Oleh:
Preseptor :
dr. Sukri Rahman, Sp. THT-KL (K) FICS
inflamasi di hidung dan sinus paranasal yang sulitnya untuk mengontrol penyakit ini dan
bermanifestasi dengan dua gejala atau lebih, kemungkinan relaps yang sering. Manajemen
antara lain adanya discharge sekret nasal, dari rhinosinusitis kronis dengan polip pada
hidung tersumbat, nyeri atau rasa tertekan pada pasien meliputi kombinasi terapi obat, follow-up
wajah, dan gangguan penghidu. Rhinosinusitis yang hati-hati, dan operasi bedah bila perlu.
kronis adalah penyakit dengan prevalensi yang Strategi terapi sesuai dengan keadaan setiap
tinggi dan memiliki dampak yang signifikan baik pasien. Manajemen terapi yang biasanya
dalam kehidupan bermasyarakat dan kualitas dipakai adalah terapi kortikosteroid baik topikal
pengeluaran biaya kesehatan yang cukup begitu, dari 15-87% pasien yang menjalani
individu dan memengaruhi 11-12% populasi Sebuah manajemen tatalaksana yang baik
orang dewasa sehingga selain adanya dibutuhkan untuk mencegah terjadinya relaps
rhinosinusitis kronis, terjadi gangguan pada Penulisan case report session ini terbatas
hidung, sinus paranasal, dan jaringan limfoid pada definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,
terkait. Polip nasal adalah inflamasi di jalan gejala klinis, diagnosis, komplikasi, tatalaksana,
nafas hidung yang biasanya bilateral dan serta prognosis rhinosinusitis kronis dengan
rhinosinusitis kronis walaupun juga diobservasi Tujuan penulisan case report session ini
bila ternyata merupakan variasi dari penyakit antara lain sebagai berikut:
lain seperti kista fibrosis atau keganasan. Jadi 1. Sebagai salah satu syarat dalam
dengan polip nasal adalah keadaan dimana THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Gejala dari keadaan ini meliputi rhinorea, rhinosinusitis kronis dengan polip nasal
berlangsung selama lebih dari 12 minggu. Ada Penulisan case report session ini
manifestasi klinis rhinosinusitis kronis pada diasosiasikan dengan intoleransi aspirin. Terjadi
pasien. Namun, penemuan ini dianggap tidak penurunan sintesis prostaglandin anti-inflamasi
universal dan salah satu penelitian yang dan peningkatan sintesis leukotrien pro-
menggunakan antifungal gagal menunjukkan inflamasi. Eikosanoid dihipotesis juga
bukti bermakna dalam tatalaksana penyakit ini. memodulasi efek superantigen stafilokokus.
Bakteri juga dianggap sebagai salah Faktor lain dari host yang juga diduga
satu etiologi, dengan salah satu penelitian menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah
dengan kultur mensugestikan, khususnya defek dari barrier fisik pada sistem imun pasien.
bakteri Staphylococcus aureus penting dalam Defek barrier imun pasien bisa menyebabkan
manifestasi penyakit ini. Bakteri Staphylococcus infiltrasi sel, berubahnya respon Th2, defek
aureus selain bisa mengkolonisasi permukaan pembersihan mukosiliar, dan peningkatan
juga mampu tinggal di dalam sel epitel dan kerentanan terhadap degradasi protease
makrofag pasien rhinosinusitis kronis. eksogen. Defek barrier bisa menyebabkan
Staphylococcus dianggap meningkatkan respon peningkatan akses masuk zat-zat asing ke
eosinofilik lokal, menurunkan tingkat metabolik dalam epitel
pasien menggunakan biofilm; matriks eksternal
yang terdiri dari polisakarida, protein, dan asam 2.4 Patofisiologi3
nukleat, sehingga tempat yang dipengaruhi Mekanisme yang mendasari terjadinya
biofilm ini menjadi tempat yang optimal untuk inflamasi sinonasal pada penyakit ini masih
pertumbuhan bakteri dan melindungi bakteri belum sepenuhnya terjelaskan. Seperti yang
dari antibiotik konvensional dan mekanisme sudah dijelaskan sebelumnya, adanya defek
pertahanan host. Pada pasien rhinosinusitis barrier pada epitel sinonasal dianggap bisa
kronis diperkirakan biofilm bakteri berkontribusi meningkatkan paparan terhadap antigen dari
terhadap penurunan respon pasien terhadap patogen yang terinhalasi yang pada akhirnya
antibiotik. Biofilm juga dianggap berperan dalam menginduksi terjadinya inflamasi.
