2. Alkohol yang berlebihan: alcohol dalam jangka panjang dapat merangsang selaput
lendir untuk degenerasi dan menyebabkan kanker.
5. Infeksi virus: Virus memungkinkan sel untuk mengubah sifat dari divisi yang abnormal,
virus ini juga dilampirkan ke gen meng-upload ke generasi berikutnya sel kanker. HPV-
16,18jenis infeksi dan virus berhubungan denga kanker tenggorokan.
8. Hormon seksual : Penelitian menunjukkan bahwa pasien kanker tenggorokan dengan sel
reseptor estrogen positif secara signifikan lebih tinggi.
2. Metastasis kelenjar getah bening : Situs metastasis lebih sering terjadi pada kelompok
bifurkasi arteri karotid umum dari dalam kelenjar getah bening leher rahim, dan kemudian
sepanjang vena jugularis internal hingga bagian bawah pengembangan kelenjar getah bening.
Bagaimana mendiagnosa?
1. Pemeriksaan leher
2. Laringoskopi
3. Studi pencitraan
(1)Sinar X
(2)CT-Scan, MRI
(3)usg
2. terapi radiasi berlaku lesi laring stadium 1, kondisi umum yang buruk, dan tidak harus
setelah pembedahan dan radioterapi pra operasi, radioterapi masih memiliki pengucapan fungsi
tenggorokan.
3. Radioterapi untuk kanker yang sudah stadium lanjut yang sudah tidak dapat dioperasi,
Umumnya digunakan terapi kombinasi dengan kemoterapi atau radioterapi plus kemoterapi
(3) Harus memperhatikan pemeliharaan drainase halus, untuk mencegah nekrosis kulit
menutup; tepat waktu mengamati dan merekam karakter dan kuantitas cairan drainase, jika
abnormal segera memberitahu kepada dokter untuk menangani.
Pengobatan JieRu untuk kanker laring dengan saluran perfusi vaskular atau embolisasi.
Melalui perfusi arteri dimasukkan obat untuk pengobatan tumor, dengan jarak yang terpendek
langsung untuk mencapai tumor di dalam tubuh, meningkatkan konsentrasi obat pada daerah
tersebut, memperpanjang waktu kerja obat, dan juga dapat mengurangi kerusakan pada jaringan
yang berdekatan. Embolisasi adalah menggunakan zat emboli berbentuk padat atau cair yang
disuntikkan ke dalam pembuluh darah tumor dengan memblokir pembuluh darah yang mensuplai
darah ke tumor, memotong pasokan nutrisi tumor, sehingga mencapai tujuan pengobatan. Pasien
kanker laring sebelum dilakukan operasi dilakukan pengobatan JieRu, yang dapat mengecilkan
tumor, meminimalkan daerah yang akan dioperasi, dengan demikian dapat memastikan
kelancaran operasi. Untuk pasien yang sudah tidak dapat dilakukan operasi, dapat dilakukan
perawatan paliatif, mengurangi penderitaan pasien dan memperpanjang harapan hidup.
Pengobatan JieRu sebagai salah satu pengobatan kanker laring yang aman dan handal, tanpa
operasi, tanpa merusak jaringan tubuh manusia, dan tetap mempertahankan fungsi laring yang
normal. Tentu saja, ada banyak pilihan untuk cara pengobatan dari kanker laring dan tidak semua
pasien kanker laring cocok untuk melakukan pengobatan JieRu. Oleh karena itu, metode
pengobatan pasien kanker laring satu dengan yang tidak akan sama seratus persen, dalam
menentukan metode pengobatan yang akan digunakan, dokter mula-mula harus memastikan jenis
dari kanker laring tersebut, stadiumnya, dan apakah sudah ada penyebaran ke kelenjar getah
bening atau belum, lalu secara obyektif dan masuk akal memilih metode pengobatan yang paling
sesuai.
Modern Cancer Hospital Guangzhou China mendirikan kantor perwakilan di banyak negara
di seluruh dunia, setiap tahunnya para penderita kanker asing yang telah mendapatkan
pengobatan berasal dari rujukan kantor perwakilan, dan pasien yang telah melakukan pengobatan
dan pemulihan berasal dari Vietnam, Filipina, Kamboja, Indonesia, Thailand dan negara-negara
lain. Jika Anda memiliki pertanyaan, maka dapat ditanyakan melalui online, e-mail, telepon,
atau datang langsung ke kantor perwakilan di negara bersangkutan, dengan demikian dapat
masalah Anda dapat dikomunikasikan dengan para pakar Modern Cancer Hospital Guangzhou,
maka Anda akan mendapatkan jawaban yang memuaskan dari pertanyaan Anda.
Ketika Anda datang ke Modern Cancer Hospital Guangzhou untuk melakukan pengobatan,
para ahli spesialis kanker akan menentukan program pengobatan yang sesuai untuk Anda, selama
masa pengobatan, berdasarkan kondisi tubuh masing-masing pasien dan pebedaan kebiasaan
makan, ahli gizi akan mengembangkan menu yang disesuaikan untuk pasien, yaitu makanan
yang didasarkan pada pengobatan Cina dan perpaduan makanan yang sesuai akan dapat
meningkatkan kekebalan tubuh pasien, dengan demikian keluhan gejala pasien kanker dapat
dengan efektif dikendalikan dan dilakukan pengobatan secara efektif.
UploadSign inJoin
BooksAudiobooksComicsSheet Music
Welcome to Scribd! Sign in or start your free trial to enjoy books, documents,
audiobooks, and moreFind out more
Download
of 27
1
karsinoma laring
(0 ratings)
|Views: 1,394|Likes: 0
Published by amaliaturrahmah
See more
0
SMF/Lab Ilmu
Kesehatan
Telinga Hidung
dan Tenggorok
ReferatFakulta
s
KedokteranUni
versitas
Mulawarman
KARSINO
MA
LARING
Oleh:
Nur
HayatiAmaliat
urrahmah
Pembimbing:
dr. Selvianti,
Sp. THT-
KLDibawakan
Dalam Rangka
Tugas
Kepaniteraan
KlinikSMF/Labo
ratorium Ilmu
Kesehatan
Telinga Hidung
dan
TenggorokFaku
ltas
Kedokteran
Universitas
MulawarmanS
amarinda2012
1
BAB
IPENDAHULUA
N
1.1. Latar
Belakang
Karsinoma
laring
merupakan
keganasan
yang sering
terjadi pada
salurannafas
dan masih
merupakan
masalah
karena
penanggulann
nya mencakup
berbagaisegi.
Angka
kejadian
karsinoma
laring di RS
Cipto
Mangunkusum
a
Jakartamendu
duki urutan
ketiga setelah
karsinoma
nasofaring
dan karsinoma
hidung
dansinus
paranasal.
1
Penyebab
karsinoma
laring belum
diketahui
dengan pasti.
Meningkatnyai
nsiden
karsinoma
laring sangat
berkaitan
dengan
merokok
dimana
seorangperoko
k memiliki
risiko 6 kali
lipat untuk
menderita
tumor kepala
dan
leherdibandin
gkan dengan
bukan perokok
dan lebih
banyak terjadi
pada laki-
laki.Namun,
akhir-akhir ini
jumlah
penderita
perempuan
semakin
meningkat
karenaadanya
kecenderunga
n makin
banyaknya
wanita yang
merokok.
Mortalitaspen
derita
karsinoma
laring lebih
banyak terjadi
pada perokok
berat
dibandingkand
engan bukan
perokok yaitu
sekitar 20 kali
lipat.
2
Pasien
karsinoma
laring
biasanya
datang dalam
stadium lanjut
sehinggahasil
pengobatan
yang diberikan
kurang
memuaskan,
oleh karena
itu
perludiagnosis
dini untuk
penanggulang
annya.
3
Secara umum
penatalaksana
an karsinoma
laring meliputi
pembedahan,r
adiasi,
sitostatika
ataupun terapi
kombinasi,
tergantung
stadium
penyakit
dankeadaan
umum
penderita.
Tujuan utama
penatalaksana
an karsinoma
laring
adalahmengel
uarkan bagian
laring yang
terkena tumor
dengan
memperhatika
n
fungsirespirasi
, fonasi serta
fungsi sfingter
laring
.
2,3
1.2 Tujuan
Tujuan
penulisan
referat ini
yaitu untuk
menambah
wawasan
pengetahuanp
enulis dan
pembaca
tentang
karsinoma
laring agar
bermanfaat
dalammenega
kkan diagnosis
lebih dini,
sehingga
dapat
ditangani lebih
awal
danmemberi
harapan hidup
penderita
lebih lama.
2
BAB
IITINJAUAN
PUSTAKA2.1
Anatomi dan
fisiologi
laring2.1.1
Anatomi laring
Faring, laring,
trakea dan
paru
merupakan
derivat foregut
embrional
yangterbentuk
sekitar 18 hari
setelah terjadi
konsepsi.
Sesudahnya
terbentuk
alurfaring
median yang
berisi
petunjuk-
petunjuk
pertama
sistem
pernafasan
dan
benihlaring.
Sulkus atau
alur
laringotrakeal
mulai nyata
sekitar hari ke
21
kehidupanemb
rio. Perluasan
alur ke kaudal
merupakan
primaordial
paru. Alur
menjadi
lebihdalam
dan berbentuk
kantung dan
kemudian
menjadi dua
lobus pada
hari ke 27atau
28. Bagian
yang paling
proksimal dari
tuba akan
menjadi
laring.
Pembesaranar
itenoid dan
lamina
epitelial dapat
dikenali pada
hari ke 33.
Sedangkan
kartilago,otot,
dan sebagian
besar pita
suara
terbentuk
dalam 3-4
minggu
berikutnya.
Hanyakartilag
o epiglotis
yang tidak
terbentuk
hingga masa
midfetal.
Banyak
strukturmerup
akan derivat
apartus
brankialis.
4
Laring
merupakan
bagian yang
terbawah dari
saluran napas
bagian
atasbentuknya
menyerupai
limas segitiga
terpancung,
dengan
bagian atas
lebih
besardaripada
bagian bawah.
Laring terletak
setinggi
vertebra
servicalis IV
VI,dimana
pada anak-
anak dan
wanita
letaknya
relatif lebih
tinggi.
1,5
Batas-batas
laring yaitu
sebelah
kranial
terdapat
aditus
laringeus
yangberhubun
gan dengan
hipofaring, di
sebelah
kaudal
dibentuk oleh
sisi
inferiorkartilag
o krikoid dan
berhubungan
dengan
trakea, di
sebelah lateral
ditutupi
olehotot-otot
sternokleidom
astoideus,
infrahyoid dan
lobus kelenjar
tiroid.
Sedangkandi
sebelah
posterior
dipisahkan
dari vertebra
servikalis oleh
otot-otot
prevertebral,di
nding dan
cavum
laringofaring
serta
disebelah
anterior
ditutupi oleh
fascia, jaringa
n lemak, dan
kulit.
Secara
keseluruhan
laring
dibentuk oleh
sejumlahkartil
ago,
ligamentum
dan otot-otot.
5
3
a. Tulang dan
kartilagoLarin
g dibentuk
oleh sebuah
tulang di
bagian atas
dan beberapa
tulangrawan
yang saling
berhubungan
satu sama lain
dan diikat oleh
otot intrinsik
danekstrinsik
serta dilapisi
oleh mukosa.
Tulang dan
tulang rawan
laring yaitu :1.
