Dosen:
Putu Rika Veryanti, S.Farm-Klin, Apt.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia
serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Idiopatik
Trombositopenia Purpura.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hematologi. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa
pihak yang ikhlas bersedia meluangkan waktunya untuk membantu pembuatan .
Maka pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bimbingan dosen pengampu dan kerja sama kelompok 10.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan Makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi kami selaku penyusun, pihak-
pihak yang telah membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya
sebagai referensi keilmuanya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 .Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 .Tujuan .................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
keadaan-keadaan yang melibatkan pembekuan dalam pembuluh darah (komplikasi
kebidanan, kanker, keracunan darah (septikemia) akibat bakteri gram negatif,
kerusakan otak traumatik), purpura trombositopenik trombotik, sindroma
hemolitik-uremik, sindroma gawat pernafasan dewasa dan infeksi berat disertai
septikemia.
Pada anak-anak, penyakit ini biasanya terjadi setelah suatu infeksi virus
dan setelah bebeerapa minggu atau beberapa bulan akan menghilang tanpa
pengobatan. ITP merupakan penyebab trombositopenia pada anak yang paling
sering, selain leukemia. Insiden ITP pada anak antara 4 5,3 per 100.000, ITP
akut umumnya terjadi pada anak-anak usia antara 2-6 tahun. 7-28% anak-anak
dengan ITP akut berkembang menjadi kronik 5-20% apabila terjadi paling lama 6
bulan. Sisanya akan sembuh sendiri.
Insiden ITP kronik dewasa adalah 58-66 kasus baru per satu juta populasi
pertahun di Amerika dan serupa yang ditemukan di Inggris. ITP kronik umumnya
terdapat pada orang dewasa dengan usia rata-rata 40-45 tahun. Rasio antara
perempuan dan laki-laki adalah 1:1 pada pasien ITP akut sedangkan pada ITP
kronik adalah 2-3:1. Satu hal lagi istilah yang terdapat pada ITP yakni istilah ITP
refrakter yang didefinisikan sebagai suatu ITP yang gagal diterapi dengan
kortikosteroid dosis standard an splenektomi yang selanjutnya mendapat terapi
karena angka trombosit di bawah normal atau ada perdarahan. Pasien ITP
refrakter ditemukan kira-kira 25-30% dari jumlah pasien ITP. Kelompok ini
mempunyai respon yang jelek terhadap pemberian terapi dengan morbiditas yang
cukup bermakna dan mortalitas kira-kira 16%.
Penyakit ITP untuk penderita orang dewasa dapat berlangsung lebih lama
dibandingkan yang dialami anak-anak. Pada saat dilakukan diagnosa, sebagian
besar penderita dewasa ITP umumnya telah mengalami adanya perdarahan yang
terus meningkat dan mudah sekali mengalami luka memar dalam kurun waktu
beberapa minggu,atau bahkan bulan. Untuk pasien wanita, meningkatnya aliran
darah menstruasi juga merupakan tanda-tanda utama.
5
Tata laksana ITP pada anak meliputi tindakan suportifdan terapi
farmakologis. Tindakan suportif merupakanhal yang penting dalam
penatalaksanaan ITP padaanak, diantaranya membatasi aktifitas fisik,
mencegahperdarahan akibat trauma, menghindari obat yang dapat menekan
produksi trombosit atau merubahfungsinya, dan yang tidak kalah pentingnya
adalah memberi pengertian pada pasien dan atau orang tuatentang penyakitnya.
Sebagian besar kasus ITP pada anak tidak perludirawat di rumah sakit, oleh
karena dapat sembuh sempurna secara spontan dalam waktu kurang dari 6 bulan.
Pada beberapa kasus ITP pada anak didapatkan perdarahan kulit yang menetap,
perdarahan mukosa, atau perdarahan internal yang mengancam jiwa yang
memerlukan tindakan atau pengobatan segera. Transfusi trombosit jarang
dilakukan dan biasanya tidak efektif, karena trombosit yang ditransfusikan
langsung dirusak.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
ITP merupakan singkatan dari Idiopatik Trombositopenia Purpura.
Idiopatik artinya penyebabnya tidak diketahui. Trombositopenia artinya
berkurangnya jumlah trombosit dalam darah atau darah tidak mempunyai platelet
yang cukup.Purpura artinya perdarahan kecil yang ada di dalam kulit, membran
mukosa atau permukaan serosa (Dorland, 1998). Purpura berarti seseorang
memiliki lukamemar yang banyak (berlebihan). Istilah ITP ini juga merupakan
singkatan dari Immune Thrombocytopenic Purpura. (Family Doctor, 2006).
ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari
penghancuran trombosit yang berlebihan (Suraatmaja, 2000).
ITP adalah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya
petekia atau ekimosis di kulitataupun pada selaput lendir dan adakalanya terjadi
pada berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang
tidak diketahui. Kelainanan pada kulit tersebut tidak disertai eritema,
pembengkakkan atau peradangan. Kelainan ini dahulu dianggap merupakan suatu
golongan penyakit dan disebut dengan berbagai nama misalnya morbus
makulosus werlhofi, sindrom hemogenik, purpura trombositolik. Disebut idiopatik
ialah untuk membedakan dengan kelainan yang dapat diketahui penyebabnya dan
biasanya disertai dengan kelainan hematologis lain seperti misalnya anemia,
kelainan leukosit. Pada ITP biasanya tidak disertai anemia atau kelainan lainnya
kecuali bila banyak darah yang hilang karena pendarahan.Perjalanan penyakit ITP
dapat bersifat akut dan kemudian akan hilang sendiri (self limited) atau menahun
dengan atau tanpa remisi dan kambuh.Pada penelitian selanjutnya diketahui
bahwa ITP merupakan suatu kelompok keadaan dengan gejala yang sama tetapi
berbeda patogenesisnya (FK UI, 1985).
Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan
bagian dari pembekuan darah. ITP adalah jenis trombositopenia berat yang dapat
mengancam kehidupan dengan jumlah trombosit < 10.000 mm3 yang ditandai
dengan mudahnya timbul memar serta perdarahan subkutaneus yang multiple.
Biasanya penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarnan ungu.Karena
7
jumlah trombosit sangat rendah, maka pembentukan bekuan tidak memadai dan
konstriksi pembuluh yang terlukan tidak adekuat.
ITP adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah
trombosit yang bersirkulasi dalam keadaan sumsum normal.(ITP pada anak
tersering terjadi pada umur 2 6 tahun), lebih sering terjadi pada wanita.(Kapita
selekta kedokteran jilid 2).ITP adalah salah satu gangguan perdarahan didapat
yang paling umum terjadi.(Perawatan Pediatri Edisi 3).
Idiopatik trombositopenia purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa
gangguan autoimun yang mengakibatkan trombositopenia oleh karena adanya
penghancuran trombosit secara dini dalam sistem retikuloendotel akibat adanya
autoantibody terhadap trombosit yang biasanya berasal dari Immunoglobulin G.
Adanya trombositopenia pada ITP ini akan megakibatkan gangguan pada sistem
hemostasis karena trombosit bersama dengan sistem vaskular faktor koagulasi
darah terlibat secara bersamaan dalam mempertahankan hemostasis normal.
8
Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan
limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah
dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
2. Sel darah putih (leukosit).
Jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah
putih untuk setiap 660 sel darah merah.Terdapat 5 jenis utama dari sel
darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama
tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibody.
Neutrofil, juga disebut granulosit karena berisi enzim yang
mengandung granul-granul, jumlahnya paling banyak.Neutrofil
membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan
mencerna benda asing sisa-sisa peradangan.Ada 2 jenis neutrofil, yaitu
neutrofil berbentuk pita (imatur, belum matang) dan neutrofil bersegmen
(matur, matang).
Limfosit memiliki 2 jenis utama, yaitu limfosit T (memberikan
perlindungan terhadap infeksi virus dan bisa menemukan dan merusak
beberapa sel kanker) dan limfosit B (membentuk sel-sel yang
menghasilkan antibodi atau sel plasma).
Monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan
memberikan perlawanan imunologis terhadap berbagai organisme
penyebab infeksi.
Eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan
dalam respon alergi.
Basofil juga berperan dalam respon alergi.
3. Trombosit
Jumlah normal trombosit pada tubuh manusia adalah 200.000-
400.000/Mel darah. Trombosit merupakan berbentuk bulat kecil atau
cakram oval dengan diameter2-4m.Trombosit dibentuk di sumsum
tulang dari megakariosit, sel yang sangat besar dalamsusunan
hemopoietik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi
trombosit,baik dalam sumsum tulang atau segera setelah memasuki
kapiler darah, khususnya ketika mencoba untuk memasuki kapiler
9
paru.Paritikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih kecil daripada
sel darah merah atau sel darah putih.Sebagai bagian dari mekanisme
perlindungan darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit
berkumpulpada daerah yang mengalami perdarahan dan mengalami
pengaktifan.Setelah mengalami pengaktifan, trombosit akan melekat satu
sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan yang membantu
menutup pembuluh darah dan menghentikan perdarahan.
