Anda di halaman 1dari 12

1 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Rhinosinusitis Kronik dengan Polip Nasi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019

Oleh :

Ririn Syafitri Nasution 1840312417

Ririn Lausarina 1840312420

Preseptor :

dr. Bestari Jaka Budiman, Sp.THT-KL(K), FICS

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK

BEDAH KEPALA DAN LEHER

RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019

Case Report Session


2 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

RINOSINUSITIS KRONIK DENGAN POLIP NASI


Lausarina R, Nasution RS

PENDAHULUAN otot kecil yang berfungsi melebarkan atau


Inflamasi pada mukosa sinus paranasal menyempitkan lubang hidung. kerangka tulang hidung
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
dikenal sebagai sinusitis. Pada banyak kasus, proses terdiri dari os. nasal, prosesus frontalis os. maksila,
ini juga disertai dengan inflamasi mukosa hidung prosesus nasalis os. frontalis. Sedangkan, kerangka
sehingga sering disebut sebagai rinosinusitis. tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang
Rinosinusitis merupakan penyakit terbanyak rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu
pada sinus paranasal yang menyerang 14% atau sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang
sekitar 31 juta orang dewasa setiap tahunnya. Bahkan kartilago nasalis lateralis inferior, dan tepi anterior
rinosinusitis kronis merupakan salah satu kondisi kartilago septum.1
kronis terbanyak yang prevalensinya lebih tinggi Tiap kavum nasi memiliki empat buah dinding,
disbanding asma, penyakit jantung, diabetes, atau yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior.
nyeri kepala. Penyebab utamanya ialah selesma Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk oleh
(common cold) yang merupakan infeksi virus, yang tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.Bila perikondrium pada bagian tulang rawan dan
mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis. Bila periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya
mengenai semua sinus paranasalis disebut dilapisi oleh mukosa hidung. Pada dinding lateral
pansinusitis.1,2 terdapat 4 buah konka, yang terbesar dan letaknya
Pada tahun 2007 di Amerika Serikat, paling bawah adalah konka inferior, kemudian yang
dilaporkan bahwa angka kejadian Rinosinusitis lebih kecil adalah konka media, superior, dan yang
mencapai 26 juta individu. Di Indonesia sendiri, terkecil dan biasanya rudimenter adalah konka
data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan suprema. Di antara konka-konka dan dinding lateral
bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada hidung, terdapat meatus inferior, meatus media, dan
urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama meatus superior.1
atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di Ada empat pasang sinus paranasal yaitu
rumah sakit.2Sinusitis pada anak lebih banyak sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus
ditemukan karena anak-anak mengalami infeksi sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan
saluran nafas atas 6 – 8 kali per tahun dan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga
diperkirakan 5%– 10% infeksi saluran nafas atas terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus
akan menimbulkan sinusitis.3 mempunyai muara ke rongga hidung.1
Faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis
yang paling lazim adalah polip nasal yang timbul
pada rinitis alergika, polip dapat memenuhi rongga
hidung dan menyumbat sinus. Gejala utama yang
paling sering dirasakan adalah sumbatan di hidung
yang menetap dan semakin lama semakin berat
keluhannya, hal ini dapat mengakibatkan hiposmia
sampai anosmia.1
Polip nasi merupakan massa edematous
yang lunak berwarna putih atau keabu-abuan yang
terdapat di dalam rongga hidung dan berasal dari
pembengkakan mukosa hidung atau sinus. Etiologi
dan patogenesis dari polip nasi belum diketahui
secara pasti. Patogenesis dan etiologi yang masih
belum ada kesesuaian, maka sangatlah penting untuk Gambar 1. Anatomi hidung
dapat mengenali gejala dan tanda polip nasi untuk
mendapatkan diagnosis dan pengelolaan yang tepat.1, Beberapa teori yang dikemukakan sebagai
fungsi sinus paranasal antara lain adalah : 4
TINJAUAN PUSTAKA 1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
A. Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan
Hidung terdiri dari hidung bagian luar yang untuk memanaskan dan mengatur kelembaban
berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam
ke bawah, yaitu pangkal hidung, dorsum nasi, puncak ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus
hidung, ala nasi, kolumela, dan nares anterior. Hidung pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan
luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam
yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa sinus. Lagipula mukosa sinus tidak mempunyai
3 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di
hidung. rumah sakit.2Sinusitis pada anak lebih banyak
2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators) ditemukan karena anak-anak mengalami infeksi
Sinus paranasal berfungsi sebagai buffer saluran nafas atas 6 – 8 kali per tahun dan
(penahan) panas, melindungi orbita dan fosa diperkirakan 5%– 10% infeksi saluran nafas atas
serebri dari suhu rongga hidung yang berubah- akan menimbulkan sinusitis.3
ubah. 3. Etiologi
3. Membantu keseimbangan kepala Beberapa
Fakultasfaktor etiologi
Kedokteran dan Andalas.
Universitas predisposisi
2019
Sinus membantu keseimbangan kepala antara lain ISPA akibat virus, bermacam rhinitis
karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita
bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi
hanya akan memberikan pertambahan berat septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks
sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan
dianggap tidak bermakna. imunologik, diskinesia silia seperti pada sindrom
4. Membantu resonansi suara kartagener, dan di luar negri adalah penyakit fibrosis
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga kistik.4
untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas Faktor predisposisi yang paling lazim
suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi adalah polip nasal yang timbul pada rinitis alergika;
sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus polip dapat memenuhi rongga hidung dan menyumbat
berfungsi sebagai resonator yang efektif. sinus. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan kebiasaan merokok. Keadaaan ini lama-lama
tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.1
waktu bersin atau membuang ingus.
6. Membantu produksi mukus. 4. Patofisiologi
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal Patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3
memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan faktor yaitu obstruksi drainase sinus (sinus ostium),
mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk kerusakan pada silia, serta kuantitas dan kualitas
membersihkan partikel yang turut masuk dengan mukosa. Sebagian besar episode sinusitis disebabkan
udara inspirasi karena mukus ini keluar dari oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar
meatus medius, tempat yang paling strategis. menginfeksi saluran pernapasan atas seperti
Rhinovirus, Influenza A dan B, Parainfluenza,
B. Rinosinusitis Respiratory syncytial virus, Adenovirus dan
1. Definisi Enterovirus. Infeksi virus akan menyebabkan
Sinus paranasal adalah rongga–rongga di terjadinya edema pada dinding hidung dan
dalam tulang kepala yang terletak disekita rrongga sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan
hidung dan mempunyai hubungan dengan melalui atau obstruksi pada ostium sinus, dan berpengaruh
muaranya. Inflamasi pada mukosanya dikenal sebagai pada mekanisme drainase dalam sinus.1
sinusitis. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis Selain itu inflamasi, polip, tumor, trauma, juga
sehingga sering disebut rinosinusitis. Peradangan menyebabkan menurunya patensi ostium sinus. Virus
yang melibatkan beberapa sinus disebut multisinusitis, yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim
sedangkan bila mengenai seluruh sinus disebut dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus
pansinusitis.4 dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia.
Secara klinis rinosinusitis didefinisikan Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan
sebagai inflamasi hidung dan sinus paranasal yang sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental,
ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah yang merupakan media yang sangat baik untuk
satunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ berkembangnya bakteri pathogen.6
kongesti atau pilek, nyeri wajah/ rasa tertekan di Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang
wajah, penurunan/ hilangnya penghidu, dan salah satu abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya
dari temuan nasoendoskopi, yaitu polip dan/ atau reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi
sekret mukopurulen dari meatus media, atau edema/ oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan
obstruksi mukosa di meatus media, dan/ atau hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan
gambaran komputer tomografi berupa perubahan media yang menguntungkan untuk berkembangnya
mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau sinus.5 bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan
2. Epidemiologi mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit.
Pada tahun 2007 di Amerika Serikat, Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan
dilaporkan bahwa angka kejadian Rinosinusitis mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga
mencapai 26 juta individu. Di Indonesia sendiri, drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa
data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bakteri patogen.6
bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada 5. Manifestasi Klinis
urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama  Gejala lokal
4 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Gejala lokal yang sering ditemukan Kelainan akan terlihat berupa perselubungan, batas
adalah hidung tersumbat, hidung berair, nyeri / udara dan cairan ( air fluid level ) atau penebalan
rasa penuh pada wajah, nyeri kepala, gangguan mukosa.4
penciuman hingga anosmia. Selain itu juga akan CT Scan sinus merupakan gold standar
ditemukan pilek yang sering kambuh, ingus diagnosis sinusitis karena mampu menilai anatomi
kental dan kadang-kadang berbau, serta sering hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan
terdapat ingus di tenggorok (Posterior Nasal sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun
Drip). 4 , 5 karena pemeriksaannya mahal,
Fakultas Kedokteran CT Andalas.
Universitas ssan hanya
2019
 Gejala regional dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusitis
Gejala regional meliputi nyeri tenggorok, kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau
disfonia, batuk, halitosis, bronkospasm, rasa pra operasi saat melakukan operasi sinus. 4
penuh / nyeri pada telinga dan nyeri gigi. 4 ,5 Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi
 Gejala sistemik dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus
Gejala sistemik berupa kelelahan, media atau superior, untuk mendapatkan antibiotik
demam, bahkan anoreksia4 ,5 yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil sekret
yang keluar dari pungsi sinus maksila.4
6. Prinsip Diagnostik
a. Anamnesis 7. Alur Diagnostik dan Sistem Rujukan
Diagnosis rinosinusitis ditegakkan  Rinosinusitis Kronis
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis,
American Academy of Otolaryngology (AAO)
memberikan suatu kriteria diagnosis untuk rinosinusitis
yaitu dengan menegakkan kriteria mayor dan minor.
a. Kriteria mayor meliputi nyeri wajah, rasa
penuh pada wajah, hidung tersumbat, hidung
berair, sekret purulen, hiposmia atau anosmia
dan demam (pada kondisi akut).
b. Kriteria minor meliputi nyeri kepala, demam,
halitosis, kelelahan, nyeri gigi, batuk, nyeri
atau rasa penuh pada telinga.

