tumor yang berasal dari sel-sel epitel yang menutupi
permukaan nasofaring. Tumbuhnya tumor akan dimulai pada salah satu dinding
nasofaring yang kemudian akan menginfiltrasi kelenjar dan jaringan sekitarnya.
Lokasi yang paling sering menjadi awal terbentuknya KNF adalah pada Fossa
Rossenmuller. Penyebaran ke jaringan dan kjelenjar limfa sekitarnya kemudian
terjadi perlahan, seperti layaknya metastasis lesi karsinoma lainnya. Penyebaran
KNF dapat berupa : 1. Penyebaran ke atas Tumor meluas ke intrakranial menjalar
sepanjang fossa medialis, disebut penjalaran Petrosfenoid, biasanya melalui
foramen laserum, kemudian ke sinus kavernosus dan Fossa kranii media dan fossa
kranii anterior mengenai saraf-saraf kranialis anterior ( n.I n VI). Kumpulan gejala
yang terjadi akibat rusaknya saraf kranialis anterior akibat metastasis tumor ini
disebut Sindrom Petrosfenoid. Yang paling sering terjadi adalah diplopia dan
neuralgia trigeminal. 2. Penyebaran ke belakang Tumor meluas ke belakang secara
ekstrakranial menembus fascia pharyngobasilaris yaitu sepanjang fossa posterior
(termasuk di dalamnya foramen spinosum, foramen ovale dll) di mana di dalamnya
terdapat nervus kranialais IX XII; disebut penjalaran retroparotidian. Yang terkena
adalah grup posterior dari saraf otak yaitu n VII - n XII beserta nervus simpatikus
servikalis. Kumpulan gejala akibat kerusakan pada n IX n XII disebut sindroma
retroparotidean atau disebut juga sindrom Jugular Jackson. Nervus VII dan VIII jarang
mengalami gangguan akibat tumor karena letaknya yang tonggi dalam sistem
anatomi tubuh, Gejala yang muncul umumnya antara lain: a. Trismus b. Horner
Syndrome ( akibat kelumpuhan nervus simpatikus servikalis) c. Afonia akibat
paralisis pita suara d. Gangguan menelan 3. Penyebaran ke kelenjar getah bening
Penyebaran ke kelenjar getah bening merupakan salah satu penyebab utama
sulitnya menghentikan proses metastasis suatu karsinoma. Pada KNF, penyebaran
ke kelenjar getah bening sangat mudah terjadi akibat banyaknya stroma kelanjar
getah bening pada lapisan sub mukosa nasofaring. Biasanya penyebaran ke
kelenjar getah bening diawali pada nodus limfatik yang terletak di lateral
retropharyngeal yaitu Nodus Rouvier. Di dalam kelenjar ini sel tersebut tumbuh dan
berkembang biak sehingga kelenjar menjadi besar dan tampak sebagai benjolan
pada leher bagian samping. Benjolan ini dirasakan tanpa nyeri karenanya sering
diabaikan oleh pasien. Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus,
menembus kelenjar dan mengenai otot dibawahnya. Kelenjar menjadi lekat pada
otot dan sulit digerakkan. Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi.
Limfadenopati servikalis merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang
ke dokter. Gejala akibat metastase jauh: Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama
getah bening atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari
nasofaring. Yang sering ialah tulang, hati dari paru. Hal ini merupakan stadium akhir
dan prognosis sangat buruk. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa karsinoma
nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, yang terbanyak ke paru-paru dan
tulang, masing-masing sebanyak 20%, sedangkan ke hati 10%, otak 4%, ginjal
0,4%, tiroid 0,4%. Kira-kira 25% penderita datang berobat ke dokter sudah-
mempunyai pertumbuhan ke intrakranial atau pada foto rontgen terlihat destruksi
dasar tengkorak dan hampir 70% metastase kelenjar leher. Karsinoma nasofaring
umumnya disebabkan oleh multifaktor. Sampai sekarang penyebab pastinya belum
jelas. Faktor yang berperan untuk terjadinya karsinoma nasofaring ini adalah faktor
