Anda di halaman 1dari 8

1 Dokter Muda THT-KL Periode Mei-Juni 2019

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Nasal Polip

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019

Oleh :

Annisa Widi Rizkia 1510312025

Fadel Muhammad 1410312042

Preseptor :

dr. Ade Asyari, Sp.THT-KL(K), FICS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
2019
2 Dokter Muda THT-KL Periode Mei-Juni 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Nasal Polip
Annisa Widi Rizkia , Fadel Muhammad

PENDAHULUAN tulangFakultas
dan tulang rawan.
Kedokteran SeptumAndalas.
Universitas dilapisi2019
oleh
Nasal polip merupakan massa edematous perikondrium pada bagian tulang rawan dan
yang lunak berwarna putih atau keabu-abuan yang periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya
terdapat di dalam rongga hidung dan berasal dari dilapisi oleh mukosa hidung. Pada dinding lateral
pembengkakan mukosa hidung atau sinus.1 terdapat 4 buah konka, yang terbesar dan letaknya
Prevalensi nasal polip di dunia bervariasi paling bawah adalah konka inferior, kemudian yang
mulai dari 1-4%, sedangkan insidennya di RSSA tahun lebih kecil adalah konka media, superior, dan yang
2011 sekitar 0,6% dari 4.632 kasus baru. Biasanya terkecil dan biasanya rudimenter adalah konka
terjadi antara usia 20-60 tahun dengan puncak usia di suprema. Di antara konka-konka dan dinding lateral
atas 50 tahun.2,3 Kejadiannya lebih banyak pada laki- hidung, terdapat meatus inferior, meatus media, dan
laki dibandingkan perempuan (perbandingan 2-4:1).2 meatus superior.1
Polip nasi adalah peradangan mukosa kronis Ada empat pasang sinus paranasal yaitu
dari sinus dengan dominasi infiltrasi eosinofil, diatur sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus
oleh limfosit T dan merupakan tahap akhir dari sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan
peradangan jangka panjang pada mukosa sinonasal. hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga
Peningkatan infiltrasi sel-sel inflamasi dan inflamasi terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus
persisten dapat menyebabkan perubahan struktural mempunyai muara ke rongga hidung.1
epitel pernapasan, menghasilkan proses renovasi sel
tersebut.3
Meskipun etiologinya tidak diketahui, polip
nasi berhubungan dengan alergi, asma, infeksi,
fibrosis kistik, dan sensitivitas aspirin.4 Polip nasi
paling sering jinak, terjadi secara bilateral, dan
biasanya berkembang pada usia dewasa. Polip hidung
unilateral harus dievaluasi untuk keganasan dan polip
hidung yang ditemukan pada anak-anak harus
meningkatkan kecurigaan terhadap fibrosis kistik yang
mendasarinya.3
Etiologi dan patogenesis dari polip nasi
belum diketahui secara pasti. Patogenesis dan etiologi
yang masih belum ada kesesuaian, maka sangatlah
penting untuk dapat mengenali gejala dan tanda polip Gambar 1. Anatomi hidung
nasi untuk mendapatkan diagnosis dan pengelolaan
yang tepat. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA fungsi sinus paranasal antara lain adalah : 6
A. Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal 1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Hidung terdiri dari hidung bagian luar yang Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan
berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas untuk memanaskan dan mengatur kelembaban
ke bawah, yaitu pangkal hidung, dorsum nasi, puncak udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam
hidung, ala nasi, kolumela, dan nares anterior. Hidung ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus
luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan
yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam
otot kecil yang berfungsi melebarkan atau sinus. Lagipula mukosa sinus tidak mempunyai
menyempitkan lubang hidung. kerangka tulang hidung vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa
terdiri dari os. nasal, prosesus frontalis os. maksila, hidung.
prosesus nasalis os. frontalis. Sedangkan, kerangka 2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang Sinus paranasal berfungsi sebagai buffer
rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu (penahan) panas, melindungi orbita dan fosa
sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-
kartilago nasalis lateralis inferior, dan tepi anterior ubah.
kartilago septum.1 3. Membantu keseimbangan kepala
Tiap kavum nasi memiliki empat buah dinding, Sinus membantu keseimbangan kepala
yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi
Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk oleh bila udara dalam sinus diganti dengan tulang
3 Dokter Muda THT-KL Periode Mei-Juni 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

