Anda di halaman 1dari 10

Presentasi Kasus

KARSINOMA KISTIK ADENOID SINONASAL DEKSTRA

Presentator : Yosephine Nina


Moderator : Dr. dr. Camelia Herdini, M.Kes., Sp.THTKL (K) ., FICS

Departemen Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher


Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM/
RSUP Dr.Sardjito
Yogyakarta
2019

1
PENDAHULUAN
Karsinoma adenoid kistik (ACC) perempuan lebih banyak daripada laki-laki
merupakan tumor kepala leher yang jarang sebanyak 1,3:1.2,3
ditemui. Kejadiannya hanya kurang dari Etiologi dari karsinoma adenoid kistik
1% dari seluruh kasus keganasan kepala (ACC) masih belum diketahui secara pasti.
dan leher. Adenoid cystic carcinoma (ACC) Hanya sedikit data yang menyajikan faktor
adalah tumor ganas daerah kepala dan risiko ras, geografis, paparan serta faktor
leher, termasuk trakea, bronkus, paru-paru risiko lainnya yang spesifik terkait
dan glandula mamary. ACC merupakan perkembangan penyakit ini.4
tumor non epidermoid epitel dan Gejala karsinoma adenoid kistik
prevalensinya di daerah kepala dan leher sinonasal yang paling sering ditemukan
relatif jarang. Umumnya terdapat di yaitu, epistaksis, gejala obstruksi hidung
kelenjar ludah utama, rongga mulut, faring yang progresif, gangguan fungsi tuba
dan sinus paranasal. Gambaran klinis ACC Eustachius, dan gejala yang berkaitan
berbeda dengan karsinoma sel skuamosa dengan invasi ke basis kranium.4
dan dengan demikian kita harus mengetahui Karsinoma adenoid kistik (ACC)
karakteristiknya untuk menentukan dikenal dengan temuan klinis
diagnosis dan terapi.1 kecenderungan adamya metastasis jauh.
Karsinoma kistik adenoid paling Pada kebanyakan kasus, pertumbuhan
sering melibatkan jaringan kelenjar ludah, tumor tidak disadari sampai akhirnya
rongga hidung dan sinus paranasal. menginvasi saraf dan struktur lokal.
Insidensi ACC pada daerah sinonasal Sehingga, saat ditemukan penyakit ini
sebesar 10-25% dari keseluruhan insidensi muncul sebagai penyakit yang invasive.
ACC kepala dan leher. Tumor sinonasal Metastase jauh sering terjadi pada 39%
sering bersifat asimptomatik dan pasien dan lokasi metastase jauh yang
mengakibatkan keterlambatan dalam paling sering adalah paru dan tulang. 1,2,5
diagnosis, sehingga tumor sudah Karsinoma adenoid kistik bersifat
menginvasi bagian lain, termasuk agresif, sehingga cenderung mengalami
intratemporal dan intrakranial.2 rekurensi. Tatalaksana utama untuk
Sebagian besar kasus ACC terjadi karsinoma adenoid kistik adalah reseksi
pada dekade kelima dan keenam kehidupan, bedah radikal yang diikuti dengan