Diagnosis ditegakkan bila terdapat dua 8. Penatalaksanaan


kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria a. Medikamentosa
minor selama sekurang-kurangnya 12 minggu. Penatalaksanaan rinosinusitis kronis adalah
Kecurigaan sinusitis didapatkan bila ditemukan satu terapi medikamentosa yang maksimal dan tindakan
kriteria mayor atau dua kriteria minor. pembedahan. Terapi medikamentosa bertujuan untuk
Sedangkan berdasarkan The European mengurangi inflamasi mukosa, meningkatkan drainase
Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps sinus dan mengeradikasi bakteri dan/atau jamur.
(EPOS) 2007 mendefinisikan rinosinusitis dengan atau Terapi ini meliputi antibiotik spektrum luas atau
tanpa polip dari munculnya dua atau lebih gejala, berdasarkan kultur dari meatus media, steroid oral
salah satunya harus berupa :5 (dimulai dari dosis 60 mg/hari dan tappering off
 Hidung tersumbat / obstruksi / kongesti atau selama 3 minggu), irigasi salin hipertonik, steroid
pilek (sekret hidung anterior/ posterior) semprot nasal, antihistamin oral atau semprot nasal
 Nyeri tekan pada wajah (bila terdapat kecurigaan alergi), mukolitik dan
 Penurunan / hilangnya fungsi penciuman desensitisasi aspirin (bila terdapat intoleransi aspirin).
yang dirasakan lebih dari 12 minggu. Untuk rinosinusitis kronis dapat diberikan terapi
Selain itu, pada pemeriksaan THT termasuk antibiotik berupa amoksisilin klavulanat, golongan
nasoendoskopi ditemukan salah satu dari : quinolon (seperti levofloksasin), atau terapi kombinasi
- Polip, dan atau seperti kiln damisin dan trimethoprim
- Sekret mukopurulen dari meatus sulfametoksazol. Namun untuk rinosinusitis kronis
medius, dan/ atau yang persisten meskipun telah dilakukan operasi sinus
- Edema/ obstruksi mukosa di meatus sebelumnya dapat diberikan terapi irigasi antibiotik
medius. topikal, antibiotik nebulisasi dan intravena. Selain itu,
Sebagai tambahan, pada pemeriksaan dapat diberikan steroid topikal dan sistemik serta
radiologi ditemukan gambaran perubahan mukosa di antihistamin sistemik.7
kompleks ostiomeatal dan/ atau sinus b. Pembedahan
Pemeriksaan penunjang yang penting adalah Bedah sinus endoscopic fungsional
foto polos atau CT scan. Foto polos posisi Waters, PA (BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk
dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinusitis kronik yang memerlukan operasi yang
sinus – sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. berfokus pada menghilangkan penyakit mukosal.
5 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tulang dihilangkan dari sinus ethmoid dan sinus ostia melalui vascular. Manifestasi awal berupa udem dan
yang terlibat. Tindakan ini telah menggantikan hampir eritem pada medial kelopak mata. Jika perluasan
semua jenis bedah sinus terdahulu karena infeksi dari sinus maxilla dan sinus frontal maka
memberikan hasil yang lebih memuaskan dan udem/pembengkakan terjadi pada bawah atau atas
tindakan lebih ringan dan tidak radikal.1,6 kelopak mata.5
Indikasi dari BSEF adalah sinusitis kronik 10.1 Periorbital cellulitis
yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis Sellulitis periorbital (inflamasi pada kelopak
kronik disertai kista atau kelainan yang irreversibel, mata dan konjungtiva) mengenai
Fakultas Kedokteran jaringan
Universitas anterior
Andalas. 2019
polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sampai septum orbital dan terlihat pada CT Scan
sinusitis jamur.6 sebagai “softtissue swelling”. Biasanya terjadi pada
Prosedur Caldwel – Luc juga dikenal sebagai komplikasi rhinosinusitis pada anak dan manifestasi
operasi antrum yang radikal dimana prosedur ini berupa nyeri orbital, blepharal udem, dan demam
dilakukan untuk perawatan dari sinusitis maksilaris tinggi. Sellulitis periorbital biasanya berespon terhadap
yang kronis yaitu suatu kondisi dimana terdapat antibiotik oral sesuai organisme sinus, tetapi kalau
obstruksi dan inflamasi dari sinus maksilaris. Prosedur tidak diterapi adekuat, dapat meluasmengenai septum
Caldwell – Luc (sinusitomi) digunakan untuk membuat orbital.5
jalan masuk peroral ke sinus maksilaris melalui fossa 10.2 Orbital cellulitis
canina.6 Karena perluasan inflamasi ke septum orbital,
terjadi proptosis bersamaan dengan terbatasnya
gerakan okular, ini merupakan indikasi sellulitis orbital.
Tanda selanjutnya adalah udem konjungtiva
(chemosis), “protruding eyeball” (mata menonjol), nyeri
ocular dan akhirnya melunak dan terjadi penurunan
gerakan otot ekstraokular. Komplikasi ini
membutuhkan terapi adekuat dengan antibiotik
intravena.5,8
Kebanyakan anak dengan rhinosinusitis dan
proptosis, ophthalmoplegia, atau penurunan
ketajaman penglihatan mesti di CT Scan sinus dengan
detail orbital untuk membedakan antara abses orbital
dan periorbital (subperiosteal). Kedua kondisi tersebut
menyebabkan proptosis dan terbatasnya pergerakan
okular. Orbital selulitis adalah keadaan darurat yang
mengancam nyawa yang membutuhkan dekompresi
Gambar 2 . Gambaran hasil prosedur Caldwell – Luc. bedah segera. Apabila berdasarkan CT Scan
didapatkan abses atau terjadi progresifitas gejala
9. Prognosis orbital setelah pemberian inisial antibiotik IV
Angka kesembuhan rinosinusitis kronis telah merupakan indikasi untuk mengeksplorasi orbital dan
dilaporkan sebesar 75-95% dengan tindakan BSEF drainase. Pengulangan pemeriksaan ketajaman
dan sekitar 5-15% kasus membutuhkan BSEF revisi. penglihatan (visual acuity) harus dilakukan dan terapi
Sementara itu, angka kesembuhan dengan tindakan antibiotic IV dikonversi menjadi oral apabila pasien
BSEF revisi dilaporkan berkisar antara 50-70%.7 tidak demam dalam 48 jam serta tanda ophthalmologic
10. Komplikasi membaik.5,
Komplikasi sinusitis yang melibatkan mata 10.3 Abses Subperiosteal atau orbital
sering terjadi, terutama pada etmoiditis, sedangkan Proses inflamasi menembus penghalang
infeksi sphenoid jarang. Perluasan infeksi secara antara tulang sinus paranasal dan orbita, memisahkan
langsung dan sering melalui lamina papirasea atau periosteum orbital dari lamina papyracea dan
melalui vena.5,8 meningkatkan tekanan di dalam orbita.7 Gambaran
Menurut Klasifikasi Chandler komplikasi klinis dari abses subperiosteal adalah udem, eritem,
orbital dapat berkembang melalui langkah berikut.4,5 chemosis dan proptosis kelopak mata dengan
 Selulitisperiorbital (preseptal edema), pembatasan motilitas ocular dan sebagai konsekuensi
 Selulitis orbital, dari paralisis otot ekstraokuler, terjadi ophthalmoplegia
 Absessubperiosteal, dan ketajaman penglihatan berkurang.5,8
 Abses orbital atauflegmon, dan 10.4 Trombosis sinus cavernosus
 cavernous sinus thrombosis Ketika pembuluh darah di sekitar sinus
Komplikasi orbita khususnya pada anak, paranasal terkena, penyebaran lebih lanjut dapat
sering muncul tanpa nyeri. Manifestasi orbita seperti menyebabkan thrombophebitis sinus kavernosa4,9 yang
bengkak, eksophtalmus, dan gangguan pergerakan menyebabkan sepsis dan keterlibatan saraf kranial.
(ekstraokuler) mata. Selulitis peri orbital atau orbital Komplikasi tersebut diperkirakan mencapai 9% dari
bisa terjadi langsung atau perluasan infeksi sinus komplikasi intrakranial dan merupakan komplikasi
6 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

