Anda di halaman 1dari 15

TRIKOTILOMANIA

Referat

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh :

Amira Ihsani Sembiring, S.Ked


150611025

Preseptor :
dr. Mila Astari Harahap, Sp.KJ

BAGIAN/SMF ILMU JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Trikotilomania“. Penyusunan referat ini sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Jiwa di Rumah
Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Mila, Sp.KJ selaku
preseptor selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu
Jiwa atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk memberikan bimbingan,
saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi penulis sehingga referat ini
dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan
di masa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Aceh Utara, Januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. 1
Daftar Isi ..................................................................................................... 3
Bab 1 Pendahuluan....................................................................................... 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6
Bab 3 Kesimpulan ....................................................................................... 12
Daftar Pustaka.............................................................................................. 14

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Trikotilomania merupakan sebuah gangguan perilaku berupa menarik
rambut secara berulang yang bersifat kronis dan mengakibatkan terjadinya
kerontokan rambut. Perilaku menarik rambut tersebut tidak hanya dilakukan
pada area kulit kepala, namun juga pada area pubis, alis, atau bulu mata.
Trikotilomania dapat terjadi pada anak-anak maupun pasien dewasa. Pada
pasien dewasa, Trikotilomania lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
pria. Pasien dewasa yang menunjukkan gejala Trikotilomania secara kronis
cenderung diawali pada masa remaja awal dan keinginan untuk menarik
rambut dapat datang dan hilang dalam hitungan minggu, bulan atau tahun.
Selain itu, perilaku ini dapat terjadi dalam episode yang singkat, namun
sepanjang hari atau dalam episode yang jarang namun terjadi hingga
memakan waktu beberapa jam. (1)
Perilaku menarik rambut dapat muncul pada saat pasien berada dalam
situasi yang tenang atau netral, seperti saat membaca buku, menonton TV,
bekerja di depan komputer dan sebaliknya dapat juga terjadi dalam situasi
yang penuh tekanan. Beberapa perilaku lainnya yang dapat muncul dalam
gangguan trikotilomania yaitu memeriksa akar rambut, memutar-mutar
rambut, menarik rambut dengan menggunakan gigi atau memakannya,
menarik rambut dari hewan peliharaan, boneka ataupun bahan berserat
lainnya (2)
Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya trikotilomania, adalah
stress, rendahnya kemampuan pasien dalam meregulasi emosi, adanya
penguat positif dari perilaku tersebut serta faktor genetic. Sensasi fisik yang
dirasakan saat menarik rambut, kondisi emosi dan kognitif turut
memengaruhi munculnya perilaku menarik rambut. Apabila dikaitkan dengan
adanya sensasi fisik yang dirasakan, pasien dapat menarik rambut karena

4
memerhatikan faktor ketebalan dan ukuran rambut, lokasi, dan sensasi yang
dirasakan pada kulit kepala. Kondisi emosi yang dapat memicu terjadinya
perilaku tersebut, seperti keadaan bosan, cemas, ataupun marah. (3)
Pasien yang mengalami trikotilomania merasakan adanya penurunan
yang lebih besar terhadap perasaan kebosanan, kesedihan, kemarahan dan
ketegangan, diikuti dengan peningkatan perasaan menyenangkan yang
signifikan selama menarik rambut. Kemudian terdapat perubahan emosi yang
dirasakan pasien dengan Trikotilomania selama menarik rambut hingga usai
menarik rambut, yaitu peningkatan perasaan bersalah, sedih dan marah (4)
Perilaku menarik rambur juga dapat dipengaruhi oleh kecenderungan
gaya berpikir indvidu, seperti pemikiran tentang gaya rambut dan penampilan,
gaya berpikir yang cenderung kaku, adanya distorsi kognitif berupa
catastrophizing (meyakini bahwa hal buruk yang sifatnya besar akan terjadi
hanya karena satu kejadian negatif yang relatif kecil) dan overgeneralizing
(membuat suatu kesimpulan buruk terhadap semua hal berdasarkan pada satu
kejadian tertentu). (3)
Pasien dengan Trikotilomania kerap merasa bersalah dan malu dengan
perilaku menarik rambut hingga membuat rambut mereka menipis, sehingga
mereka akan berusaha untuk menutupi kondisi rambut yang rontok dan
menipis. (5)

