Adenoid
Disusun oleh:
Nurilma 09700063
Ni Made Oktavia Premani 09700167
Erlinda Krida R 09700252
Pembimbing
dr. Hendro Dwi Purwanto Sp. THT-KL
Adenoid
Obstruksi
Akibat
hipertrofi
adenoid
juga
dapat
menimbulkan retardasi mental, pertumbuhan
fisik berkurang, gangguan tidur dan tidur
ngorok.
Hipertrofi
adenoid
juga
dapat
menyebabkan beberapa perubahan dalam
struktur gigi dan maloklusi
Etiologi
Etiologi pembesaran adenoid dapat diringkas
Patofisiologi
Balita
Gejala klinis
Obstruksi Nasi
Sleep apnea
Facies adenoid
Efek pembesaran adenoid pada telinga
Diagnosis
Anamnesa
Pasien dengan hipertrofi adenoid biasanya
datang dengan keluhan rhinore, kualitas suara
yang berkurang (hiponasal), dan obstruksi nasal
berupa pernapasan lewat mulut yang kronis
(chronic mouth breathing), mendengkur, bisa
terjadi gangguan tidur (obstructive sleep
apnea), tuli konduktif (merupakan penyakit
sekunder otitis media rekuren atau efusi telinga
tengah yang persisten) dan facies adenoid.
Sebuah
penelitian
mengklasifikasikan
hipertrofi adenoid menurut gejalanya antara
lain sebagai berikut:
Mendengkur (grade 0 = tidak ada, grade 1 = 1
Pemeriksaan fisik
Langsung:
Dengan melihat trans oral langsung ke dalam
nasofaring setelah palatum molle di retraksi.
Dengan rhinoskopi anterior melihat gerakan keatas
palatum molle waktu mengucapkan "iiii" yang
terhambat oleh pembesaran adenoid, hal ini disebut
fenomena palatum molle yang negative.
Tidak langsung:
Dengan cermin dan lampu kepala melihat nasofaring
dari arah orofaring dinamakan rhinoskopi posterior.
Dengan nasofaringioskop, suatu alat seperti
scytoskop yang mempunyai sistem lensa dan prisma
dan lampu diujungnya, dimasukkan lewat cavum
nasi, seluruh nasofaring dapat dilihat.
Pemeriksaan penunjang
Foto polos. (Ukuran adenoid biasanya dideteksi
dengan menggunakan foto polos true lateral.
Hal ini memiliki kekurangan karena hanya
menggambarkan ukuran nasofaring dan massa
adenoid dua dimensi).
Ketebalan adenoid
Ketebalan
adenoid,
seperti
yang
dideskripsikan oleh Johannesson, didefinisikan
sebagai jarak yang diukur (mm) tegak lurus
dari tuberkel faring di basis cranii ke puncak
adenoid. Skema ditunjukan pada gambar
dibawah ini :
: Normal
: Pembesaran
yang diukur
dengan lateral neck soft tissue radiographs
(LNXR), yang dinilai sebagai rasio tebal
adenoid yang didefinisikan oleh Johanneson
dengan jarak dari tuberkel faring di basis
cranii ke permukaan superior dari palatum
molle. Skema ini ditunjukkan oleh gambar 7D.
Faring superior
Faring
Penegakka Diagnosis
1.
Anamnesa
Pasien
2. Pemeriksaan
biasanya sulit).
4. Pemeriksaan
nasoendoskopi
dapat
membantu untuk melihat ukuran adenoid
secara langsung.
5. Pemeriksaan radiologi dengan membuat foto
polos lateral kepala agar dapat melihat
pembesaran adenoid.
pembesaran
Rasio adenoid nasofaring 0,52 0,72 :
pembesaran sedang non obstruksi
Rasio adenoid nasofaring > 0,72 :
pembesaran dengan obstruksi
Tata laksana
Terapinya terdiri atas adenoidektomi untuk
adenoid
hipertrofi
yang
menyebabkan
obstruksi hidung, obstruksi tuba Eustachius,
atau yang menimbulkan penyulit lain. Operasi
dilakukan dengan alat khusus (adenotom).
Indikasi adenoidektomi :
Sumbatan
:
sumbatan
hidung
yang
menyebabkan bernapas melalui mulut, sleep
apnea,
gangguan
menelan,
gangguan
berbicara, kelainan bentuk wajah muka dan gigi
(adenoid face).
Infeksi : adenoiditis berulang/kronik, otitis
media efusi berulang/kronik, otitis media akut
berulang.
Kecurigaan neoplasma jinak/ganas
Komplikasi
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah
Prognosis
Adenotonsilektomi merupakan suatu tindakan
Terimakasih...