PENDAHULUAN
2.3 Ekstrasi
Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat
dalam bahan alami atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan
metode yang tepat. Hasil dari proses ekstraksi disebut dengan ekstrak (19). Tujuan
dari ekstraksi adalah untuk memperoleh bahan aktif yang tidak diketahui atau
sudah diketahui dan mengidentifikasi metabolit sekunder dari tanaman atau
makhluk hidup tertentu. Teknik ekstraksi yang ideal adalah teknik yang mampu
mengekstraksi bahan aktif yang diinginkan sebanyak mungkin, cepat, mudah
dilakukan, murah, ramah lingkungan, dan hasil yang diperoleh selalu konsisten
jika dilakukan berulang-ulang. Pemilihan teknik ekstraksi bergantung pada bagian
tanaman yang akan diekstraksi dan bahan aktif yang diinginkan (20). Terdapat
dua cara ekstraksi secara garis besar, yaitu cara dingin dan cara panas. Ekstraksi
cara dingin diantaranya adalah maserasi dan perkolasi, sedangkan ekstraksi cara
panas adalah dengan pemasakan, dekoksi, infus, refluks, dan sokletasi (21).
Keterangan:
d1: diameter vertikal zona bening pada media
d2: diameter horizontal zona bening pada media
Klasifikasi daya hambat pertumbuhan bakteri (23).
Daya Hambat Bakteri Klasifikasi
<10 mm Tidak efektif
10-15 mm Lemah
16-20 mm Sedang
>20 mm Kuat
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Jumlah 125.000.000,-
1 Survei lokasi
2 Pembelian peralatan
dan barang habis pakai
3 Studi literatur
4 Pengambilan data
5 Pengolahan data
6 Analisis data
7 Kesimpulan
8 Penyusunan laporan
9 Pembuatan artikel
untuk publikasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Bloom DE, Cadarette D. Infectious disease threats in the twenty-first century:
Strengthening the global response. Front Immunol. 2019;10(MAR):1–12.
2. Tong SYC, Davis JS, Eichenberger E, Holland TL, Fowler VG.
Staphylococcus aureus infections: Epidemiology, pathophysiology, clinical
manifestations, and management. Clin Microbiol Rev. 2015;28(3):603–61.
3. Oliveira D, Borges A, Simões M. Staphylococcus aureus toxins and their
molecular activity in infectious diseases. Toxins (Basel). 2018;10(6).
4. Thomer L, Schneewind O, Missiakas D. Pathogenesis of Staphylococcus
aureus Bloodstream Infections. Annu Rev Pathol Mech Dis. 2016;11:343–64.
5. Sumarni NK, Rahmawati, Ruslan. Inhibitory power of young coconut fiber
ethanol extract (Cocos nucifera Linn) on the growth of Bacteria
staphylococcus aureus and Escherichia coli in tofu. J Phys Conf Ser.
2021;1763(1):1–8.
6. Nitbani FO, Jumina, Siswanta D, Solikhah EN. Isolation and Antibacterial
Activity Test of Lauric Acid from Crude Coconut Oil (Cocos nucifera L.).
Procedia Chem. 2016;18:132–40.
7. Aggarwal B, Lamba HS, Sharma P, Ajeet. Various pharmacological aspects
of Cocos nucifera - a review. Am J Pharmacol Sci. 2017;5(2):25–30.
8. Osman A. Coconut (Cocos nucifera) Oil. In: Fruit Oils: Chemistry and
Functionality. Springer; 2019. p. 209–21.
9. Sutara FMP dan PK. Etnobotani Kelapa (Cocos Nucifera L.) Di Wilayah
Denpasar dan Badung. J Simbiosis. 2013;1(2):2.
10. Muis A, Fajrin M. Analisis Produksi Dan Pendapatan Usaha Tani Kelapa
Dalam Di Desa Tindaki Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi
Moutong. E-Journal Agrotekbis. 2016;4(April):210–6.
11. Terpadu K, Provinsi DI. Potensi Produksi dan Kinerja Investasi Industri
Pengolahan Kelapa Terpadu di Provinsi Aceh. J Agrisep Unsyiah.
2013;14(1):1–9.
12. Karakter K, Kelapa T. Keanekaragaman Karakter Tanaman Kelapa (Cocos
Nucifera L. ) Yang Digunakan Sebagai Bahan Upacara Padudusan Agung. J
Biol. 2014;17(1):15–9.
13. Argiculture USD of. Natural Resources Conservation Service. Classification
for Kingdom Plantae Down to Species Murraya koenigii (L.) Spreng. 2019.
14. Ningrum MS. Pemanfaatan Tanaman Kelapa (Cocos nucifera) Oleh Etnis
Masyarakat di Desa Kelambir dan Desa Kubah Sentang Kecamatan Pantai
Labu Kabupaten Deli Serdang. 2019;
15. Katja DG, Edi S. Oksigen Singlet Dari Daun Kelapa. Chem Prog.
2008;1(2):78–84.
16. Damin S, Alam N, Sarro D. Karakteristik Virgin Coconut Oil ( Vco ) Yang
Di Panen. J Agrotekbia. 2017;5(4):431–40.
17. Diba F, Hastuti D, Jumari. Kelapa Sebagai Komponen Bahan Ramuan Obat
di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Pakualaman Coconut as
Component of Medicinal Material In Ngayogyakarta Hadiningrat Palace and
Pura Pakualaman. J Penelit dan Pengemb Pelayanan Kesehat. 2018;2(1):23–
8.
18. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Jawetz, Melnick,
& Adelberg’s Medical Microbiology. 26th ed. Vol. 317, Bmj. New York:
McGraw-Hill Education; 2013. 57, 199–202, 371–375, 379, 766 p.
19. Chandra RA. Daya Antibakteri Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi Linn) terhadap Pertumbuhan Bakteri Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) secara In Vitro. 2017;1–86.
20. Lully Hanni Endarini. Farmakognisi dan fitokimia. Kementeri Kesehat RI.
2016;
21. Chandra A, Novalia. Studi Awal Ekstraksi Batch Daun Stevia Rebaudiana
Bertoni dengan Variabel Jenis Pelarut dan Temperatur. Universitas Katolik
Parahyangan; 2014.
22. Wigunarti AH, Pujiyanto S, Suprihadi A. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Biji Kelor (Moringa oleifera L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus dan Bakteri Escherichia coli. Berk Bioteknol.
2019;2(2):107–14.
23. Greenwood D. Antimicrobial Chemotherapy. 3rd ed. New York: Oxford
University Press; 1995.