hanya akan memberikan pertambahan berat Bernstein, terjadi perubahan mukosa hidung
sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini akibat peradangan atau aliran udara yang
dianggap tidak bermakna. berturbulensi, terutama di daerah sempit di
4. Membantu resonansi suara kompleks osteomeatal. Terjadi prolaps
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan
untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi
suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan
sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus sel epitel Kedokteran
Fakultas yang berakibat retensi
Universitas air sehingga
Andalas. 2019
berfungsi sebagai resonator yang efektif. terbentuk polip.1
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara Teori lain mengatakan karena
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi
tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan
waktu bersin atau membuang ingus. regulasi vascular yang mengakibatkan dilepasnya
6. Membantu produksi mukus. sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal edema dan lama-kelamaan menjadi polip.1
memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan Bila proses terus berlanjut, mukosa yang
mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian
membersihkan partikel yang turut masuk dengan akan turun ke rongga hidung dengan membentuk
udara inspirasi karena mukus ini keluar dari tangkai.1
meatus medius, tempat yang paling strategis. 4. Manifestasi Klinis
Gejala utama dari polip nasi adalah
B. Polip sumbatan hidung yang menetap dengan derajat yang
1. Definisi bervariasi tergantung dengan lokasi dan ukuran polip.
Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh Umumnya, penderita juga mengeluh rinore cair dan
di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna post nasal drip. Anosmia atau hiposmia dengan
putih bening atau keabu-abuan, mengkilat, lunak gangguan pengecapan juga merupakan gejala polip
karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). nasi. Rinoskopi anterior dan posterior dapat
Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi menunjukkan massa polipoid yang berwarna keabuan
kekuning-kuningan atau kemerah-merahan, suram pucat yang dapt berjumlah satu atau multipel dan
dan lebih kenyal (polip fibrosa).1 paling sering muncul dari meatus media dan prolaps
Polip berasal dari mukosa sinus etmoid, ke kavum nasi.1o
biasanya multipel dan dapat bilateral. Polip yang Polip nasi hampir selalu ditemukan bilateral
berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh dan jika ditemukan unilateral diperlukan pemeriksaan
ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut histopatologi untuk menyingkirkan kemungkinan
polip koanal.7,8,9 keganasan. Polip nasi tidak sensitif terhadap sentuhan
dan jarang berdarah.11
2. Etiologi Pembagian polip nasi menurut Mackay dan
Etiologi penyaki ini masih belum diketahui secara Lund (1997), yaitu:1
pasti. Polip nasal umunya di dahului oleh rinosinusitis • Stadium 0: Tidak ada polip, atau polip masih
beradadalam sinus
kronik. Selain itu, polip nasal ini sering dihubungkan
• Stadium 1 : Polip masih terbatas di meatus media
dengan rinitis alergi dan non alergi, sinusitis alergi • Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus media,
jamur, intoleransi aspirin, asma, sindrom Churg- tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga
hidung
Strauss, fibrosis kistik, sindrom Kartagener dan
• Stadium 3: Polip yang masif
sindrom Young, Iritasi dan sumbatan hidung oleh
kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi 5. Prinsip Diagnostik
konka. 2 a. Anamnesis
Keluhan utama penderita polip nasi dalah
hidung rasa tersumbat dari yang ringan sampai
3. Patofisiologi
berat, rinore mulai yang jernih sampai purulen,
Polip berasal dari pembengkakan lapisan
hiposmia atau anosmia. Mungkin disertai bersin-
permukaan mukosa hidung atau sinus, yang
bersin, rasa nyeri pada hidung disertai rasa sakit
kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga
kepala di daerah frontal. Bila disertai infeksi
hidung oleh gaya berat. Polip banyak
sekunder mungkin didapati post nasal drip dan
mengandung cairan interseluler dan sel radang
rinore purulen. Gejala sekunder yang dapat timbul
(neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai
ialah bernafas melalui mulut, suara sengau,
ujung saraf atau pembuluh darah.1
halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas
Pembentukan polip sering diasosiasikan
hidup.
dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf otonom
Dapat menyebabkan gejala pada saluran
serta predisposisi genetik. Menurut teori
napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi,
4 Dokter Muda THT-KL Periode Mei-Juni 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