Os hyoidOs
hyoid
terletak paling
atas,
berbentuk
huruf U,
mudah diraba
pada
leher bagian
depan. Pada
kedua sisi
tulang ini
terdapat
prosesus
longusdibagia
n belakang
dan prosesus
brevis bagian
depan.
Permukaan
bagian
atastulang ini
dihubungkan
dengan lidah,
mandibula
dan tengkorak
oleh tendo
danotot-otot.
1,5
2. Kartilago
epiglottisBent
uk kartilago
epiglotis
seperti bet
pingpong dan
membentuk
dindinganterio
r aditus
laringeus.
Tangkainya
disebut
petiolus
dan
dihubungkan
olehligamentu
m
tiroepiglotika
ke kartilago
tiroidea di
sebelah atas
pita
suara.Sedangk
an bagian atas
menjulur di
belakang
korpus hyoid
ke dalam
lumenfaring
sehingga
membatasi
basis lidah
dan laring.
5
3. Kartilago
tiroidKartilago
tiroid
merupakan
tulang rawan
laring yang
terbesar,
terdiri daridua
lamina yang
bersatu di
bagian depan
dan
mengembang
ke arah
belakang.Pada
kartilago tiroid
terdapat
penonjolan
yang disebut
Adams apple
,penonjolan ini
dapat diraba
pada garis
tengah leher.
4,5
4. Kartilago
krikoidKartilag
o krikoid
terletak di
belakang
kartilago tiroid
dan
merupakantul
ang rawan
paling bawah
dari laring. Di
setiap sisi
tulang rawan
krikoidmelekat
ligamentum
krikoaritenoid,
otot
krikoaritenoid
lateral dan di
bagianbelakan
g melekat otot
krikoaritenoid
posterior.
Kartilago
krikoidea
padadewasa
terletak
setinggi
vertebra
servikalis VI
VII dan pada
anak-anak
setinggi
vertebra
servikalis III
IV.
5
5. Kartilago
aritenoidTerda
pat 2 buah
kartilago
ariteoid yang
terletak dekat
permukaan
belakanglaring
dan
membentuk
sendi dengan
kartilago
krikoid yaitu
artikulasikriko
aritenoid.
5
Similar to karsinoma laring
CA LARING
Referat CA Laring
CA Laring
ca laring
Karsinoma Laring
Karsinoma Laring
Tumor Laring
Ca Laring
KARSINOMA NASOFARING
Laringitis Tb
Tumor Laring
Slide CA Laring
BAB I+III+III
Otitis Eksterna
Laporan Pendahuluan Karsinoma Laring
Ca Laring
REFERAT POLIP
Referat-faringitis
kti maman
KARSINOMA REKTI
xeroftalmia
subconjunctival bleeding
Klasifikasi NSAID
Anti Epilepsi
Case Farmako
P Treatment
pl previa
Otitis Eksterna
VBAC+Ruptur Uteri
Mioma Uteri
Gastroenteritis Akut
perdarahan subkonjungtiva
xeroftalmia
Demam Typhoid
Choose a format:
.DOCX .PDF
Download
Recommended
CA LARING
Nur Rahayuningsih
Referat CA Laring
Syamsul Arifin
CA Laring
angga_rema5596
Ayoe Curly
Page 1 of 8
.DOCX .PDF
Download
Read Unlimited Books for $8.99 per month
Start your free 14 days
No commitment.Cancel anytime.
Movie lovers have Netflix, music lovers have Spotify and book lovers (whether
they read literary fiction or best-selling potboilers) now have Scribd.
[Scribd] is a place where you can browse and skim and read whatever strikes your
fancy
For less than the price of buying one new book a month (e- or otherwise), you can
wander through more than 50,000 books.
This has got to be the next best thing to sliced bread. I can finish reading one book
and go grab another instantly Wendy Brooks, a Scribd reader
Close
About
Browse books
Browse documents
About Scribd
Our blog
Contact Us
Support
Help
FAQ
Press
Purchase help
AdChoices
Partners
Publishers
Developers / API
Legal
o Terms
o Privacy
o Copyright
Memberships
Join today
Invite Friends
Gifts
Stay Connected
English
scribd
UploadSign inJoin
BooksAudiobooksComicsSheet Music
Welcome to Scribd! Sign in or start your free trial to enjoy books, documents,
audiobooks, and moreFind out more
Download
of 27
1
karsinoma laring
(0 ratings)
|Views: 1,394|Likes: 0
Published by amaliaturrahmah
See more
SMF/Lab Ilmu
Kesehatan
Telinga Hidung
dan Tenggorok
ReferatFakulta
s
KedokteranUni
versitas
Mulawarman
KARSINO
MA
LARING
Oleh:
Nur
HayatiAmaliat
urrahmah
Pembimbing:
dr. Selvianti,
Sp. THT-
KLDibawakan
Dalam Rangka
Tugas
Kepaniteraan
KlinikSMF/Labo
ratorium Ilmu
Kesehatan
Telinga Hidung
dan
TenggorokFaku
ltas
Kedokteran
Universitas
MulawarmanS
amarinda2012
1
BAB
IPENDAHULUA
N
1.1. Latar
Belakang
Karsinoma
laring
merupakan
keganasan
yang sering
terjadi pada
salurannafas
dan masih
merupakan
masalah
karena
penanggulann
nya mencakup
berbagaisegi.
Angka
kejadian
karsinoma
laring di RS
Cipto
Mangunkusum
a
Jakartamendu
duki urutan
ketiga setelah
karsinoma
nasofaring
dan karsinoma
hidung
dansinus
paranasal.
1
Penyebab
karsinoma
laring belum
diketahui
dengan pasti.
Meningkatnyai
nsiden
karsinoma
laring sangat
berkaitan
dengan
merokok
dimana
seorangperoko
k memiliki
risiko 6 kali
lipat untuk
menderita
tumor kepala
dan
leherdibandin
gkan dengan
bukan perokok
dan lebih
banyak terjadi
pada laki-
laki.Namun,
akhir-akhir ini
jumlah
penderita
perempuan
semakin
meningkat
karenaadanya
kecenderunga
n makin
banyaknya
wanita yang
merokok.
Mortalitaspen
derita
karsinoma
laring lebih
banyak terjadi
pada perokok
berat
dibandingkand
engan bukan
perokok yaitu
sekitar 20 kali
lipat.
2
Pasien
karsinoma
laring
biasanya
datang dalam
stadium lanjut
sehinggahasil
pengobatan
yang diberikan
kurang
memuaskan,
oleh karena
itu
perludiagnosis
dini untuk
penanggulang
annya.
3
Secara umum
penatalaksana
an karsinoma
laring meliputi
pembedahan,r
adiasi,
sitostatika
ataupun terapi
kombinasi,
tergantung
stadium
penyakit
dankeadaan
umum
penderita.
Tujuan utama
penatalaksana
an karsinoma
laring
adalahmengel
uarkan bagian
laring yang
terkena tumor
dengan
memperhatika
n
fungsirespirasi
, fonasi serta
fungsi sfingter
laring
.
2,3
1.2 Tujuan
Tujuan
penulisan
referat ini
yaitu untuk
menambah
wawasan
pengetahuanp
enulis dan
pembaca
tentang
karsinoma
laring agar
bermanfaat
dalammenega
kkan diagnosis
lebih dini,
sehingga
dapat
ditangani lebih
awal
danmemberi
harapan hidup
penderita
lebih lama.
2
BAB
IITINJAUAN
PUSTAKA2.1
Anatomi dan
fisiologi
laring2.1.1
Anatomi laring
Faring, laring,
trakea dan
paru
merupakan
derivat foregut
embrional
yangterbentuk
sekitar 18 hari
setelah terjadi
konsepsi.
Sesudahnya
terbentuk
alurfaring
median yang
berisi
petunjuk-
petunjuk
pertama
sistem
pernafasan
dan
benihlaring.
Sulkus atau
alur
laringotrakeal
mulai nyata
sekitar hari ke
21
kehidupanemb
rio. Perluasan
alur ke kaudal
merupakan
primaordial
paru. Alur
menjadi
lebihdalam
dan berbentuk
kantung dan
kemudian
menjadi dua
lobus pada
hari ke 27atau
28. Bagian
yang paling
proksimal dari
tuba akan
menjadi
laring.
Pembesaranar
itenoid dan
lamina
epitelial dapat
dikenali pada
hari ke 33.
Sedangkan
kartilago,otot,
dan sebagian
besar pita
suara
terbentuk
dalam 3-4
minggu
berikutnya.
Hanyakartilag
o epiglotis
yang tidak
terbentuk
hingga masa
midfetal.
Banyak
strukturmerup
akan derivat
apartus
brankialis.
4
Laring
merupakan
bagian yang
terbawah dari
saluran napas
bagian
atasbentuknya
menyerupai
limas segitiga
terpancung,
dengan
bagian atas
lebih
besardaripada
bagian bawah.
Laring terletak
setinggi
vertebra
servicalis IV
VI,dimana
pada anak-
anak dan
wanita
letaknya
relatif lebih
tinggi.
1,5
Batas-batas
laring yaitu
sebelah
kranial
terdapat
aditus
laringeus
yangberhubun
gan dengan
hipofaring, di
sebelah
kaudal
dibentuk oleh
sisi
inferiorkartilag
o krikoid dan
berhubungan
dengan
trakea, di
sebelah lateral
ditutupi
olehotot-otot
sternokleidom
astoideus,
infrahyoid dan
lobus kelenjar
tiroid.
Sedangkandi
sebelah
posterior
dipisahkan
dari vertebra
servikalis oleh
otot-otot
prevertebral,di
nding dan
cavum
laringofaring
serta
disebelah
anterior
ditutupi oleh
fascia, jaringa
n lemak, dan
kulit.
Secara
keseluruhan
laring
dibentuk oleh
sejumlahkartil
ago,
ligamentum
dan otot-otot.
5
3
a. Tulang dan
kartilagoLarin
g dibentuk
oleh sebuah
tulang di
bagian atas
dan beberapa
tulangrawan
yang saling
berhubungan
satu sama lain
dan diikat oleh
otot intrinsik
danekstrinsik
serta dilapisi
oleh mukosa.
Tulang dan
tulang rawan
laring yaitu :1.
Os hyoidOs
hyoid
terletak paling
atas,
berbentuk
huruf U,
mudah diraba
pada
leher bagian
depan. Pada
kedua sisi
tulang ini
terdapat
prosesus
longusdibagia
n belakang
dan prosesus
brevis bagian
depan.
Permukaan
bagian
atastulang ini
dihubungkan
dengan lidah,
mandibula
dan tengkorak
oleh tendo
danotot-otot.
1,5
2. Kartilago
epiglottisBent
uk kartilago
epiglotis
seperti bet
pingpong dan
membentuk
dindinganterio
r aditus
laringeus.
Tangkainya
disebut
petiolus
dan
dihubungkan
olehligamentu
m
tiroepiglotika
ke kartilago
tiroidea di
sebelah atas
pita
suara.Sedangk
an bagian atas
menjulur di
belakang
korpus hyoid
ke dalam
lumenfaring
sehingga
membatasi
basis lidah
dan laring.
5
3. Kartilago
tiroidKartilago
tiroid
merupakan
tulang rawan
laring yang
terbesar,
terdiri daridua
lamina yang
bersatu di
bagian depan
dan
mengembang
ke arah
belakang.Pada
kartilago tiroid
terdapat
penonjolan
yang disebut
Adams apple
,penonjolan ini
dapat diraba
pada garis
tengah leher.
