Anda di halaman 1dari 20

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Madani
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

REFARAT

TRIKOTILOMANIA

DISUSUN OLEH :

NURANIFA AURALIA AZZAHRA


N 111 22 046

PEMBIMBING KLINIK :
dr. Patmawati, M.Kes.,Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Nuranifa Auralia Azzahra


Stambuk : N 111 22 046
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Profesi Dokter
Universitas : Tadulako
Judul : Trikotilomania
Bagian : Ilmu Kedokteran Jiwa

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa


RSD Madani

Palu, 5 September 2023

Pembimbing Dokter Muda

dr. Patmawati, M.Kes, Sp.KJ Nuranifa Auralia

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Definisi.......................................................................................................3
2.2 Epidemiologi..............................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala........................................................................................4
2.4 Etiologi.......................................................................................................4
2.5 Patofisiologi................................................................................................6
2.6 Diagnosis....................................................................................................7
2.7 Diagnosis Banding......................................................................................9
2.8 Tatalaksana...............................................................................................10
2.9 Dampak Trikotilomania............................................................................12
2.10 Edukasi dan Pencegahan.........................................................................12
2.11 Prognosis................................................................................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Trikotilomania (gangguan mencabut rambut) adalah kondisi kejiwaan
yan ditandai dengan pencabutan berulang dari rambut sendiri, menyebabkan
kerontokan rambut, dan gangguan fungsional yang nyata. Meskipun
dibahas dalam literatur medis selama lebih dari satu abad, trikotilomania
secara tidak resmi dimasukkan sebagai gangguan kesehatan mental dalam
manual diagnostik dan statistik gangguan mental (DSM). Asosiasi psikiatri
Amerika DSM-III-R (1987) Trikotilomania diklasifikasikan sebagai
gangguan kontrol impuls yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Dalam
edisi ke-5 DSM trikotilomania dimasukkan dalam bab tentang gangguan
obsesif kompulsif dan terkait dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD),
gangguan ekskoriasi, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan penimbunan.
Kriteria diagnostik saat ini untuk trikotilomania adalah menarik rambut
yang mengakibatkan kerontokan rambut, upaya baik untuk mengurangi atau
berhenti menarik, penderitaan atau gangguan yang signifikan dan
pencabutan rambut tidak dapat dikaitkan dengan kondisi medis atau psikiatri
lainnya.1

Studi epidemiologi trikotilomania masih kurang, tetapi penelitian kecil


meneliti prevalensi trikotilomania di kalangan mahasiswa di Amerika
Serikat, remaja di Israel, dan orang dewasa yang lebih tua dalam masyarakat
telah menemukan tingkat prevalensi titik mulai dari 0,5% menjadi 2,0%.
Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset
trikotilomania ini berkisar antara usia 12-13 tahun. Pada anak-anak tidak ada
perbandingan yang berarti antara populasi laki-laki atau pun perempuan
yang terkena trikotilomania. Pada orang dewasa ditemukan adanya
prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan kecendrungan lebih banyak pada
perempuan dibandingkan laki-laki.1

iv
Penyebab dari trikotilomania berdasarkan penelitian yaitu ketegangan
segera sebelum mencabut rambut atau ketika berusaha menahan perilaku
tersebut, adanya rasa senang, puas, atau lega ketika mencambut rambut,
gangguan ini terjadi bukan terjadi karena suatu kondisi medis. Penderita
trikotilomania yang menarik dan mencabut rambut melaporkan bahwa
depresi, anxiety, perasaan malu, merasa tidak menarik, dan harga diri yang
rendah diasosiasikan dengan menaiknya keinginan untuk mencabut rambut
yang signifikan. Sebagai tambahan, keinginan untuk menghindari kegiatan
sosial juga dikarakteristikan sebagai penderita trikotilomania yang ingin
menjaga kerahasiaan dan menghindari rasa malu. Kegiatan yang biasa
dihindari termasuk keinginan memotong rambut, aktivitas fisik seperti
olahraga dan menari, berada di luar ruangan atau publik, dan intimasi
seksual. Trikotilomania juga dapat diperparah oleh adanya stres. Tidak
hanya adanya negatif stressor, tapi adanya positif stressor seperti
mempersiapkan pernikahan, membeli rumah atau mobil, merencanakan
liburan.1