00 2
radioterapi. Prognosis karsinoma adenoid 12/80 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit,
kistik tergantung pada subtipe histologi, frekuensi nafas 20x/menit, suhu 36,7 C.
lokasi anatomis tumor, dan metastase. 6 Pada pemeriksaan THT dilakukan
pemeriksaan otoskopi auris dekstra dan
LAPORAN KASUS sinistra tampak dalam batas normal,
Seorang laki-laki usia 44 tahun datang membrane timpani intak. Rhinoskopi
ke poliklinik THT RSUP Dr, Sardjito anterior : tampak massa kemerahan kesan
dengan Pasien datang dengan keluhan mudah berdarah pada cavum nasi dextra,
hidung kanan tersumbat dirasakan sejak 4 disertai desakan massa yang menyebabkan
bulan yang lalu disertai dengan keluhan adanya septum deviasi Pada cavum nasi
keluar ingus campur lendir darah, adanya sinistra tampak dalam batas normal.
gangguan penciuman, disertai dengan Pemeriksaan rhinoskopi posterior cavum
seringnya mimisan. Pasien juga nasi dekstra tampak massa kemerahan
mengeluhkan adanya benjolan yang dengan kesan mudah berdarah. Untuk
mengisi rongga hidung kanan, nyeri di rhinoskopi posterior cavum nasi sinistra
daerah pipi kanan disertai benjolan pada dalam batas normal. Pemeriksaan orofaring
pipi kanan yang semakin lama semakin tampak adanya ulserasi dengan dasar
membesar. Seiring dengan adanya benjolan kemerahan pada palatum dekstra.
di hidung dan pipi, pasien mengeluhkan Pemeriksaan laringoskopi indirek tidak
mata kanan lebih tampak menonjol tampak kelainan. Pada pemeriksaan leher
dibanding sebelah kiri disertai pandangan tidak teraba pembesaran limfonodi leher.
mata kanan kabur. Pada pemeriksaan wajah tampak adanya
Keluhan telinga dan tenggorok massa di regio maksila dekstra berkuran 5 x
disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat 4 x 3 cm keras, terfiksir, tidak nyeri, dengan
keluhan asma atau alergi. okuli dekstra tampak lebih menonjol.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan Pasien dilakukan pemeriksaan CTScan


keadaan umum pasien tampak baik, SPN, didapatkan hasil massa solid
kesadaran compos mentis, tekanan darah sinonasal dekstra yang melibatkan lebih
dari satu sinus paranasal. Kemudian pada

3
00
pasien dilakukan pemeriksaan biopsi dan keenam kehidupan, perempuan lebih
dengan hasil Adenoid cystic carcinoma . banyak terjangkit daripada laki-laki (1,3:1).

Pasien didiagnosis dengan Karsinoma Pada pasien ini ACC terjadi pada laki-laki

Sinonasal Dekstra (PA: Adenoid kistik usia 44 tahun.8

Karsinoma) T4bNoMo stadium 4B, dan Etiologi dari karsinoma adenoid

direncanakan Ekstirpasi Massa + kistik (ACC) masih belum diketahui secara


Maksilektomi parsial + Obturator pasti. Oleh karena jarangnya insidensi
Placement tumor ini, hanya sedikit data yang
menyajikan faktor risiko ras, geografis,
Pasien dirawat selama 8 hari setelah
paparan serta faktor risiko lainnya yang
operasi, dan diberi terapi rawat jalan
spesifik terkait perkembangan penyakit ini.
Cefixime 2x 200 mg, Asam traneksamat 3 x
Tidak ada bukti dan identifikasi kuat terkait
500 mg dan Natrium Diklofenak 2 x 50 mg.
faktor risiko genetik dan lingkungan yang
Permasalahan yang akan dibahas pada
berhubungan dengan ACC. Kerusakan
kasus ini adalah tatalaksana.
genome DNA yang terjadi pada penyakit
ACC sama halnya seperti pada studi
DISKUSI penyakit kanker lainnya. Beberapa
Karsinoma adenoid kistik (ACC) penelitian membuktikan bahwa
paling sering terjadi di kelenjar saliva abnormalitas kromosom dan delesi genetik
minor dan kelenjar sumandibularis dan terjadi pada pasien ACC. Beberapa bukti
yang lebih jarang, di kelenjar parotis dan mengarah pada hubungan antara mutasi
sublingualis. Sekitar 10-15% dari tumor kromosom 6 dan 12 dan delesi materi
glandula saliva merupakan karsinoma genetik kromosom 19. Beberapa penelitian
7
adenoid kistik. juga membuktikan bahwa gen supresi
Lokasi lain yang lebih jarang tumor p53 mengalami inaktivasi akibat
ditemukan yaitu pada traktus perkembangan dan keagresifan dari
aerodigestivus, kelenjar lakrimalis, dan neoplasma ini.4,8,9
kelenjar adneksa kulit. Sebagian besar Faktor risiko yang diduga berkaitan
kasus ACC terjadi pada decade keempat dengan penyakit tumor kelenjar saliva,