yang jarang dan biasanya komplikasi dari sinusitis


etmoidalis atau sphenoidal. Gejala utama adalah
“bilateral lid drop” (ptosis), exophthalmos, neuralgia
syaraf oftalmik, sakit kepala retro-okular dengan nyeri
yang mendalam di belakang orbita, ophthalmoplegia
total, dan papilloedema, tanda-tanda iritasi meningeal
berhubungan dengan demam dan pengaruh
kelemahan.5,8 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
10.5 Komplikasi intrakranial (endokranial)
Termasuk abses epidural, subdural, abses
otak, meningitis (tersering), cerebritis, dan thrombosis
sinus cavernosa.4,9 Gejala klinis semua komplikasi ini
tidak spesifik, demam tinggi, migrain frontal atau retro-
orbital, tanda umum iritasi meningeal dan berbagai
derajat perubahan status mental. Sedangkan abses Gambar 3. Polip Nasi
intrakranial sering didahului dengan tanda-tanda Polip berasal dari mukosa sinus etmoid,
peningkatan tekanan intrakranial, iritasi / rangsangan biasanya multipel dan dapat bilateral. Polip yang
meningeal dan defisit neurologis fokal. Meskipun berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh
abses intrakranial relatifa simtomatik, afektif halus dan ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut
perubahan perilaku sering terjadi yang menunjukkan polip koanal.
perubahan neurologis perubahan fungsi kesadaran,
ketidak stabilan cara berjalan, dan sakit kepala berat 2. Etiologi
dan progresif.5 Polip berasal dari pembengkakan lapisan
Komplikasi Endokranial yang paling sering permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian
dikaitkan dengan ethmoidal atau frontal rinosinusitis. menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya
Infeksi dapat berlanjut dari yang rongga paranasal ke berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler
struktur endocranial dengan dua cara berbeda : dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak
patogen, mulai dari sinus frontal yang paling umum mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah.1
atau sinus ethmoid, dapat melewati diploic vena untuk Polip biasanya ditemukan pada orang
mencapai otak, cara lain, patogen dapat mencapai dewasa dan jarang pada anak-anak. Pada anak-anak,
struktur intrakranial dengan mengikis tulang sinus.5 polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.