terutama pada penderita polip dengan asma. maka dapat dilakukan tindakan BSEF (Bedah Sinus
Selain itu, harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi, Endoskopi Fungsional) atau FESS.1,10
asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat 7. Prognosis
lainnya serta alergi makanan.1,10 Polip hidung sering relaps, oleh karena itu
b. Pemerisaan Fisik pengobatannya juga perlu ditujukan terhadap
Polip nasi yang masif dapat menyebabkan etiologinya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal
deformitas hidung sehingga hidung tampak mekar pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan
karena pelebaran batang hidung. Pada alergen penyebab
Fakultas dan eliminasi.
Kedokteran Universitas Andalas. 2019
pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai Secara medikamentosa, dapat diberikan
massa yang berwarna pucat yang berasal dari antihistamin dengan atau tanpadekongestan yang
meatus medius dan mudah digerakkan.1,10 berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung
c. Pemeriksaan Penunjang kortikosteroid atau tidak. Alergi inhalan dengan gejala
Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak yang berat dan sudah berlangsung lama dapat
terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan
tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi. hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila
Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang
tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius memuaskan.10
sinus maksila.1,10 LAPORAN KASUS
Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, Identitas Pasien
AP, Cadwell dan lateral) dapat memperlihatkan Nama : MZP
penebalan mukosa dan adanya batas udara- Jenis Kelamin : Perempuan
cairan di dalam sinus, tetapi kurang bermanfaat Usia : 16 tahun
pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi Alamat : Lubuk Begalung
computer (TK, CT Scan) sangat bermanfaat untuk Suku Bangsa : Minangkabau
melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus
paranasal apakah ada proses radang, kelainan Keluhan Utama :
anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks Hidung terasa semakin tersumbat sejak 1 tahun
osteomeatal.1,12 ini.

6. Penatalaksanaan Riwayat Penyakit Sekarang :


Tujuan utama penatalaksanaan kasus polip  Hidung dirasakan semakin tersumbat
nasi ialah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah sejak 1 tahun ini. Keluhan sudah
komplikasi dan mencegah rekurensi polip. Pemberian dirasakan sejak 3 tahun ini pada kedua
kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut hidung.
juga polipektomi medikamentosa. Dapat diberikan  Ingus mengalir di tenggorokkan ada
topical atau sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan sejak 3 tahun ini
respons yang lebih baik terhadap pengobatan  Keluar ingus dari hidung hilang timbul
kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe ada
neutrofilik.1  Penurunan penciuman ada sejak 2 tahun
Untuk polip edematosa, dapat diberikan ini
pengobatan kortikosteroid:
 Penurunan pendengaran tidak ada
 Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau
 Suara bergumam ada sejak 2 tahun ini
deksametason selama 10 hari, kemudian dosis
 Nyeri dan rasa berat di pipi tidak ada
diturunkan perlahan-lahan (tappering off).
 Nyeri atau sukar menelan tidak ada
 Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid
 Nyeri kepala tidak ada
atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5-7 hari sekali, sampai
polipnya hilang.  Benjolan di leher tidak ada
 Obat semprot hidung yang mengandung  Riwayat bersin-bersin terutama bila
kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi, terkena debu dan cuaca dingin ada
sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan namun tidak mengganggu aktifitas
pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik  Riwaya keluar darah dari mulut atau
obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman. hidung tidak ada
Kasus polip yang tidak membaik dengan Riwayat Penyakit Dahulu :
terapi medikamentosa atau polip yang sangat masih  Riwayat gigi berlubang tidak ada
dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan  Riwayat hipertensi tidak ada
ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip  Riwayat diabetes melitus tidak ada
atau cunam dengan analgesi local, etmoidektomi Riwayat Penyakit Keluarga :
intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip  Tidak ada keluarga yang memiliki
etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila. keluhan serupa dengan pasien
Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop  Riwayat keluarga dengan alergi ada
5 Dokter Muda THT-KL Periode Mei-Juni 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

