5. Apa tujuan dari pemeriksaan laryngoscopy direct & biopsi FNAB KGB?
Untuk melihat batas irreguler ,warna ,karakteristik dan mobilitas pita suara
-laryngoscopy direct untuk melihat mobilitas pita suara
-Biopsi untuk mendeteksi tipe tumor
10. Apakah keluhan yg dirasakan raja ada hubungan dengan penyakit ayahnya ?
Tidak ada hubungan dengan Ca paru yg dialami ayahnya, namun riwayat genetik kanker ada
11. Apa tatalaksana untuk penyakit raja ?
-stadium I = radiasi
-stdium II& III = operasi
-stadium IV = laringektomi total, diseksi leher radikal
Ca
Ca Laring Ca Paru
NasoFaring
Pemeriksaan
Penunjang
Pem.
Radiologi Patalogi
Laboratorium
Anatomi
Etiologi
Berdasarkan data IARC (International Agency for Research on Cancer) tahun 2002
ditemukan sekitar 80,000 kasus baru KNF diseluruh dunia dan banyak ditemukan di
negara Cina bagian Selatan, Asia, Mediterania dan Alaska.Meskipun banyak
ditemukan di negara dengan penduduk non- Mongoloid,namun demikian di daerah
Cina bagian selatan masih menduduki tempat tertinggi,yaitu mencapi 2500 kasus baru
per tahun atau prevalensi 39,84 per 100.000 penduduk untuk propinsi
Guangdong.Penduduk di provinsi Guang Dong ini hampir setiap hari mengkonsumsi
ikanyang diawetkan (diasap, diasin). Di dalam ikan yang diawetkan dijumpai
substansiyang bernama nitrosamine yang terbukti bersifat karsinogenik.
Faktor risiko
KNF merupakan penyakit multifaktorial dan belum
diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa faktor risiko
yang kini masih diteliti di antaranya: faktor genetik, infeksi
Epstein-Barr virus, diet, dan lingkungan.
Faktor genetik
Karsinoma nasofaring tercatat sebagai keganasan yang
jarang terjadi di sebagian besar populasi dunia. Namun,
keganasan ini tercatat sering terjadi di Cina selatan, Asia
Tenggara, Kutub Utara, dan Timur Tengah / Afrika Utara.
Distribusi ras / etnis dan geografis khas pada KNF di
seluruh dunia menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan
sifat-sifat genetik berkontribusi untuk perkembangan
keganasan ini.
Infeksi Virus Eipstein-Barr (EBV)
Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang termasuk dalam famili
Herpesvirus yang menginfeksi lebih dari 90 % populasi manusia di
seluruh dunia dan merupakan penyebab infeksi mononukleosis. Infeksi
EBV berasosiasi dengan beberapa penyakit keganasan jaringan limfoid
dan epitel seperti limfoma Burkitt, limfoma sel T, Hodgkin disease,
karsinoma nasofaring (KNF), karsinoma mammae dan karsinoma
gaster.KNF adalah neoplasma epitel nasofaring yang sangat konsisten
dengan infeksi EBV.Infeksi primer pada umumnya terjadi pada anak-
anak dan asymptomatik. Infeksi primer dapat menyebabkan persistensi
virus dimana virus memasuki periode laten di dalam limfosit B memori.
Periode laten dapat mengalami reaktivasi spontan ke periode litik
dimana terjadi replikasi DNA EBV, transkripsi dan translasi genom virus,
dilanjutkan dengan pembentukan (assembly) virion baru dalam jumlah
besar sehingga sel pejamu (host) menjadi lisis dan virion dilepaskan ke
sirkulasi. Sel yang terinfeksi EBV mengekspresikan antigen virus yang
spesifik untuk masing-masing periode infeksi.
Gejala Dini Gejala Telinga:
1.Kataralis/sumbatan tuba Eutachius
Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa dengung kadang-kadang disertai dengan
gangguan pendengaran.Gejala ini merupakan gejala yang sangat dini.
2.Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga.
Keadaan ini merupakan kelainan lanjut yang terjadi akibat penyumbatan muara tuba, dimana
rongga teliga tengah akan terisi cairan. Cairan yang diproduksi makin lama makin banyak,
sehingga akhirnya terjadi kebocoran gendang telinga dengan akibat gangguan pendengaran.
Gejala Hidung:
1.Mimisan
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi
pendarahan hidung atau mimisan.Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya
sedikit dan seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah jambu.
2.Sumbatan hidung
Sumbutan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung
dan menutupi koana.Gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai dengan
gangguan penciuman dan adanya hingus kental.
3.Operasi
Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi
leher radikal dan nasofaringektomi.Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa
kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa
tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan
radiologik dan serologi. Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif
yang dilakukan pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada
nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain.