10.6 Komplikasi Tulang 3. Faktor Resiko


Infeksi sinus juga dapat meluas ke tulang 1. Alergi terutama rinitis alergi.
menjadi osteomielitis dan akhirnya melibatkan otak 2. Sinusitis kronik.
dan sistem saraf. Meskipun penyebaran intrakranial 3. Iritasi.
yang paling sering adalah karena sinusitis frontal, 4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti
infeksi sinus lainnya juga dapat menyebabkan deviasi septum dan hipertrofi konka.
komplikasi tersebut.9,10 Komplikasi yang paling umum
adalah osteomielitis dari tulang maksila (biasanya 4. Patofisiologi
pada masa bayi) atau tulang frontal.4,5 Pembentukan polip sering diasosiasikan
dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom serta
C. Polip predisposisi genetik. Menurut teori Bernstein, terjadi
1. Definisi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau
Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh aliran udara yang berturbulensi, terutama di daerah
di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna sempit di kompleks osteomeatal. Terjadi prolaps
putih bening atau keabu-abuan, mengkilat, lunak submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan
karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan
Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang
kekuning-kuningan atau kemerah-merahan, suram berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.1
dan lebih kenyal (polip fibrosa). Teori lain mengatakan karena
ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan
regulasi vascular yang mengakibatkan dilepasnya
sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan
edema dan lama-kelamaan menjadi polip.1
Bila proses terus berlanjut, mukosa yang
sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian
akan turun ke rongga hidung dengan membentuk
tangkai.1
5. Manifestasi Klinis
7 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Gejala utama dari polip nasi adalah penebalan mukosa dan adanya batas udara-
sumbatan hidung yang menetap dengan derajat yang cairan di dalam sinus, tetapi kurang bermanfaat
bervariasi tergantung dengan lokasi dan ukuran polip. pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi
Umumnya, penderita juga mengeluh rinore cair dan computer (TK, CT Scan) sangat bermanfaat untuk
post nasal drip. Anosmia atau hiposmia dengan melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus
gangguan pengecapan juga merupakan gejala polip paranasal apakah ada proses radang, kelainan
nasi. Rinoskopi anterior dan posterior dapat anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks
1,13
menunjukkan massa polipoid yang berwarna keabuan osteomeatal.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
pucat yang dapt berjumlah satu atau multipel dan
paling sering muncul dari meatus media dan prolaps 7. Penatalaksanaan
ke kavum nasi.11 Tujuan utama penatalaksanaan kasus polip
Polip nasi hampir selalu ditemukan bilateral nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah
dan jika ditemukan unilateral diperlukan pemeriksaan komplikasi dan mencegah rekurensi polip. Pemberian
histopatologi untuk menyingkirkan kemungkinan kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut
keganasan. Polip nasi tidak sensitif terhadap sentuhan juga polipektomi medikamentosa. Dapat diberikan
dan jarang berdarah.12 topical atau sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan
Pembagian polip nasi menurut Mackay dan respons yang lebih baik terhadap pengobatan
Lund (1997), yaitu: kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe
• Stadium 0: Tidak ada polip, atau polip masih neutrofilik.1,14
beradadalam sinus Untuk polip edematosa, dapat diberikan
• Stadium 1 : Polip masih terbatas di meatus media pengobatan kortikosteroid:
• Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus media,  Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau
tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga deksametason selama 10 hari, kemudian dosis
hidung diturunkan perlahan-lahan (tappering off).
• Stadium 3: Polip yang masif  Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid
atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5-7 hari sekali, sampai
6. Prinsip Diagnostik polipnya hilang.
a. Anamnesis  Obat semprot hidung yang mengandung
Keluhan utama penderita polip nasi dalah kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi,
hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan
berat, rinore mulai yang jernih sampai purulen, pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik
hiposmia atau anosmia. Mungkin disertai bersin- obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
bersin, rasa nyeri pada hidung disertai rasa sakit Kasus polip yang tidak membaik dengan
kepala di daerah frontal. Bila disertai infeksi terapi medikamentosa atau polip yang sangat masih
sekunder mungkin didapati post nasal drip dan dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan
rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip
ialah bernafas melalui mulut, suara sengau, atau cunam dengan analgesi local, etmoidektomi
halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip
hidup. etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila.
Dapat menyebabkan gejala pada saluran Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop
napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, maka dapat dilakukan tindakan BSEF (Bedah Sinus
terutama pada penderita polip dengan asma. Endoskopi Fungsional) atau FESS.1,11,14
Selain itu, harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi, 8. Prognosis
asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat Polip hidung sering relaps, oleh karena itu
lainnya serta alergi makanan.1,13 pengobatannya juga perlu ditujukan terhadap
b. Pemerisaan Fisik etiologinya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal
Polip nasi yang masif dapat menyebabkan pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan
deformitas hidung sehingga hidung tampak mekar alergen penyebab dan eliminasi.
karena pelebaran batang hidung. Pada Secara medikamentosa, dapat diberikan
pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai antihistamin dengan atau tanpadekongestan yang
massa yang berwarna pucat yang berasal dari berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung
meatus medius dan mudah digerakkan.1,13 kortikosteroid atau tidak. Alergi inhalan dengan gejala
c. Pemeriksaan Penunjang yang berat dan sudah berlangsung lama dapat
Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan
terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila
tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi. pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang
Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat memuaskan.14
tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius LAPORAN KASUS
sinus maksila.1,13 Identitas Pasien
Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, Nama : Ny. G
AP, Cadwell dan lateral) dapat memperlihatkan
8 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Jenis Kelamin : Perempuan  Pasien adalah seorang ibu rumah


