Anda di halaman 1dari 11

.

Pengertian

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi di fossa Rossenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana
epitel kuboid berubah menjadi epitel skuamosa (Efiaty, 2001).
Tumor ganas nasofaring (karsinoma nasofaring) adalah sejenis kanker yang dapat menyerang
dan membahayakan jaringan yang sehat dan bagian-bagian organ di tubuh kita. Nasofaring
mengandung beberapa tipe jaringan, dan setiap jaringan mengandung beberapa tipe sel. Dan
kanker ini dapat berkembang pada tipe sel yang berbeda. Dengan mengetahui tipe yang sel yang
berbeda merupakan hal yang penting karena hal tersebut dapat menentukan tingkat seriusnya
jenis kanker dan tipe terapi yang akan digunakan (American Cancer Society dalam Cancer.Net,
2008).

2. Etiologi

Karsinoma nasofaring disebabkan oleh multifaktor. Sampai sekarang penyebab pastinya belum
jelas. Berikut ini dipaparkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya karsinoma
nasofaring:
Epstein-Barr Virus (EBV),
Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada
penderita karsinoma nasofaring.
Kaitan antara virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama
timbulnya penyakit ini. Virus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di sana
tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.
Mediator di bawah ini dianggap berpengaruh untuk timbulnya karsinoma nasofaring yaitu :
Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamin.
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
Sering kontak dengan zat-zat yang dianggap karsinogen, seperti : benzopyrenen ,
benzoanthracene, gas kimia, asap industri, asap kayu
Ras dan keturunan, tentang faktor genetik telah banyak ditemukan kasus herediter atau familier
dari pasien karsinoma nasofaring dengan keganasan pada organ tubuh lain.
Radang kronis daerah nasofaring
Penggunaan tembakau, adalah salah satu faktor risiko terbesar kanker pada kepala dan leher,
85% kanker kepala dan leher disebabkan oleh factor ini.
Alcohol, konsumsi yang sering dan tinggi adalah faktor risiko kanker pada kepala dan leher.
Jenis Kelamin, laki-laki 2 kali lebih berpotensi menderita penyakit ini dibandingkan wanita.
Usia, karsinoma nasofaring lebih sering menyerang seseorang yang berusia diatas 30 tahun.

3. Patofisiologi
Terbukti juga infeksi virus Epstein-Barr dapat menyebabkan karsinoma nasofaring. Hal ini dapat
dibuktikan dengan dijumpai adanya keberadaan protein-protein laten pada penderita karsinoma
nasofaring. Pada penderita ini sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein tertentu
yang berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan kelangsungan virus di dalam sel
host. Protein laten ini dapat dipakai sebagai petanda (marker) dalam mendiagnosa karsinoma
nasofaring, yaitu EBNA-1 dan LMP-1, LMP- 2A dan LMP-2B. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya pada 50% serum penderita karsinoma nasofaring LMP-1 sedangkan EBNA-1
dijumpai di dalam serum semua pasien karsinoma nasofaring.
Selain itu, dibuktikan oleh hasil penelitian Khrisna dkk (2004) dalam Rusdiana (2006) terhadap
suku Indian asli bahwa EBV DNA di dalam serum penderita karsinoma nasofaring dapat dipakai
sebagai biomarker pada karsinoma nasofaring primer.
Hubungan antara karsinoma nasofaring dan infeksi virus Epstein-Barr juga dinyatakan oleh
berbagai peneliti dari bagian yang berbeda di dunia ini . Pada pasien karsinoma nasofaring
dijumpai peninggian titer antibodi anti EBV (EBNA-1) di dalam serum plasma. EBNA-1 adalah
protein nuklear yang berperan dalam mempertahankan genom virus. Huang dalam penelitiannya,
mengemukakan keberadaan EBV DNA dan EBNA di dalam sel penderita karsinoma nasofaring.
Terdapat 5 stadium pada karsinoma nasofaring yaitu:
1. Stadium 0: sel-sel kanker masih berada dalam batas nasopharing, biasa disebut nasopharynx in
situ
2. Stadium 1: Sel kanker menyebar di bagian nasopharing
3. Stadium 2: Sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasopharing ke rongga hidung. Atau
dapat pula sudah menyebar di kelenjar getah bening pada salah satu sisi leher.
4. Stadium 3: Kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening di semua sisi leher
5. Stadium 4: kanker ini sudah menyebar di saraf dan tulang sekitar wajah.
Konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-zat karsinogen dapat mengaktifkan Virus
Epstein Barr ( EBV). Ini akan menyebabkan terjadinya stimulasi pembelahan sel abnormal yang
tidak terkontrol, sehingga terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten (EBNA-1). Hal inilah
yang memicu pertumbuhan sel kanker pada nasofaring, dalam hal ini terutama pada fossa
Rossenmuller.