Dampak buruk Trikotilomania yang dibiarkan apabila tidak ditangani


dengan tepat akan mengakibatkan infeksi kulit pada bagian yang sering
dicabut rambut atau bulu di badannya, kebotakan dan bahkan akan berlanjut
ke penyakit psikis lainnya yaitu sindrom Rapunzel.1

Melihat hal diatas, jelas bahwa trikotilomania merupakan masalah


kesehatan yang perlu diperhatikan dan akan dihadapkan pada tahun-tahun
yang akan datang. Pembahasan ini diharapkan mampu memberikan
informasi tentang trikotilomania yang dapat terjadi di semua kalangan
masyarakat beserat dengan tatalaksana yang diperlukan.

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Trikotilomania adalah termasuk salah satu dari jenis gangguan


kepribadian yang berkembang menjadi salah satu dari jenis gangguan
kebiasaan dan impuls. Klasifikasi WHO mengenai gangguan kepribadian
telah mengalami beberapa kali revisi dalam 20 tahun terakhir dan semakin
rumit dengan berbagai penambahan sindrom perilaku seperti judi patologis
dan kleptomania, salah satu bentuk gangguan kompulsif yang ditandai
dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis, bulu mata,
ketiak, pubis) yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan
rasa puasa atau lega setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan adanya
kerontokan rambut yang mencolok dan tidak disebabkan oleh kelainan kulit
kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotipi yang lain.1

2.2 Epidemiologi
Gangguan jiwa pernyerta umumnya terdapat pada individu dengan
trikotilomania. Studi secara konsisten melaporkan bahwa individu dengan
trikotilomania memiliki tingkat kecacatan formal depresif (29,2-52%),
kecemasan (8,3-27%) dan alkohol (33,3%), dan persentase yang lebih besar
dari orang-orang dengan trichotillomania mengakui Masalah dengan
kecemasan atau depresi (66-68%).1
Komorbiditas signifikan ditemukan antara trikotilomania dan gangguan
obsesif-kompulsif (OCD), gangguan cemas menyeluruh, Gangguan Touette;
Gangguan depresi, gangguan makan dan berbagai gangguan kepribadian
terutama gangguan obsesif kompulsif, borderline, dan narsistik kepribadian.
Kelainan penyalahgunaan tanda tangan komorbid tidak terjadi seperti pada
perjumpaan patologis, kleptomaina, dan gangguan impuls lainnya.7

2.3 Tanda dan Gejala

vi
Menurut The American Psychiatric Association’s Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5),
trikotilomania termasuk dalam kategori gangguan obsesif kompulsif dan
gangguan terkait. Gangguan ini ditandai dengan suatu tindakan khusus berupa
kebiasaan menarik rambut. Kebiasaan ini terjadi baik dalam keadaan santai
maupun keadaan yang penuh tekanan. Kriteria diagnosis menurut DSM V,
antara lain:
 Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan
yang jelas.
 Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau jika
berusaha untuk menahan perilaku tersebut.
 Rasa senang, puas atau reda jika mencabut rambut.
 Gangguan tidur tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
lain dan bukan karena kondisi medis umum (misalnya, kondisi
dermatologis).
 Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah:


 Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas (noticeable) disebabkan
oleh berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut
rambut.
 Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang meningkat
dan setelahnya diikuti dengan rasa lega atau puas 3

Diagnosis tidak ditegakkan apabila sebelumnya ada inflamasi kulit atau


apabila pencabutan rambut dilakukan akibat suatu waham atau halusinasi.
Periode transien menarik rambut pada anak usia dini dapat dianggap suatu
"kebiasaan" ringan dengan jangka waktu terbatas. 3

