ALO
Oleh:
Preseptor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2021
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, serta berkat rahmat
dan karunia yang telah dilimpahkan maka penulis dapat menyelesaikan case
report session yang berjudul “ALO
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga case report ini
dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
2.2.1 Definisi........................................................................................3
2.2.3 Patofisiologi.................................................................................5
2.2.5 Diagnosis.....................................................................................10
2.2.7 Penatalaksaan…………..………………………………………12
3.2 Anamnesis...................................................................................................18
3.5 Diagnosis....................................................................................................23
3.6 Penatalaksanaan..........................................................................................23
BAB IV DISKUSI
BAB V PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
di dalam paru-paru, biasanya diakibatkan oleh ventrikel kiri jantung yang tidak
memompa secara adekuat. Edema paru akut terjadi oleh karena adanya aliran
cairan dari darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru,
disebut edema paru akut. Edema paru akut merupakan komplikasi yang biasa dari
penyakit jantung dan kebanyakan kasus dari kondisi ini dihubungkan dengan
kegagalan jantung. Edema paru akut dapat menjadi kondisi kronik atau dapat
berkembang dengan tiba-tiba dan dengan cepat menjadi ancaman hidup. Tipe
yang mengancam hidup dari edema paru terjadi ketika sejumlah besar cairan tiba-
tiba berpindah dari pembuluh darah paru ke dalam paru, dikarenakan masalah
paru, serangan jantung, trauma, atau bahan kimia toksik. Ini dapat juga menjadi
tanda awal dari penyakit jantung koroner.Angka kejadian penyakit ini adalah
pengobatan yang tepat, 90% kasus berakhir dengan kematian. Bila pengobatan
yang diberikan sesuai, 50% penderita akan selamat. Penderita yang bereaksi baik
terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan atau tanpa kelainan
1
Mengingat begitu berbahayanya edema paru akut bagi kesehatan maka kelompok
akan membahas mengenai edema paru akut dan asuhan keperawatan yang
efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden edema paru
Case report session ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di
bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD M.Natsir Solok dan diharapkan agar dapat
menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca.
Tujuan penulisan dari case report session ini adalah untuk mengetahui
hiperplasia endometrium.
Case report session ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng
kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm,
lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding uterus adalah 1,25 cm.
Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah
melahirkan anak atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih
signifikan pada berbagai tahap siklus menstruasi. Pada saat haid : 2-4 mm, pada
fase proliferasi awal : 5-7 mm, fase proliferatif / preovulasi akhir: sampai 11 mm
dan fase sekresi: 7-16 mm dan biasanya mencapai ketebalan maksimum saat fase
2.2.1 Definisi
sedikit, siklus haid yang memanjang atau tidak beraturan. Terminologi menoragia
3
saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual
(PUD).4
2.2.2 Etiologi
a. Polip
dari stroma dan kelenjar dan dilapisi oleh epitel endometrium. 5.6
b. Adenomiosis
c. Leiomioma
miometrium. 5
e. Coagulopathy
4
Coagulopathy adalah gangguan hemostatis sistemik yang berdampak
f. Ovulatory Dysfunction
g. Endometrial
h. Iatrogenik
Kategori not yet classified dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau
1. Anamnesis
risiko kelainan tiroid, penambahan dan penurunan berat badan yang drastis, serta
riwayat kelainan hemostasis pada pasien dan keluarganya. Perlu ditanyakan siklus
haid sebelumnya serta waktu mulai terjadinya perdarahan uterus abnormal. Pada
5
perempuan pengguna pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat kepatuhannya,
2. Pemeriksan Fisik
keadaan hemodinamik.
dan ekimosis.5
3. Pemeriksaan Ginekologi
2.3.1 Definisi
bentuk kelenjar yang irreguler dengan ukuran yang bervariasi. Pertumbuhan ini
6
Gambar 2.1 Hiperplasia Endometrium
berikut :
monopause
8. Diabetes
2.3.3 Klasifikasi
7
1. Hiperplasia simple tanpa atipi
padat dan memiliki berbagai ukuran. Pada beberapa kasus, pembesaran kelenjar
atau atipia sitologik. Stroma selular padat masih terdapat di antara kelenjar.