4
00
pada umumnya, meliputi kebiasaan 2 hingga 5 tahun. Pasien ini datang dengan
merokok, predisposisi genetik, infeksi keluhan hidung kanan tersumbat dirasakan
virus, paparan di pabrik karet, pekerjaan sejak 4 bulan yang lalu disertai dengan
sebagai tukang pipa ledeng, beberapa keluhan keluar ingus campur lendir darah,
pekerjaan yang berhubungan dengan kayu, gangguan penciuman, dan mimisan.
paparan asbes, dan paparan komponen Terdapat benjolan yang mengisi rongga

nikel. Pada pasien ini, faktor risiko yang hidung kanan, disertai nyeri di daerah pipi

memungkinkan adalah kebiasaan kanan disertai benjolan pada pipi kanan

merokok.10 yang semakin lama semakin membesar.


Mata tampak menonjol, pandangan mata
Karsinoma adenoid kistik (ACC)
kanan kabur.8
dikenal dengan temuan klinis yang lama
dan kecenderungan lamanya onset Pertumbuhan tumor yang lambat
metastasis jauh. Selain itu, referensi lain tetapi progresif merupakan ciri khas dari
menyebutkan ACC memiliki karakteristik adenoid kistik karsinoma nasofaring.
kecenderungan penyebaran perineural yang Pertumbuhan tumor yang lambat dan
tinggi, invasi limfatik yang jarang, indolen ini biasanya bersifat asimtomatik.
rekurensi lokal multipel dan metastasis jauh Pada kebanyakan kasus, pertumbuhan
yang berlangsung lama.1,5 tumor tidak disadari sampai akhirnya
Gejala karsinoma adenoid kistik menginvasi saraf dan struktur lokal.
sinonasal yang paling sering ditemukan Sehingga, saat ditemukan penyakit ini
yaitu, epistaksis, gejala obstruksi hidung muncul sebagai penyakit yang invasive.1,2,7
yang progresif, gangguan fungsi tuba Tumor ini biasanya berkonsistensi
Eustachius, dan gejala yang berkaitan keras, batas tak tegas, dengan massa tak
dengan invasi ke basis kranium yaitu berkapsul. Ukuran tumor biasanya berkisar
diplopia, nyeri pada wajah, gangguan antara 1 sampai 8 cm dalam dimensi
pergerakan mata, serta yang jarang terjadi, maksimal. Ukuran tumor lebih dari 3 cm
Sindrom Horner. Interval antara onset telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
penyakit dan onset gejala awal yang metastasis. Penampang permukaan
muncul diestimasikan terjadi dalam waktu berwarna putih keabuan dengan

5
00
penampilan yang solid. Perdarahan dan hematopatologi mendapatkan jaringan
nekrosis adalah karakteristik yang jarang yang cukup untuk menegakkan diagnosis,
ditemui dan perlu dicurigai sebagai dapat melalui biopsi eksisional maupun
transformasi dari bentuk high-grade incisional. Ahli hematopatologi akan
8
menjadi ACC tak berdiferensiasi. Pada memeriksa sampel jaringan di bawah
pasien ini, dari pemeriksaan rhinoskopi mikroskop, dan perubahan sel dinilai untuk
anterior : tampak massa kemerahan kesan identifikasi histologi tumor yang spesifik.4
mudah berdarah pada cavum nasi dextra,
disertai desakan massa yang menyebabkan Karsinoma adenoid kistik merupakan

