Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL READING

*KEPANITERAAN KLINIK SENIOR/ G1A213055/G1A213074 JUNI 2014


** PEMBIMBING/ DR.ALVIAN TAHER, SPTHT

 PENILAIAN TANDA KLINIS DAN PENGELOLAAN ANGIOFIBROMA NASOFARING


JUVENIL DI MALAYSIA

Siti Hardianty, S.Ked* Muhammad Septian Sa’ad, S.Ked


dr.Alvian Taher, Sp.THT**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN THT-KL RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
ABSTRAK
 Angiofibroma Nasofaring Juvenile (JNA) adalah tumor
jinak bersifat invasif lokal.
 Diagnosis berdasarkan pada evaluasi klinis dan temuan pada
CT-Scan.
 Prevalensi dan karakteristik dari Angiofibroma Nasofaring
Juvenile (JNA) pada pasien rumah sakit ORL-HNS
Universitas Sains Malaysia berusia antara 9-13 tahun
PENDAHULUAN

 JNA adalah 0,5% untuk seluruh tumor kepala dan leher


 Pasien usia remaja biasanya datang dengan keluhan
epistaksis, hidung tersumbat, sakit kepala dan suara
hiponasal (suara sengau).
 pada kasus JNA yang dioperasi di Rumah Sakit Universitas
Sains Malaysia dilakukan tindakan Maxillary Swing
 nasopharyngectomy juga digunakan dalam tiga kasus
angiofibroma pada anak-anak
PASIEN DAN METODE

 25 pasien yang dioperasi dari Oktober 1998 sampai


Oktober 2004 dianalisis secara retrospektif.
 Setiap kasus yang ditemukan dengan karakteristik khusus
dicatat
 Prosedur pembedahan untuk setiap kasus dicatat
 Follow-Up yang di lakukan setiap enam minggu untuk tahun
pertama dan setiap 3 bulan untuk 2 tahun berikutnya.
HASIL

 jumlah kasus khusus laki-laki 9-13 tahun dan pasien tertua dalam
penilitian ini berusia 24 tahun
 penemuan radiologis mayoritas pada kasus menunjukkan pada
stadium II dan III
 kasus embolisasi menunjukkan komplikasi yang terburuk adalah
kebutaan atau stroke
 Pemeriksaan histopatologi JNA pada semua kasus terbukti
memiliki ketebalan otot polos di sekitarnya yang banyak memiliki
pembuluh darah
 Trismus dan fistula dikoreksi dengan metode penegakan
spatula konservatif dengan perbaikan sekunder berturut-
turut
 empat kasus dengan ekstensi intrakranial tidak di follow-up
mengalami kekambuhan dan menjalani operasi kembali
 kecuali satu ekstensi intrakranial yang dilakukan
radioterapi dan kontrol luka yang baik tidak kambuh lagi
DISKUSI

 diagnosis pasti Juvenile Angiofibroma nasofaring (JNA)


adalah histopatologi
 Diagnosis pada tumor ini jika hasil CT scan ditemukan erosi
plat pterygoideus, pelebaran foramen sphenopalatina dan
adanya massa di fossa pterygopalatine.
 Pada penelitian ini ada empat kasus yang ditemui mirip
dengan JNA tetapi kemudian berubah menjadi karsinoma
nasofaring, granuloma piogenik dan chordoma.
 tumor dengan ekstensi intrakranial dilakukan
tindakan maxillary swing digunakan dengan sukses

 Tumor Stadium I dan stadium II berhasil


diobati dengan transpalatal dan tindakan
rhinotomy lateral
 reseksi endonasal, kekambuhan penyakit rendah
 reseksi endoskopik harus dilakukan untuk tumor awal yaitu
stadium I atau stadium II
 embolisasi efektif dan pembedahan terbuka yang adekuat
merupakan faktor utama mencegah kekambuhan

 Sebagian besar kekambuhan akan muncul dalam 12 bulan


pertama
 follow-up terus menerus sangat penting untuk waktu
perbaikan operasi dengan morbiditas minimal
Terima kasih ^_^

Anda mungkin juga menyukai