 Riwayat keluarga yang menderita Kuadran


keganasan tidak ada Pinggir
Riwayat Kebiasaan, Sosial, Ekonomi: Mastoid Tanda Radang - -
 Pasien adalah seorang pelajar Fistel - -
Sikatrik - -
Pemeriksaan Fisik Nyeri Tekan - -
Nyeri Ketok - -
Status Generalisata Tes Garpu
FakultasRinne + Andalas. +2019
Kedokteran Universitas
Keadaan Umum : sakit sedang Tala Weber Tidak ada
Kesadaran : composmentis cooperatif Schwabach Sama Sama
Tekanan darah : 92/84 mmHg dengan dengan
Frekuensi nadi : 96x/menit penguji penguji
Suhu : Afebris Kesimpulan Tidak Tidak
Pernapasan : 16x/menit tuli tuli
Anemis : Tidak ada Audiometri Tidak dilakukan
Ikterus : Tidak ada Timpanometri Tidak dilakukan
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : Normocepal Hidung
Mata Pemeri Kelainan Dextra Sinistra
 Konjungtiva: Tidak anemis, ksaan
 Sklera: tidak ikterik Hidung Deformitas - -
Thoraks : tidak diperiksa Luar Kelainan - -
Abdomen : idak diperiksa Kongenital
Ekstremitas : akral hangat, udem (-) Trauma - -
Status Lokalis THT-KL Radang/M - -
Telinga assa
Pemeriks Kelainan Dextra Sinistra Sinus Deformitas - -
aan Parana Nyeri - -
sal Tekan
Daun Kelainan - - Nyeri - -
Telinga Kongenital Ketok
Trauma - -
Radang - - Rinoskopi Anterior
Kelainan Metabolik - - Vestibu Vibrise Sedikit Sedikit
Nyeri Tarik - - lum Radang Tidak Tidak ada
Nyeri Tekan - - ada
Tragus Kavum Normal/Cuku Tampak Tampak
Liang dan Cukup Lapang Iya Iya Nasi p Lapang polip polip
Dinding Sempit - - Sempit Sempit sempit
Telinga Hiperemis - - Lapang
Edema - - Sekret Lokasi Koana Kavum nasi
Massa - - Jenis mukoid Mukoid
Sekret/Ser Bau - - Jumlah
umen Warna Kuning Kuning Bau
Jumlah Sedikit Sedikit Konka Ukuran Eutrofi
Jenis Inferior Warna Merah
Permukaan muda Tidak bisa
Membran Timpani Edema Licin dinilai
Tidak
Utuh Warna Putih Putih
udem
Refleks Cahaya (+), (+), arah Konka Ukuran Tidak Tidak bisa
arah jam 7 Media Warna bisa dinilai
jam 5 dinilai
Bulging - - Permukaan
Edema
Retraksi - - Septum Cukup Tidak Tidak ada
Lurus/Devias ada deviasi
Atrofi - - i deviasi
Permukaan licin Licin
Perforasi Jumlah perforasi MT tidak ada Warna merah Merah
Jenis perforasi muda muda-
6 Dokter Muda THT-KL Periode Mei-Juni 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Spina - - hiperemi hiperemis