Individu yang hadir dengan trikotilomania kronis di masa dewasa sering


melaporkan onset masa remaja awal. Beberapa individu memiliki gejala terus

vii
menerus selama beberapa dekade. Bagi yang lain, gangguan tersebut dapat
datang dan pergi untuk minggu, bulan atau tahunan. Tempat-tempat menarik
rambut dapat bervariasi dari waktu ke waktu. 2

Banyak individu dengan trikotilomania mencabut rambut dari kepala


mereka, bulu mata, alis, kaki, lengan, wajah, dan region kemaluan. Mereka
menarik helai rambut dengan jumlah yang yang cukup banyak, menjadikan
kerontokan rambut menjadi terlihat. Hal ini menyebabkan banyak
ketidaknyamanan, terutama dalam situasi sosial, dimana mereka akan dapat
diamati. Akibatnya, individu dengan masalah ini berusaha keras untuk
menyembunyikan kehilangan rambut ini dengan memakai topi, wig, kemeja
lengan panjang, atau dengan menutup area kebotakan dengan make up.
Individu trikotilomania bahkan mungkin tidak menyadari bahwa mereka
menarik rambut mereka dan kebanyakannya mengatakan bahwa mereka
merasa bosan atau gugup sebelum men cabut rambut mereka, tapi setelah
menariknya keluar, mereka merasa bersalah, sedih atau marah. Ada juga
melaporkan bahwa mereka mencabut rambut mereka ketika sedang menonton

Biasanya pada trichotilomania menunjukan kombinasi rambut yang baru tumbuh,


rambut yang rusak, black dots, area yang kosong, dan panjang rambut yang tidak
sama anak perempuan berusia 11 tahun
televisi, membaca, berbicara di telepon atau membawa kendaraan. 8

viii
Menggunakan Contrast card examination yang membantu
menunjukkan kebotakan natural anak perempuan berusia 11 tahun

2.4 Etiologi
Meskipun dianggap dapat disebakan oleh banyak hal atau multifaktorial,
trikotilomania sering dihubungkan pada situasi yang penuh stress, gangguan
hubungan ibu dan anak, rasa takut ditinggal sendirian dan kehilangan objek
yang belum lama seringkali dinyatakan sebagai faktor penting yang berperan
dalam gangguan ini. Penyalahgunaan zat mungkin mendorong perkembangan
gangguan. 1

Dinamik depresif sering dinyatakan sebagai faktor predisposisi tetapi tidak


ada ciri atau gangguan kepribadian tertentu atau yang khas pada pasien
trikotilomania. Beberapa ahli melihat stimulasi terhadap diri sendiri
merupakan tujuan utama perilaku mencabut rambut. Trikotilomania semakin
sering dipandang memiliki penebab yang ditentukan secara biologis yang
dapat mencerminkan aktivitas motorik yang dikeluarkan dengan tidak tepat.
Teori biologi juga mengacu pada perbedaan metabolik dalam sistem serotonin
dan opioid. Anggota keluarga pasien dengan trikotilomania sering memiliki
riwayat tic, gangguan pengendalian impuls, dan gangguan obsesif kompulsif,
yang lebih menyokong lagi kemungkinan predisposisi genetik.1