Pada saat yang sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu
mempermudah pembekuan. Sel darah merah cenderung untuk mengalir
dengan lancar dalam pembuluh darah, tetapi tidak demikian halnya
dengan sel darah putih. Banyak sel darah putih yang menempel pada
dinding pembuluh darah atau bahkan menembus dinding untuk masuk ke
jaringan yang lain.
Jika sel darah putih sampai ke daerah yang mengalami infeksi atau
masalah lainnya, mereka melepaskan bahan-bahan yang akan lebih
banyak menarik sel darah putih. Fungsi sel darah putih adalah seperti
tentara, menyebar di seluruh tubuh, tetapi siap untuk dikumpulkan dan
melawan berbagai organisme yang masuk ke dalam tubuh.
Di dalam sumsum tulang, semua sel darah berasal dari satu jenis sel
yang disebut sel stem. Jika sebuah sel stem membelah, yang pertama kali
terbentuk adalah sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah
putih atau sel yang membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika
sel imatur membelah, akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi
sel darah merah, sel darah putih atau trombosit.Fungsinya adalah
mencegah ke bocoran darah spontan pada pembuluh darah
kecil,membantu proses pembekuan darah.
10
2.3 Etiologi
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi
melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel
trombosit mati.Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh
menghasilkan antibodi yang menyerang trombositnya sendiri.Dalam kondisi
normal, antibodi adalah respons tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang
masuk kedalam tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan
menyerang sel-sel keping darah tubuhnya sendiri..Meskipun pembentukan
trombosit sumsum tulang meningkat, persediaan trombosit yang ada tetap tidak
dapat memenuhi kebutuhan tubuh.Pada sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP
disebabkan oleh sistem imun tubuh.
Secara normal sistem imun membuat antibodi untuk melawan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh. Pada ITP, sistem imun melawan platelet dalam tubuh
sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum
diketahui.ITP kemungkinan juga disebabkan oleh hipersplenisme, infeksi virus
(demam berdarah, morbili, varisela, dan sebagainya), intoksikasi makanan atau
obat (asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina, sedormid) atau bahan kimia,
pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan faktor pematangan (misalnya
malnutrisi),DIC (misalnya pada DSS ,leukemia, respiratory distress syndrome
pada neonatus) dan terakhir dikemukakan bahwa ITP ini terutama yang menahun
merupakan penyakit autoimun.Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti
terhadap trombosit dalam darah penderita. Pada neonatus kadang ditemukan
trombositopenia neonatal yang disebabkan inkompatibilitas golongan darah
trombosit antara ibu dan bayi isoimunisasi (pengembangan antibodiyang
spesifik diarahkan pada sel darah merah dari individu lain, seperti bayi dalam
rahim. Seringterjadiketika seorangwanita Rh-negatifmengandung bayi Rh-positif
atau diberikan darah Rh-positif). Prinsip patogenesisnya sama dengan
inkompabilitas rhesus atau ABO.Jenis antibody trombosit yang sering ditemukan
pada kasus yang mempunyai dasar imunologi ialah anti P1E1 dan antI P1E2.
Berdasarkan etiologi, ITP dibagi menjadi 2 yaitu primer (idiopatik) dan
sekunder. Berdasarkan penyakit dibedakan tipe akut bila kejadiannya kurang atau
sama dengan 6 bulan (umumnya terjadi pada anak-anak) dan kronik bila lebih
11
dari 6 bulan (umunnya terjadi pada orang dewasa). Selain itu, ITP juga terjadi
pada pengidap HIV.Sedangkan obat-obatan seperti heparin, minuman keras,
quinidine, sulfonamides juga dapat menyebabkan tombositopenia. Biasanya
tanda-tanda penyakit dan faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit ini adalah
seperti yang berikut : purpura, pendarahan haid darah yang banyak dan tempo
lama, pendarahan dalam lubang hidung, pendarahan rahang gigi, immunisasi virus
yang terkini, penyakit virus yang terkini dan calar atau lebam.
ITP penyebab pasti belum diketahui (idiopatik) tetapi kemungkinan
akibat dari:
1. Hipersplenisme (pembesaran pada limpa)
2. Infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela, dan sebagainya)
3. Intoksikasi makanan (penyakit yang disebabkan karena tertelannya toksin
dalam makanan yang sebelumnya diproduksi oleh mikroba dalam
makanan)/obat (asetosal, para amino salisilat (PAS), fenilbutazon, diamox,
kina, sedormidasetosal).