menstimulasi respon inflamasi pada pasien
rhinosinusitis kronis. Selain S. aureus,
Pseudomonas aeruginosa, Streptoccoccus
pneumonia, Haemophilus influenza, and
Moraxella catarrhalis diketahui menghasilkan
biofilm.
Normalnya, sistem imun mukosa bisa
melindungi host dari kerusakan yang diinduksi
agen-agen infeksius dari lingkungan luar,
sehingga bila terjadi defek pada sistem ini bisa
menyebabkan terjadinya inflamasi kronis. Pada Gambar 3. Kolonisasi mikroba dan akumulasi
rhinosinusitis kronis, respon inflamasi menjadi sel imun bisa menyebabkan inflamasi, cedera
jaringan, dan hilangnya barrier
kronis diperkirakan karena respon yang
berlebihan atau karena stimulasi sistem imun Terjadinya defek barrier epitel pada pasien akan
yang terus menerus. menyebabkan penurunan resistensi epitel,
Defek jalur eikosanoid, molekul sinyal hilangnya koneksi intraselular dan peningkatan
yang disekresikan sel-sel imun dari permeabilitas jaringan. Namun begitu alasan
metaabolisme asam arakidonik dianggap terjadinya defek pada barrier epitel masih belum
berkontribusi sebagai penyebab munculnya diketahui. Diduga faktor ekstrinsik menginduksi
rhinosinusitis kronis dengan polip nasal dan kerusakan barrier epitel. Pada pasien
rhinosinusitis dengan polip nasal ditemukan ada faktor yang memperingan atau memperberat
peningkatan onkostatin M, bagian dari IL-6, serta riwayat pengobatan yang sudah
yang bisa mengganggu junction, menurunkan dilakukan.9 Beberapa keluhan/gejala yang
tahanan barrier dan menginduksi permeabilitas dapat diperoleh melalui anamnesis dapat dilihat
jaringan. Terdapat juga peningkatan transporter pada tabel 1 pada bagian depan. Menurut
ion epitel, Pendrin, yang bisa meningkatkan EP3OS 2007, keluhan subyektif yang dapat
produksi mukus, dan peningkatan mukus menjadi dasar rinosinusitis kronik adalah:
Muc5AC, mengindikasikan adanya gangguan
1) Obstruksi nasal
pembersihan mukosiliar dan penurunan dari
sekresi protein pertahanan antimikroba. Semua
Keluhan buntu hidung pasien biasanya
ini bisa menginduksi paparan yang lama bervariasi dari obstruksi aliran udara mekanis
terhadap patogen dan memicu berkembangnya sampai dengan sensasi terasa penuh daerah
respon inflamasi kronis.
hidung dan sekitarnya
Terjadi disregulasi sistem imun host
yang ditandai dengan peningkatan protein 2) Sekret / discharge nasal
granul eosinofil, IL-5, dan protein kemotaktik
Dapat berupa anterior atau posterior nasal drip
eosinofil. Selain itu, ditemukan juga peningkatan
basophil, sel limfoid, sel mast, dan sitokin tipe-2 3) Abnormalitas penciuman
yang meliputi IL-5 dan IL-13. Kejadian spesifik
dan persinyalan yang menginisiasi respon ini Fluktuasi penciuman berhubungan dengan
masih belum diketahui dengan pasti. rinosinusitis kronik yang mungkin disebabkan
Tidak semua polip nasal mempunyai karena obstruksi mukosa fisura olfaktorius
penampilan histologis yang sama, penelitian dengan / tanpa alterasi degeneratif pada
pada pasien dari Eropa dan Asia menunjukkan mukosa olfaktorius
hasil yang berbeda. Pada pasien Asia yang
4) Nyeri / tekanan fasial
tinggal di Asia, pada polipnya IL-5 dan
eosinofilnya lebih sedikit bila dibandingkan Lebih nyata dan terlokalisir pada pasien dengan
dengan pasien Eropa, tetapi ada peningkatan rinosinusitis akut, pada rinosinusitis kronik
IFN-γ pada pasien Asia. Oleh karena itu, faktor keluhan lebih difus dan fluktuatif.