makanan seperti mengkonsumsi ikan asin, sedikit memakan sayur dan buah segar.
Faktor lain adalah non makanan seperti debu, asap rokok, uap zat kimia, asap kayu
Faktor genetik juga dapat mempengaruhi terjadinya karsinoma nasofaring1. Selain
itu terbukti juga infeksi virus Epstein Barr juga dihubungkan dengan terjadinya
karsinoma nasofaring terutama pada tipe karsinoma nasofaring non-keratinisasi.
Hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan titer antigen EBV dalam tubuh penderita
Ca Nasofaring non keratinisasi dan kenaikan titer ini pun berbanding lurus dengan
stadium Ca nasofaring; di mana semakin berat stadium Ca Nasofaring, ditemukan
titer antibodi EBV yang semakin tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai
adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita karsinoma nasofaring.
Pada penderita ini sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein tertentu
yang berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus di
dalam sel host. Protein laten ini dapat dipakai sebagai petanda (marker) dalam
mendiagnosa karsinoma nasofaring, yaitu EBNA-1 dan LMP-1, LMP- 2A dan LMP-2B.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya pada 50% serum penderita karsinoma
nasofaring LMP-1 sedangkan EBNA-1 dijumpai di dalam serum semua pasien
karsinoma nasofaring2. Selain itu dibuktikan oleh hasil penelitian Khrisna dkk
(2004) terhadap suku Indian asli bahwa EBV DNA di dalam serum penderita
karsinoma nasofaring dapat dipakai sebagai biomarker pada karsinoma nasofaring
primer. 12,13,15 Hubungan antara karsinoma nasofaring dan infeksi virus Epstein-
Barr juga dinyatakan oleh berbagai peneliti dari bagian yang berbeda di dunia ini.
Pada pasien karsinoma nasofaring dijumpai peninggian titer antibodi anti EBV
(EBNA-1) di dalam serum plasma.1-19 EBNA-1 adalah protein nuklear yang
berperan dalam mempertahankan genom virus. Huang dalam penelitiannya,
mengemukakan keberadaan EBV DNA dan EBNA di dalam sel penderita karsinoma
nasofaring. 12,13,15 Karsinoma nasofaring sangat sulit didiagnosa, hal ini mungkin
disebabkan karena letaknya sangat tersembunyi dan juga pada keadaan dini pasien
tidak datang untuk berobat. Biasanya pasien baru datang berobat, bila gejala telah
mengganggu dan tumor tersebut telah mengadakan infiltrasi serta metastase pada
pembuluh limfe sevikal. Hal ini merupakan keadaan lanjut dan biasanya prognosis
yang jelek. Pemeriksaan terhadap karsinoma nasofaring dilakukan dengan cara
anamnesa penderita dan disertai dengan pemeriksaan nasofaringoskopi, radiologi,
histopatologi, immunohistokimia, dan juga pemeriksaan serologi dengan
menggunakan tehnik Enzyme Linked Immunosorbent Assay atau disingkat dengan
ELISA6. Karena beberapa penelitian telah membuktikan bahwa di dalam serum
penderita karsinoma nasofaring dijumpai EBNA-1 maka sebaiknya pasien yang
mempunyai gejala yang mengarah ke karsinoma nasofaring dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan serologi yaitu antibodi anti EBV (EBNA-1).13,14,15 Tentang
pengaruh EBV yang sebagian besar hanya ditemukan pada Ca Nasofaring tipe non-
keratinisasi belum dapat dijelaskan hingga saat ini. Proses perkembangan KNF:
Gambar 5 Patogenesis KNF Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan
menjadi laten dalam limfosit B. Infeksi virus epstein-barr terjadi pada dua tempat
utama yaitu sel epitel kelenjar saliva dan sel limfosit. EBV memulai infeksi pada
limfosit B dengan cara berikatan dengan reseptor virus, yaitu komponen
komplemen C3d (CD21 atau CR2). Glikoprotein (gp350/220) pada kapsul EBV