4,5
4. Kartilago
krikoidKartilag
o krikoid
terletak di
belakang
kartilago tiroid
dan
merupakantul
ang rawan
paling bawah
dari laring. Di
setiap sisi
tulang rawan
krikoidmelekat
ligamentum
krikoaritenoid,
otot
krikoaritenoid
lateral dan di
bagianbelakan
g melekat otot
krikoaritenoid
posterior.
Kartilago
krikoidea
padadewasa
terletak
setinggi
vertebra
servikalis VI
VII dan pada
anak-anak
setinggi
vertebra
servikalis III
IV.
5
5. Kartilago
aritenoidTerda
pat 2 buah
kartilago
ariteoid yang
terletak dekat
permukaan
belakanglaring
dan
membentuk
sendi dengan
kartilago
krikoid yaitu
artikulasikriko
aritenoid.
5
Similar to karsinoma laring
CA LARING
Referat CA Laring
CA Laring
karsinoma laring.docx
ca laring
Karsinoma Laring
Karsinoma Laring
Lapkas Karsinoma laring
Tumor Laring
Ca Laring
KARSINOMA NASOFARING
Laringitis Tb
Tumor Laring
Slide CA Laring
BAB I+III+III
Otitis Eksterna
Ca Laring
Referat-faringitis
kti maman
KARSINOMA REKTI
xeroftalmia
subconjunctival bleeding
Klasifikasi NSAID
Anti Epilepsi
Case Farmako
P Treatment
pl previa
Otitis Eksterna
VBAC+Ruptur Uteri
Mioma Uteri
Gastroenteritis Akut
perdarahan subkonjungtiva
xeroftalmia
Demam Typhoid
Choose a format:
.DOCX .PDF
Download
Recommended
CA LARING
Nur Rahayuningsih
Referat CA Laring
Syamsul Arifin
CA Laring
angga_rema5596
Ayoe Curly
Page 1 of 8
.DOCX .PDF
Download
No commitment.Cancel anytime.
Movie lovers have Netflix, music lovers have Spotify and book lovers (whether
they read literary fiction or best-selling potboilers) now have Scribd.
[Scribd] is a place where you can browse and skim and read whatever strikes your
fancy
For less than the price of buying one new book a month (e- or otherwise), you can
wander through more than 50,000 books.
This has got to be the next best thing to sliced bread. I can finish reading one book
and go grab another instantly Wendy Brooks, a Scribd reader
Close
About
Browse books
Browse documents
About Scribd
Our blog
Join our team!
Contact Us
Support
Help
FAQ
Press
Purchase help
AdChoices
Partners
Publishers
Developers / API
Legal
o Terms
o Privacy
o Copyright
Memberships
Join today
Invite Friends
Gifts
Stay Connected
English
scribd
KANKER LARING (PITA SUARA)
{ Januari 4, 2010 @ 9:53 am } { Uncategorized }
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker di laring hampir selalu merupakan karsinoma sel skuamosa. Ia kanker yang
biasa terjadi pada perokok. Kanker laring bukan satu, tetapi merupakan beberapa
penyakit, tergantung atas lokasinya. Kanker pita suara sejati, berbeda dengan
karsinoma supraglotis dan subglotis, biasanya ditemukan dini karena dampaknya pada
suara. Ada banyak penyebab penyakit kanker laring. Selain itu adapula gejela-gejala
yang timbul, diagnosis, cara pencegahan dan pengobatan pada penyakit kanker laring.
1.2 Permasalahan
Di Amerika Serikat setiap tahun dilaporkan adanya 10.000 kasus baru. Bila suara serak
tak segera hilang, dan saat vonis dokter menyatakan harus di operasi,lakukanlah
segera. Keganasan pada pita suara pada stadium awal, dan segera di lakukan tindakan
operasi , tak berarti kehidupan duniawi segera di tinggalkan. Kendala yang
menyebabkan seseorang enggan di operasi, ketakutan tak bisa bicara lagi. Pita suara
yang hilang digantikan saluran makanan sebagai sumber bunyi. Berlatih bersama
seminggu sekali di Departemen Rehabilitasi Medik, tak hanya kemampuan bicara
kembali yang diperoleh, bernyanyipun bisa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Laring adalah kotak kaku yang tidak dapat meregang, laring mengandung ruang sempit
antara pita suara (glottis) dimana udara harus melewati ruangan ini. Carcinoma laring
adalah keganasan pada laring. Kanker Laring (pita suara) adalah keganasan pada pita
suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan. Laring atau organ suara
adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trachea. Fungus utama
laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan
nafas bawah dari obstruksi dari benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering
disebut sebagai kotak suara.
1. Epiglotis: ostium katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
2. Glotis: ostium antara pita suara dan laring
4. Kartilago krikoid: satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
dibawah kartilago roid)
5. Kartilago critenoid: digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
6. Pita suara: ligamen yang terkontrol oleh gesekan otot yang menghasilkan bunyi
suara, pita suara melekat pada lumen laring.
BAB III
PEMBAHASAN
Penyakit Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau
daerah lainnya di tenggorokan. Kanker di laring hampir selalu merupakan karsinoma sel
skuamosa. Ia kanker yang biasa terjadi pada perokok. Di Amerika Serikat setiap tahun
dilaporkan adanya 10.000 kasus baru.kanker laring bukan satu, tetapi merupakan
beberapa penyakit, tergantung atas lokasinya. Kanker pita suara sejati, berbeda
dengan karsinoma supraglotis dan subglotis, biasanya ditemukan dini karena
dampaknya pada suara. Bila kanker pita suara terdiagnosis dini, maka dapat dicapai
angka penyembuhan 98% dengan operasi singkat, tanpa keperluan trakeostomi
permanen atau kehilangan suara. Sebaliknya pada kasus lanjut, mungkin memerlukan
terapi yang lama, kehilangan laring dan kadang-kadang reseksi bedah yang mencakup
faring atau laher. Kanker supraglotis mula-mula timbul sebagai kesulitan menelan;
serak merupakan tanda lanjut. Kanker subglotis dapat mengobstruksi saluran
pernapasan sebelum menyebabkan serak. Karsinoma epitel di tempat manapun di
laring dapat berulserasi, dan ulkus ini dapat terinfeksi yang menyebabkan nyeri. Serak
dan sakit tenggorokan tidak boleh disebut sebagai laryngitis hanya karena ia berespon
dengan antibiotika.
Pada orang dewasa perokok, serak yang menetap lebih dari 6 minggu harus dianggap
kanker pita suara, sampai terbukti lain. Kanker kecil tampak sama seperti leukoplakia.
Kanker yang agak besar tampak seperti laryngitis kronika, leukoplakia dan fiksasi pita
suara. Kanker yang sangat besar jelas tampak sebagai kanker, ia berulserasi, fungasi
dan menginyasi struktur sekitarnya.
Metastasis ke leher dari kanker pita suara dini jarang terjadi. Tetapi kanker yang cukup
besar untuk memfikasi pita suara menyebar ke nodus limfatikus sevikalis pada
sejumlah besar kasus.
3.2 Faktor Penyebab Sakit
Penyebab kanker laring (pita suara) biasanya lebih banyak ditemukan pada pria dan
berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol.
Etiologi CA laring:
Tidak diketahui
Laringitis kronis
Herediter
50-70 tahun
Adapun penyebab lain, penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti
karena penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik
dan lingkungan.
Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker,
sebagai berikut :
Faktor keturunan
Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk
menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan keluarga lainnya. Jenis kanker
yang cenderung diturunkan dalam keluarga adalah kanker payudara, kanker indung
telur, kanker kulit dan kanker usus besar. Sebagai contoh, risiko wanita untuk menderita
kanker meningkat 1,5 s/d 3 kali jika ibunya atau saudara perempuannya menderita
kanker payudara.
Faktor Lingkungan
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama
kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan
kanker adalah :
Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko
terjadinya kanker lambung.
Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yang
tercemar seperti: kerang, ikan, dsb.
Virus
Virus Retro pada manusia misalnya virus HIV menyebabkan limfoma dan kanker
darah lainnya.
Infeksi
Faktor perilaku
o Perilaku seksual yaitu melakukan hubungan intim diusia dini dan sering
berganti ganti pasangan.
Radikal bebas
o Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang
mempunyai electron bebas yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya.
Sumber sumber radikal bebas yaitu :
3. Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan berlebihan
(berdampak pada proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stress
berlebihan, baik stress secara fisik, psikologis,maupun biologis.
Kanker laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan suara serak.
Seseorang yang mengalami serak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera
memeriksakan diri.
Kanker bagian laring lainnya menyebabkan nyeri dan kesulitan menelan. Kadang sebuah benjolan di
leher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening, muncul terlebih dulu sebelum gejala
lainnya timbul.
nyeri tenggorokan.
nyeri leher.
Batuk
batuk darah.
Bengkak/benjolan ditenggorokan
Disfagia
Dyspnea, lemah
Pencegahan yang dapat dilakukan terhadap penyakit kanker laring (pita suara) cukup sederhana yaitu
untuk para pengkonsumsi rokok dan alkohol cukup dengan cara mengurangi dan untuk yang tidak
mengkonsumsi rokok dan alkohol hindari rokok dan alkohol.
Health Promotion
Penyediaan sanitasi
Specific Protection
Imunisasi Spesifik
Survey kesehatan
Sreening survey
Disability Limitation
Pengobatan
Rehabilitation
Fisioterapi
Kemoterapi
Psikoterapi
Sosial terapi
Rehabilitasi Asthetis
Vocational terapi
3.5 Pengobatan
Pengangkatan seluruh pita suara menyebabkan penderita tidak memiliki suara. Suara
yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:
1. Esophageal speech, penderita diajari untuk membawa udara ke dalam kerongkongan ketika
bernafas dan secara perlahan menghembuskannya untuk menghasilkan suara.
2. Fistula trakeoesofageal, merupakan katup satu arah yang dimasukkan diantara trakea dan
kerongkongan. Katup ini mendorong udara ke dalam kerongkongan ketika penderita bernafas,
sehingga menghasilkan suara. Jika katup mengalami kelainan fungsi, cairan dan makanan bisa
secara tidak sengaja masuk ke dalam trakea.
3. Elektrolaring adalah suatu alat yang bertindak sebagai sumber suara dan dipasang di leher.
Suara yang dihasilkan oleh ketiga cara tersebut dirubah menjadi percakapan dengan menggunakan
mulut, hidung, gigi, lidah dan bibir. Suara yang dihasilkan lebih lemah dibandingkan suara normal.
Kanker pita suara yang kecil dapat diterapi dengan pembuangan transoral melalui laringoskop. Kanker
yang terlalu besar untuk pendekatan ini tetapi belum cukup luas memfikasi pita suara, dapat diterapi
dengan laringektomi parsial atau terapi radiasi. Terapi kanker yang cukup besar untuk memfikasi pita
suara (kanker T3) masih controversial dan harus secara tersendiri sesuai dengan kasusnya.