4. Bahan kimia
5. Pengaruh fisis (radiasi, panas)
6. Kekurangan faktor pematangan (malnutrisiadalah kekurangan gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan energi
tubuh)
7. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan
dimana bekuan-bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah,
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya
faktor pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan
8. Autoimun adalah penyakit dimana sistem kekebalan tubuh seseorang
menyerang jaringan sehat orang tersebut sendiri.
12
d. Jumlah trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis
(remisi spontan).
e. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2. ITP Kronis
a. Terjadi pada wanita muda sampai pertengahan.
b. Jarang ada riwayat infeksi sebelumnya.
c. Gejala perdarahan bersifat menyusup, pada wanita biasanya berupa
menomethroragi.
d. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis
(jarang terjadi remisi spontan).
e. Jumlah trombosit tetap di bawah normal selama penyakit.
3. Kambuhan
a. Mula-mula terjadi trombositopenia.
b. Relaps berulang.
c. Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh.
Lebih sering dijumpai pada anak dan dewasa muda. Pada anak yang
tersering ialah di antara umur 2-6 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita
daripada laki laki.
13
Dapat timbul mendadak, terutama pada anak, tetapi dapat pula hanya berupa
kebiruan, epistaksis (mimisan) selama jangka waktu yang berbeda-beda. Tidak
jarang terjadi gejala timbul setelah suatu peradangan atau infeksi saluran nafas
bagian atas akut.
Kelainan yang paling sering ditemukan ialah petekie (bintik merah
keungunan kecil dan bulat yang tidak menonjolakibat perdarahan intradermal atau
submukosa) dan kemudian ekimosis (bercak perdarahan yang kecil, lebih lebar
dari petekie, pada kulit atau selaput lendir, membentuk bercak biru atau ungu
yang rat, bulat atau irregular) yang dapat tersebar di seluruh tubuh. Keadaan ini
kadang dijumpai pada selaput lendir terutama hidung dan mulut sehingga dapat
terjadi epistaksis dan perdarahan gusi.
Pada ITP akut dan berat dapat timbul pulabula hemoragik (ada selaput
lendir yg bersih berisi darah yang berupa cairan). Gejala lainnya ialah dapat
perdarahan traktus genitrourinarius (menoragia(periode menstruasi di mana
terjadi pendarahan yang berat atau berkepanjangan/ abnormal), hematuria
(kencing darah)), traktus digestivus (hematemesis (muntah darah), melena
(keluarnya feses gelap dan pekat diwarnai oleh pigmen darah atau darah yang
berubah, berbau, dan agak cair)), pada mata konjungtivis (peradangan) dan yang
terberat namun agak jarang terjadi ialah perdarahan pada SSP (perdarahan
subdural adalah pengumpulan darah di ruangan antara bagian dalam dan bagian
luar selaput pembungkus otak). Pada pemeriksaan fisis umumnya tidak banyak
dijumpai kelainan kecuali adanya petekia dan ekimosis. Mungkin pula ditemukan
demam ringan bila terdapat perdarahan berat atau perdarahan traktus
gastrointestinalis. Renjatan/ shock(keadaan kesehatan yang mengancam jiwa
ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk menyediakan oksigen untuk
mencukupi kebutuhan jaringan)dapat terjadi bila kehilangan darah banyak.
Pada ITP menahun, umumnya hanya di temukan kebiruan atau perdarahan
abnormal lain dengan remisi spontan dan eksaserbasi. Remisi yang terjadi
umumnya tidaklah sempurna. Harus waspada terhadap kemungkinan ITP
menahun sebagai gejala stadium praleukemia.
14
2.6 Patofisiologi
15
ALOGARITMA
MK: Resiko
Cidera
Platelet mengalami gangguan agresi
Dihancurkan oleh
makrofag dalam jaringan
Penghancuran dan
pembuangan trombosit
Jumlah trombosit
ITP
Penurunan
Dinding MK:Ketidakefektifan transport O2 dan
kapiler rusak perkusi jaringan zat nutrisi lain
perifer kejaringan
Penurunan
metabolism
Penumpukan Kapiler Kapiler bawah anaerob
darah intra mukosa kulit pecah
dermal pecah
Kelemahan
Tumbuh
Menekan saraf Perdarahan bintik
nyeri intral dermal merah MK:
Intoleransi
Aktivitas
Merangsang MK: MK:Gangguan
SSP Kerusakan Citra Tubuh
Integritas
Jaringan
Muncul sensasi
nyeri
MK: Gangguan
Rasa Nyaman
Nyeri
17
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
2.8 Komplikasi
18
6. Splenomegali
2.9 Prognosis
1. Pada umumnya baik. Pada anak kadang terjadi remisi lengkap tanpa pengobatan.
2. 90% penderita ITP mengalami remisi setelah mendapat pengobatan selama 3
minggu-3 bulan dan tidak timbul lagi gejala.