berikatan dengan protein CD21 dipermukaan limfosit B3. Aktivitas ini merupakan
rangkaian yang berantai dimulai dari masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B dan
selanjutnya menyebabkan limfosit B menjadi immortal. Sementara itu, sampai saat
ini mekanisme masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum dapat dijelaskan
dengan pasti. Namun demikian, ada dua reseptor yang diduga berperan dalam
masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring yaitu CR2 dan PIGR (Polimeric
Immunogloblin Receptor). Sel yang terinfeksi oleh virus epstein-barr dapat
menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu : sel menjadi mati bila terinfeksi dengan
virus epstein-barr dan virus mengadakan replikasi, atau virus epstein- barr yang
menginfeksi sel dapat mengakibatkan kematian virus sehingga sel kembali menjadi
normal atau dapat terjadi transformasi sel yaitu interaksi antara sel dan virus
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan sifat sel sehingga terjadi transformsi
sel menjadi ganas sehingga terbentuk sel kanker.16 Gen EBV yang diekspresikan
pada penderita KNF adalah gen laten, yaitu EBERs, EBNA1, LMP1, LMP2A dan
LMP2B. Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan virus pada infeksi laten.
Protein transmembran LMP2A dan LMP2B menghambat sinyal tyrosine kinase yang
dipercaya dapat menghambat siklus litik virus. Diantara gen-gen tersebut, gen yang
paling berperan dalam transformasi sel adalah gen LMP1. Struktur protein LMP1
terdiri atas 368 asam amino yang terbagi menjadi 20 asam amino pada ujung N, 6
segmen protein transmembran (166 asam amino) dan 200 asam amino pada ujung
karboksi (C). Protein transmembran LMP1 menjadi perantara untuk sinyal TNF
(tumor necrosis factor) dan meningkatkan regulasi sitokin IL-10 yang memproliferasi
sel B dan menghambatrespon imun lokal. 2.6.2 Genetik Walaupun karsinoma
nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap karsinoma
nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relative menonjol dan memiliki
agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen)
dan gen pengode enzim sitokrom p450 2E1 (CYP2E1) kemungkinan adalah gen
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring. Sitokrom p450 2E1 bertanggung jawab
atas aktivasi metabolik yang terkait nitrosamine dan karsinogen. Analisa genetik
pada populasi endemik berhubungan dengan HLA-A2, HLAB17 dan HLA-Bw26.
Dimana orang dengan yang memiliki gen ini memiliki resiko dua kali lebih besar
menderita karsinoma nasofaring. Studi pada orang Cina dengan keluarga menderita
karsinoma nasofaring dijumpai adanya kelemahan lokus pada regio HLA. Studi dari
kelemahan HLA pada orang-orang Cina menunjukkan bahwa orang-orang dengan
HLA 2.6.3 Faktor lingkungan Sejumlah besar studi kasus yang dilakukan pada
populasi yang berada di berbagai daerah di asia dan america utara, telah
dikonfirmasikan bahwa ikan asin dan makanan lain yang awetkan mengandung
sejumlah besar nitrosodimethyamine (NDMA), nitrospurrolidene (NPYR) dan
nitrospiperidine (NPIP ) yang mungkin merupakan factor karsinogenik karsinoma
nasofaring. Selain itu pengkonsumsi alkohol dan perokok juga merupakan salah satu
faktor yan diperkirakan menginisiasi terjadinya karsinoma nasofaring. Di mana
alkohol dan asap rokok ditemukan mengadung formaldehyde yang diteliti
merupakan faktor risiko karsinoma nasofaring dengan cara mengaktifkan kembali
infeksi dari EBV. Gejala Dini. Penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma
nasofaring dimana tumor masih terbatas di nasofaring, yaitu : a. Gejala telinga -
Rasa penuh pada telinga - Tinitus - Gangguan pendengaran b. Gejala hidung -