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan perilaku yang ditandai
dengan kegiatan menarik-narik rambut secara berulang, baik rambut di kepala,
alis, bulu mata, aksila, atau rambut pubis. Kegiatan ini ditandai dengan adanya
kerontokan rambut yang mencolok dan tidak disebabkan oleh kelainan kulit
kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotipi yang lain. Hilangnya rambut dapat
membentuk suatu bercak bundar yang tersebar di kulit kepala. Trikotilomania
merupakan suatu perilaku kompulsif, yang mungkin berasal dari adanya stres
emosional maupun stres fisik. Paling sering ditemukan pada anak-anak, dan
kebiasaan ini bisa menetap sepanjang hidup.(1)
2.1 Epidemiologi
Prevalensi trichotillomania berkisar antara 0,5-3,5 % dengan onset usia
rata-rata 10 sampai 13 tahun. Penyakit ini tujuh kali lebih sering terjadi pada
anak-anak dibandingkan orang dewasa dan anak perempuan 2,5 kali lebih sering
daripada anak laki-laki. (6)
Tidak ada literatur yang menjelaskan kaitan dengan riwayat keluarga,
tetapi satu studi melaporkan bahwa 5 dari 19 orang anak memiliki riwayat
keluarga yang mengalami beberapa bentuk alopesia. (6)
Diperkirakan 35 hingga 40 persen pasien mengunyah atau menelan rambut
yang mereka cabut pada satu waktu atau lainnya. Dari kelompok ini, sekitar
sepertiga mengembangkan bezoars-hairballs yang berpotensi berbahaya yang
terakumulasi di saluran pencernaan.
2.3 Etiologi
Onset kejadian trikotilomania sering dihubungkan pada situasi stress.
Gangguan hubungan ibu dan anak, rasa takut ditinggal sendirian dan kehilangan
objek yang belum lama, seringkali dinyatakan sebagai faktor yang berperan

6
penting dalam gangguan ini. Penyalahgunaan zat juga dapat mendorong
perkembangan gangguan.(6)
Hingga saat ini penyebab trikotilomania masih belum jelas. Menurut teori
neuro-kognitif gangguan trikotilomania disebabkan oleh adanya kelainan pada
basal ganglia pasien sebagaimana diketahui bahwa basal ganglia memiliki peran
dalam membentuk kebiasaan. Kegagalan lobus frontal dalam menghambat
kebiasaan tertentu juga diperkirakan bagian dari patofisiologi gangguan.(7)
Sebuah studi pencitraan menggunaan Magnetic Resonance Image (MRI)
menyatakan bahwa substansi grasia (gray matter) pasien dengan trikotilomania
lebih meningkat kapasitasnya dibandingkan yang tidak memiliki penyakit ini.
Penderita trikotilomania kerap meninggalkan jejak buruk terutama pada
bagian yang ditumbuhi rambut, yang sangat jelas adalah kebotakan. Beberapa
orang juga terlihat memiliki alis atau bulu mata yang tipis, bahkan tidak ada.
Rambut pada penderita trikotilomania tidak berkembang dengan baik. Sering kali
ditemukan helai-helai rambut lama yang ujungnya mengalami kerusakan dan
helai-helai rambut patah dengan ujung yang tak rata.
2.4 Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Menurut The American Psychiatric Association’s Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), trikotilomania
termasuk dalam kategori gangguan obsesif kompulsif. Gangguan ini ditandai
dengan suatu tindakan khusus berupa kebiasaan menarik rambut. Kebiasaan ini
terjadi baik dalam keadaan santai maupun keadaan yang penuh tekanan. (9)
Kriteria diagnosis menurut DSM V, antara lain adalah sebagai berikut :
 Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan
yang jelas.
 Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau
saat berusaha untuk menahan perilaku tersebut.
 Rasa senang, puas atau reda jika telah mencabut rambut.
 Gangguan bukan karena kondisi medis umum (misalnya, kondisi
dermatologis).