2.3.4 Etiopatogenesis
8
Gonadotropin (feedback mechanism). Akibatnya rangsangan terhadap
tidak diimbangi oleh progesteron. Akibat dari keadaan ini adalah terjadinya
Peningkatan estrogen juga dipicu oleh adanya kista ovarium serta pada wanita
2.3.5 Gejala
Siklus menstruasi tidak teratur atau tidak haid dalam jangka waktu lama
itu akan sering mengalami flek bahkan muncul gangguan sakit kepala, mudah
lelah dan tanda anemia lainnya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini adalah
penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia berat bahkan syok
2.3.6 Diagnosis
1. Anamnesis
9
Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu
sakit atau tidak), lama perdarahan dan sebagainya. Selain itu juga perlu
ditanyakan adanya massa baik pada jalan lahir maupun pada abdomen,
yang bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
dinding kavum uteri secara lebih baik maka dapat dilakukan pemeriksaan
Biopsi
10
Diagnosis hiperplasia endometrium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan
uterus.
uterus. Pada wanita dalam masa pubertas umumnya tidak perlu dilakukan
Histeroskopi
kedalam uterus untuk melihat keadaan dalam uterus, dengan peralatan ini
2.3.7 Tatalaksana
berikut :
11
1. Tindakan kuretase selain untuk menegakkan diagnosis sekaligus
dinding rahim sudah bisa diatasi. Terapi progestin sangat efektif dalam
dan sebagainya.
3. Histerektomi.
12
Metode ini merupakan solusi permanen untuk terapi perdarahan uterus
kasus seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari
itu akan lebih baik jika bisa dilakukan pencegahan yang efektif.
2.4.1 Definisi
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam
atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor
ovarium.7
Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil dan besar).
Nyeri panggul yang menetap dan dapat menyebar kepanggul bawah dan
paha.
Nyeri senggama.
2.4.3 Diagnosis
1. Anamnesis
13
Pada anamnesis rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah.
Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur.
Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi
menjadi sering.
2. Pemeriksaan Fisik.
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga
teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
4. Pemeriksaan Penunjang
USG
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid dan dapat
dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak.
Foto Rontgen.
14
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya
barium pada kolon dapat untuk menentukan apakah tumor bearasal dari
ovarium atau tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-
Laparoskopi
Perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan
2.4.4 Penatalaksanaan
operasi dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya
secara spontan dan menghilang. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik
yang tidak ganas adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada
bagian ovarium yang mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada
tuba. Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi
untuk diperiksa.
15
Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan terapi.
berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk
tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial.
dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi. Terapi bedah diperlukan pada kista
ovarium simpleks persisten yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks.
Laparoskopi digunakan pada pasien dengan kista benign, kista fungsional atau
dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat
pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa
wanita post menopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua
dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko
dengan serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat
karsinoma ovarium pada keluarga. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu
seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian tumor ganas atau tidak.
16
dan appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat tumornya saja
masih muda, belum mempunyai anak, derajat keganasan tumor rendah seperti
pada fow potential malignancy (borderline). Radioterapi hanya efektif untuk jenis
tumor yang peka terhadap radisi, disgerminoma dan tumor sel granulosa.
tumor ganas sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan
selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun sekali.
17
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 46 tahun
No. RM : 022112
3.2 Anamnesa
A. Keluhan Utama
pada tanggal 26 Juli 2020 pukul 18:00 WIB diantar oleh keluarga dengan keluhan
kemaluan sejak 20 hari yang lalu, keluhan dirasa memberat pada 2 hari
Darah keluar saat masa haid selama ≥ 20 hari, selama darah keluar pasien
mengganti duk lebih dari 5 kali sehari. Saat ini darah keluar disertai nyeri
perut bawah.
18
Pasien mengeluhkan pusing, cepat lelah dan mata berkunang-kunang saat
beraktivitas.
Keluhan pada buang air kecil dan buang air besar disangkal.