Usia : 61 tahun tangga
Alamat : Pariaman
Suku Bangsa : Minangkabau Pemeriksaan Fisik

Keluhan Utama : Status Generalisata


Hidung terasa semakin tersumbat sejak 1 bulan Keadaan Umum : sakit sedang
sebelum masuk rumah sakit. Kesadaran : composmentis
Fakultas Kedokteran cooperatif
Universitas Andalas. 2019
Tekanan darah :-
Riwayat Penyakit Sekarang : Frekuensi nadi : 75x/menit
 Hidung dirasakan semakin tersumbat Suhu : Afebris
sejak 1 bulan sebelum masuk rumah Pernapasan : 19x/menit
sakit. Keluhan sudah dirasakan sejak 2 Sianosis : Tidak ada
tahun ini pada kedua hidung. Edema : Tidak ada
 Hidung terasa tersumbat terutama Anemis : Tidak ada
bagian kiri. Ikterus : Tidak ada
 Penurunan penciuman ada, sejak 1
bulan yang lalu. Pemeriksaan Sistemik
 Pipi terasa penuh ada, nyeri pada wajah Kepala : Normocepal
tidak ada Mata
 Sekret pada hidung tidak ada  Konjungtiva: Tidak anemis, tidak ada
 Riwayat ingus berbau ada injeksi konjungtiva, tidak ada kemosis
 Riwayat bersin-bersin lebih dari 5 kali konjungtiva
ketika dingin atau terpapar debu tidak  Sklera: tidak ikterik
ada Thoraks :-
 Riwayat hidung berdarah tidak ada Abdomen : -
 Sakit kepala ada, dirasakan hilang timbul Ekstremitas : akral hangat, udem (-)
 Pusing berputar tidak ada
 Batuk pilek berulang ada
Status Lokalis THT-KL
 Demam tidak ada
Telinga
 Riwayat taruma tidak ada, riwayat
Pemeriks Kelainan Dextra Sinistra
terpapar alergen tidak ada
aan
 Riwayat mendengkur dan terbangun
malam hari akibat sesak tidak ada Daun Kelainan - -
 Suara sengau tidak ada Telinga Kongenital
 Nyeri menelan tidak ada Trauma - -
 Gangguan pendengaran tidak ada Radang - -
 Riwayat gangguan penglihatan tidak ada Kelainan Metabolik - -
 Riwayat bengkak di leher tidak ada Nyeri Tarik - -
 Riwayat pemakaian obat semprot hidung Nyeri Tekan - -
tidak ada Tragus
Liang dan Cukup Lapang Iya Iya
 Telinga terasa penuh, berdenging tidak
Dinding Sempit - -
ada
Telinga Hiperemis - -
Edema - -
Riwayat Penyakit Dahulu :
Massa - -
 Riwayat polip hidung waktu anak-anak Sekret/Ser Bau - -
tidak ada umen Warna Kuning Kuning
 Riwayat hipertensi tidak ada Jumlah Sedikit Sedikit
 Riwayat diabetes melitus tidak ada Jenis

Riwayat Penyakit Keluarga : Membran Timpani


 Tidak ada keluarga yang memiliki
keluhan serupa dengan pasien Utuh Warna Putih Putih
 Riwayat keluarga dengan alergi atau Refleks Cahaya (+), (+), arah
asma tidak ada arah jam 7
 Riwayat keluarga yang menderita jam 5
keganasan tidak ada Bulging - -