Beberapa pusat medis mula-mula mencoba dengan radiasi dan melakukan laringektomi pada pasien
yang gagal disembuhkan (lebih dari 60%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar pasien terapi 2 kali,
pembedahannya sulit dan penyembuhan luka berlangsung lambat, tetapi sebagian laring dapat
diselamatkan. Tak pelak lagi, rencana dan kualitas terapi radiasi serta kualitas pemeriksaan ulang,
pengalaman ahli bedah sangat mempengaruhi hasilnya. Para medis lainnya termasuk yang kami
lakukan, melakukan laringektomi primer pada kanker laring T3, dengan modifikasi untuk
mempertahankan fistula bicara trakeofaring, bila mungkin. Kemungkinan penyembuhan lebih tinggi, terapi
ini lebih dapat ditoleransi pasien, jumlah pasien yang sama dapat mempertahankan suaranya, tetapi lebih
banyak pasien yang memerlukan trakeostomi untuk penatalaksanaan.
Pada kedua sistem tersebut, pasien yang akhirnya menjalani laringektomi cocok untuk latihan bicara lagi,
dengan memakai suara esophagus. Tanpa laring, pasien perlu bernafas melalui trakeostomi permanen,
karena tidak ada lagi hubungan sfingter antara saluran pernapasan dan saluran makanan. Pada kasus
kanker laring yang telah bermetastasis ke nodus limfatikus servikalis (atau terdapat risiko tinggi
metastasis mikroskopis) dilakukan terapi tambahan. Biasanya berupa diseksi total nodusmlimfatikus di
leher, bila mungkin dimodifikasi untuk melindungi nervus asesorius.
Dengan penanganan ahli, kurang dari 30% pasien kanker laring yang kehilangan laringnya, dan
prognosis penyembuhan biasanya sangat baik.
Jenis Laringektomi :
Laringektomi parsial direkomendasikan kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu
pita suara yang terkena. Tindakan ini mempunyai mempunyai angka penyembuhan
yang sangat tinggi. Dalam operasi ini satu pita suara diangkat dan semua struktur
lainnya tetap utuh. Suara pasien kemungkinan akan menjadi parau. Jalan nafas akan
tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan menelan.
1. Laringektomi hemivertikal
Laringetomi hemivertikal dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara, tetapi perluasan
tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini,
kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara (satu
pita suara sejati dan satu pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat.
Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Kartilago aritenoid dan
setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien beresiko mengalami aspirasi pascaoperasi.
Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara (sakit tenggorok) dan proyeksi.
Namun demikian jalan nafas dan fungsi menelan tetap utuh.
1. Laringektomi total
Laringektomi total dilakukan ketika kanker meluas diluar pita suara. Lebih jauh ke tulang
hioid, epiglotis, kartilago krikoid, dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah, dinding
faringeal, dan trakea ditinggalkan. Banyak ahli bedah yang menganjurkan dilakukannya
diseksi leher pada sisi yang sama dengan lesi bahkan jika tidak teraba nodus limfe
sekalipun. Rasional tindakan ini adalah bahwa metastasis ke nodus limfe servical sering
terjadi. Masalahnya akan lebih rumit jika lesi mengenai struktur garis tengah atau kedua
pita suara.
Dengan atau tanpa diseksi leher, laringektomi total dibutuhkan stoma trakeal permanen.
Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran pernafasan bawah,
karena laring yang memberikan perlindungan stingfer tidak ada lagi. Pasien tidak akan
mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan normal. Laringektomi total mengubah
cara dimana aliran udara digunakan untuk bernafas dan berbicara.
3.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksan laringoskop dan biopsi. CT scan dan MRI kepala
atau leher juga bisa menunjukkan adanya kanker laring.
Seperti pada kanker leher dan kepala lainnya, pemeriksaan foto rontgen atau laboratorium tidak
menawarkan bantuan yang jelas dalam mendeteksi kanker dini. Sistem deteksi dini terefektif bagi kami
terdiri dari kewaspadaan dokter umum yang memeriksa pasien serak dengan cermin laring.
Pemeriksaan diagnostik
Laryngoskopi
Biopsi
CT scan
Rongen dada
Medikal managemen
Radiasi: Jika hanya 1 pita suara yang terkena, Suara normal, Pre op untuk
menurunkan ukuran tumor, Perawatan tidak terlalu lama
Kemoterapi
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas: sekret berlebihan
Resiko infeksi dengan faktor resiko tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer
(kulit tidakutuh, trauma jaringan, penurunan kerja cilia)
Kurang perawatan diri makan, mandi, berpakaian dan toileting b.d kelemahan
Peran keluarga dalam pencegahan penyakit sangatlah penting karena keluarga adalah
orang kedua yang berperan penting setelah diri sendiri dalam pencegahan penyakit.
Keluarga harus selalu memperhartikan setiap anggota keluarganya masing-masing
dalam makanan yang baik dan tidak baik untuk dikonsumsi,
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah
lainnya di tenggorokan. Kanker laring lebih banyak ditemukan pada pria dan
berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol.
nyeri tenggorokan.
nyeri leher.
Batuk
batuk darah.
Bengkak/benjolan ditenggorokan
Disfagia
Nyeri ketika bicara
Dyspnea, lemah
Nafas bau
Faktor keturunan
Faktor Lingkungan
Virus
Infeksi
Faktor perilaku
Radikal bebas
4.2 Saran
1. Seharusnya ada pengobatan khusus untuk para penderita kanker baik yang
ringan maupun yang berat.
Kanker nasofaring
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kanker Nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang
langit-langit rongga mulut. Penyebab kanker nasofaring belum diketahui dengan pasti. Kanker
nasofaring juga dikaitkan dengan adanya virus epstein bar.
Kanker nasofaring banyak dijumpai pada orang-orang ras mongoloid, yaitu penduduk Cina
bagian selatan, Hong Kong, Thailand, Malaysia dan Indonesia juga di daerah India. Ras kulit
putih jarang ditemui terkena kanker jenis ini. Selain itu kanker nasofaring juga merupakan jenis
kanker yang diturunkan secara genetik.
Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker nasofaring. Namun penyebaran
kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang
beresiko tinggi terkena kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter
THT. Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita
kanker ini.
Daftar isi
1 Faktor Risiko
2 Gejala
3 Pemeriksaan
4 Pencegahan
5 Pengobatan
6 Pranala luar
Faktor Risiko
3. Sering mengisap udara yang penuh asap atau rumah yang pergantian
udaranya kurang baik.
4. Faktor genetik, yakni yang mempunyai garis keturunan penderta kanker
nasofaring.
Gejala
Letak nasofaring yang tersembunyi di belakang hidung atau belakang langit-langit rongga mulut
menyebabkan serangan kanker ini sering kali terlambat diketahui. Namun, biasanya pada
stadium dini menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut.
1. Di dalam telinga timbul suara berdengung dan terasa penuh tanpa disertai
rasa sakit sampai pendengaran berkurang.
2. Mata menjadi juling, penglihatan ganda, dan mata bisa menonjol keluar
Pemeriksaan
Pemeriksan adanya kanker nasofaring dapat dilakukan dengan CT Scan, rhinoskopi anterior dan
posterior, nasofaringoskopi, biopsi dan pemeriksaan histopatologi. Karena itu, jika ada keluhan
pada telinga dan hidung di satu sisi yang tidak kunjung sembuh harus segera diperiksakan ke
dokter THT. Dengan tindakan yang cepat dan ditemukannya kanker pada stadium dini,
kemungkinan untuk sembuh semakin besar.
Pencegahan
2. Hindari polusi udara, seperti kontak dengan gas hasil zat-zat kimia, asap
industry, asap kayu, asap rokok, asap minyak tanah dan polusi lain yang
dapat mengaktifkan virus Epstein bar.
Pengobatan
Pengobatan kanker nasofaring bisa dilakukan dengan radioterapi, atau kombinasi dengan
kemoterapi. Selain itu juga ada kombinasi tambahan lainnya untuk pengobatan kanker ini.
Tindakan operasi tidak dilakukan untuk jenis kanker ini karena posisinya yang sulit dan dekat
metastase kelenjar getah bening. Tindakan operasi (bedah) yang umum hanyalah biopsi, untuk
stadium awal kanker ini jarang dilakukan biopsi.
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah keganasan yang berasal dari epitel atau mukosa dan
kripta yang melapisi permukaan nasofaring.7,16 Di Indonesia maupun di Asia Tenggara, KNF
dilaporkan sebagai tumor paling sering ditemukan diantara keganasan di daerah kepala dan
leher.16,17 Di Indonesia, menempati urutan ke-4 diantara keganasan yang terdapat di seluruh
tubuh. Santosa (1988) mendapatkan jumlah 716 (8,46%) penderita KNF berdasarkan data
patologi yang diperoleh di Laboratorium Patologi anatomi FK Unair Surabaya (1973 1976)
diantara 8463 kasus keganasan di Seluruh tubuh. Di Bagian THT Semarang mendapatkan 127
Berdasarkan klasifikasi histopatologi, KNF dibagi menjadi WHO1, WHO2 dan WHO3.
WHO1 adalah karsinoma sel skuamosa dengan keratinisasi, WHO2 gambaran histologinya
karsinoma tidak berkeratin dengan sebagian sel berdiferensiasi sedang dan sebagian lainnya
dengan sel yang lebih kearah diferensiasi baik. WHO3 adalah karsinoma yang sangat heterogen,
sel ganas membentuk sinsitial dengan batas sel tidak jelas 7,19. Jenis KNF yang banyak dijumpai
adalah WHO2 dan WHO3. Di bagian THT Semarang mendapatkan 112 WHO2 dan WHO3 dari
KNF dapat terjadi pada setiap usia, namun sangat jarang dijumpai penderita di bawah
usia terbanyak antara 45 54 tahun. Laki-laki lebih banyak dari wanita dengan perbandingan
antara 2 3 : 1.16,18,20
Sampai sekarang etiologi KNF belumlah jelas benar, akan tetapi virus Epstein-Barr
(EBV) dinyatakan sebagai etiologi utama penyebab KNF 7,16 dan faktor lain seperti genetik serta
lingkungan yang mengandung bahan karsinogenik dinyatakan sebagai faktor pendukung. EBV
hampir dapat dipastikan sebagai penyebab KNF, namun kenyataannya tidak semua individu yang
terinfeksi EBV akan berkembang menjadi KNF. Menurut hasil penelitian menyatakan faktor
Sistem klasifikasi stadium KNF yang dipakai saat ini ada beberapa macam antara lain
menurut UICC, AJCC atau sistem Ho. Pada tahun 1997 AJCC dan UICC mengeluarkan sistem
klasifikasi stadium terbaru yaitu edisi ke-5, menggantikan edisi ke-4 (1988). Berikut ini adalah
M1 Metastasis jauh
Pembagian stadium berdasarkan klasifikasi TNMnya disusun sebagai berikut seperti pada tabel 2
berikut ini :
T1 T2a T2b T3 T4
N0 I IIA IIB III IVA
N1 IIB IIB IIB III IVA
N2 III III III III IVA
N3 IVB IVB IVB IVB IVB
M1 IVB IVB IVB IVB IVB
Penderita KNF umumnya (60 90%) datang berobat di klinik sudah stadium lanjut 7,20
dengan gejala penyebaran diluar nasofaring. Tumor primer di nasofaring sudah T3 atau T4
Gejala klinik meliputi gejala hidung dan telinga, saraf dan gejala dari penyebaran tumor
ke kelenjar limfe serfikal. Gejala hidung berupa ingus campur darah berulang biasanya sedikit
bercampur ingus kental, kadang-kadang ada sumbatan hidung dan suara sengau. Gejala telinga
adalah rasa penuh tak enak, kadang tuli akibat oklusi tuba Eustachi, atau otitis media serosa.