adanya septum deviasi, serta pada tumor dengan gambaran mikroskopik yang

pemeriksaan wajah tampak adanya massa di heterogen, dan terbagi menjadi 3 subtipe
regio maksila dekstra berkuran 5 x 4 x 3 cm tumor berbeda berdasarkan pola
keras, terfiksir, tidak nyeri, dengan okuli pertumbuhannya. Ada tiga subtype adenoid
dekstra tampak lebih menonjol. kistik karsinoma yang dideskripsikan oleh
yang mencerminkan berbagai derajat
Nasoendoskopi dan biopsi serta
perkembangan diferensiasi sel dan
mengirim jaringan ke patologi anatomi
agresivitasnya, yaitu tipe cribiformis
dilakukan untuk menunjang penegakan
(50%), tipe tubular (30%), dan tipe solid
diagnosis. Penegakan diagnosis pasti dari
(10%).6
suatu tumor adalah dengan biopsi. Hal ini
Subtipe cribiformis merupakan yang
sesuai teori di mana pemeriksaan
paling sering terjadi. Tersusun atas
penunjang nasoendoskopi akan
sekumpulan sel basaloid mengelilingi
memberikan informasi tentang keterlibatan
rongga cystlike (pseudokista) dengan
mukosa dan perluasan tumor serta
ukuran yang bervariasi, membentuk
membantu saat biopsi. Pada umumnya,
gambaran “Swiss cheese”. Pseudokista
biopsi jarum halus(fine needle aspiration)
tersebut mengandung glikosaminoklikan
saja tidak cukup untuk menentukan
basofilik dan/atau eosinofilik, dan lamina
diagnosis yang pasti. Biasanya diperlukan
basalis yang terkadang acid-Schiff-
bagian dari tumor primer yang diambil
positive.11
secara operatif sehingga ahli

6
00
Subtipe tubular, merupakan subtipe Penentuan diagnostik the American
tersering kedua dan paling berdiferensiasi, Joint Committee on Cancer lebih mampu
menunjukkan pola sitologi yang serupa memprediksikan prognosis dan metastasis
dengan sel tumor tersusun menggerombol jauh. Pemeriksaan radiologi diperlukan
dikelilingi oleh sejumlah sel eosinofilik, untuk membantu evaluasi lokasi dan
dan stroma hialine. Terkadang, komponen perluasan tumor ke arah dalam dan dasar
stroma meningkat, menekan bentuk sel tengkorak serta metastasis regional. Pasien
tumor menjadi lebih tipis, membentuk dilakukan pemeriksaan CTScan SPN,
“trabekula”. Subtipe solid lebih sedikit didapatkan hasil massa solid sinonasal
berdiferensiasi sehingga merupakan dekstra yang melibatkan lebih dari satu
subtipe paling ganas dan agresif. Subtipe ini sinus paranasal.12
mengandung sel basal yang saling Penentuan stadium karsinoma yang
beragregasi tanpa adanya bentuk kista atau berada ditetapkan berdasarkan the
tubular. Sel tumor tampak lebih besar dan American Joint Committee on Cancer
pleomorfisme nuclear lebih tegas.11 menggunakan sistem TNM (tumor, nodus,
Pada pemeriksaan biopsi pada pasien metastase). Pada pasien ini memiliki
ini, sediaan menunjukkan fragmen‐fragmen stadium T4BN0M0, karena tumor telah

jaringan yang sebagian dilapisi epitel meluas ke intrakranial dan/atau melibatkan

pseudostratified kolumnar bersilia dengan nervus kraniales, fossa infratemporal,

tumor yang tersusun kribiform, dengan hipofaring, orbitae, atau spatium


mastikator, tanpa adanya pembesaran
ruangan ruangan beris xi matriks basofilik,
kelenjar limfe regional maupun metastasis
infiltrat ke jaringan ikat sekitarnya dan
jauh.12
pembuluh limfe. Sel‐sel polimorfi ringan,
ukuran kecil sampai sedang, sitoplasma Tatalaksana utama untuk karsinoma
sedikit. Inti bulat, oval, spindle, angular, adenoid kistik adalah reseksi bedah radikal
irregular, hiperkromatis. Mitosis dapat yang diikuti dengan radioterapi. Apabila
dijumpai. Stroma dengan fibrosis, dilatasi tidak ditemukan keterlibatan limfonodi
pembuluh darah disebuk cukup limfosit. leher, sebagian besar pengamat
merekomendasikan eksisi lokal saja tanpa