Riwayat Kebiasaan, Sosial, Ekonomi: Retraksi - -


9 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lurus/Devi lurus
Atrofi - - asi
Permukaa
Perforasi Jumlah perforasi MT tidak ada n
Jenis perforasi Warna - -
Kuadran Spina - -
Pinggir Krista - -
Mastoid Tanda Radang - - Abses -
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.- 2019
Fistel - - Perforasi - -
Sikatrik - -
Nyeri Tekan - - Massa Lokasi Diantara KI Diantara KI
Nyeri Ketok - - dengan dengan
Tes Garpu Rinne septum septum
Tala
Weber Bentuk Bulat Bulat
Schawabach Tidak ada tuli
Ukuran 0,2x0,1cm 0,5x0,5cm
Kesimpulan Permukaa Licin Licin
n
Audiometri Tidak dilakukan Warna Putih Putih
Timpanom Tidak dilakukan mengkilap mengkilap
etri Konsistens Lunak Lunak
i
Hidung Mudah Iya Iya
Pemeri Kelainan Dextra Sinistra Digoyang
ksaan Pengaruh
Hidung Deformitas - - Vasokonstr
Luar Kelainan - - iksi
Kongenital
Trauma - - Rinoskopi Posterior
Radang/M - - Koana Cukup
assa Lapang/No
Sinus Deformitas - - rmal Sulit dinilai
Parana Nyeri + + Sempit
sal Tekan Massa
Nyeri - - Mukosa Warna Sulit dinilai Sulit
Ketok - dinilai-
Edema - -
Rinoskopi Anterior Jaringan
Vestibu Vibrise Sedikit Sedikit Granulasi
lum Radang Tidak ada Tidak ada Konka Warna
Kavum Normal/Cu Tampak Tampak Inferior Permukaa
Sulit dinilai
Nasi kup polip polip n
Lapang Sempit sempit Edema
Sempit Adenoi Ada/tidak
- -
Lapang d
Sekret Lokasi Muara Tertutup Sulit dinilai- Sulit
Jenis Tidak ada Tuba Sekret - dinilai-
Tidak ada
Jumlah Eustac Edema -
Bau hius Mukosa
Konka Ukuran Massa Lokasi - -
Inferior Warna Ukuran - -
Sulit dinilai Sulit dinilai Bentuk - -
Permukaa Permukaa
n n
Edema Post Ada/Tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Konka Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai Nasal Jenis
Media Warna Drip

Permukaa Oral Cavity dan Orofaring (tidak diperiksa)


n Pemeriksaa Kelainan Dextra Sinistra
Edema n
Septum Cukup Cukup lurus Cukup Trismus - -
10 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Uvula - Sinus Massa - -


Piriformis Sekret
Palatum
Mole + Arkus - Valekulae Massa - -
Faring Sekret/Sej
Dinding Warna Tidak Tidak enisnya
Faring hiperemi hiperemis Warna
s EdemaKedokteran Universitas Andalas. 2019
Fakultas
Permuka Licin Licin Massa
an
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Tidak Tidak Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
hiperemi hiperemis Inspeksi
s 1) Lokasi : Tidak ada
Permuka Licin Licin pembesaran KGB
an 2) Bentuk : Tidak ada
Muara Tidak Tidak pembesaran KGB
kripti melebar melebar 3) Soliter / Multiple : Tidak ada
Detritus - - pembesaran KGB
Eksudat - -
Peritonsil Warna Tidak Tidak Palpasi
hiperemi hiperemis 1) Bentuk : Tidak ada
s pembesaran KGB
Edema - - 2) Ukuran : Tidak ada
Abses - - pembesaran KGB
Perlengk - - 3) Konsistensi : Tidak ada
etan pembesaran KGB
Tumor Lokasi 4) Mobilitas : Tidak ada
Bentuk pembesaran KGB
Ukuran
Tidak ada
Permuka Diagnosis Utama :
an Rinosinusitis kronik dengan polip nasal bilateral
Konsiste
nsi Diagnosis Tambahan :-
Gigi Karies/ra Ada Ada
diks Pemeriksaan Anjuran :
Kesan  Xray sinus paranasal : pada pasien tidak
Lidah Warna Merah Merah dilakukan
muda muda  CT Scan Sinus paranasal
Bentuk Tidak Tidak ada
ada kelainan Terapi :
kelainan  Cetriaxone 2x1 g
Deviasi - -  Ciprofloxacin 2x1
Massa - -
 Polipektomi
Laringoskopi Indirek (tidak diperiksa)
Prognosis :
Pemeriksa Kelainan Dextra Sinistra
- Quo ad vitam : Bonam
an
- Quo ad sanam : Dubia ad Bonam
Epiglotis Bentuk - -
-
Warna
DISKUSI
Edema
Pasien adalah seorang perempuan berusia
Pinggir
61 tahun yang datang dengan keluhan utama hidung
Rata/Tidak
Aritenoid Warna - - terasa semakin tersumbat sejak 1 bulan sebelum
Edema masuk rumah sakit. Keluhan tersebut disertai dengan
Massa gangguan penciuman, adanya rasa penuh pada
Gerakan wajah. Adanya sumbatan hidung dan sekret dengan
Plika Warna - - atau tanpa adanya nyeri atau sensasi penuh atau
Vokalis Pinggir gangguan penciuman merupakan poin diagnosis dari
Medial rinosinusitis.5 Pada pasien ini memenuhi 2 dari kriteria
Massa menurut buku european position paper on
rhinosinusitis and nasal polip 2017 gejalanya meliput
11 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