Adinolodewo18 mendapatkan 59,4%, Rauf (1977) 73,5% dan Adinolodewo mendapatkan 72,5%.
Tumor meluas ke intra kranial melalui foramen laserum menimbulkan kerusakan pada grup
anterior yaitu saraf III, IV, VI yang disusul saraf V bila melewati foramen ovale yang
Penjalaran ke foramen jugulare mengenai sekumpulan saraf otak yaitu saraf IX sampai saraf XII
serta saraf simpatikus leher yang menuju ke orbita. Tjegeg mendapatkan kelainan neurologik
antara 29 53%. Metastasis ke kelenjar getah bening leher profunda sering dijumpai, yaitu
sekitar 60 93% dan dapat dijumpai unilateral, kontra lateral atau sering kali bilateral.20,23
Diagnosis klinis didasarkan pada hasil anamnesis, gejala klinis tumor dan kelainan di
Tampak jelas perubahan berupa penonjolan mukosa, peradangan, ulseratif disertai perdarahan
resonance imaging (MRI) merupakan pemeriksaan yang lebih informatif terhadap kelainan
maupun mikroskop elektron merupakan standard baku emas untuk menegakkan diagnosis.21,84
Sampai saat ini radioterapi masih merupakan pilihan utama pengobatan KNF.5-7
Pertimbangan pemilihan radiasi sebagai pengobatan pilihan utama didasarkan pada dua
pertimbangan yaitu pertama bahwa secara histopatologi kebanyakan KNF 75%-95% dari jenis
karsinoma undifferentiated (WHO3) dan karsinoma non keratinisasi (WHO2) yang tergolong
radioresponsif apalagi pada stadium awal,7 kedua karena letak KNF yang sulit dicapai melalaui
metoda pembedahan. KNF juga cenderung menginfiltrasi jaringan sekitar sehingga operasi yang
Radioterapi pada pengobatan KNF dilakukan dengan dua cara yaitu radiasi eksternal dan
radiasi internal (brakiterapi). Brakiterapi adalah suatu metode penyinaran langsung ke daerah
nasofaring dengan jalan memasukkan suatu alat berupa implan intertisial atau inserasi
Pengobatan KNF dengan radiasi menggunakan sinar gama untuk mematikan atau
menghilangkan (eradikasi) seluruh sel kanker yang ada di nasofaring dan metastasisnya di
kelenjar getah bening leher.24-26 Radiasi eksternal diberikan secara homogen pada daerah
nasofaring dan sekitarnya yang meliputi fosa serebri media, dasar tengkorak, koana dan daerah
parafaring sepertiga leher bagian atas. Radiasi diberikan dari arah lateral kanan dan kiri serta
ditambah dari arah depan bila ada perluasan tumor ke hidung dan sekitarnya.27
Radiasi dengan pesawat Co60 yang memancarkan sinar (gama) diberikan beberapa kali
dengan dosis terbagi (fraksinasi), yaitu radiasi dosis 200 cGy setiap fraksi pemberian 5 kali
seminggu selama 67,5 minggu. Dosis yang dibutuhkan untuk eradikasi tumor tergantung dari
banyaknya sel kanker (besarnya tumor). Tumor yang masih dini (T1 dan T2) dapat diberikan
radiasi menggunakan Cobalt 60 dengan dosis sebesar 200 220 cGy per fraksi, 5 kali seminggu
tanpa istirahat mencapai dosis total 6000 6600 cGy dalam 6 minggu. 26 Sedangkan untuk KNF
dengan ukuran tumor yang lebih besar (T3 dan T4) dianjurkan diberikan dosis total radiasi pada
tumor primer di nasofaring yang lebih tinggi yaitu 7000 7500 cGy.28
Selain radiasi eksternal, booster dapat diberikan bila masih didapatkan residu tumor
dengan area diperkecil hanya pada tumornya saja sebesar 1000 1500 cGy sehingga mencapai
dosis total 7500 8000 cGy. Booster ini umumnya diberikan dengan cara radiasi internal
(brakiterapi).
Sudah sejak lama kita ketahui bahwa pengukuran keberhasilan suatu terapi di bidang
onkologi adalah dengan menilai angka respon tumor (tumor respone rate), kemampuan hidup
bebas penyakit (disease free survival) dan angka kemampuan hidup keseluruhan (overall
survival).
Penilaian respons tumor terhadap terapi radiasi yang diberikan dianjurkan untuk
dilakukan minimal 4 6 minggu pasca terapi (WHO Offset Publication No. 48 tahun 1979,
Meskipun sering kali didapatkan regresi tumor yang cepat sebagai respons radioterapi,
namun dilaporkan sering kali juga mengalami kekambuhan. Respon tumor KNF pada
radioterapi bervariasi, rata-rata respons secara keseluruhan berkisar antara 25% 65%.
Kegagalan kontrol lokal (local failure) pada radioterapi KNF stadium lanjut sangat tinggi sekitar
50% 80%. Dengan radioterapi kemampuan hidup keseluruhan (overall survival) pasien KNF
berkisar 50%. Angka kemampuan hidup 5 tahun (5-years survival rate) pada stadium awal
berkisar antara 50-90%, sedangkan untuk stadium lanjut (stadium III dan IV) angka kemampuan
histopatologi dapat meningkatkan risiko radionekrosis pada re-radiasi. Atas dasar pertimbangan
ini maka tindakan biopsi nasofaring pasca radioterapi pada KNF dengan indeks mitosis tinggi
atau tumbuh progresif sebaiknya hanya dilakukan bila tampak nyata adanya masa tumor di
nasofaring. Sedangkan untuk KNF dengan pertumbuhan yang lambat, bila tidak dijumpai tumor
residif atau gejala klinis yang nyata dianjurkan melakukan biopsi setelah 10 12 minggu.26
Faktor-faktor yang mempengaruhi respons KNF terhadap radiasi antara lain keadaan
umum, kadar Hb, sistem imun, biologi tumor, derajat diferensiasi, jenis histopatologi dan
dosis.24,26 Keadaan umum pada saat menjalani radioterapi menentukan respons sel terhadap
radiasi. Kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi oksigenasi sel kanker. Sel kanker yang
hipoksik lebih radioresisten.28,30 Hal ini akan menurunkan prognosis penderita. Status imunologi
CMI (cell mediated immunity) dilaporkan mempengaruhi respons KNF terhadap radioterapi.
Penderita dengan respons imun seluler rendah sebelum radioterapi dan tetap rendah pasca terapi
Kanker Nasofaring adalah sejenis kanker atau tumor ganas yang tumbuh pada nasofaring.
Nasofaring adalah bagian sistem pernafasan yang terdiri dari dua kata Naso yang berarti hidung
dan Faring yang berarti tenggorokan. Jadi Nasofaring adalah hidung bagian dalam (bagian
belakang) hingga ke tenggorokan. Kurang lebih seperti gambar berikut:
Mengetahui pengetahuan dasar ini sangatlah penting, karena akan terkait dengan ciri-ciri atau
gejala kanker nasofaring itu sendiri.
Selain gejala utama kanker nasofaring diatas, cermati juga tanda-tanada berikut ini yang
mengharuskan Anda untuk periksa ke dokter:
Sakit tenggorokan.
Gangguan pendengaran
Sakit kepala
Hidung tersumbat
Mengingat kanker adalah suatu jenis penyakit yang kronis, maka sudah barang tentu bahwa
gejala yang muncul di atas akan dirasakan dalam kurun waktu yang lama atau sering terjadi.
Laki-laki
Perokok
Peminum Alkohol
Lokasi tumor
Tahap tumor
Obat biologis. Meningkatkan sisitem daya tahan tubuh untuk membunuh sel kanker
contohnya Bevacizumab
Jangan merokok
Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu pula dengan kanker nasofaring ini.
Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan menjadi laten dalam limfosit B.
Infeksi virus epstein-barr terjadi pada dua tempat utama yaitu sel epitel kelenjar saliva dan sel
limfosit. EBV memulai infeksi pada limfosit B dengan cara berikatan dengan reseptor virus,
yaitu komponen komplemen C3d (CD21 atau CR2). Glikoprotein (gp350/220) pada kapsul EBV
berikatan dengan protein CD21 dipermukaan limfosit B3. Aktivitas ini merupakan rangkaian
yang berantai dimulai dari masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B dan selanjutnya
menyebabkan limfosit B menjadi immortal. Sementara itu, sampai saat ini mekanisme masuknya
EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum dapat dijelaskan dengan pasti. Namun demikian, ada
dua reseptor yang diduga berperan dalam masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring yaitu
CR2 dan PIGR (Polimeric Immunogloblin Receptor). Sel yang terinfeksi oleh virus epstein-barr
dapat menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu : sel menjadi mati bila terinfeksi dengan virus
epstein-barr dan virus mengadakan replikasi, atau virus epstein- barr yang menginfeksi sel dapat
mengakibatkan kematian virus sehingga sel kembali menjadi normal atau dapat terjadi
transformasi sel yaitu interaksi antara sel dan virus sehingga mengakibatkan terjadinya
perubahan sifat sel sehingga terjadi transformsi sel menjadi ganas sehingga terbentuk sel
kanker.16
Gen EBV yang diekspresikan pada penderita KNF adalah gen laten, yaitu EBERs,
EBNA1, LMP1, LMP2A dan LMP2B. Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan virus
pada infeksi laten. Protein transmembran LMP2A dan LMP2B menghambat sinyal tyrosine
kinase yang dipercaya dapat menghambat siklus litik virus. Diantara gen-gen tersebut, gen yang
paling berperan dalam transformasi sel adalah gen LMP1. Struktur protein LMP1 terdiri atas 368
asam amino yang terbagi menjadi 20 asam amino pada ujung N, 6 segmen protein transmembran
(166 asam amino) dan 200 asam amino pada ujung karboksi (C). Protein transmembran LMP1
menjadi perantara untuk sinyal TNF (tumor necrosis factor) dan meningkatkan regulasi sitokin
IL-10 yang memproliferasi sel B dan menghambatrespon imun lokal.
2.6.2 Genetik
Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan
terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relative menonjol dan
memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen)
dan gen pengode enzim sitokrom p450 2E1 (CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan
terhadap karsinoma nasofaring. Sitokrom p450 2E1 bertanggung jawab atas aktivasi metabolik
yang terkait nitrosamine dan karsinogen. Analisa genetik pada populasi endemik berhubungan
dengan HLA-A2, HLAB17 dan HLA-Bw26. Dimana orang dengan yang memiliki gen ini
memiliki resiko dua kali lebih besar menderita karsinoma nasofaring. Studi pada orang Cina
dengan keluarga menderita karsinoma nasofaring dijumpai adanya kelemahan lokus pada regio
HLA. Studi dari kelemahan HLA pada orang-orang Cina menunjukkan bahwa orang-orang
dengan HLA
2.6.3 Faktor lingkungan
Sejumlah besar studi kasus yang dilakukan pada populasi yang berada di berbagai daerah di asia
dan america utara, telah dikonfirmasikan bahwa ikan asin dan makanan lain yang awetkan
mengandung sejumlah besar nitrosodimethyamine (NDMA), nitrospurrolidene (NPYR) dan
nitrospiperidine (NPIP ) yang mungkin merupakan factor karsinogenik karsinoma nasofaring.