7
00
diseksi leher terhadap pasien, dan radiasi 5 tahun pada pasien yang ditatalaksana
profilaksis pada bagian leher dianggap bedah diikuti terapi radiasi mencapai 78%,
tidak perlu. Pada kasus karsinoma adenoid dibandingkan pasien yang hanya mendapat
kistik sinonasal, seringnya infiltrasi pada terapi bedah saja 44%; sedangkan untuk
perineural dan perivaskular, membuat angka kontrol lokal 10 tahun, secara
tatalaksana bedah ini cukup berisiko. Aspek berturut-turut, adalah 83% dan 25%.13
lain yang perlu dipertimbangkan bahwa Balamucki et al (2012) meneliti 44
tatalaksana terhadap neoplasma dengan pasien ACC yang hanya mendapat terapi
perluasan kearah basis kranium memiliki radiasi definitif saja, 36% di antaranya
angka morbiditas tinggi, karena seringnya terbebas dari relaps lokal dalam waktu 10
sekuel dan komplikasi akibat lesi serabut tahun. Teknik radiasi modern yang cukup
saraf dan vaskuler. Sehingga, pada efektif melawan ACC, antara lain intensity-
kebanyakan pasien, peran pembedahan modulated radiation therapy, proton beam,
hanya sebatas untuk memperoleh biopsi.6 dan neutron beam therapies. Angka respon
Menurut suatu penelitian dengan tumor terhadap regimen kemoterapi
modalitas terapi dengan radiasi saja, tunggal dan multipel berkisar antara 0%-
terdapat 93% kasus tersebut mengalami 29%, dengan laporan 7 dari 10 pasien
rekurensi penyakit dalam waktu 5 tahun. merespon terhadap cisplatin.4,13
Data terbaru mengindikasikan angka Cisplatin merupakan agen terapi
kontrol lokal yang menjanjikan, mencapai tunggal yang paling aktif. Penggunaan agen
93% pada tahun kelima, dengan kemoterapi yang diberikan secara
menggunakan conformal proton beam kombinasi dengan radioterapi, remisi dan
radiotherapy dosis tinggi.13 keberhasilan telah dilaporkan dalam
Hasil terbaik dapat dicapai dengan beberapa kasus.14
kombinasi bedah radikal dan terapi radiasi. Pada pasien ini direncanakan
Pemberian radioterapi pasca operasi juga Ekstirpasi Massa + Maksilektomi parsial +
dianggap sebagai salah satu strategi untuk Obturator Placement. Pasien dirawat
mengurangi relaps lokal. Dalam sebuah selama 8 hari setelah operasi, dan diberi
penelitian retrospektif, angka control lokal terapi rawat jalan Cefixime 2x 200 mg,