Epistaksis - Hidung tersumbat c. Gejala mata dan saraf - Diplopia - Gerakan bola
mata terbatas9,12 Gejala lanjut - Limfadenopati servikal - Gejala akibat perluasan
tumor ke jaringan sekitar - Gejala akibat metastase jauh.2,3,10 Jika ditemukan
adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma nasofaring, protokol
dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta stadium
tumor: 2.7.1. Anamnesis / pemeriksaan fisik Anamnesis berdasarkan keluhan yang
dirasakan pasien (tanda dan gejala KNF) 2.7.1.1 Pemeriksaan Nasofaring
Pemeriksaan tumor primer di nasofaring dapat dilakukan dengan cara rinoskopi
posterior (tidak langsung) dan nasofaringoskop (langsung) serta
fibernasofaringoskopi15. Jika ditemukan tumor berupa massa yang menonjol pada
mukosa dan memiliki permukaan halus, berrnodul dengan atau tanpa ulserasi pada
permukaan atau massa yang menggantung dan infiltratif. Namun terkadang tidak
dijumpai lesi pada nasofaring sehingga harus dilakukan biopsi dan pemeriksaan
sitologi. 2.7.1.2 Gejala Klinis Menurut Formula Digby, setiap simptom mempunyai
nilai diagnostik dan berdasarkan jumlah nilai dapat ditentukan ada tidaknya
karsinoma nasofaring Tabel 1 Formula Digsby 17 Bila jumlah nilai mencapai 50,
diagnosa klinik karsinoma nasofaring dapat dipertangungjawabkan. Sekalipun
secara klinik jelas karsinoma nasofaring, namun biopsi tumor primer mutlak
dilakukan, selain untuk konfirmasi diagnosis histopatologi, juga menentukan subtipe
histopatologi yang erat kaitannya dengan pengobatan dan prognosis. 2.7.1.3 Biopsi
nasofaring Diagnosis pasti dari KNF ditentukan dengan diagnosis klinik ditunjang
dengan diagnosis histologik atau sitologik. Diagnosis histologik atau sitologik dapat
ditegakan bila dikirim suatu material hasil biopsy cucian, hisapan (aspirasi), atau
sikatan (brush), biopsy dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari
mulut. Biopsi tumor nasofaring umunya dilakukan dengan anestesi topical dengan
xylocain 10%. dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsy). Cunam biopsy
dimasukan melalui rongga hidung menyelusuri konka media ke nasofaring
kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsy. n yang dimasukan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan
diklem bersama-sama ujung kateter yang dihdung. Demikian juga kateter yang dari
hidung disebelahnya, sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian dengan
kacalaring dilihat daerah nasofaring. biopsy dilakukan dengan melihat tumor
melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukan melalui
mulut, masaa tumor akan terlihat lebih jelas. Bila dengan cara ini masih belum
didapatkan hasil yang memuaskan mala dilakukan pengerokan dengan kuret daerah
lateral nasofaring dalam narkosis. 2.7.1.4 Sitologi dan Histopatologi Klasifikasi WHO
tahun 1978 untuk karsinoma nasofaring (1) Keratinizing squamous cell carcinoma
ditandai dengan adanya keratin atau intercellular bridge atau keduanya. (2) Non
keratinizing squamous cell carcinoma yang ditandai dengan batas sel yang jelas
(pavement cell pattern). (3) Undifferentiated carcinoma ditandai oleh pola
pertumbuhan syncitial, sel-sel poligonal berukuran besar atau sel dengan bentuk
spindel,anak inti yang menonjol dan stroma dengan infiltrasi sel-sel radang
limfosit.1,2,3,4 Sedangkan klasifikasi WHO tahun 1991 membagi karsinoma
nasofaring menjadi Keratinizing squamous cell carcinoma, Non keratinizing
squamous cell carcinoma terdiri atas differentiated dan undifferentiated dan
Basaloid Carcinoma. Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat
yang sama, yaitu bersifat radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak
begitu radiosensitif 2.7.1.4.1 Sitologi Squamous Cell Carcinoma Inti squamous cell
carcinoma bentuknya lebih "spindel" dan lebih memanjang dengan khromatin inti
yang padat dan tersebar tidak merata. Pleomorfisme dari inti dan membran inti
lebih jelas. Selalu terlihat perbedaan (variasi) yang jelas dalam derajat khromasia di
antara inti yang berdampingan. Nukleoli bervariasi dalam besar dan jumlahnya.
Sitoplasma lebih padat, berwarna biru dan batas sel lebih mudah dikenal.
Perbandingan inti, sitoplasma dan nukleolus adalah inti lebih kecil. Keratinisasi
merupakan indikasi yang paling dapat dipercaya sebagai tanda adanya diferensiasi
ke arah squamous cell. Bila keratinisasi tidak terlihat maka dijumpainya halo pada
sitoplasma di sekitar inti dan kondensasi sitoplasma pada bagian pinggir sel
merupakan penuntun yang sangat menolong untuk mengenal lesi tersebut sebagai
squamous cell carcinoma. 19 Undifferentiated Carcinoma Gambaran sitologi yang
dapat dijumpai pada undifferentiated carcinoma berupa kelompokan sel-sel
berukuran besar yang tidak berdiferensiasi, inti yang membesar dan khromatin
pucat, terdapat anak inti yang besar, sitoplasma sedang, dijumpai latar belakang
selsel radang limfosit diantara sel-sel epitel Dijumpai gambaran mikroskopis yang
sama dari aspirat yang berasal dari lesi primer dan metastase pada kelenjar getah
bening regional 2.7.1.4.2 Histopatologi Keratinizing Squamous Cell Carcinoma Pada
pemeriksaan histopatologi keratinizing squamous cell carcinoma memiliki kesamaan
bentuk dengan yang terdapat pada lokasi lainnya5,13. Dijumpai adanya diferensiasi
dari sel squamous dengan intercellular bridge atau keratinisasi2,6. Tumor tumbuh
dalam bentuk pulau-pulau yang dihubungkan dengan stroma yang desmoplastik
dengan infiltrasi sel-sel radang limfosit, sel plasma, neutrofil dan eosinofil yang
bervariasi. Sel-sel tumor berbentuk poligonal dan stratified. Batas antar sel jelas
dan dipisahkan oleh intercellular bridge. Sel-sel pada bagian tengah pulau
menunjukkan Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma Pada pemeriksaan
histopatologi non keratinizing squamous cell carcinoma memperlihatkan gambaran
stratified dan membentuk pulau-pulau2,12. Sel-sel menunjukkan batas antar sel
yang jelas dan terkadang dijumpai intercellular bridge yang samar-samar.
Dibandingkan dengan undifferentiated carcinoma ukuran sel lebih kecil, rasio inti
sitoplasma lebih kecil, inti lebih hiperkhromatik dan anak inti tidak menonjol 19,20
Undifferentiated Carcinoma Pada pemeriksaan undifferentiated carcinoma
memperlihatkan gambaran sinsitial dengan batas sel yang tidak jelas,inti bulat
sampai oval dan vesikular, dijumpai anak inti. Selsel tumor sering tampak terlihat
tumpang tindih6. Beberapa sel tumor dapat berbentuk spindel. Dijumpai infiltrat sel
radang dalam jumlah banyak, khususnya limfosit, sehingga dikenal juga sebagai
lymphoepithelioma. Dapat juga dijumpai sel-sel radang lain, seperti sel plasma,
eosinofil, epitheloid dan multinucleated giant cell (walaupun jarang). Terdapat dua
bentuk pola pertumbuhan tipe undifferentiated yaitu tipe Regauds, yang terdiri dari
kumpulan sel-sel epiteloid dengan batas yang jelas yang dikelilingi oleh jaringan
ikat fibrous dan sel-sel limfosit. Yang kedua tipe Schmincke, sel-sel epitelial
neoplastik tumbuh difus dan bercampur dengan sel-sel radang. Tipe ini sering
dikacaukan dengan large cell malignant lymphoma. Pemeriksaan yang teliti dari inti
sel tumor dapat membedakan antara karsinoma nasofaring dan large cell malignant