ix
Meskipun trikotilomania dianggap multifaktorisl, onsetnya sering
dikaitkan dengan situasi stres di lebih dari seperempat dari semua kasus.
Mengganggu hubungan ibu dan anak, takut untuk menjadi sendirian, dan
kehilangan objek baru-baru ini terjadi. 4,7
Jika diamati berbagai faktor kritis yang mempengaruhi terjadinya
gangguan tersebut. Penyalahgunaan zat dapat mendorong juga berpengaruh
terhadap perkembangan kelainan. Dinamika depresi sering disebut sebagai
faktor predisposisi, namun tidak ada tait atau gangguan kepribadian tertentu
yang mencirikan pasien.Anggota keluarga penderita trikotilomania memiliki
riwayat penyakit, gangguan kontrol impuls, gejala obsesif kompulsif, yang
mendukung kemungkinan predisposisi genetik.1
Satu studi mengamati neurobiologi kelainan yang menarik rambut dan
memberi sedikit volume pada putamen kiri dan area lentikulasi. Baru-baru
ini, sebuah studi tentang genetika tentang trikotilomania melaporkan
hubungan antara polimorfisme gen reseptor serotonin 2A (5-HT2A) (Tl 02C)
dan tikotillomania. Namun, karena penelitian ini meneliti beberapa mata
pelajaran yang sedikit, hal ini perlu direplikasi dalam sapar yang lebih besar
untuk dapat menentukan peran kelainan gaglia bawaan dan serotonin dalam
etiologi oftrichotillomaia.7
Edisi kelima dari Manual Diagnostik dan Statistik Mental Disorders
(DSM-5) mencakup kriteria diagnostik untuk trikotilomania. Sebelum terlibat
dalam perilaku menarik rambut pasien dengan trikotilomania diperkirakan
mengalami peningkatan ketegangan dan mendapatkan rasa melepaskan atau
memuaskan diri sendiri sehingga menarik rambut mereka. Semua area tubuh
bisa terlibat, paling umum kulit kepala. Area lain yang terlibat adalah alis,
bulu mata, janggut; ketiak, dan area kemaluan kurang umum dilibatkan.
Penarikan yang terfokus adalah penggunaan tindakan yang disengaja untuk
mengendalikan pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan, seperti
dorongan, sensasi tubuh misalnya, gatal. Umumnya, penarikan otomatis
terjadi di luar kesadaran kebanyakan orang selama aktivitas tanpa aktivitas.
Sebagian besar pasien memiliki kombinasi jenis rambut menarik ini.7

x
Kerontokan rambut ditandai dengan helai pendek dan patah yang muncul
bersamaan dengan rambut panjang dan normal di daerah yang terkena. Tidak
ada kelainan pada kulit atau kulit kepala yang ada. Penarikan rambut tidak
dilaporkan menyakitkan, meski pruritus dan kesemutan bisa terjadi di area
yang terlibat. Trichophagy, mulut dari rambut, mungkin mengikuti rambut
mencabut. Komplikasi trichophagy meliputi trikomioat, malnutrisi, dan
obstruksi usus. Pasien biasanya menolak perilaku dan mencoba
menyembunyikan alopecia yang dihasilkan. Kepala membenturkan,
menggigit kuku, menggaruk, menggerogoti, mengeluarkan, dan tindakan
mutilasi diri lainnya mungkin ada.2,4,7

2.5 Patofisiologi

Hingga saat ini penyebab trikotilomania itu sendiri masih belum jelas.
Menurut teori neurokognitif gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan
pada basal ganglia pasien sebagaimana diketahui bahwa basal ganglia
memiliki peran dalam membentuk kebiasaan. Kegagalan lobus frontal dalam
menghambat kebiasaan tertentu juga diperkirakan bagian dari patofisiologi
gangguan ini.2
Sebuah studi pencitraan menggunaan Magnetic Resonance Image (MRI)
juga menyatakan bahwa substansi grasia (gray matter) pasien dengan
trikotilomania lebih meningkat kapasitasnya dibandingkan yang tidak
memiliki penyakit ini. Peranan genetik terhadap penyakit ini pun tidak
luput dari perhatian peneliti. Pada suatu penelitian ditemukan adanya mutasi
pada gen SLITRK1 sedangkan pada penelitian lainnya mendapatkan adanya
perbedaan pada receptor gen serotonin 2A. Mutasi gen HOXB8 juga
menunjukkan perubahan kebiasaan pada tikus dalam menarik-narik rambut.
Pendekatan ilmiah terhadap gen ini merupakan fenomena baru namun masih
belum dapat ditentukan apakah memang ada hubungan genetic dalam
menyebabkan penyakit ini.2
Trikotilomania juga biasa disebut trikotilosis atau TTM. Orang dengan
trikotilomania memiliki dorongan yang sangat kuat untuk menarik rambut.