Krista - - s
Abses - - Permuka Licin Licin
Perforasi - - an
Massa Lokasi Koana Kavum nasi Muara Tidak Tidak
Bentuk lonjong lonjong kripti melebar melebar
Ukuran Detritus - -
Permukaan Licin Licin Eksudat Universitas
Fakultas Kedokteran - Andalas. -2019
Warna Putih Putih keabu- Peritonsil Warna Tidak Tidak
keabu- abuan hiperemi hiperemis
abuan s
Konsistensi Lunak Lunak Edema - -
Mudah Abses - -
Digoyang Iya Iya Perlengk - -
Pengaruh - - etan
Vasokonstrik Massa Lokasi
si Bentuk
Ukuran
Rinoskopi Posterior (Tidak bisa dilakukan) Orofaring
Permuka orofaring
Koana Cukup lonjong
an
Lapang/No
Konsiste
rmal
nsi
Sempit Gigi Karies/ra - -
Massa diks
Mukosa Warna
Kesan
Lidah Warna Merah Merah
Edema muda muda
Jaringan Bentuk Tidak Tidak ada
Granulasi ada kelainan
Konka Warna
kelainan
Inferior Permukaa
Deviasi - -
n
Massa - -
Edema
Adenoi Ada/tidak
Laringoskopi Indirek (tidak diperiksa)
d
Pemeriksa Kelainan Dextra Sinistra
Muara Tertutup
an
Tuba Sekret
Epiglotis Bentuk - -
Eustac Edema
Warna
hius Mukosa
Edema
Massa Lokasi
Pinggir
Ukuran
Rata/Tidak
Bentuk
Aritenoid Warna - -
Permukaa
Edema
n
Massa
Post Ada/Tidak
Gerakan
Nasal Jenis
Plika Warna - -
Drip
Vokalis Pinggir
Medial
Oral Cavity dan Orofaring (tidak diperiksa)
Massa
Pemeriksaa Kelainan Dextra Sinistra
Sinus Massa - -
n
Piriformis Sekret
Trismus - -
Uvula - Valekulae Massa - -
Palatum Sekret/Sej
Mole + Arkus - enisnya
Faring Warna
Edema
Dinding Warna Tidak Tidak bisa
Massa
Faring Permuka bisa dinilai
an dinilai
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Tidak Tidak Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
7 Dokter Muda THT-KL Periode Mei-Juni 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Inspeksi usia. Polip nasi biasanya terjadi pada rentang usia 30


1) Lokasi : Tidak ada tahun sampai 60 tahun. Namun untuk polip koana
pembesaran KGB
biasanya terjadi pada anak dan dewasa muda.
2) Bentuk : Tidak ada
pembesaran KGB Perempuan lebih banyak terkena penyakit ini
3) Soliter / Multiple : Tidak ada dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi polip koana
pembesaran KGB
ini 4% - 6% dari semua polip.2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019
Palpasi Polip antrokoanal adalah massa hidung jinak
1) Bentuk : Tidak ada yang jarang, penyakit ini merupakan kondisi unilateral
pembesaran KGB
yang terutama menyerang remaja .12 Patogenesis dan
2) Ukuran : Tidak ada
pembesaran KGB etiologi penyakit ini masih belum diketahui. Pada
3) Konsistensi : Tidak ada tahun 1988, Berg et al. berhipotesis bahwa polip
pembesaran KGB antrokoanal ini dapat timbul dari kista antral.13 Baru-
4) Mobilitas : Tidak ada
pembesaran KGB baru ini, Frosini et al,dalam studi terbesar dari 200
kasus, menyatakan bahwa, pada pasien dengan silent
Diagnosis Utama : kista antral yang sudah ada sebelumnya, sebuah
Polip nasal bilateral perluasan ke orofaring
perubahan inflamasi-anatomi pada tingkat ostio-
Diagnosis Tambahan :- meatal kompleks / meatus menengah, dapat memaksa
Pemeriksaan Anjuran : CT Scan polip untuk herniasi ke luar melalui aksesori ostium.12
Terapi : Polipektomi
Secara makroskopis, polip antrokoanal biasanya terdiri