lymphoma, dimana inti dari karsinoma nasofaring memiliki gambaran vesikular,
dengan pinggir inti yang rata dan berjumlah satu, dengan anak inti yang jelas
berwarna eosinophil. Inti dari malignant lymphoma biasanya pinggirnya lebih
iregular, khromatin kasar dan anak inti lebih kecil dan berwarna basofilik atau
amphofilik. Terkadang undifferentiated memiliki sel-sel dengan bentuk oval atau
spindle. Basaloid Squamous Cell Carcinoma Bentuk mikroskopis lain yang jarang
dijumpai adalah basaloid squamous cell carcinoma5,12. Tipe ini memiliki dua
komponen yaitu sel-sel basaloid dan sel-sel squamous. Sel-sel basaloid berukuran
kecil dengan inti hiperkhromatin dan tidak dijumpai anak inti dan sitoplasma sedikit.
Tumbuh dalam pola solid dengan konfigurasi lobular dan pada beberapa kasus
dijumpai adanya peripheral palisading. Komponen sel-sel squamous dapat in situ
atau invasif. Batas antara komponen basaloid dan squamous jelas. 2.7.1.4.3
Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi pada kecurigaan KNF merupakan
pemeriksaan penunjang diagnostic yang penting. Dapat dilakukan foto polos, CT
Scan ataupun MRI. Saat ini untuk mendiagnosa secara pasti C.T Scan dan MRI
merupakan suatu modalitas utama. Melalui C.T Scan dan MRI dapat dilihat secara
jelas ada tidaknya massa dan sejauh apa penyebaran massa tersebut, hingga dapat
membantu dalam menentukan stadium dan jenis terapi yang akan dilakukan. Jika
ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma nasofaring,
protocol dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta
stadium tumor : 1. Anamnesis / pemeriksaan fisik Anamnesis berdasarkan keluhan
yang dirasakn pasien (tanda dan gejala KNF) 2. Pemeriksaan nasofaring Dengan
menggunakan kaca nasofaring atau dengan nashopharyngoskop 3. Biopsi
nasofaring Diagnosis pasti dari KNF ditentukan dengan diagnosis klinik ditunjang
dengan diagnosis histologik atau sitologik. Diagnosis histologik atau sitologik dapat
ditegakan bila dikirim suatu material hasil biopsy cucian, hisapan (aspirasi), atau
sikatan (brush), biopsy dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari
mulut. Biopsi tumor nasofaring umunya dilakukan dengan anestesi topical dengan
xylocain 10%. Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind
biopsy). Cunam biopsy dimasukan melalui rongga hidung menyelusuri konka media
ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsy. Biopsy
melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukan melalui
hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan diklem
bersama-sama ujung kateter yang dihdung. Demikian juga kateter yang dari hidung
disebelahnya, sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian dengan kacalaring
dilihat daerah nasofaring. biopsy dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca
tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukan melalui mulut, masaa
tumor akan terlihat lebih jelas. Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil
yang memuaskan mala dilakukan pengerokan dengan kuret daerah lateral
nasofaring dalam narcosis. 4. Pemeriksaan Patologi Anatomi Klasifikasi gambaran
histopatologi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
(Keratinizing yaitu : Squamous Cell Carcinoma). Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi
diferensiasi baik, sedang dan buruk. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing
Carcinoma). Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi
sel skuamosa tanpa jembatan Karsinoma tidakintersel. Pada umumnya batas sel
cukup jelas. berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma). Pada tipe ini sel tumor
secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval atau bulat
dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya batas sel tidak terlihat dengan jelas.
Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat yang sama, yaitu
bersifat radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak begitu radiosensitif.
Klasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang direkomendasikan oleh WHO pada
tahun 1991, hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu : 1. Karsinoma sel skuamosa
berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma). 2. Karsinoma non-
keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma). Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi
berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi. 3. 5. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan
radiologi pada kecurigaan KNF merupakan pemeriksaan penunjang diagnostic yang
penting. Tujuan utama pemeriksaan radiologic tersebut adalah: o Memberikan
diagnosis yang lebih pasti pada kecurigaan adanya tumor pada daerah nasofaring o
Menentukan lokasi yang lebih tepat dari tumor tersebut o Mencari dan menetukan
luasnya penyebaran tumor ke jaringan sekitarnya. a) Foto polos Ada beberapa
posisi dengan foto polos yang perlu dibuat dalam mencari kemungkina adanya
tumor pada daerah nasofaring yaitu: Posisi Lateral dengan teknik foto untuk
jaringan lunak (soft tissue Tomogram Lateral Posisi Basis Kranii atau
Submentoverteks technique) Tomogranm Antero-posterior daerah nasofaring
b)daerha nasofaring C.T.Scan Pada umunya KNF yang dapat dideteksi secara jelas
dengan radiografi polos adalah jika tumor tersebut cukup besar dan eksofitik,
sedangkan bula kecil mungkin tidak akan terdeteksi. Terlebih-lebih jika perluasan
tumor adalah submukosa, maka hal ini akan sukar dilihat dengan pemeriksaan
radiografi polos. Demikian pula jika penyebaran ke jaringan sekitarnya belum terlalu
luas akan terdapat kesukaran-kesukaran dalam mendeteksi hal tersebut.
Keunggulan C.T. Scan dibandingkan dengan foto polos ialah kemampuanya untuk
membedakan bermacammacam densitas pada daerah nasofaring, baik itu pada
jaringan lunak maupun perubahanperubahan pada tulang, gengan criteria tertentu
dapat dinilai suatu tumor nasofaring yang masih kecil. Selain itu dengan lebih
akurat dapat dinilai pakah sudah ada perluasan tumor ke jaringna sekitarnya,
menilai ada tidaknya destruksi tulang serta ada tidaknya penyebaran intracranial.
Ada beberapa posisi dengan foto polos yang perlu dibuat dalam mencari
kemungkina adanya tumor pada daerah nasofaring yaitu: Posisi Lateral dengan
teknik foto untuk jaringan lunak (soft tissue technique) Posisi Basis Kranii atau
Submentoverteks Tomogram Lateral daerah nasofaring Tomogranm Antero-posterior
daerah nasofaring 6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi Karena nasofaring
berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa lobang, maka
gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut KNF ini. 7.
Pemeriksaan serologi. Pemeriksaan serologi IgA anti EA (early antigen) dan igA anti
VCA (capsid antigen) untuk infeksi virus E-B telah menunjukan kemajuan dalam
mendeteksi karsinoma nasofaring. Tjokro Setiyo dari FK UI Jakarta mendapatkan
dari 41 pasien karsinoma nasofaring stadium lanjut (stadium III dan IV) senstivitas
IgA VCA adalah 97,5% dan spesifitas 91,8% dengan titer berkisar antara 10 sampai
1280 dengan terbanyak titer 160. IgA anti EA sensitivitasnya 100% tetapi
spesifitasnya hanya 30,0%, sehingga pemeriksaan ini hanya digunakan untuk
menetukan prognosis pengobatan, titer yang didpat berkisar antara 80 sampai
1280 dan terbanyak 160.