Selain itu pengkonsumsi alkohol dan perokok juga merupakan salah satu faktor yan diperkirakan
menginisiasi terjadinya karsinoma nasofaring. Di mana alkohol dan asap rokok ditemukan
mengadung formaldehyde yang diteliti merupakan faktor risiko karsinoma nasofaring dengan
cara mengaktifkan kembali infeksi dari EBV.
Gejala Dini.
Penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma nasofaring dimana tumor
masih terbatas di nasofaring, yaitu :
a. Gejala telinga
- Rasa penuh pada telinga
- Tinitus
- Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung
- Epistaksis
- Hidung tersumbat
c. Gejala mata dan saraf
Dokumen.tips
Login / Signup
Leadership
Technology
Education
Marketing
Design
More Topics
Search
1. Home
2. Documents
Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan menjadi laten dalam limfosit
B.
Infeksi virus epstein-barr terjadi pada dua tempat utama yaitu sel epitel kelenjar
saliva dan sel
limfosit. EBV memulai infeksi pada limfosit B dengan cara berikatan dengan
reseptor virus,
yaitu komponen komplemen C3d (CD21 atau CR2). Glikoprotein (gp350/220) pada
kapsul EBV
berikatan dengan protein CD21 dipermukaan limfosit B3. Aktivitas ini merupakan
rangkaian
yang berantai dimulai dari masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B dan selanjutnya
EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum dapat dijelaskan dengan pasti. Namun
demikian, ada
dua reseptor yang diduga berperan dalam masuknya EBV ke dalam sel epitel
nasofaring yaitu
CR2 dan PIGR (Polimeric Immunogloblin Receptor). Sel yang terinfeksi oleh virus
epstein-barr
dapat menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu : sel menjadi mati bila terinfeksi
dengan virus
epstein-barr dan virus mengadakan replikasi, atau virus epstein- barr yang
menginfeksi sel dapat
mengakibatkan kematian virus sehingga sel kembali menjadi normal atau dapat
terjadi
transformasi sel yaitu interaksi antara sel dan virus sehingga mengakibatkan
terjadinya
perubahan sifat sel sehingga terjadi transformsi sel menjadi ganas sehingga
terbentuk sel
kanker.16
Gen EBV yang diekspresikan pada penderita KNF adalah gen laten, yaitu EBERs,
EBNA1, LMP1, LMP2A dan LMP2B. Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan
virus
pada infeksi laten. Protein transmembran LMP2A dan LMP2B menghambat sinyal
tyrosine
kinase yang dipercaya dapat menghambat siklus litik virus. Diantara gen-gen
tersebut, gen yang
paling berperan dalam transformasi sel adalah gen LMP1. Struktur protein LMP1
terdiri atas 368
asam amino yang terbagi menjadi 20 asam amino pada ujung N, 6 segmen protein
transmembran
(166 asam amino) dan 200 asam amino pada ujung karboksi (C). Protein
transmembran LMP1
menjadi perantara untuk sinyal TNF (tumor necrosis factor) dan meningkatkan
regulasi sitokin
2.6.2 Genetik
memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte
antigen)
dan gen pengode enzim sitokrom p450 2E1 (CYP2E1) kemungkinan adalah gen
kerentanan
yang terkait nitrosamine dan karsinogen. Analisa genetik pada populasi endemik
berhubungan
dengan HLA-A2, HLAB17 dan HLA-Bw26. Dimana orang dengan yang memiliki gen
ini
memiliki resiko dua kali lebih besar menderita karsinoma nasofaring. Studi pada
orang Cina
HLA. Studi dari kelemahan HLA pada orang-orang Cina menunjukkan bahwa orang-
orang
dengan HLA
Sejumlah besar studi kasus yang dilakukan pada populasi yang berada di berbagai
daerah di asia
dan america utara, telah dikonfirmasikan bahwa ikan asin dan makanan lain yang
awetkan
Selain itu pengkonsumsi alkohol dan perokok juga merupakan salah satu faktor yan
diperkirakan
Gejala Dini.
Penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma nasofaring dimana tumor
a. Gejala telinga
- Tinitus
- Gangguan pendengaran
b. Gejala hidung
- Epistaksis
- Hidung tersumbat
- Diplopia
Gejala lanjut
- Limfadenopati servikal
protokol dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta
stadium
tumor:
Anamnesis berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien (tanda dan gejala KNF)
dengan atau tanpa ulserasi pada permukaan atau massa yang menggantung dan
infiltratif. Namun
terkadang tidak dijumpai lesi pada nasofaring sehingga harus dilakukan biopsi dan
pemeriksaan
sitologi.
Bila jumlah nilai mencapai 50, diagnosa klinik karsinoma nasofaring dapat
of 13
Report
Category:
Documents
Download: 1
Comment: 0
3,203
views
Comments
Description
Download PATOFISIOLOGI KARSINOMA NASOFARING
Transcript
PATOFISIOLOGI KARSINOMA NASOFARING Karsinoma Nasofaring merupakan
munculnya keganasan berupa tumor yang berasal dari sel-sel epitel yang menutupi
permukaan nasofaring. Tumbuhnya tumor akan dimulai pada salah satu dinding
nasofaring yang kemudian akan menginfiltrasi kelenjar dan jaringan sekitarnya.
Lokasi yang paling sering menjadi awal terbentuknya KNF adalah pada Fossa
Rossenmuller. Penyebaran ke jaringan dan kjelenjar limfa sekitarnya kemudian
terjadi perlahan, seperti layaknya metastasis lesi karsinoma lainnya. Penyebaran
KNF dapat berupa : 1. Penyebaran ke atas Tumor meluas ke intrakranial menjalar
sepanjang fossa medialis, disebut penjalaran Petrosfenoid, biasanya melalui
foramen laserum, kemudian ke sinus kavernosus dan Fossa kranii media dan fossa
kranii anterior mengenai saraf-saraf kranialis anterior ( n.I n VI). Kumpulan gejala
yang terjadi akibat rusaknya saraf kranialis anterior akibat metastasis tumor ini
disebut Sindrom Petrosfenoid. Yang paling sering terjadi adalah diplopia dan
neuralgia trigeminal. 2. Penyebaran ke belakang Tumor meluas ke belakang secara
ekstrakranial menembus fascia pharyngobasilaris yaitu sepanjang fossa posterior
(termasuk di dalamnya foramen spinosum, foramen ovale dll) di mana di dalamnya
terdapat nervus kranialais IX XII; disebut penjalaran retroparotidian. Yang terkena
adalah grup posterior dari saraf otak yaitu n VII - n XII beserta nervus simpatikus
servikalis. Kumpulan gejala akibat kerusakan pada n IX n XII disebut sindroma
retroparotidean atau disebut juga sindrom Jugular Jackson. Nervus VII dan VIII jarang
mengalami gangguan akibat tumor karena letaknya yang tonggi dalam sistem
anatomi tubuh, Gejala yang muncul umumnya antara lain: a. Trismus b. Horner
Syndrome ( akibat kelumpuhan nervus simpatikus servikalis) c. Afonia akibat
paralisis pita suara d. Gangguan menelan 3. Penyebaran ke kelenjar getah bening
Penyebaran ke kelenjar getah bening merupakan salah satu penyebab utama
sulitnya menghentikan proses metastasis suatu karsinoma. Pada KNF, penyebaran
ke kelenjar getah bening sangat mudah terjadi akibat banyaknya stroma kelanjar
getah bening pada lapisan sub mukosa nasofaring. Biasanya penyebaran ke
kelenjar getah bening diawali pada nodus limfatik yang terletak di lateral
retropharyngeal yaitu Nodus Rouvier. Di dalam kelenjar ini sel tersebut tumbuh dan
berkembang biak sehingga kelenjar menjadi besar dan tampak sebagai benjolan
pada leher bagian samping. Benjolan ini dirasakan tanpa nyeri karenanya sering
diabaikan oleh pasien. Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus,
menembus kelenjar dan mengenai otot dibawahnya. Kelenjar menjadi lekat pada
otot dan sulit digerakkan. Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi.
Limfadenopati servikalis merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang
ke dokter. Gejala akibat metastase jauh: Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama
getah bening atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari
nasofaring. Yang sering ialah tulang, hati dari paru. Hal ini merupakan stadium akhir
dan prognosis sangat buruk. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa karsinoma
nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, yang terbanyak ke paru-paru dan
tulang, masing-masing sebanyak 20%, sedangkan ke hati 10%, otak 4%, ginjal
0,4%, tiroid 0,4%. Kira-kira 25% penderita datang berobat ke dokter sudah-
mempunyai pertumbuhan ke intrakranial atau pada foto rontgen terlihat destruksi
dasar tengkorak dan hampir 70% metastase kelenjar leher. Karsinoma nasofaring
umumnya disebabkan oleh multifaktor. Sampai sekarang penyebab pastinya belum
jelas. Faktor yang berperan untuk terjadinya karsinoma nasofaring ini adalah faktor
makanan seperti mengkonsumsi ikan asin, sedikit memakan sayur dan buah segar.
Faktor lain adalah non makanan seperti debu, asap rokok, uap zat kimia, asap kayu
Faktor genetik juga dapat mempengaruhi terjadinya karsinoma nasofaring1. Selain
itu terbukti juga infeksi virus Epstein Barr juga dihubungkan dengan terjadinya
karsinoma nasofaring terutama pada tipe karsinoma nasofaring non-keratinisasi.
Hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan titer antigen EBV dalam tubuh penderita
Ca Nasofaring non keratinisasi dan kenaikan titer ini pun berbanding lurus dengan
stadium Ca nasofaring; di mana semakin berat stadium Ca Nasofaring, ditemukan
titer antibodi EBV yang semakin tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai
adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita karsinoma nasofaring.
Pada penderita ini sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein tertentu
yang berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus di
dalam sel host. Protein laten ini dapat dipakai sebagai petanda (marker) dalam
mendiagnosa karsinoma nasofaring, yaitu EBNA-1 dan LMP-1, LMP- 2A dan LMP-2B.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya pada 50% serum penderita karsinoma
nasofaring LMP-1 sedangkan EBNA-1 dijumpai di dalam serum semua pasien
karsinoma nasofaring2. Selain itu dibuktikan oleh hasil penelitian Khrisna dkk
(2004) terhadap suku Indian asli bahwa EBV DNA di dalam serum penderita
karsinoma nasofaring dapat dipakai sebagai biomarker pada karsinoma nasofaring
primer. 12,13,15 Hubungan antara karsinoma nasofaring dan infeksi virus Epstein-
Barr juga dinyatakan oleh berbagai peneliti dari bagian yang berbeda di dunia ini.