hidung tersumbat, dan penurunan penghidu. inusitis Kedokteran Universitas Indonesia. 2012 : 96-
adalah suatu keadaan inflamasi hidung. Umumnya 100.
penyakit ini disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga 2. Lund. Chapter 24: Acute and Chronic Nasal
sering disebut Rinosinusitis.1 Disorders. Dalam: Snow, editor. Ballenger’s
Beberapa faktor predisposisi terjadinya Manual of Otorhinolaryngology Head and
sinusitis antara lain ISPA akibat virus, bermacam Neck Surgery. London, BC Decker Inc. 2003.
rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada 3. Arivalagan, Privina. The Picture Of Chronic
wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti Rinosinusitis in RSUPUniversitas
Fakultas Kedokteran Haji Adam Malik
Andalas. 2019in
deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan Year 2011. E – Jurnal FK-USU.2013: 1(1).
kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi 4. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis.
gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada Dalam Soepardi EA, et al, editor .Buku Ajar
sindrom Kartagener.1,4,15 Pada pasien ini didapatkan Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
beberapa faktor predisposisi, antara lain polip hidung, Kepaladan Leher, Ed 6. Jakarta, Balai
riwayat batuk pilek berulang yang dicurigai ISPA. Penerbit FK UI. 2007: 150-3.
Riwayat ISPA digali dari anamnesis berupa adanya 5. Fokkens WJ, Valerie JL, Joachim M, Claus B,
riwayat batuk pilek berulang. Sedangkan polip nasal Isam A, Fuad B, et al. European Position
ditemukan pada pemeriksaan fisik rinoskopi anterior Paper On Rhinosinusitis And Nasal Polyps
dengan temuan adanya massa bulat yang lunak dan 2007. Rhinology 2007.
mudah digerakkan berwarna putih mengkilap pada 6. Adams GL, Boies LR, Higler PH. Hidung dan
kedua kavum nasi. sinus paranasalis. Buku ajar penyakit tht.
Pasien adalah perempuan berumur 61 tahun. Edisi keenam. Jakarta : Penerbit Buku
Polip nasi dapat mengenai semua ras dan Kedokteran EGC.1994 : 173-240.
frekuensinya meningkat sesuai dengan bertambahnya 7. Budiman BJ, Rosalinda R. Bedah Sinus
usia. Polip nasi biasanya terjadi pada rentang usia 30 Endoskopi Fungsional Revisi pada
tahun sampai 60 tahun.12 Rinosinusitis Kronis. Diakses dari:
Pada pasien ditemukan riwayat batuk pilek http://tht.fk.unand.ac.id/makalah/83-bedah-
berulang. Selain berkaitan dengan mekanisme sinus-endoskopi-fungsional-revisi-pada-
terjadinya rinosinusitis akibat iritasi mukosa secara rinosinusitis-kronis.html.pada tanggal 10
kronis, keadaan tersebut juga dapat mendasari September 2015.
terjadinya polip hidung. Peranan infeksi pada 8. Grevers G. Chapter 1: Anatomy, Physiology,
pembentukan polip hidung belum diketahui dengan and Immunology of Nose, Paranasal Sinuses,
pasti tetapi ada keragu-raguan bahwa infeksi dalam and Face. Dalam: Probst R, Grevers G, et al,
hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan editor. Basic Otorhinolaryngology: A Step-By-
bersamaan dengan adanya polip. Polip hidung Step Learning Guide. Germany :Appl,
biasanya dapat terbentuk sebagai akibat reaksi Wemding; 2006. 4-7.
hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. 9. Budiman BJ, Mulyanis. Rinosinusitis Akut
Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan pada Anak dengan Komplikasi Abses
mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol Periorbita. Diakses dari:
dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. http://tht.fk.unand.ac.id/makalah/89-
Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel rinosinusitis-akut-pada-anak-dengan-
radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai komplikasi-abses-periorbita.html. pada
ujung saraf atau pembuluh darah.1 Hal ini yang tanggal 10 September 2015
membuat massa yang tampak pada kavum nasi 10. Chow AW, Benninger MS, Brook I, Brozek
pasien tersebut berkonsistensi lunak dan mudah JL, Goldstein EJC, Hicks LA, et al. IDSA
digoyang. Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial
Pada pasien dilakukan pemeriksaan CT Rhinosinusitis in Children and Adults. Clinical
scan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kelaina Infectious Diseases 2012.
n pada sinus maupun kompleks ostiomeatal. Selain itu, 11. Ballenger, John Jacob. Diseaes of The Nose
pemeriksaan ini juga berguna untuk melihat polip yan Throat Ear Head and Neck. Lea & Febiger
g terdapat pada hidung pasien. 14th edition. Philadelphia. 1991.
Pada pasien akan direncanakan terapi bedah 12. Newton, JR. Ah-See, KW. A Review of nasal
yakni polipektomi.15 Polipektomi bertujuan untuk meng polyposis. Therapeutics and Clinical Risk
angkat polip yang merupakan penyebab dari sumbata Management 2008: 4(2) 507–512.
n pada sinus. 13. Drake Lee AB. Nasal Polyps. In: Scott
Brown’s Otolaryngology, Rhinology. 5th Ed
DAFTAR PUSTAKA Vol 4 (Kerr A, Mackay IS, Bull TR ests)
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Butterworths. London, 1987: 142-53
Restuti RD (ed). Buku Ajar Ilmu Kesehatan 14. Darusman, Kianti Raisa. Referat: Polip Nasi.
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas 2002.
12 Dokter Muda THT-KL Periode Jan-Feb 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

15. Van Der Baan. Epidemiology and natural


history dalam Nasal Polyposis. Copenhagen:
Munksgaard, 1997:13-15.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019

Anda mungkin juga menyukai