Prognosis : dari tiga bagian: bagian kistik atau antral yang mengisi
- Quo ad vitam : Bonam sinus maksila dan bagian padat yang timbul dari
- Quo ad sanam : Dubia ad Bonam ostium rahang atas alami atau aksesori ke meatus
-
DISKUSI tengah (bagian hidung), dan bagian koanal.13
Pasien adalah seorang perempuan berusia Kasus polip anterokoanal bilateral sangat
16 tahun yang datang dengan keluhan utama hidung jarang. Pada 1995, Myatt dan al. mendeskripsikan
terasa semakin tersumbat sejak 1 tahun ini. Keluhan penyakit ini pertama kali terjadi pada anak 12 tahun
tersebut disertai dengan gangguan penciuman, dan yang sehat. Hanya sebelas artikel yang telah
adanya persaan tertelan ingus pada 3 tahun ini. didokumentasikan dalam literatur hingga 2018 untuk
Beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit polip antrokoanal unilateral maupun
12
sinusitis antara lain ISPA akibat virus, bermacam bilateral.
rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada Pada pasien ditemukan riwayat batuk pilek
wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti berulang. Selain berkaitan dengan mekanisme
deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan terjadinya rinitis, keadaan tersebut juga dapat
kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi mendasari terjadinya polip hidung. Polip hidung
gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada biasanya dapat terbentuk sebagai akibat reaksi
sindrom Kartagener. 1,6
Pada pasien ini didapatkan hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung.
beberapa faktor predisposisi, antara lain polip hidung, Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan
riwayat batuk pilek berulang yang dicurigai ISPA. mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol
Riwayat ISPA digali dari anamnesis berupa adanya dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat.
riwayat batuk pilek berulang. Sedangkan polip nasal Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel
ditemukan pada pemeriksaan fisik rinoskopi anterior radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai
dengan temuan adanya massa lonjong yang lunak dan ujung saraf atau pembuluh darah.1 Hal ini yang
mudah digerakkan berwarna putih mengkilap pada membuat massa yang tampak pada kavum nasi
koana kanan, kavum nasi kanan serta pada orofaring. pasien tersebut berkonsistensi lunak dan mudah
Pasien adalah perempuan berumur 16 tahun. digoyang.12
Polip nasi dapat mengenai semua ras dan Pada pasien dilakukan pemeriksaan CT
frekuensinya meningkat sesuai dengan bertambahnya scan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kelaina
8 Dokter Muda THT-KL Periode Mei-Juni 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

n pada sinus maupun kompleks ostiomeatal. Selain itu,


pemeriksaan ini juga berguna untuk melihat polip yan
g terdapat pada hidung pasien.1
Pada pasien akan direncanakan terapi bedah
yakni polipektomi.1 Polipektomi bertujuan untuk menga
ngkat polip yang merupakan penyebab dari sumbatan
pada sinus.12 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2019

DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J,
Restuti RD (ed). Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2015 : 96-
100.
2. Arif MM, Suheryanto R, Lukmantya, Anita
KW. Kadar reseptor glukokortikoid α dan β
pada polip hidung tipe eusinofilik dan tipe
neurofilik. ORLI. 2014; 44(2): 111-121.
3. Stevens WW, Schleimer RP, Chandra RK,
Peter AT. Biology of nasal polyposis. J
Allergy Clin Immunol. 2014. 13(5) : 1503.e1-
4.
4. Duda R. The role of inflammatory mediators
in the pathogenesis of nasal polyposis.
Romanian Journal of Rhinology. 2015; 5(18):
81-85.
5. Wang SW, Shih CP. Choanal polyp
originating from the superior turbinate : case
report and review of literature. Journal of
Medical Science. 2018; 38(4): 185-7.
6. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis.
Dalam Soepardi EA, et al, editor .Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepaladan Leher, Ed 6. Jakarta, Balai
Penerbit FK UI. 2007: 150-3.
7. İla K, Topdaǧ M, Öztürk M, İşeri M, Aydın Ö,
Keskin G, et al. Retrospective analysis of
surgical treatment of choanal polyps. Kulak
Burun Bogaz Ihtis Derg 2015;25:144-51.  
8. Kizil Y, Aydil U, Ceylan A, Uslu S, Baştürk V,
İleri F, et al. Analysis of choanal polyps. J
Craniofac Surg 2014;25:1082-4.  
9. Cho HS, Kim KS. Nasal obstruction due to
septochoanal polyp. Braz J Otorhinolaryngol
2014;80:362-3.  
10. Soltankhah MS, Majidi MR*, Shabani S.
Medical treatment of nasal polyps: a review.
Rev Clin Med. 2015; 2 (1) :24-27.
11. Al Jobran BS, Alotaibi AE, Asiri AY, RM
Alhayyani, Almanie NI. Nasal Polyps and its
Histo-pathological Evaluation . The Egyptian
Journal of Hospital Medicine. 2018;70 (11):
2022-2024.
12. Chodankar S, Tiwari M. Bilateral
antrochoanal polyp in an elderly male—a
rarity. Odisha J Otorhinolaryngol 2015;9.
13. Jmeian S. Bilateral Antrochoanal polyps in a
child: an extremely rare case. JRMS
2006;13:57–8.

Anda mungkin juga menyukai