xi
Tidak hanya rambut di kepala, penderita trikotilomania juga kerap
merasakan kepuasan dan kenikmatan setelah mencabut rambut di bagian
tubuh yang lain, seperti rambut kemaluan, rambut ketiak dan sebagainya.
Selain kecenderungan yang kuat untuk menarik rambut berulang-ulang,
penderita sering kali merasakan peningkatan ketegangan sebelum mencabut
rambut atau saat mencoba melawan keinginan mencabut rambut.
Kesenangan, kepuasan atau lega tercipta ketika menarik keluar rambut.2
Bila diperhatikan, penderita trikotilomania kerap meninggalkan jejak
buruk terutama pada bagian yang ditumbuhi rambut. Yang sangat jelas
adalah kebotakan. Beberapa orang juga terlihat memiliki alis atau bulu mata
yang tipis, bahkan tidak ada, karena terlalu sering dicabut. Rambut pada
penderita trikotilomania tidak berkembang dengan baik. Sering kali
ditemukan helai-helai rambut lama yang rusak ujungnya. Helai-helai rambut
patah dengan ujung yang tak rata. Trikotilomania akan menyebabkan
pertumbuhan rambut baru dengan ujung meruncing.3
Data mengenai patofisiologi trikotilomania terbatas, tetapi ada komponen
familial. Beberapa penelitian keluarga telah melaporkan peningkatan tingkat
trikotilomania pada kerabat tingkat pertama dari orang yang menderita
trikotilomania, bersama dengan peningkatan tingkat gangguan mood dan
kecemasan. Dalam penelitian terbaru menemukan bahwa kerabat probands
dengan trikotilomania memiliki perkiraan risiko kekambuhan yang lebih
tinggi untuk menarik rambut.3

2.6 Diagnosis
Kriteria Diagnosis menurut DSM 5 :
1. Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan kebotakan
yang jelas.
2. Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut atau
jika berusaha untuk menahan perilaku tersebut.
3. Rasa senang, puas atau reda jika mencabut rambut

xii
4. Gangguan tidur tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
mental lain dan bukan karena kondisi medis umum (misalnya, kondisi
dermatologis).
5. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada peradangan kulit,
atau apabila pencabutan rambut adalah respons terhadap waham atau
halusinasi.

2.7 Diagnosis Banding


Penarikan rambut bisa menjadi kondisi yang sepenuhnya jinak atau
mungkin terjadi dalam konteks beberapa gangguan mental. Fenomenologi
gangguan penarik rambut dan Obsessive Convulsive Disease (OCD) tumpang
tindih. Seperti OCD, gangguan penarik rambut seringkali kronis dan dikenali
oleh pasien sebagai hal yang tidak diinginkan.8
Berbeda dengan OCD, pasien dengan gangguan trikotilomania tidak
mengalami pikiran obsesif, dan aktivitas kompulsif terbatas pada satu
tindakan, penarikan rambut. Penderita gangguan heroin secara aktif mencari
pertolongan medis dan peran pasien dan dengan sengaja mensimulasikan
penyakit pada ujung-ujungnya. Pasien yang malingeri atau yang memiliki
gangguan faktisi dapat memutilasi diri untuk mendapatkan perawatan medis,
namun mereka tidak menganjurkan adanya gejala adanya lesi pada diri
sendiri. Pasien dengan gangguan gerakan stereotip memiliki gerakan stereotip
dan ritmis, dan biasanya tidak tampak tertekan oleh perilaku mereka. Biopsi
mungkin diperlukan untuk membedakan Gangguan penarik rambut adalah
alopecia areata dan tine capitis.6