Pada pasien karsinoma nasofaring dijumpai peninggian titer antibodi anti EBV
(EBNA-1) di dalam serum plasma.1-19 EBNA-1 adalah protein nuklear yang
berperan dalam mempertahankan genom virus. Huang dalam penelitiannya,
mengemukakan keberadaan EBV DNA dan EBNA di dalam sel penderita karsinoma
nasofaring. 12,13,15 Karsinoma nasofaring sangat sulit didiagnosa, hal ini mungkin
disebabkan karena letaknya sangat tersembunyi dan juga pada keadaan dini pasien
tidak datang untuk berobat. Biasanya pasien baru datang berobat, bila gejala telah
mengganggu dan tumor tersebut telah mengadakan infiltrasi serta metastase pada
pembuluh limfe sevikal. Hal ini merupakan keadaan lanjut dan biasanya prognosis
yang jelek. Pemeriksaan terhadap karsinoma nasofaring dilakukan dengan cara
anamnesa penderita dan disertai dengan pemeriksaan nasofaringoskopi, radiologi,
histopatologi, immunohistokimia, dan juga pemeriksaan serologi dengan
menggunakan tehnik Enzyme Linked Immunosorbent Assay atau disingkat dengan
ELISA6. Karena beberapa penelitian telah membuktikan bahwa di dalam serum
penderita karsinoma nasofaring dijumpai EBNA-1 maka sebaiknya pasien yang
mempunyai gejala yang mengarah ke karsinoma nasofaring dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan serologi yaitu antibodi anti EBV (EBNA-1).13,14,15 Tentang
pengaruh EBV yang sebagian besar hanya ditemukan pada Ca Nasofaring tipe non-
keratinisasi belum dapat dijelaskan hingga saat ini. Proses perkembangan KNF:
Gambar 5 Patogenesis KNF Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan
menjadi laten dalam limfosit B. Infeksi virus epstein-barr terjadi pada dua tempat
utama yaitu sel epitel kelenjar saliva dan sel limfosit. EBV memulai infeksi pada
limfosit B dengan cara berikatan dengan reseptor virus, yaitu komponen
komplemen C3d (CD21 atau CR2). Glikoprotein (gp350/220) pada kapsul EBV
berikatan dengan protein CD21 dipermukaan limfosit B3. Aktivitas ini merupakan
rangkaian yang berantai dimulai dari masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B dan
selanjutnya menyebabkan limfosit B menjadi immortal. Sementara itu, sampai saat
ini mekanisme masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum dapat dijelaskan
dengan pasti. Namun demikian, ada dua reseptor yang diduga berperan dalam
masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring yaitu CR2 dan PIGR (Polimeric
Immunogloblin Receptor). Sel yang terinfeksi oleh virus epstein-barr dapat
menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu : sel menjadi mati bila terinfeksi dengan
virus epstein-barr dan virus mengadakan replikasi, atau virus epstein- barr yang
menginfeksi sel dapat mengakibatkan kematian virus sehingga sel kembali menjadi
normal atau dapat terjadi transformasi sel yaitu interaksi antara sel dan virus
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan sifat sel sehingga terjadi transformsi
sel menjadi ganas sehingga terbentuk sel kanker.16 Gen EBV yang diekspresikan
pada penderita KNF adalah gen laten, yaitu EBERs, EBNA1, LMP1, LMP2A dan
LMP2B. Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan virus pada infeksi laten.
Protein transmembran LMP2A dan LMP2B menghambat sinyal tyrosine kinase yang
dipercaya dapat menghambat siklus litik virus. Diantara gen-gen tersebut, gen yang
paling berperan dalam transformasi sel adalah gen LMP1. Struktur protein LMP1
terdiri atas 368 asam amino yang terbagi menjadi 20 asam amino pada ujung N, 6
segmen protein transmembran (166 asam amino) dan 200 asam amino pada ujung
karboksi (C). Protein transmembran LMP1 menjadi perantara untuk sinyal TNF
(tumor necrosis factor) dan meningkatkan regulasi sitokin IL-10 yang memproliferasi
sel B dan menghambatrespon imun lokal. 2.6.2 Genetik Walaupun karsinoma
nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap karsinoma
nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relative menonjol dan memiliki
agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen)
dan gen pengode enzim sitokrom p450 2E1 (CYP2E1) kemungkinan adalah gen
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring. Sitokrom p450 2E1 bertanggung jawab
atas aktivasi metabolik yang terkait nitrosamine dan karsinogen. Analisa genetik
pada populasi endemik berhubungan dengan HLA-A2, HLAB17 dan HLA-Bw26.
Dimana orang dengan yang memiliki gen ini memiliki resiko dua kali lebih besar
menderita karsinoma nasofaring. Studi pada orang Cina dengan keluarga menderita
karsinoma nasofaring dijumpai adanya kelemahan lokus pada regio HLA. Studi dari
kelemahan HLA pada orang-orang Cina menunjukkan bahwa orang-orang dengan
HLA 2.6.3 Faktor lingkungan Sejumlah besar studi kasus yang dilakukan pada
populasi yang berada di berbagai daerah di asia dan america utara, telah
dikonfirmasikan bahwa ikan asin dan makanan lain yang awetkan mengandung
sejumlah besar nitrosodimethyamine (NDMA), nitrospurrolidene (NPYR) dan
nitrospiperidine (NPIP ) yang mungkin merupakan factor karsinogenik karsinoma
nasofaring. Selain itu pengkonsumsi alkohol dan perokok juga merupakan salah satu
faktor yan diperkirakan menginisiasi terjadinya karsinoma nasofaring. Di mana
alkohol dan asap rokok ditemukan mengadung formaldehyde yang diteliti
merupakan faktor risiko karsinoma nasofaring dengan cara mengaktifkan kembali
infeksi dari EBV. Gejala Dini. Penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma
nasofaring dimana tumor masih terbatas di nasofaring, yaitu : a. Gejala telinga -
Rasa penuh pada telinga - Tinitus - Gangguan pendengaran b. Gejala hidung -
Epistaksis - Hidung tersumbat c. Gejala mata dan saraf - Diplopia - Gerakan bola
mata terbatas9,12 Gejala lanjut - Limfadenopati servikal - Gejala akibat perluasan
tumor ke jaringan sekitar - Gejala akibat metastase jauh.2,3,10 Jika ditemukan
adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma nasofaring, protokol
dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta stadium
tumor: 2.7.1. Anamnesis / pemeriksaan fisik Anamnesis berdasarkan keluhan yang
dirasakan pasien (tanda dan gejala KNF) 2.7.1.1 Pemeriksaan Nasofaring
Pemeriksaan tumor primer di nasofaring dapat dilakukan dengan cara rinoskopi
posterior (tidak langsung) dan nasofaringoskop (langsung) serta
fibernasofaringoskopi15. Jika ditemukan tumor berupa massa yang menonjol pada
mukosa dan memiliki permukaan halus, berrnodul dengan atau tanpa ulserasi pada
permukaan atau massa yang menggantung dan infiltratif. Namun terkadang tidak
dijumpai lesi pada nasofaring sehingga harus dilakukan biopsi dan pemeriksaan
sitologi. 2.7.1.2 Gejala Klinis Menurut Formula Digby, setiap simptom mempunyai
nilai diagnostik dan berdasarkan jumlah nilai dapat ditentukan ada tidaknya
karsinoma nasofaring Tabel 1 Formula Digsby 17 Bila jumlah nilai mencapai 50,
diagnosa klinik karsinoma nasofaring dapat dipertangungjawabkan. Sekalipun
secara klinik jelas karsinoma nasofaring, namun biopsi tumor primer mutlak
dilakukan, selain untuk konfirmasi diagnosis histopatologi, juga menentukan subtipe
histopatologi yang erat kaitannya dengan pengobatan dan prognosis. 2.7.1.3 Biopsi
nasofaring Diagnosis pasti dari KNF ditentukan dengan diagnosis klinik ditunjang
dengan diagnosis histologik atau sitologik. Diagnosis histologik atau sitologik dapat
ditegakan bila dikirim suatu material hasil biopsy cucian, hisapan (aspirasi), atau
sikatan (brush), biopsy dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari
mulut. Biopsi tumor nasofaring umunya dilakukan dengan anestesi topical dengan
xylocain 10%. dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsy). Cunam biopsy
dimasukan melalui rongga hidung menyelusuri konka media ke nasofaring
kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsy. n yang dimasukan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan
diklem bersama-sama ujung kateter yang dihdung. Demikian juga kateter yang dari
hidung disebelahnya, sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian dengan
kacalaring dilihat daerah nasofaring. biopsy dilakukan dengan melihat tumor
melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukan melalui
mulut, masaa tumor akan terlihat lebih jelas. Bila dengan cara ini masih belum
didapatkan hasil yang memuaskan mala dilakukan pengerokan dengan kuret daerah
lateral nasofaring dalam narkosis. 2.7.1.4 Sitologi dan Histopatologi Klasifikasi WHO
tahun 1978 untuk karsinoma nasofaring (1) Keratinizing squamous cell carcinoma
ditandai dengan adanya keratin atau intercellular bridge atau keduanya. (2) Non
keratinizing squamous cell carcinoma yang ditandai dengan batas sel yang jelas
(pavement cell pattern). (3) Undifferentiated carcinoma ditandai oleh pola
pertumbuhan syncitial, sel-sel poligonal berukuran besar atau sel dengan bentuk
spindel,anak inti yang menonjol dan stroma dengan infiltrasi sel-sel radang
limfosit.1,2,3,4 Sedangkan klasifikasi WHO tahun 1991 membagi karsinoma
nasofaring menjadi Keratinizing squamous cell carcinoma, Non keratinizing
squamous cell carcinoma terdiri atas differentiated dan undifferentiated dan
Basaloid Carcinoma. Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat
yang sama, yaitu bersifat radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak
begitu radiosensitif 2.7.1.4.1 Sitologi Squamous Cell Carcinoma Inti squamous cell
carcinoma bentuknya lebih "spindel" dan lebih memanjang dengan khromatin inti
yang padat dan tersebar tidak merata. Pleomorfisme dari inti dan membran inti
lebih jelas. Selalu terlihat perbedaan (variasi) yang jelas dalam derajat khromasia di
antara inti yang berdampingan. Nukleoli bervariasi dalam besar dan jumlahnya.
Sitoplasma lebih padat, berwarna biru dan batas sel lebih mudah dikenal.
Perbandingan inti, sitoplasma dan nukleolus adalah inti lebih kecil. Keratinisasi
merupakan indikasi yang paling dapat dipercaya sebagai tanda adanya diferensiasi
ke arah squamous cell. Bila keratinisasi tidak terlihat maka dijumpainya halo pada
sitoplasma di sekitar inti dan kondensasi sitoplasma pada bagian pinggir sel
merupakan penuntun yang sangat menolong untuk mengenal lesi tersebut sebagai
squamous cell carcinoma. 19 Undifferentiated Carcinoma Gambaran sitologi yang
dapat dijumpai pada undifferentiated carcinoma berupa kelompokan sel-sel
berukuran besar yang tidak berdiferensiasi, inti yang membesar dan khromatin
pucat, terdapat anak inti yang besar, sitoplasma sedang, dijumpai latar belakang
selsel radang limfosit diantara sel-sel epitel Dijumpai gambaran mikroskopis yang
sama dari aspirat yang berasal dari lesi primer dan metastase pada kelenjar getah
bening regional 2.7.1.4.2 Histopatologi Keratinizing Squamous Cell Carcinoma Pada
pemeriksaan histopatologi keratinizing squamous cell carcinoma memiliki kesamaan
bentuk dengan yang terdapat pada lokasi lainnya5,13. Dijumpai adanya diferensiasi
dari sel squamous dengan intercellular bridge atau keratinisasi2,6. Tumor tumbuh
dalam bentuk pulau-pulau yang dihubungkan dengan stroma yang desmoplastik
dengan infiltrasi sel-sel radang limfosit, sel plasma, neutrofil dan eosinofil yang
bervariasi. Sel-sel tumor berbentuk poligonal dan stratified. Batas antar sel jelas
dan dipisahkan oleh intercellular bridge. Sel-sel pada bagian tengah pulau
menunjukkan Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma Pada pemeriksaan
histopatologi non keratinizing squamous cell carcinoma memperlihatkan gambaran
stratified dan membentuk pulau-pulau2,12. Sel-sel menunjukkan batas antar sel
yang jelas dan terkadang dijumpai intercellular bridge yang samar-samar.