4.Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus
Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapiPrognosis
Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45 %. Prognosis diperburuk oleh
beberapa faktor, seperti:
Stadium yang lebih lanjut
Usia lebih dari 40 tahun
Ras Cina dari pada ras kulit putih
Adanya pembesaran kelenjar leher
Adanya kelumpuhan saraf otak
Adanya kerusakan tulang tengkorak
Adanya metastasis jauh
Komplikasi
Telah disebutkan terdahulu, bahwa tumor ganas nasofaring dapat menyebabkan penurunan
pendengaran tipe konduksi yang refersibel.Hal ini terjadi akibat pendesakan tumor primer
terhadap tuba Eustachius dan gangguan terhadap pergerakan otot levator pelatini yang berfungsi
untuk membuka tuba. Kedua hal diatas akan menyebabkan terganggunya fungsi tuba.
Ca Laring
Carsinoma laring adalah pertumbuhan dan
pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring yang
tidak normal/abnormal yang terbatas pada pita suara
yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang
jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis, pita
suara palsu dan sinus-sinus piriformis yang banyak
mengandung pembuluh limfe dan meluas dengan cepat
dan segera bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian
dalam. Secara singkatnya,Karsinoma laring adalah
karsinoma (keganasan sel) skuamosa pita suara dan
jaringan sekitarnya.
ETIOLOGI
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan
oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alcohol merupakan
kelompok orang – orang dengan resiko tinggi terhadap terjadinya
kanker laring. Penelitian epidemiologic menggambarkan beberapa hal
yang diduga menyebabkan terjadinya kanker laring yang kuat ialah :
1. Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan etiologi tersering
menyebabkan karsinoma laring sebanyak 89%
2. Sebanyak 5% keganasan laring disebabkan faktor makanan, refluks
gastroesofageal, riwayat radiasi sebelumnya dan infeksi virus
3. Humam papilloma virus tipe 16 dan 18 merupakan etiologi karsinoma
laring dengan frekuensi sebanyak 5-32%.
4. Terpapar zat karsinogen seperti debu kayu, polisiklik hidro karbon dan
asbestos meningkatkan rsiko terjadinya karsinoma laring di negara
berkembang.
EPIDEMIOLOGI
Insiden kejadian karsinoma laring 0,7 % dengan
angka kematian 0,3 %. Jika dideteksi secara dini maka
dapat diterapi secara efektif, tetapi lebih dari 40%
karsinoma laring datang dalam stadium lanjut pada
stadium 3 dan 4. Karsinoma laring lebih sering terjadi
pada usia kurang dari 65 tahun (6,9%) dan > 65 tahun
(2,3%) dengan frekuensi laki-laki dan perempuan 3:1.
Karsinoma laring menempati urutan kedua dari
seluruh keganasan kepala dan leher.
PATHWAY
DIAGNOSIS
1) Anamnesis:
Gejala Klinis kasinoma laring tergantung lokasi tumor :
a. Tumor supraglotis
- Rasa mengganjal
- Hot potatoes voices/muffle
- Disfagia
- Dipsneu
- Otalgi
- Servikal metastasis
b. Tumor glotis
- Hoarseness
c. Tumor subglotis
- Airway obstruction
Pada pasien dalam stadium lanjut karsinoma laring gejala-gejala tersebut dapat ditemukan
secara bersamaan.
2) Pemeriksaan fisik:
a. Pemeriksaan THT-KL lengkap
b. Pemeriksaan leher :
○ Palpasi : untuk memeriksa pembesaran pada membrane
krikotiroid atau tirohioid, yang merupakan tanda ekstensi tumor
ke ekstra laryngeal. Infiltrasi tumor ke kelenjar tiroid
menyebabkan tiroid membesar dan keras. Memeriksa
pembesaran kelenjar getah bening leher.
c. Pemeriksaan penunjang : indirek laringoskopi, fleksibel
endoskopi.
