Anda di halaman 1dari 24

Journal Reading

Profil Klinis Karsinoma Nasofaring di Departemen


THTKL RSUP Dr. Mohammad Hoesin
PalembangTahun 2014-2015

Oleh : Pembimbing :
Athiyatul Ulya dr. Rudi Artono, Sp.THT-KL
6120018045
Pendahuluan
• Karsinoma nasofaring (KNF) adalah Tumoryang berasal dari sel-sel epitel
yang melapisi permukaan nasofaring .

• Tumor ini umumnya berasal dari fossa rosenmuller (daerah transisional


epitel kuboid —> epitel skuamous)

• Insiden karsinoma nasofaring tertinggi di dunia : daratan Cina selatan,


suku Kanton-provinsi Guang Dong & Guangxi, >50/100.000 penduduk/thn

• Prevalensi karsinoma nasofaring di Indonesia adalah 6,2/100.000 dengan


13.000 kasus baru setiap tahun
• KNF merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai diantara tumor
ganas THTKL di Indonesia (KNF termasuk dalam lima besar tumor ganas, &
peringkat 1 tumor ganas terbanyak di daerah kepala-leher (persentase
hampir 60%))

• KNF dapat terjadi pada setiap usia, (umumnya pd usia 45-54)

• Laki-laki >> wanita = 3:1

• Tidak umum dijumpai di Amerika (<1/100.000 penduduk/thn)


• Gejala dan tanda karsinoma nasofaring :
• benjolan di leher (78%)
• obstruksi hidung (35,5%)
• epistaksis (27,5%)
• Diplopia
• adenopati leher,
• otitis media efusi,
• gangguan pendengaran unilateral atau bilateral,
• hidung tersumbat,
• paralisis nervus kranial,
• retrosphenoidal syndrome of Jacod (kesulitan ekspresi wajah, masalah gerakan mata dan
rahang),
• retroparotidian syndrome of Villaret (sulit mengunyah, gangguan gerakan lidah dan leher),
• nyeri telinga yang menjalar
• Seperempat pasien karsinoma nasofaring mengalami gangguan nervus kranial, 28,8%
mengenai nervus V, 26,9 % mengenai nervus VI dan 25%9 mengenai nervus X
• Etiologi multifaktor + gejala dini tak khas + letak nasofaring
tersembunyi => diagnosis terlambat => Penanganan sulit

• Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil klinis karsinoma


nasofaring berdasarkan usia, jenis kelamin, gejala klinik, gambaran
histopatologi, dan stadium di Departemen THTKL RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2014-2015.
Klasifikasi gambaran histopatologi oleh World Health
Organization (WHO) tahun 2005:
I. Karsinoma Sel Skuamosa Berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).
• Tingkat diferensiasi digolongkan menjadi: diferensiasi baik, diferensiasi moderat, dan
diferensiasi buruk.
• Sering eksofitik (tumbuh di permukaan)
• Prognosis lebih muruk, kurang sensitif radiasi
II. Karsinoma Non-Keratinisasi (Non-Keratinizing Carcinoma).
• Tipe ini dibagi menjadi dua subtipe yaitu terdapat diferensiasi (diffierentiated) dan tidak
terdapat diferensiasi (undifferentiated).
• Banyak variasi
• Menyerupai karsinoma transisional
III. Karsinoma sel skuamosa basaloid (Basaloid Squamous Cell Carcinoma)
• Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD)
• Termasuk limfoepitelioma, ca anaplastik, clear cell ca, varian sel spindel
• Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik
Metode Penelitian
• Penelitian deskriptif berupa serial kasus
• Menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang
• Dilakukan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr Mohammad Hoesin
Palembang
• Dilakukan pada bulan Nopember - Desember 2016
• Sampel adalah semua pasien karsinoma nasofaring di RSUP
Dr.Mohammad Hoesin Palembang 2014-2015 yg memenuhi kriteria
inklusi
• Kriteria inklusi;
• Semua pasien karsinoma nasofaring di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun
2014- 2015 yg diagnosanya ditegakkan oleh dokter spesialis berdasarkan gambaran
histopatologi dan ditentukan tingkat keparahan atau stadiumnya berdasarkan sistem TNM.
• Kriteria eksklusi;
• Kasus karsinoma nasofaring dengan data variabel yang tidak lengkap dan kasus karsinoma
nasofaring dengan diagnosis histopatologi yang belum pasti (masih ada diagnosis
bandingnya).
• Pengambilan sampel -> teknik total sampling
• Variabel
• angka kejadian karsinoma nasofaring,
• usia,
• jenis kelamin,
• gejala klinik,
• gambaran histopatologi,
• stadium kanker
• Analisis data : program Statistical Package for SocialScience (SPSS) versi 22.0 for Windows.
Analisis data univariat.
HASIL
Pembahasan
• Pada tahun 2002, ditemukan sekitar 80.000 insiden kanker nasofaring
di seluruh dunia. Prevalensi kanker nasofaring di Indonesia adalah
6.2/100.000, dengan hampir sekitar 13.000 kasus baru, namun itu
merupakan bagian kecil yang terdokumentasikan.
• Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang
dilakukan di tempat lain. Pada penelitian di Amerika dan Eropa, dan
daerah endemik ditemukan peningkatan insidensi KNF pada umur 20
tahun dan puncaknya pada 40-50 tahun, sedangkan di daerah yang
beresiko rendah ditemukan peningkatan insidensi KNF pada umur 15
tahun dan puncaknya pada umur 50-60 tahun.
• Dari 110 kasus, 72,73% adalah laki-laki. Hasil ini sesuai dg beberapa
penelitian lain;
• Penelitian Yenita (2008) di Padang ditemukan sebanyak 71,1% kasus KNF pada
laki-laki dan 28,9% kasus pada perempuan.
• Penelitian Putri (2011) di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung, penderita KNFsebanyak 324 orang (65,7%) adalah laki- laki,
sedangkan sebanyak 169 orang (34,3%)adalah perempuan, dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 2:1.
• Hal tersebut terjadi karena gaya hidup laki-laki berbeda dengan perempuan
(kebiasaan merokok, memiliki pekerjaan yang cenderung terpapar bahan
kimia)
• Gejala klinik KNF yang paling sering ditemui adalah hidung tersumbat (49,09%), benjolan di leher
(43,64%), dan mimisan ( 36,36%).
• Penelitian Melani dan Sofyan (2011) di RS H. Adam Malik Medan bahwa gejala klinik KNF
benjolan di leher > hidung tersumbat > hidung berdarah. Penelitian Putri (2011) di Bagian
Ilmu Kesehatan THT-KL RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mendapatkan hasil sama.
• Kenyataannya, gejala klinik yang pertama dirasakan oleh pasien adalah telinga berdenging —
> berobat setelah masuk stadium lanjut yaitu stadium III / IV —> keluhan yang dirasakan
bukan lagi telinga berdenging melainkan benjolan di leher, hidung tersumbat dan mimisan.
• Benjolan pada leher <— leher merupakan penyebaran terdekat secara limfogen dari sel
kanker di nasofaring.
• Keluhan pada hidung <— tumor meluas ke arah anterior menuju rongga hidung dan
menimbulkan gejala seperti pilek yang lama (kronis), ingus kental dan berbau busuk, serta
epistaksis yang makin sering dan banyak disertai hidung tersumbat dan suara sengau.
• Pada jar. tumor —> terbentuk pembuluh-pembuluh darah baru —> rentan pecah —>
perdarahan pada hidung.
• Berdasarkan hasil penelitian, ketika ada pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat,
benjolan di leher dan mimisan maka pasien tersebut perlu dicurigai mengalami karsinoma
nasofaring.
• Mayoritas (81,82%) gambaran histopatologi KNF adalah KNF WHO III.
KNF WHO II adalah tipe KNF terbanyak kedua.
• Di Cina, mayoritas KNF adalah WHO II dan WHO III. Sebaliknya, di
daerah non endemik seperti Amerika, WHO I merupakan subtipe yang
terbanyak. KNF WHO III merupakan tipe yang paling parah dari ketiga
tipe KNF, tidak hanya terjadi kerusakan pada lapisan keratin sel namun
juga terjadi pertumbuhan yang tidak beraturan. Hal ini disebabkan
oleh faktor merokok dan makanan yang diawetkan.
• Mayoritas (77,27%) penderita didiagnosis sebagai KNF stadium IV,
diikuti berturut-turut KNF stadium III (12,73%), KNF stadium II (8,18%)
dan KNF stadium I (1,82%).
• Menunjukkan keterlambatan deteksi dini adanya tumor pada
nasofaring <— gejala dini yang tidak khas dan kurangnya kesadaran
masyarakat untuk datang ke dokter sampai keluhannya memburuk.
• Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang penyakit
kanker terutama KNF
• Lebih percaya berobat ke dukun atau non medis, takut berobat ke
dokter, dan kurangnya pengetahuan dokter dan tenaga kesehatan
pada lini pertama terhadap gejala dan tanda KNF.
Simpulan
• Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 60 kasus (16,85%) dari total kunjungan
pasien KNF di RSMH dan pada tahun 2015 terdapat 50 kasus (14,53%) dari total
kunjungan pasien KNF di RSMH.
• Pasien KNF paling banyak (30,91%) terdapat pada kelompok usia 46-55 tahun.
• KNF lebih berisiko pada laki-laki (72,73%) daripada perempuan (27,27%).
• Gejala klinik yang paling sering ditemui adalah hidung tersumbat (49,09%),
benjolan di leher (43,64%), dan mimisan ( 36,36%).
• Mayoritas (81,82%) gambaran histopatologi KNF adalah KNF WHO III. KNF WHO
II adalah tipe KNF terbanyak kedua yaitu 15,45%, selebihnya adalah KNF WHO I.
• Mayoritas (77,27%) penderita KNF didiagnosis sebagai KNF stadium IV, diikuti
berturut-turut KNF stadium III (12,73%), KNB stadium II (8,18%) dan KNB
stadium I (1,82%).

Anda mungkin juga menyukai