8
00
Asam traneksamat 3 x 500 mg dan Natrium Adenoid Cystic Carsinoma T4BN0M0
Diklofenak 2 x 50 mg. stadium 4b, dilakukan Ekstirpasi Massa +
Maksilektomi parsial + Obturator
Prognosis karsinoma adenoid kistik
Placement. Pasien dirawat selama 8 hari
tergantung pada subtipe histologi, lokasi
setelah operasi, dan diberi terapi rawat jalan
anatomis tumor, dan metastase. Perlu
Cefixime 2x 200 mg, Asam traneksamat 3 x
diketahui bahwa tumor dengan dominasi
500 mg dan Natrium Diklofenak 2 x 50 mg
pola tubular memiliki prognosis paling
baik, sedangkan dominasi pola solid
memiliki prognosis yang buruk. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
berkaitan dengan insidensi metastasis jauh 1. Bradley PJ. 2004. Adenoid cystic
dan infiltrasi perineural sehingga angka carcinoma of the head and neck: a
review. CurrOpin Otolaryngol Head
survival 15 tahun hanya berkisar 5%.15 Neck Surg.12(2):127–132
Interval bebas penyakit ini dalam 2. Jaso J, Malhotra R. 2011. Adenoid cystic
carcinoma.Arch Pathol Lab Med. 135:
sebuah penelitian berkisar antara 8 hingga
511-515
150 bulan. Karsinoma adenoid kistik 3. Khademi B, Bahranifard H, Kabiri SH,
nasofaring bersifat agresif secara lokal, et al. 2011. Nasopharyngeal adenoid
cystic carcinoma: report of five cases
sehingga cenderung mengalami rekurensi. and treatment outcome. Middle East J
Rekurensi lokal dan jauh dapat terjadi Cancer. 2(2): 81-85
4. Dillon PM, Chakraborty S, Moskaluk
bersamaan. Meskipun telah menjalani
CA, Joshi PJ, Thomas CY. 2015.
terapi lokal yang agresif, sebagian besar Adenoid cystic carcinoma: a review of
recent advances, molecular targets, and
pasien (60%) akan mengalami rekurensi.
clinical trials. Head Neck.
Sekitar 50% rekurensi terbukti secara klinis 5. Lloyd S, Yu JB, Wilson LD, Decker
RH.2011. Determinants and patterns of
akan terjadi dalam waktu 2 tahun setelah
survival in adenoid cystic carcinoma of
pembedahan dan radioterapi.15 the head and neck, including an analysis
of adjuvant radiation therapy. Am J Clin
Oncol.34(1):76-81.
KESIMPULAN 6. Kannan RA, Nambiar V, Koushik K,
Alva RC, Muniyappa U. 2015.
Seorang Pasien usia 44 Tahun dengan
Nasopharyngeal adenoid cystic
diagnosis Karsinoma Sinonasal (PA:

9
00
carcinoma - case report and review of 15. Oplatek A, Ozer E, Agrawal A,
literature.JCROT. 1(1): 1-4. Bapna S, Schuller DE. 2010. Patterns
7. Johnson JT, Rosen CA. 2014. Bailey’s ofrecurrence and survival of head and
Head and Neck Surgery— neck adenoid cystic carcinoma
Otolaryngology, 5th Edition. afterdefinitive resection.
Philadelphia: Wolters Kluwer Laryngoscope.120(1):65–70
Health/Lippincott Williams&Wilkins.
8. Pushpanjali M, Sujata DN,
Subramanyam SB, Jyothsna M. 2014.
Adenoid cystic carcinoma: An unusual
presentation. J Oral Maxillofac Pathol.
18(2): 286-290.
9. DeLong L, Burkhart NW. 2013. General
and Oral Pathology for the Dental
Hygienist 2nd edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
10. Rousseau A, Badoual C. 2011.
Head and neck: Salivary gland tumors:
an overview. Atlas Genet Cytogenet
Oncol Haematol.15(6):533-541.
11. Ellis GL, Auclair PL. 2008. Tumors
of the Salivary Glands. In: Atlas of
Tumor Pathology; 4th series, fascicle 9.
Washington DC: American Registry of
Pathology:225–259.
12. Deschler DG, Day T. 2008. Pocket
Guide to TNM Staging of Head and Neck
Cancer and Neck Dissection
Classification. Alexandria: American
Academy of Otolaryngology–Head and
Neck Surgery Foundation, Inc
13. Balamucki CJ, Amdur RJ, Werning
JW, et al. 2012. Adenoid cystic
carcinoma of the head and neck.Am J
Otolaryngol.33:510–518.
14. Lagha A, Chraiet N, Ayadi M, et al.
2012. Systemic therapy in the
management of metastatic or advanced
salivary gland cancers.Head & Neck
Oncol. 4(19): 1-12

10
00

Anda mungkin juga menyukai