7
 Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah:
Diagnosis tidak dapat ditegakkan apabila sebelumnya terdapat inflamasi
kulit atau apabila pencabutan rambut dilakukan akibat suatu waham atau
halusinasi. Pasien yang hadir dengan trikotilomania kronis di masa dewasa sering
melaporkan onset masa remaja awal. Beberapa pasien memiliki gejala terus
menerus selama beberapa dekade. Bagi yang lain, gangguan tersebut dapat datang
dan pergi untuk minggu, bulan atau tahunan. Tempat-tempat menarik rambut
dapat bervariasi dari waktu ke waktu.(10)
Banyak pasien dengan trikotilomania mencabut rambut baik rambut
kepala, bulu mata, alis, rambut kaki, lengan, wajah, dan regio pubis. umumnya
pasien menarik helai rambut dengan jumlah yang yang cukup banyak, menjadikan
kerontokan rambut menjadi terlihat. Hal ini menyebabkan rasa ketidaknyamanan,
terutama dalam situasi sosial, dimana mereka akan dapat diamati. Akibatnya,
pasien dengan masalah ini berusaha keras untuk menyembunyikan kehilangan
rambut ini dengan memakai topi, wig, kemeja lengan panjang, atau dengan
menutup area kebotakan dengan make up. (10)
Pasien trikotilomania bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka
menarik rambut mereka dan kebanyakannya mengatakan bahwa mereka merasa
bosan atau gugup sebelum mencabut rambut mereka, tapi setelah menariknya
keluar, mereka merasa bersalah, sedih atau marah. Ada juga melaporkan bahwa
mereka mencabut rambut mereka ketika sedang menonton televisi, membaca,
berbicara di telepon atau membawa kendaraan.(7)
2.5 Diagnosis Banding
Diagnosis banding trikotilomania dapat berupa gangguan obsesif
kompulsif, gangguan buatan, dan gangguan stereotipe. Pada penderita OCD,
gangguan mencabut rambut seringkali kronis dan dikenali oleh pasien sebagai hal
yang tidak diinginkan. Berbeda dengan penderita OCD, pada penderita
trikotilomania aktivitas kompulsifnya terbatas pada satu tindakan yaitu mencabut
rambut. Pasien dengan gangguan buatan, secara aktif mencari perhatian medis dan

8
dengan sengaja melakukan untuk tujuanmencari perhatian. Pasien dengan
gangguan gerakan stereotip memiliki gerakan stereotip, dan mereka biasanya
tidak tampak tertekan oleh perilakunya. Biopsi mungkin diperlukan untuk
membedakan kelainan mencabut rambut dari alopecia areata dan tinea capitis.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis klinis dapat dipastikan dengan biopsi punch pada kulit kepala.
Pada pasien dengan trikobezoar, hitung darah dapat menunjukkan leukositosis
ringan dan anemia hipokromik karena kehilangan darah. Studi kimiawi dan
radiologi yang tepat juga harus dilakukan, tergantung pada lokasi yang diduga
bezoar dan dampaknya pada saluran gastrointestinal (GI). (9)
2.7 Tatalaksana
Perawatan umumnya melibatkan psikiater dan dokter kulit secara
bersamaan. Metode psychopharmalogical yang telah digunakan untuk mengobati
gangguan psikodermatologis termasuk steroid topikal dan hidroksizin
hidroklorida (Vistaril), anxiolytic dengan sifat antihistamin; antidepresan; dan
antipsikotik. Laporan kasus awal menunjukkan kemanjuran inhibitor reuptake
serotonin selektif (SSRis) untuk gangguan trikotilomania. Pasien yang berespon
buruk terhadap SSRis bisa membaik dengan augmentasi dengan pimozide (Orap),
antagonis reseptor dopamin. (9)
Obat lain yang telah dilaporkan memiliki beberapa khasiat untuk
gangguan trikotilomania yaitu fluvoxamine (Luvox), citalopram (Celexa),
venlafaxine (Effexor), naltrexone (Re Via), dan lithium (Eskalith). Dalam sebuah
penelitian, pasien yang memakai naltrexone mengalami penurunan keparahan
gejala. Laporan kasus juga menunjukkan pengobatan yang berhasil dengan
buspirone (BuSpar), clonazepam (Klonopin), dan trazodone (Desyrel). (9)
Bila terdapat depresi, agen anti depresan dapat memberikan perbaikan.
Antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox), sertraline
(Zoloft) dan venlafaxine (Effexor), sering digunakan untuk mengobati
trikotilomania. Obat antipsikotik olanzapine, (Zyprexa) juga telah menunjukkan
efektivitas dalam mengobati trikotilomania.7