C. Riwayat Menstruasi
Sejak desember tahun 2019 haid tidak teratur, pada saat haid darah keluar
selama ≥ 20 hari, pasien bisa mengganti duk lebih dari 5 kali sehari
19
F. Riwayat Penyakit Keluarga
G. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1 kali ketika pasien berumur 20 tahun pada tahun 1994
hingga sekarang
1. 1995/aterm/PN/bidan/3500 gram/perempuan/hidup
2. 1999/aterm/PN/bidan/2800 gram/perempuan/hidup
3. 2007/aterm/PN/bidan/2700 gram/perempuan/hidup
Status lokalis
BB : 56 kg
TB :150 cm
20
Vital Sign
TD :120/60 mmHg
Nadi : 72 x/i
Nafas : 20x/i
Temperatur : 36,70C
Status Generalisata
Kepala : Normochepal
detik
Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-), massa (-)
Palpasi : Supel (+), defans muscular (-), massa (-), nyeri tekan
21
Genetalia : V/U : tenang, perdarahan (-), massa (-), sekret (-)
Pemeriksaan Dalam
Dinding vagina : ruggae (+), massa (-), polip (-), fistel (-)
3.4 Laboratorium
Ht : 22,7 % (L)
22
3.5 Diagnosis
3.6 Tatalaksana
Sikap
- Konsul Sp.OG
- Rawat inap
Rencana
- USG
Follow Up
- Nd : 74 (2x1)
23
x/mnt
- Nf : 20
x/mnt
- Suhu :
36,7 º C
- Konjungti
va anemis
(+/+)
- Abdomen
: NT (+)
suprapubi
c, NL (-)
- Genetalia
: V/U :
Tenang,
PPV (+)
sedikit
23 : 00 - Darah - KU : TSS Anemia Berat - Darah
- Pasien - Nd : 101
merasa x/mnt
24
tangan - Nf : 20
gemetaran x/mnt
(+) - Suhu :
37,0 º C
- Sp O2 :
99 %
- Konjungti
va anemis
(+/+)
- Abdomen
: NT (+)
suprapubi
c, NL (-)
- Genetalia
: V/U :
Tenang,
PPV (+)
sedikit
27 Juli 08 : 00 - Flek darah - KU : TSS Anemia Berat -IVFD RL 500 CC,
25
(+) x/mnt - Rencana USG
merasa x/mnt
tangan - Suhu :
gemetaran 37,0 º C
(-) - Konjungti
va anemis
(+/+)
- Abdomen
: NT (+)
suprapubi
c, NL (-)
- Genetalia
: V/U :
Tenang,
PPV (+)
sedikit
28 Juli 07:00 - Flek darah - KU : TSS Anemia Berat IVFD RL 500 CC,
(+) x/mnt
26
- Nf : 20 Poli
x/mnt
- Suhu :
36,7 º C
Konjungti
va anemis
(+/+)
- Abdomen
: NT (+)
suprapubi
c, NL (-)
- Genetali
a : V/U :
Tenang,
PPV (-)
28 Juli 11:00 - Flek darah - KU : TSS Anemia Berat - Pasien USG
m ke (-) - TD : Uterus
- Lemas mmHg
berkurang - Nd : 74
(+) x/mnt
- Nf : 20
x/mnt
27
- Suhu :
36,7 º C
Konjungti
va anemis
(+/+)
- Abdomen
: NT (+)
suprapubi
c, sedikit
Genetalia
: V/U :
Tenang,
PPV (-)
28
Gambar 3.1 USG Hiperplasia Endometrium dan Kista Ovarium
Hasil :
Diagnosis
Rencana Selanjutnya
Ht : 27,5 %
S/ - Pusing (-)
29
- Keluar darah dari kemaluan (-)
- Nadi : 80 kali/menit
- Pernapasan : 20 kali/menit
- Suhu : 36,7 º C
BAB IV
ANALISAKASUS
haid berwarna merah kehitaman yang banyak dari kemaluan sejak 20 hari yang
lalu, keluhan dirasakan memberat pada 2 hari ini. Namun, saat masuk RS darah
sudah berhenti. Darah keluar saat masa haid selama ≥ 20 hari, sehingga pasien
harus mengganti duk lebih dari 5 kali sehari. Darah keluar disertai nyeri perut
30
bawah. Pasien merasa pusing, cepat lelah dan mata berkunang-kunang saat
beraktivitas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. Status
diagnosis untuk anemia. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan diarea
permukaann licin, canalis cervicalis tidak dapat dilalui jari, massa (-).
panjang uterus 9,63 cm dan lebar : 4,60 cm serta kista ovarium berukuran
diameter 4,41 cm
Penanganan pada pasien ini sudah tepat dengan pemberian tranfusi darah
dan diberi terapi hormonal untuk dapat menyeimbangkan hormon sehingga dapat
perkembangan selanjutnya. Namun apabila siklus haid tidak kunjung teratur maka
pada pasien.
31
KESIMPULAN
yaitu berupa siklus menstruasi tidak teratur atau tidak haid dalam jangka waktu
memastikan tidak terjadinya syok hipovolemik, lalu beri terapi hormonal. Apabila
32
perdarahan aktif dapat dilakukan kuretase dengan tidak lupa dilakukan kerokan
DAFTAR PUSTAKA
33
4. Baziad, A. 2011. Panduan Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal.
5. Munro, M.G. 2012. The FIGO system for nomenclature and classification of
causes of abnormal uterine bleeding the reproductive years: who nees them.
34