3) Pemeriksaan radiologi (imaging):
a. Rontgen soft tissue leher AP dan lateral
b. Rontgen thorax
c. CT-Scan laring atau MRI
d. Biopsi dapat dilakukan dengan direk laringoskopi
dalam narkose umum atau dengan fleksibel
laringoskopi dalam narkose lokal
Penentuan Stadium (AJCC 2010)
1. Tumor supraglotik
T1 : Tumor terbatas di supraglotik dengan mobilitas pita suara yang
normal
T2 : Tumor menginvasi mukosa lebih dari satu sisi supraglotis atau glotis
atau daerah diluar supraglotis (mukosa dasar lidah, valekula, dinding
medial sinus piriformis) tanpa adanya invasi laring
T3 : Tumor terbatas di laring dengan pita suara yang terfiksasi. Tumor
dapat menginvasi area poskrikoid, jaringan pre epiglotis, ruang paraglotik,
dan/ atau erosi kartilago tiroid (kortek bagian dalam)
T4a : Tumor menginvasi sampai daerah kartilago tiroid dan atau
sudah meluas ke luar laring (trakea, jaringan lunak sekitar leher, termasuk
otot ekstrinsik lidah bagian dalam, strap muscle, tiroid atau esofagus)
T4b : Tumor menginvasi ruang pre vertebral, sampai ke arteri karotis atau
menginvasi struktur mediastinum
2. Tumor glotik
T1 : Tumor terbatas di pita suara (dapat melibatkan komissura anterior atau
posterior), mobilitas normal
T1a : Tumor terbatas pada satu sisi pita suara
T1b : Tumor mengenai pada dua sisi pita suara
T2 : Tumor sudah menjalar ke daerah supraglotis dan atau subglotis (dan atau
dengan gangguan mobilitas pita suara)
T3 : Tumor terbatas pada laring, dengan fiksasi pita suara dan atau
menginvasi ruang para glotik, dan atau erosi kartilago tiroid minor (kortek bagian
dalam)
T4a : Tumor menginvasi kortek bagian luar dari kartilago tiroid dan atau dengan
penyebaran langsung ekstralaringeal (trakea, jaringan lunak leher, otot instriksik
lidah bagian dalam, strap muscle, tiroid, atau esofagus)
T4b : Tumor menginvasi ruang pre vertebral, sampai ke arteri karotis atau
menginvasi struktur mediastinum
3. Tumor subglotik
T1 : Tumor terbatas di daerah subglotik
T2 : Tumor ekstensi ke pita suara tanpa disertai gangguan
mobilitas pita suara
T3 : Tumor terbatas pada daerah laring dengan pita suara
yang terfiksasi T4a : Tumor menginvasi sampai daerah
kartilago tiroid dan atau sudah meluas ke luar laring
(trakea, jaringan lunak sekitar leher, termasuk otot ekstrinsik
lidah bagian dalam, strap muscle, tiroid atau esofagus)
T4b : Tumor menginvasi ruang pre vertebral, sampai ke arteri
karotis atau menginvasi struktur mediastinum
Penyebaran ke kelenjar limfe regional
Nx : Kelnjar limfe tidak teraba
N0 : Tidak terjadi metatase regional
N1 : Metastase pada satu kelenjar limfe servikal ipsilateral, teraba
dengan ukuran diameter < 3cm
N2a : Metastase ke kelenjar limfe servikal tunggal ipsilateral, teraba
dengan ukuran diameter lebih dari 3cm tapi kurang dari 6cm
N2b: Metastase ke kelenjar limfe servikal multiple ipsilateral, teraba
dengan ukuran diameter tidak lebih dari 6cm
N2c: Metastase ke kelenjar limfe servikal bilateral atau kontralateral,
teraba dengan ukuran diameter tidak lebih dari 6cm
N3 : Metastase ke kelenjar limfe, teraba dengan ukuran diameter
lebih dari 6cm
Metastase Jauh
- Mx : Tidak terdapat/terdeteksi metastase jauh
- M0 : Belum ada metastasis jauh
- M1 : Metastasis jauh
Stadium
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1-3 N1 M0
Stadium IVa T1-4a N2 M0
Stadium IVb T4b Semua N M0
Semua T N3 M0
Stadium IVc Semua T Semua N M1
TERAPI
1. Pembedahan :
o Laringektomi parsial (LP)
o Laringektomi total (LT), dapat dikombinasi dengan:
▪ Diseksi leher fungsional (DLF)
▪ Diseksi leher radikal (DLR)
2. Radioterapi, kemoterapi, dan terapi target
Berdasarkan stadium :
Stadium I : Radiasi, bila gagal dilanjutkan dengan parsial laringektomi/total laringektomi
Stadium II : Parsial laringektomi/total laringektomi
Stadium III : Dengan/tanpa N1: total laringektomi dengan/tanpa diseksi leher, diikuti
radiasi
Stadium IV : Tanpa pembesaran kelenjar atau metastasis: total laringektomi dan
diseksi leher diikuti radiasi
Stadium IV (lainnya): Radioterapi, kemoterapi atau terapi target
Ca Paru
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak
terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan
oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap
rokok. Menurut World Health Organization (WHO),
kanker paru merupakan penyebab kematian utama
dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita
Kanker paru adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer) dan
metastasis tumor di paru.
Metastasis tumor di paru adalah tumor yang
tumbuh sebagai akibat penyebaran (metastasis)
dari tumor primer organ lain.
Kanker paru primer yakni tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus.
Epidemiologi