4. Manifestasi Klinis

Pengetahuan tentang gejala klinis dari karsinoma nasofaring dan perluasannya, sangat diperlukan
untuk memudahkan dalam pembuatan suatu diagnosis. Gejala ditentukan oleh hubungan
anatomik antara nasofaring dengan organ sekitarnya. Gejala karsinoma nasofaring dapat
dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain :
1. Gejala nasofaring: Epistaksis, Sumbatan hidung
Gangguan pada telinga: Kataralis/oklusi tuba eustachius, Otitis media serosa dan dapat berlanjut
sampai terjadi perforasi dan gangguan pendengaran.
2. Gangguan neurologi
Karsinoma nasofaring telah diketahui dapat menyebabkan berbagai lesi neurologis khususnya
kelumpuhan saraf kranial.
3. Metastasis ke kelenjar getah bening leher
Tumor pada nasofaring relatif bersifat anaplastikdan banyak terdapat kelenjar limfe, maka
karsinoma nasofaring dapat menyebar ke kelenjar getah bening leher. Melalui aliran pembuluh
limfe, sel-sel kanker dapat sampai ke kelenjar limfe leher dan tertahan di sana dan karena
memang kelenjar ini merupakan pertahanan pertama agar sel-sel kanker tidak langsung ke bagian
tubuh yang lebih jauh.

5. Komplikasi

Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai
organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati dan paru. Hal ini
merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk.
Dalam penelitian lain ditemukan bahwa karsinoma nasofaring dapat mengadakan metastase jauh,
ke paru-paru dan tulang, masing-masing 20 %, sedangkan ke hati 10 %, otak 4 %, ginjal 0.4 %,
dan tiroid 0.4 %.
Komplikasi lain yang biasa dialami adalah terjadinya pembesaran kelenjar getah bening pada
leher dan kelumpuhan saraf kranial.
5. Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa tes diagnostik yang dapat dilakukan, meliputi (Efiaty & Nurbaiti, 2001):
1. Nasofaringoskopi
Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %.
2. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga
tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
3. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
4. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.
Ada beberapa pemeriksaan diagnostic lainnya yang dipaparkan dalam Cancer. Net (2008) antara
lain:
1. Magnetic resonance imaging (MRI), menghasilkan secara detail gambaran tubuh, khususnya
jaringan lunak. MRI sensitivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan CT Scan dalam
mendeteksi tumor nasofaring dan kemungkinan penyebarannya yang menyusup ke jaringan atau
nodus limfe
2. Bone scan. Prosedur ini menggunakan material radioaktif yang sangat kecil untuk menentukan
apakah kanker telah menyebar sampai ke tulang. Alat ini menggambarkan bila tulan sehat maka
pada kamera akan tampak berwarna abu-abu, dan bila ada kanker akan tampak gelap.
3. Neurologic tests. Tes ini untuk mengetahui fungsi nervus, khususnya sensasi taktil wajah dan
fungsi gerak pada nervus tertentu di area leher dan kepala.
4. Hearing test. Tes ini dilakukan bila diduga ada cairan pada telinga tengah.
5. Positron emission tomography (PET) scan. A PET scan adalah alat yang digunakan untuk
menciptakan tampilan gambaran organ dan jaringan dalam tubuh. Substansi radioaktif yang
berukuran kecil diinjeksikan ke dalam tubuh pasien dan akan terdeteksi oleh sebuah scanner,
yang akan menghasilkan gambar.
6. Pelatalaksanaan Medis
Radioterapi merupakan pengobatan utama
Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak
menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah
hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik), pemberian tetrasiklin,
faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan
kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan
mitomycin C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat
RADIOSENSITIZER.