Recommended

Karsinoma Nasofaring
REFARAT KARSINOMA NASOFARING Disusun Oleh : Elies Oktaviani Jacob Trisusilo
Salean (05-041) (05-045) KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT PERIODE 22
FEBRUARI 20 MARET
Karsinoma Nasofaring
Karsinoma Nasofaring Presentan : Aldilas Reza P NIM : 106103003441 Pembimbing : dr. Diana
Sp. THT Anatomi Nasofaring Histologi Nasofaring Bloom dan Fawcett ( 1965 ) membagi

Karsinoma Nasofaring
KARSINOMA NASOFARING Hamka Gunawan M Jane Elvina S Preseptor : Dr. Jacky
Munilson, Sp.THT Anatomi dan Histologi Nasofaring rongga dengan dinding kaku di atas,
belakang dan
karsinoma nasofaring
KARSINOMA NASOFARING Pratiwi Nophan Saleh, Andi Pabengngari, Isdiana Kaelan I.
PENDAHULUAN Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai
di antara

KARSINOMA NASOFARING
Karsinoma nasofaring Pengertian Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berlokasi
di daerah faring. Hampir 60% tumor ganas pada daerah kepala dan leher merupakan

karsinoma nasofaring
karsinoma nasofaring Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring. Merupakan tumor
KARSINOMA NASOFARING
KARSINOMA NASOFARING Siti Hardiyanti, Koesbandono, Achmad Dara I.
PENDAHULUAN Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai
diantara tumor ganas

karsinoma nasofaring
karsinoma nasofaring merupakan kanker kepala leher terbanyak
KARSINOMA NASOFARING
KARSINOMA NASOFARING MAKALAH INI DITULIS UNTUK MELENGKAPI TUGAS
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DI BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG
DAN TENGGOROK RSUPM Disusun oleh : TRINYANASUNTARI
KARSINOMA NASOFARING
Karsinoma Nasofaring Karsinoma Nasofaring Kanker ganas pada batang Etiologi : tenggorok
( antara bag. Multifactorial (Lingk, Blk. Rongga hidung dan Genetik, ras mongoloid

Karsinoma nasofaring
1. Karsinoma Nasofaring undefined undefined Keganasan nasofaring banyak terjadi di asia.
Sering terjadi kekeliruan dalam mendiagnosis karena gejalanya yang samar-samar dan
Karsinoma Nasofaring Case Ira
Karsinoma Nasofaring Oleh Robby Kurniawan Ira Masykura Siswanty Yunitri M Fitrach
Desfiyanda 02923038 05120111 05923069 06923004 PRESEPTOR : Dr. Effy Huryati SpTHT-
KL Definisi

Karsinoma Nasofaring Referat Ro


REFERAT Karsinoma Nasofaring Disusun Oleh : Theresia Tjia (0510120) Pembimbing : dr.
Justin Ginting, Sp.Rad UPF RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
KRISTEN MARANATHA
refarat karsinoma nasofaring
BAB I PENDAHULUAN I.1 INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI Insiden dari karsinoma
nasofaring masih cukup rendah di sebagian besar dunia (insiden berdasarkan umur biasanya
lebih sedikit

Karsinoma Nasofaring refrat


Karsinoma Nasofaring Diagnosis dan pengobatan dini meme gang peranan penting dalam
menegakkan diagnosis karsinoma nasofaring. Untuk menegakkan diagnosis karsinoma
nasofaring
Referat Karsinoma Nasofaring
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa
yang telah menolong dan memberkati kami menyelesaikan refarat ini. Tanpa pertolongan Dia

CASE I Karsinoma Nasofaring


CASE 1 : KARSINOMA_NASOFARING1 PROBLEM Bp. Paijo, laki2, 45th Sakit kepala
berat (penting krn merupakan insiden NPC) Keluhan utama: Nasal discharge sjk 3 bln yg
lalu
Diagnosis Karsinoma Nasofaring
Tugas Bed Side Teaching KARSINOMA NASOFARING DAN LIMFADENOPATI COLLI Oleh
: Meiustia Rahayu 07120141 Pembimbing : dr. Effy Huriyati, SpTHT-KL BAGIAN ILMU
PENYAKIT TELINGA

CSS Karsinoma Nasofaring


buat yang ganteng dan cantik

Teknik Radioterapi Eksterna Karsinoma Nasofaring


TEKNIK RADIOTERAPI EKSTERNA KARSINOMA NASOFARING 1. Anatomi Nasofaring
Nasofaring disebut juga epifaring, rinofaring yang terletak dibelakang rongga hidung, di atas
palatum
View more

Subscribe to our Newsletter for latest news.

About Terms DMCA Contact

STARTUP - Share & Download Unlimited

Fly UP

Anda mungkin juga menyukai