genetik mungkin memiliki pengaruh terhadap
patologi penyakit ini 2.4.2 Pemeriksaan Fisik
Adanya penyebab infeksi baik bakteri maupun teratur dari anterior ke posterior. Vestibulum,
virus, adanya latar belakang alergi atau mukosa hidung dan septum nasi, dinding lateral
kemungkinan kelainan anatomis rongga hidung hidung dan konkha inferior harus diperiksa
Prognosis tergantung dari ketepatan serta cepatnya - Riwayat dirawat selama 10 hari karena asma
penanganan yang diberikan. Semakin cepat maka pada tahun 2009
prognosis semakin baik. Pemberian antibiotika serta - Riwayat perdarahan dari hidung sebelumnya
obat-obat simptomatis bersama dengan penanganan tidak ada
faktor penyebab dapat memberikan prognosis yang - Riwayat luka sukar berhenti tidak ada
baik - Riwayat hipertensi sebelumnya tidak diketahui
- Riwayat konsumsi obat jantung/pengencer
LAPORAN KASUS darah sebelumnya tidak ada
3.1 Identitas Pasien - Riwayat DM ada terkontrol
Nama : Tn.II - Riwayat pandangan ganda dan bengkak di
Tanggal pemeriksaan : 10 September 2018 leher tidak ada
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki 3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Alamat : Teluk Bayur Tidak ada keluarga pasien yang pernah menderita
Suku Bangsa : Minangkabau penyakit seperti ini sebelumnya
Lokasi KN KN Edem - -
Jenis Mukoid Mukoid Jaringan - -
Sekret Jumlah Sedikit Sedikit granulas
Bau - - i
Konka Ukuran Eutrofi Eutrofi Ukuran Eutrofi Eutrofi
inferior Warna Hiperemis Pucat Konka inferior Warna Hiperemis Pucat
Permukaan Licin Licin Permuk Licin Licin
Edema - - aan
Ukuran Ada Polip Ada Polip Edem - -
Konka Warna Hiperemis Pucat Adenoid Ada/tida Tenang Tenang
media Permukaan Licin Licin k
lurus/devia Edem - -
si mukosa
Spina - Permuk - -
Krista - aan
Perforasi - Drip k
Media
Bentuk Soliter Soliter 6. Orofaring dan mulut
- Quo ad vitam : Bonam kronis bila gejala dirasakan selama 12 minggu atau
- Quo ad sanam : Bonam lebih. Gangguan penghidu pada pasien merupakan
salah satu gejala mayor dari rhinosinusitis.3
3.10 Resume
Dari pemeriksaan, didapatkan keadaan umum
Dari pemeriksaan, didapatkan keadaan umum
pasien tampak sakit sedang dengan vital sign dalam
pasien tampak sakit sedang dengan vital sign dalam
batas normal. Pada pemeriksaan fisik, telinga tampak
batas normal. Pada pemeriksaan fisik, telinga tampak
liang telinga cukup lapang dan membran timpani utuh.
liang telinga cukup lapang dan membran timpani utuh.
Pemeriksaan mulut dan tenggorok menunjukkan hasil
Pemeriksaan mulut dan tenggorok menunjukkan hasil
pemeriksaan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
pemeriksaan dalam batas normal. Pada pemeriksaan
hidung kavum nasi dekstra dan sinistra sempit, terdapat
hidung kavum nasi dekstra dan sinistra sempit, terdapat
sekret mukoid, dan terdapat massa di kedua kavum
sekret mukoid, dan terdapat massa di kedua kavum
nasi. Massa soliter dengan konsistensi lunak, berwarna
nasi. Massa soliter dengan konsistensi lunak, berwarna
pucat dan putih abu-abu serta mudah digoyang.
pucat dan putih abu-abu serta mudah digoyang.
Terdapat PND pada pasien.
Terdapat PND pada pasien.