2.8 Tatalaksana
Ada beberapa metode yang dpat dilakukan untuk penatalaksaan orang
dengam trikotilomania mulai dari terapi farmakologis hingga terap non

xiii
farmakologi. Berikut merupakan penatalaksaan terhadap pasien dengan
trikotilomania.
a. Menejemen Stress
Sebelum memulai perawatan, psikiater dan Pasien pertama-tama
harus mempertimbangkan jalannya dan tingkat keparahan kondisi
individu. Karena remisi dini mungkin terjadi pada kasus Onset baru-
baru ini, trikotilomania ringan dengan durasi pendek tidak
membutuhkan intervensi segera. Secara khusus, jika Penarikan rambut
pertama kali terjadi selama masa stres, perilaku tersebut dapat secara
spontan berkurang seperti keadaan yang menegangkan mereda. Dalam
keadaan seperti itu, perhatian terapeutik mungkin terbaik Diarahkan
untuk memeriksa dan berusaha mengurangi basis Untuk stres
Mengajar metode pengurangan stres alternatif mungkin Berguna dalam
mengurangi trikotilomania terkini. Namun, kapan Individu dengan
trichotillomania hadir ke psikiater, itu Sering kali cenderung menjadi
kondisi yang gigih dan mungkin Telah hadir selama bertahun-tahun
atau puluhan tahun. Di antara pasien tersebut, Pengurangan stres juga
berguna dalam mengurangi trikotilomania.8

b. Habit Reversal Therapy


Terapi ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengontol atau menghilangkan kebiasaan menarik rambut. Yang
dilakukan melalui langkah-langkah berikut. 1) Assesment and
functional analysis pada tahap ini pasien diminta untuk menganalisis
waktu-waktu terjadinya kegiatan menarik rambut atau “high risk
time”dan faktor-faktor pencetus yang lain. 2) Self Monitoring setelah
mengetahui faktor maka dilakukan dengan mengontrolan diri sendiri
untuk menghindari waktu atau faktor pencetus untuk terjadinya
penarikan rambut.3) Stimulus control apabila impul terjadi maka
dilakukan dengan mencegah penarikan rambut yang dapat dilakukan
dengan mengikat tangan atau hal-hal lain yang tidak terlihat aneh. 4)

xiv
competing respon Intervention dengan melalukan aktivitas lain yang
dapat menghilangkan ketegangan atau keinginan untuk mencabut
rambut.4

c. Psikofarmaterapi

Obat yang efektif dalam percobaan terkontrol adalah


Clomipramine. Khasiat untuk kombinasi serotonergik reuptake
Inhibitor (SSRIS) (flavoxetine, paroxetine, sertraline,Citaloprem) dan
neuroleptik (haloperidol, pimozide,Risperidone) diamati dalam studi
yang tidak terkontrol. Ada Laporan keberhasilan pengobatan
trichotillomania dengan Sertraline Hcl 50 mgs pada waktu tidur dan
fluxetine 10 mg setiap hari. Sampo fluocinolone 0,01% dua kali
seminggu telah ditemukan Bermanfaat dalam beberapa kasus. 4,10
Berdasarkan saran Trichotillomania Impact Project, penggunaan
farmakoterapi dengan SSRI merupakan terapi yang paling sering
digunakan bahkan lebih dianjurkan penggunaannya dibandingkan
Clomiperamine. Namun bila pasien dengan respon buruk dengan SSRI
dapat membaik dengan tambahan pimozide (Orap), suatu antagonis
reseptor dopamine. SSRI berperan sebagai antidepresan yang akan
meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak dengan cara
menghambat reuptake serotonin pada membran presinaptik.5
Selain itu psikofarmakologi yang telah digunakan adalah
steroid topikal dan hydroxinehydrochloride, suatu ansiolitik dengan
sifat antihistamin, antidepresan, obatserotonergik dan antipsikotik.1
Bila terdapat depresi, agen anti depresan dapat memberikan
perbaikan dermatologis. Antidepresan, seperti fluoxetine (Prozac),
fluvoxamine (Luvox), sertraline (Zoloft) dan venlafaxine (Effexor),
sering digunakan untuk mengobati trikotilomania, kleptomania dan
judi patologis. Obat antipsikotik olanzapine, (Zyprexa) juga telah
menunjukkan efektivitas dalam mengobati trikotilomania.8,10,11