9
Terapi yang dapat dilakukan berupa gabungan beberapa hal yang akan
dilampirkan dibawah ini :
a. Habit Reversal Training
Suatu bentuk psikoterapi yang disebut habit reversal training mungkin
merupakan pengobatan yang efektif untuk trikotilomania. Jenis terapi ini
membantu pasien belajar bagaimana mengenali situasi dimana pasien cenderung
menarik rambut dan bagaimana menggantikannya dengan perilaku lain, seperti
mengepalkan tangan untuk "membekukan" dorongan, atau mengalihkan tangan
dari rambut ke telinga. Terapi pengobatan lainnya, yakni terapi penerimaan dan
komitmen, membantu orang belajar untuk menerima perilaku mencabut rambut
yang mendesak, dan pada waktu yang bersamaan, mengajari mereka tindakan apa
untuk menghentikan dorongan yang muncul.
b. Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Terapi ini bertujuan untuk mengubah perilaku dengan mengidentifikasi
faktor-faktor yang memicu rambut tersebut ditarik. Metode CBT ini harus
dilakukan oleh psikolog terlatih dan berpengalaman dalam trikotilomania. Selain
itu, mempelajari teknik relaksasi, seperti relaksasi otot progresif, dapat membantu
mengalihkan keinginan untuk menarik rambut. Kebanyakan pasien trikotilomania
melaporkan bahwa mereka merasa sendirian dalam menghadapi kondisi mereka.
Bergabung dengan kelompok orang dengan trikotilomania mungkin dapat
membantu karena penderita dapat bertemu orang lain dengan pengalaman dan
perasaan yang cenderung sama, sehingga dengan adanya terapi kelompok akan
memberikan manfaat bagi perkembangannya juga psikisnya kearah yang lebih
baik.
c. Terapi farmakologi
Beberapa obat dapat mengurangi keparahan gejala pada beberapa individu.
Antidepresan, clomipramine, asam aminodan N-asetil sistein, telah menunjukkan
manfaat paling efektif. Sebuah golongan obat yang disebut sebagai Selektif
Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), yang paling umum dikenal prozac, telah
menunjukkan hasil yang beragam. Sebagian orang yang menggunakan obat ini
cenderung berhenti dalam menarik rambut, sementara yang lain merasa tidak

10
berpengaruh sama sekali. Tetapi ada juga orang yang masih merasakan dorongan
untuk menarik rambut merekanamun berkurang sedikit demi sedikit selama
beberapa periode waktu. Selain pengobatan di bidang psikiatri, terdapat obat-
obatan di bidang dermatologi yang dapat diberikan terutama untuk mengurangi
gejala yang dapat menyebabkan pasien mencabuti rambutnya. Rasa gatal dapat
dikurangi dengan pemberian kortikosteroid topikal atau dengan pemberian obat
anti histamin.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu obstruksi usus jika rambut tertelan,
kebotakan permanen karena kerusakan folikel rambut, carpal tunnel syndrome
dapat terjadi karena gerakan berulang menarik rambut, gangguan emosi dan
kecemasan sosial. (9)
2.9 Prognosis
Trikotilomania merupakan penyakit kronik. Terapi farmakologi maupun
pendekatan psikoterapi sampai saat ini belum menunjukkan bukti yang nyata,
meskipun beberapa diantaranya menunjukkan perbaikan.(11)
Pada onset dini (kurang dari usia 6 tahun) cenderung lebih mudah sembuh,
dan lebih berespon lebih baik pada terapi.. Onset lanjut (setelah usia 13 tahun)
dikaitkan dengan meningkatnya kemungkinan terjadinya sifat kronis dan
prognosis yang lebih buruk daripada onset dini.
Kurang lebih sepertiga pasien yang datang untuk terapi melaporkan durasi
menderita penyakit selama kurang lebih 1 tahun, sedangkan pada beberapa kasus
berlangsung selama lebih dari dua dekade.