7. Pencegahan

Meskipun beberapa faktor risiko karsinoma nasofaring tidak dapat dikontrol, ada beberapa yang
dapat dihindari dengan melalkukan perubahan gaya hidup. Menghentikan penggunaan rokok,
karena hal ini adalah hal yang sangat penting untuk mengurangi risiko karsinoma nasofaring.
Selain itu pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah dengan risiko
tinggi. Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah risiko tinggi ke tempat lainnya.
Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak makanan untuk
mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya. Penyuluhan mengenai
lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial-ekonomi dan berbagai hal yang
berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes serologik IgA-
anti VCA dan IgA anti EA bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring lebih dini.
Source:

Adams, G. L., 1997, Boeis: Buku Ajar Penyakit THT, EGC, Jakarta.
Arina, C. A., 2006, Paralisis Saraf Kranial Multipel pada Karsinoma Nasofaring, USU
Digital Library, diakses pada 19 September 2008,
http://library.usu.ac.id/download/fk/D0400193.pdf.
Asroel, H. A., 2002, Penatalaksanaan Radioterapi Pada Karsinoma Nasofaring, USU
Digital Library, diakses pada 19 September 2008, http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-
hary2.pdf.
Cancer.Net, 2008, Nasopharyngeal Cancer, diakses pada 06 September 2008, Cancer.net
guide to Nasopharyngeal Cancer, www.cancer.net/patient/Cancer+Types/
Nasopharyngeal+Cancer.
Care with Love, 2008, Laporan Pendahuluan
Askep Pada Klien Dengan Ca Nasofaring, diakses pada 15 September 2008,
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/02/ca-nasofaring.htm.
Doenges, Moorhouse, & Geissler., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Efiaty, Nurbaety, dkk., 2007, Buku Ajar Penyakit THT, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Handikin, L. S., 2008, Combined Treatment For Advanced Nasopharyngeal Cancer,
Cahaya Masa depan, diakses pada 6 Oktober 2008,
http://cahayamasadepan.blogspot.com/2008/09/combined-treatment-for-advanced.htm.
Karis, 2007, Asuhan Keperawatan Kanker Naso Faring, Berbisnis Dengan Hati, diakses
pada 01 September 2008, http://www.karisyogya.blog.m3-
access.com/posts/38782_ASUHAN-KEPERAWATAN-KANKER-NASO-
FARING.html.
Rusdiana, Munir, D., & Syregar Y., 2006, Hubungan Antibodi Anti Epstein Barr Virus
dengan Karsinoma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan. USU Digital Library,
diakses pada 21 September 2008, http://library.usu.ac.id/download/fk/rusdiana.pdf.

A. PENGERTIAN
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati,
tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia
tumbuh. (Brunner and Suddarth, 2001 )
Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring
yang tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan karena
suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis, pita suara palsu dan sinus-
sinus piriformis yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan
segera bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam.
Karsinoma laring adalah karsinoma (keganasan sel) skuamosa pita suara dan jaringan
sekitarnya ( C. Long Barbara : 408 ). Ca laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah
tumor ganas dibidang THT dan lebih banyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering
adalah jenis karsinoma sel skuamosa (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136).

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa
perokok dan peminum alcohol merupakan kelompok orang orang dengan resiko tinggi
terhadap terjadinya kanker laring. Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal yang
diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah rokok , alkohol, dan oleh sinar
radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker,
sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru paru, mulut, laring (pita suara),
dan kandung kemih darah, seperti Leukemia.
2. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama kanker pada
saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan kanker adalah Makanan
yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya kanker
lambung. Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap
kanker kerongkongan. Zat pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat
pada makanan laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis,tepung)
yang diproses secara berlebihan.
3. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain Virus Epstein-Bar (di
Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini menyebabkan kanker
hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetik.
Menurut Bunner dan Suddart, Barbara C. Long, Robbin dan Kumar serta D. Thone R. Cody.
Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya Ca laring meliputi :
1. Tembakau ( berasap / tidak )
2. Alkohol serta efek kombinasinya
3. Penajaman terhadap obseton
4. Gas mustard
5. Kayu, kulit dan logam
6. Pekerjaan yang menggunakan suar berlebihan (penyanyi rock, ustad, dosen )
7. Laringitis kronis
8. Defisiensi nutrisi ( Riboflavin )
9. Riwayat keluarga ca laring
10. Asap debu pada daerah industri
11. Laringitis kronis
12. Perokok diatas 40 tahun atau lebih
13. Lebih sering pada laki-laki daripada wanita
14. Epiglotis
15. Hemophilus influenza