xv
d. Cognitive Behavioral Threrapy

Terapi perilaku kognitif (Cognitif Behaviour Therapy, CBT)


menggabungkan unsur-unsur dari kedua terapi kognitif dan terapi
perilaku. Terapi kognitif meneliti cara pikiran orang tentang diri
mereka sendiri, orang lain dan dunia yang mempengaruhi kesehatan
mental mereka. Terapi perilaku menyelidiki cara tindakan masyarakat
mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan interaksi mereka dengan
orang lain. Dengan menggabungkan kedua terapi tersebut, CBT
meneliti cara orang agar dapat mengubah pikiran mereka dan perilaku
dalam rangka meningkatkan kehidupan mereka. Terapi perilaku
kognitif dapat membantu seseorang belajar untuk rileks, mengatasi
stres, memerangi pikiran negatif dan mencegah perilaku merusak.
Dalam penelitian kecil, jenis pengobatan ini telah terbukti efektif
untuk kleptomania, judi patologis, trikotilomania dan isu-isu
seksualitas kompulsif.7,10
Terapi perilaku yang berhasil, seperti biofeedback, pengawasan
diri sendiri, desensitisasi sendiri dan pembalikan kebiasaan telah
dilaporkan, tetapi sebagian besar laporan adalah kasus individual atau
sejumlah kecil penelitian dengan periode follow up yang relative
singkat.3
e. Hipnoterapi
Hipnoterapi dan terapi perilaku telah dinyatakan berpotensi efektif
dalam terapi gangguan dermatologis dengan keterlibatan faktor
psikologis karena kulit telah terbukti rentan terhadap saran hipnotik.
Dengan hipnoterapi diharapkan terjadi perubahan perilaku dari saran
atau sugesti yang diberikan selama proses hipnosis. Hal ini kemudian
diharapkan akan merupah perilaku maupu menghilangkan ketegangan
atay keinginan untuk mecabut rambut.8
Banyak metode yang metode yang dapat dilakukan dalam perwatan dan
penatalaksanaan trikotilomania. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang
dapat memicu gangguan perilaku tersebut, sehingga penatalaksaan dilakukan

xvi
pada berbagai aspek. Selain itu respon individu pada maaing-masing terapi
berbeda. Sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda untuk setiap individu.

2.9 Dampak Trikotilomania

Penderita trikotilomania yang tidak menjalani terapi dengan tepat dapat


mengalami komplikasi berupa:

 Gangguan dalam kehidupan sosial akibat rasa malu atau tidak percaya diri
 Kerusakan kulit akibat mencabuti rambut, berupa bekas luka atau
kebotakan permanen
 Gangguan mental lain, seperti depresi

Pada pasien trikotilomania yang juga mengalami sindrom Rapunzel,


komplikasi lain yang dapat terjadi adalah gangguan fungsi saluran
pencernaan. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan berat badan
dan obstruksi usus.4

2.10 Edukasi dan Pencegahan

Belum ada upaya yang terbukti mampu mencegah trikotilomania.


Namun, mengelola stres dengan baik dapat membantu menurunkan risiko
terjadinya kondisi ini. Berikut adalah beberapa cara untuk mengelola stres:

 Membiasakan diri untuk memandang sesuatu dari sisi positifnya


 Belajar memahami bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa dikendalikan
 Tidak memendam perasaan atau pendapat
 Mempelajari metode relaksasi, seperti meditasi
 Berolahraga secara rutin
 Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
 Belajar disiplin dan memiliki manajemen waktu yang baik
 Berani menolak permintaan yang dapat memicu stres (bersikap asertif)

xvii
 Menyediakan waktu luang untuk melakukan hobi atau aktivitas yang
menarik
 Beristirahat dan tidur yang cukup
 Tidak mengandalkan minuman beralkohol atau obat-obatan untuk
meredakan stres
 Mencari dukungan dari orang terdekat.9