Dibandingkan dengan undifferentiated carcinoma ukuran sel lebih kecil, rasio inti
sitoplasma lebih kecil, inti lebih hiperkhromatik dan anak inti tidak menonjol 19,20
Undifferentiated Carcinoma Pada pemeriksaan undifferentiated carcinoma
memperlihatkan gambaran sinsitial dengan batas sel yang tidak jelas,inti bulat
sampai oval dan vesikular, dijumpai anak inti. Selsel tumor sering tampak terlihat
tumpang tindih6. Beberapa sel tumor dapat berbentuk spindel. Dijumpai infiltrat sel
radang dalam jumlah banyak, khususnya limfosit, sehingga dikenal juga sebagai
lymphoepithelioma. Dapat juga dijumpai sel-sel radang lain, seperti sel plasma,
eosinofil, epitheloid dan multinucleated giant cell (walaupun jarang). Terdapat dua
bentuk pola pertumbuhan tipe undifferentiated yaitu tipe Regauds, yang terdiri dari
kumpulan sel-sel epiteloid dengan batas yang jelas yang dikelilingi oleh jaringan
ikat fibrous dan sel-sel limfosit. Yang kedua tipe Schmincke, sel-sel epitelial
neoplastik tumbuh difus dan bercampur dengan sel-sel radang. Tipe ini sering
dikacaukan dengan large cell malignant lymphoma. Pemeriksaan yang teliti dari inti
sel tumor dapat membedakan antara karsinoma nasofaring dan large cell malignant
lymphoma, dimana inti dari karsinoma nasofaring memiliki gambaran vesikular,
dengan pinggir inti yang rata dan berjumlah satu, dengan anak inti yang jelas
berwarna eosinophil. Inti dari malignant lymphoma biasanya pinggirnya lebih
iregular, khromatin kasar dan anak inti lebih kecil dan berwarna basofilik atau
amphofilik. Terkadang undifferentiated memiliki sel-sel dengan bentuk oval atau
spindle. Basaloid Squamous Cell Carcinoma Bentuk mikroskopis lain yang jarang
dijumpai adalah basaloid squamous cell carcinoma5,12. Tipe ini memiliki dua
komponen yaitu sel-sel basaloid dan sel-sel squamous. Sel-sel basaloid berukuran
kecil dengan inti hiperkhromatin dan tidak dijumpai anak inti dan sitoplasma sedikit.
Tumbuh dalam pola solid dengan konfigurasi lobular dan pada beberapa kasus
dijumpai adanya peripheral palisading. Komponen sel-sel squamous dapat in situ
atau invasif. Batas antara komponen basaloid dan squamous jelas. 2.7.1.4.3
Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi pada kecurigaan KNF merupakan
pemeriksaan penunjang diagnostic yang penting. Dapat dilakukan foto polos, CT
Scan ataupun MRI. Saat ini untuk mendiagnosa secara pasti C.T Scan dan MRI
merupakan suatu modalitas utama. Melalui C.T Scan dan MRI dapat dilihat secara
jelas ada tidaknya massa dan sejauh apa penyebaran massa tersebut, hingga dapat
membantu dalam menentukan stadium dan jenis terapi yang akan dilakukan. Jika
ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma nasofaring,
protocol dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta
stadium tumor : 1. Anamnesis / pemeriksaan fisik Anamnesis berdasarkan keluhan
yang dirasakn pasien (tanda dan gejala KNF) 2. Pemeriksaan nasofaring Dengan
menggunakan kaca nasofaring atau dengan nashopharyngoskop 3. Biopsi
nasofaring Diagnosis pasti dari KNF ditentukan dengan diagnosis klinik ditunjang
dengan diagnosis histologik atau sitologik. Diagnosis histologik atau sitologik dapat
ditegakan bila dikirim suatu material hasil biopsy cucian, hisapan (aspirasi), atau
sikatan (brush), biopsy dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari
mulut. Biopsi tumor nasofaring umunya dilakukan dengan anestesi topical dengan
xylocain 10%. Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind
biopsy). Cunam biopsy dimasukan melalui rongga hidung menyelusuri konka media
ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsy. Biopsy
melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukan melalui
hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan diklem
bersama-sama ujung kateter yang dihdung. Demikian juga kateter yang dari hidung
disebelahnya, sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian dengan kacalaring
dilihat daerah nasofaring. biopsy dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca
tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukan melalui mulut, masaa
tumor akan terlihat lebih jelas. Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil
yang memuaskan mala dilakukan pengerokan dengan kuret daerah lateral
nasofaring dalam narcosis. 4. Pemeriksaan Patologi Anatomi Klasifikasi gambaran
histopatologi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
(Keratinizing yaitu : Squamous Cell Carcinoma). Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi
diferensiasi baik, sedang dan buruk. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing
Carcinoma). Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi
sel skuamosa tanpa jembatan Karsinoma tidakintersel. Pada umumnya batas sel
cukup jelas. berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma). Pada tipe ini sel tumor
secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval atau bulat
dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya batas sel tidak terlihat dengan jelas.
Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat yang sama, yaitu
bersifat radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak begitu radiosensitif.
Klasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang direkomendasikan oleh WHO pada
tahun 1991, hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu : 1. Karsinoma sel skuamosa
berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma). 2. Karsinoma non-
keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma). Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi
berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi. 3. 5. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan
radiologi pada kecurigaan KNF merupakan pemeriksaan penunjang diagnostic yang
penting. Tujuan utama pemeriksaan radiologic tersebut adalah: o Memberikan
diagnosis yang lebih pasti pada kecurigaan adanya tumor pada daerah nasofaring o
Menentukan lokasi yang lebih tepat dari tumor tersebut o Mencari dan menetukan
luasnya penyebaran tumor ke jaringan sekitarnya. a) Foto polos Ada beberapa
posisi dengan foto polos yang perlu dibuat dalam mencari kemungkina adanya
tumor pada daerah nasofaring yaitu: Posisi Lateral dengan teknik foto untuk
jaringan lunak (soft tissue Tomogram Lateral Posisi Basis Kranii atau
Submentoverteks technique) Tomogranm Antero-posterior daerah nasofaring
b)daerha nasofaring C.T.Scan Pada umunya KNF yang dapat dideteksi secara jelas
dengan radiografi polos adalah jika tumor tersebut cukup besar dan eksofitik,
sedangkan bula kecil mungkin tidak akan terdeteksi. Terlebih-lebih jika perluasan
tumor adalah submukosa, maka hal ini akan sukar dilihat dengan pemeriksaan
radiografi polos. Demikian pula jika penyebaran ke jaringan sekitarnya belum terlalu
luas akan terdapat kesukaran-kesukaran dalam mendeteksi hal tersebut.
Keunggulan C.T. Scan dibandingkan dengan foto polos ialah kemampuanya untuk
membedakan bermacammacam densitas pada daerah nasofaring, baik itu pada
jaringan lunak maupun perubahanperubahan pada tulang, gengan criteria tertentu
dapat dinilai suatu tumor nasofaring yang masih kecil. Selain itu dengan lebih
akurat dapat dinilai pakah sudah ada perluasan tumor ke jaringna sekitarnya,
menilai ada tidaknya destruksi tulang serta ada tidaknya penyebaran intracranial.
Ada beberapa posisi dengan foto polos yang perlu dibuat dalam mencari
kemungkina adanya tumor pada daerah nasofaring yaitu: Posisi Lateral dengan
teknik foto untuk jaringan lunak (soft tissue technique) Posisi Basis Kranii atau
Submentoverteks Tomogram Lateral daerah nasofaring Tomogranm Antero-posterior
daerah nasofaring 6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi Karena nasofaring
berhubungan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa lobang, maka
gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut KNF ini. 7.
Pemeriksaan serologi. Pemeriksaan serologi IgA anti EA (early antigen) dan igA anti
VCA (capsid antigen) untuk infeksi virus E-B telah menunjukan kemajuan dalam
mendeteksi karsinoma nasofaring. Tjokro Setiyo dari FK UI Jakarta mendapatkan
dari 41 pasien karsinoma nasofaring stadium lanjut (stadium III dan IV) senstivitas
IgA VCA adalah 97,5% dan spesifitas 91,8% dengan titer berkisar antara 10 sampai
1280 dengan terbanyak titer 160. IgA anti EA sensitivitasnya 100% tetapi
spesifitasnya hanya 30,0%, sehingga pemeriksaan ini hanya digunakan untuk
menetukan prognosis pengobatan, titer yang didpat berkisar antara 80 sampai
1280 dan terbanyak 160.
Recommended
Karsinoma Nasofaring
REFARAT KARSINOMA NASOFARING Disusun Oleh : Elies Oktaviani Jacob Trisusilo
Salean (05-041) (05-045) KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT PERIODE 22
FEBRUARI 20 MARET
Karsinoma Nasofaring
Karsinoma Nasofaring Presentan : Aldilas Reza P NIM : 106103003441 Pembimbing : dr. Diana
Sp. THT Anatomi Nasofaring Histologi Nasofaring Bloom dan Fawcett ( 1965 ) membagi
Karsinoma Nasofaring
KARSINOMA NASOFARING Hamka Gunawan M Jane Elvina S Preseptor : Dr. Jacky
Munilson, Sp.THT Anatomi dan Histologi Nasofaring rongga dengan dinding kaku di atas,
belakang dan
karsinoma nasofaring
KARSINOMA NASOFARING Pratiwi Nophan Saleh, Andi Pabengngari, Isdiana Kaelan I.
PENDAHULUAN Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai
di antara
KARSINOMA NASOFARING
Karsinoma nasofaring Pengertian Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berlokasi
di daerah faring. Hampir 60% tumor ganas pada daerah kepala dan leher merupakan
karsinoma nasofaring
karsinoma nasofaring Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring. Merupakan tumor
KARSINOMA NASOFARING
KARSINOMA NASOFARING Siti Hardiyanti, Koesbandono, Achmad Dara I.
PENDAHULUAN Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai
diantara tumor ganas
karsinoma nasofaring
karsinoma nasofaring merupakan kanker kepala leher terbanyak
KARSINOMA NASOFARING
KARSINOMA NASOFARING MAKALAH INI DITULIS UNTUK MELENGKAPI TUGAS
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DI BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG
DAN TENGGOROK RSUPM Disusun oleh : TRINYANASUNTARI
KARSINOMA NASOFARING
Karsinoma Nasofaring Karsinoma Nasofaring Kanker ganas pada batang Etiologi : tenggorok
( antara bag. Multifactorial (Lingk, Blk. Rongga hidung dan Genetik, ras mongoloid
Karsinoma nasofaring
1. Karsinoma Nasofaring undefined undefined Keganasan nasofaring banyak terjadi di asia.
Sering terjadi kekeliruan dalam mendiagnosis karena gejalanya yang samar-samar dan
Karsinoma Nasofaring Case Ira
Karsinoma Nasofaring Oleh Robby Kurniawan Ira Masykura Siswanty Yunitri M Fitrach
Desfiyanda 02923038 05120111 05923069 06923004 PRESEPTOR : Dr. Effy Huryati SpTHT-
KL Definisi
Fly UP