11
BAB 3
KESIMPULAN

Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan perilaku yang ditandai


dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang baik rambut di kepala, alis,
bulumata, aksila, dan pubis, yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti
dengan rasa puasa taulega setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan adanya
kerontokan rambut yang mencolok dan tidak disebabkan oleh kelainan kulit
kepala/rambut lain atau kegiatan stereotipi yang lain. Trikotilomania merupakan
suatu penyakit kronis yang apabila dibiarkan akan menimbulkan penurunan
kualitas hidup yang serius terhadap pasien.
Pada penyakit ini didapatkan perbedaan gejala dan respon terapi dimana
pada pasien prasekolah dan dewasa memiliki kebiasaan menarik rambut otomatis
dan tanpa disadari serta memiliki respon yang baik terhadap pengobatan
konservatif. Pada pasien dewasa biasanya memiliki kecenderungan menarik
rambut sebagai bentuk dari fokus penderita terhadap kebiasaan tersebut, sebagai
bagian rutinitas yang disadari termasuk dalam memilah jenis rambut tertentu
untuk dicabuti misalnya yang memiliki ujung bulat dan pipih, yang kasar atau pun
karena letaknya yang salah.
Terapi perilaku kognitif (Cognitif Behaviour Therapy, CBT)
menggabungkan unsur-unsur dari kedua terapi kognitif dan terapi perilaku. Terapi
kognitif meneliti cara pikiran orang tentang diri mereka sendiri, orang lain dan
dunia yang mempengaruhi kesehatan mental mereka. Terapi perilaku menyelidiki
cara tindakan masyarakat mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan interaksi
mereka dengan orang lain. Dengan menggabungkan kedua terapi tersebut, CBT
meneliti cara orang agar dapat mengubah pikiran mereka dan perilaku dalam
rangka meningkatkan kehidupan mereka. Terapi perilaku kognitif dapat

12
membantu seseorang belajar untuk rileks, mengatasi stres, memerangi pikiran
negatif dan mencegah perilaku merusak.
Perawatan dengan terapi perilaku pada banyak kasus bisa mengenali
dorongan mencabut rambut sebelum nantinya dorongan tersebut sangat susah
dilawan. Penderita bisa belajar untuk melawan dorongan tersebut seperti
mengupayakan agar tangan selalu sibuk dengan aktivitas (meremas-remas,
merajut sambil menonton televise dan sebagainya) pada saat dorongan untuk
menarik rambut semakin kuat. Dengan demikian dorongan tersebut semakin
melemah dan tidak tertutup kemungkinan hilang sama sekali.
Penggunaan farmakoterapi dengan SSRI merupakan terapi yang paling
sering digunakan bahkan lebih dianjurkan penggunaannya dibandingkan
Clomiperamine. Antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac), fluvoxamine (Luvox),
sertraline (Zoloft) dan venlafaxine (Effexor), sering digunakan untuk mengobati
trikotilomania, kleptomania dan judi patologis. Obat antipsikotik olanzapine,
(Zyprexa) juga telah menunjukkan efektivitas dalam mengobati trikotilomania.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Putu Yunita Trisna Dewi dan Afif Kurniawan. 2020. Dinamika psikologis individu
yang mengalami Trikotilomania: Jurnal Psikologi Udayana. Universitas Aurlangga
Fakultas Psikologi
2. Grzesiak, M., Reichp, A., Szepietowsk, J.C., Hadrys, T., & Pacan, P. (2017).
Trichotillomania among young adults: Prevalence and comorbidity. Acta Derm
Venereol. 97. 509-512.
3. Walther, M. R., Ricketts, E. J., Conelea, C. A., & Woods, D. W. (2010). Recent
advances in the understanding and treatment of trichotillomania. Journal of
Cognitive Psychotherapy, 24(1), 46–64. https://doi.org/10.1891/0889-
8391.24.1.46
4. Diefenbach, G. J., Mouton-Odum, S., & Stanley, M. A. (2002). Affective
correlates of trichotillomania. Behaviour Research and Therapy, 40(11), 1305–
1315. https://doi.org/10.1016/S0005-7967(02)00006-2
5. Morris, S. H., Zickgraf, H. F., Dingfelder, H. E., & Franklin, M. E. (2013).
Habit reversal training in trichotillomania: guide for the clinician. Expert
Review of Neurotherapeutics, 13(9), 1069–1077
6. Sadock, James Benjamin, Sadock, Alcott Virgina. 2007. Kaplan & Sadock’s
Synopsis Of Pcyshiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry. Tenth
edition. Lippincott Williams & Wilkins.
7. Ebert, H. Michael. Loosen, T. Peter. Nurcombe, Barry. 2008. Current
Diagnosis & Treatment in Psychology. Lange Medical Books / McGraw-Hill.
8. American Psychiatric Association., & American Psychiatric Association. (2000).
Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV-TR.
Washington, DC: American Psychiatric Association.
9. Sadock, B.J.V.A. Sadock, dan P. Ruiz. 2015. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th edition. Wolters
Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins
10. Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku
Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta :
PT. Nuh Jaya
11. Nejatisafa AA, Sharifi V. Cognitive Behavior Therapy for Trichotillomania:
Report of Case Resistant to Pharmacological Treatment. Iran J Psychiatry.
2006; 1: 42-44.

14
15

Anda mungkin juga menyukai