C. PATHWAY
D. PATOFISIOLOGI
Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai limfatik yang
jarang. Di tempat manapun yang kering ( epiglotis, pita suara palsu, dan sinus-sinus piriformis ).
Pada bagian ini banyak mengandung pembuluh limfe, oleh karena itu kanker pada jaringan ini
biasanya meluas dengan cepat dan segera bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam.
Orang-orang yang mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak lebih dari 2 minggu
harus segera memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal kanker pita suara, jika
pengobatan dilakukan pada saat serak timbul ( yang disebabkan tumor sebelum mengenai
seluruh pita suara ) pengobatan biasanya masih memungkinkan.
Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan pada
leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran kelenjar limfe
dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik terhadap
laring dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari pemeriksaan mikroskopi terhadap
laring ( C. Long Barbara. 1996 : 408-409 ).
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Serak
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker pada daerah glotis
karena tumor mengganggu kerja pita suara selama berbicara. Suara mungkin terdengar parau dan
puncak suara rendah.
2. Dispneu dan stridor.
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada
tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massa tumor,
penumpukkan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau
transglotik terdapat dua gejala tersebut. Sumbatan dapat terjadi secara perlahan-lahan dapat
dikompensasi oleh pasien. Pada umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan prognosis
kurang baik.
3. Nyeri tenggorok
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
4. Disfagia ( Kesulitan Menelan)
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis.
Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumior ganas post krikoid. Rasa nyeri
ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur
ekstra laring.
5. Batuk dan hemoptisis.
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring
disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan
supraglotik.
6. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan penurunan
berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau metastase lebih jauh.
7. kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan
tumor pada stadium lanjut.
8. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang
menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan keluasan malignasi. Pengobatan
pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi dilakukan untuk
menyingkirkan setiap penyakit mulut. Semua masalah yang berkaitan dengan gigi diatasi jika
mungkin dan dilakukan sebelum pembedahan.
1. Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien yang hanya
mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat digerakkan ( yaitu bergerak saat
fonasi ). Selain itu pasien ini masih memiliki suara yang hampir normal. Beberapa mungkin
mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang
mengalami stenosis nantinya membutuhkan laringotomi. Terapi radiasi juga dapat digerakkan
secara pra operatif untuk mengurangi ukuran tumor.
2. Pembedahan Parsial
a. Laringektomi parsial ( laringotomi tirotomi )
Laringektomi parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini ketika hanya satu pita
suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka penyembuhan yang sangat tinggi . Dalam
operasi ini, satu pita suara diangkat dan semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien
kemungkinan menjadi parau, jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki
kesulitan menelan.
b. Laringektomi supraglotis ( Horizontal )
Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor supraglotis. Tulang hyoid,
glottis dan pita suara palsu diangkat. Pita suara kartilogi krikoid dan trakea tetap utuh. Selama
operasi dilakukan di seksi leher radikal pada tempat yang sakit. Selang traketomi dipasang dalam
trakea sampai jalan nafas glottis pulih. Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa
hari dan stoma dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik sampai terdapat
penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi. Pasca operatif, klien kemungkinan akan
mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan utama dari operasi
ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa.
c. Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan
terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago tiroid laring dipisahkan dalam garis
tengah leher dan bagian pita suara ( satu pita suara sejati dan satu pita suara palsu ) dengan
pertumbuhan tumor diangkat. Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien
akan mempunyai selang trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien beresiko
mengalami operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas suara ( sakit
tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi nafas dan jalan menelan tetap utuh.
d. Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang hyoid, epiglottis,
kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah, dinding faringeal, dan trakea
ditinggalkan. Laringektomi total membutuhkan stoma trakeal permanen. Stoma ini mencegah
aspirasi makanan dan cairan ke dalam saluran pernapasan bawah, karena laring yang me

Anda mungkin juga menyukai