2.11 Prognosis
Usia rata-rata saat onset Trikotilomania di awal remaja, paling jelas
sebelum usia 17 tahun, tapi onsetnya sudah dilaporkan jauh di kemudian hari.
Jalannya gangguan tidak diketahui, baik bentuk kronis maupun pengiriman
terjadi. Awal Onset kira-kira sebelum usia 6 tahun,cenderung untuk mengirim
lebih mudah dan merespons Saran, dukungan, dan strategi perilaku. Onset
terlambat yaitu setelah Usia 13 tahun dikaitkan dengan peningkatan
kemungkinan kronisitas Dan prognosis yang lebih buruk daripada bentuk
awal. Sekitar sepertiga dari Orang yang mempresentasikan laporan
pengobatan 1 tahun atau Kurang, sedangkan dalam beberapa kasus, kelainan
ini terus berlanjut dari dua dekade.10
2.10

xviii
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan kompulsif yang
ditandai dengan kegiatan menarik-narik rambut berulang (di kepala, alis,
bulumata, ketiak, pubis) yang didahului dengan ketegangan kemudian
diikuti dengan rasa puasa taulega setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan
adanya kerontokan rambut yang mencolok dan tidak disebabkan oleh
kelainan kulit kepala/rambut lain atau kegiatan stereotipi yang lain.
Trikotilomania merupakan suatu penyakit kronis yang apabila dibiarkan
akan menimbulkan penurunan kualitas hidup yang serius terhadap pasien.
Penggunaan terapi Sampai saat ini ada 3 terapi utama yang sering
dilakukan untuk penatalaksanaan pasien trikotilomania di antaranya: Habit
Reversal Therapy (HRT), golongan farmakoterapi seperti SSRI dan
Clomipramine.Berdasarkan saran Trichotillomania Impact Project,
penggunaan farmakoterapi dengan SSRI merupakan terapi yang paling
sering digunakan bahkan lebih dianjurkan penggunaannya dibandingkan
Clomiperamine.

xix
DAFTAR PUSTAKA

1. Grant JE, Chamberlain SR, Ph D. Trichotillomania. 2016;


(September).
2. Grant JE, Chamberlain SR, Ph D, Psych MRC. Europe PMC
Funders Group Trichotillomania. 2017;173(9):868–74.
3. Franklin ME, Zagrabbe K, Benavides KL. Trichotillomania and its
treatment: A review and recommendations. Expert Rev Neurother.
2011;11(8):1165–74.
4. Harrison JP, Franklin ME. Pediatric trichotillomania. Curr
Psychiatry Rep. 2012;14(3):188–96.
5. Kandeger A, Guler HA, Egilmez U, Guler O. Major depressive
disorder comorbid severe hydrocephalus caused by Arnold – Chiari
malformation Does exposure to a seclusion and restraint event
during clerkship influence medical student ’ s attitudes toward
psychiatry ? Indian J Psychiatry. 2018;59(4):2017–8.
6. Dewi W, Ratep N, Westa W, Umum S, Sanglah P. N-
Acetylcysteine Sebagai Farmakoterapi Trikotilomania. 2016;1–8.
7. Idrus MF. Gangguan Anxietas Menyeluruh ( GAM ).
8. Terapi P, Komprehensif B, Meningkatkan U, Coping K, Subjek P.
Wina Lova Riza Email : wina.lova@ubpkarawang.ac.id Fakultas
Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Abstract . The
aim of this study is to find out whether comprehensive behavioral
therapy ( ComB ) is effective in improving coping skills in tricho.
:11–9.
9. Alexander, J. R., Houghton, D. C., Twohig, M. P., Franklin, M. E.,
Saunders, S. M., Neal-Barnett, A. M., … Woods, D. W. (2017).
Clarifying the relationship between Trichotillomania and anxiety.
Journal of Obsessive-Compulsive and Related Disorders,
13(February).
10. Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku
Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. 2003. Jakarta : PT. Nuh Jaya

xx

Anda mungkin juga menyukai