3. 10% jadi ITP menahun dan < 1% meninggal.
4. Pada dewasa sering relaps dalam waktu 4-15 tahun.
5. Prognosa lebih buruk pada wanita hamil dan bila ada komplikasi, terutama perdarahan
otak yang dapat menyebabkan kematian.
19
BAB III
TATALAKSANA TERAPI
ITP merupakan suatu penyakit kronik yang dapat mengalami remisi dan relaps
sepanjang waktu. Banyak pasien tidak membutuhkan terapi; keputusan untuk memulai terapi
bersifat individual, tergantung pada jumlah trombosit, ada atau tidaknya perdarahan, dan gaya
hidup pasien yang berhubungan dengan resiko perdarahan. Pada pasien-pasien ITP dengan
jumlah trombosit >30000/l, mortalitas sehubungan dengan trombositopenianya tidak
meningkat. Manajemen awal ITP adalah dengan kortikosteroid, umumnya digunakan
prednison 1 mg/kg/hari selama 1 sampai 2 minggu, diikuti penurunan dosis secara perlahan.
Pemberian dexamethasone pulse juga telah terbukti sangat efektif. Infus imunoglobulin
intravena (IVIG) (1 gram/kg/hari selama 2 hari) atau antibodi anti- RhD (WinRho) (50-75
g/kg/hari) dapat digunakan apabila diharapkan peningkatan trombosit secara cepat. Antibodi
anti-RhD hanya efektif pada pasien-pasien RhD-positif yang memiliki limpa utuh.
Trombositopenia berat persisten atau rekuren dalam 4 sampai 6 minggu biasanya
dipertimbangkan sebagai indikasi splenektomi. Pilihan terapi lain meliputi denazol,
siklofosfamid, azatioprin, rituximab atau transplantasi sumsum tulang. Target manjemen ITP
yang berhubungan dengan kehamilan adalah jumlah trombosit 10000-30000/l pada trimester
pertama, >30000/l selama trimester kedua atau ketiga, dan >50000/l sebelum persalinan
pervaginam atau SC. Prednison oral dosis sedang (10 mg/hari) atau infus IVIG intermiten (1
g/kg dalam 1 atau 2 dosis terbagi) merupakan terapi standar. Splenektomi disiapkan untuk
yang gagal berespons dengan terapi tersebut dan dapat dilakukan pada trimester pertama atau
kedua. Keamanan pemberian faktor pertumbuhan trombosit (platelet growth factors) selama
kehamilan belum pernah dievaluasi.
20
Pengobatan Prednison, 1 mg/kg/hari secara IVIG, 1 g/kg/hari secara
awal oral selama 7-10 hari. intravena selama 2 hari Trombosit,
Atau
Dexamethasone, 40 mg/hari Atau
Anti-D, 75 mcg/kg secara
jika berdarah
secara oral selama 4 hari intravena untul 1 dosis.
selama 6 bulan.
Kambuh
atau terus Prednison, 1mg/kg/ hari secara oral selama 7 10 hari.
atau
menerus
Dexamethasone, 40 mg/hari secara oral selama 4 hari selama 6 bulan
dan
Rituximab, 375 mg/m2 anti-D, 75 mcg/kg secara IVIG, 1 g/kg/hari secara
secara intravena selama 4 atau intravena sesuai kebutuhan untuk atau intravena selama 2 hari sesuai
minggu. trombosit < 30000/moL kebutuhan untuk trombosit <
30000/moL
Trombopoietin,
atau atau Spelenektomi
agonis reseptor
Terus
menerus atau
Percobaan agen tambahan di atas
memburuk atau
atau
Spelenektomi
21
BAB IV
KASUS
Pasien dengan inisial An. Pr, laki-laki usia 13 tahun 7 bulan, berat badan 60 kg dan
tinggi badan 170 cm yang berasal dari banjar Dukuh Kerambitan Tabanan dirawat di rumah
sakit Sanglah mulai tanggal 18 November 2013, dengan keluhan utama gusi berdarah. Pasien
awalnya dirawat di bagian anak rumah sakit umum Tabanan, kemudian dirujuk ke rumah
sakit Sanglah dengan suspek ITP dan observasi cephalgia untuk dilakukan rawat inap.
Sebelumnya pasien sempat di rawat di rumah sakit swasta selama dua hari, kemudian dirawat
di rumah sakit umum Tabanan selama tujuh hari dengan kecurigaan dengue haemorrhagic
fever (DHF). Pasien mengeluh mengalami gusi berdarah sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit (SMRS) Tabanan, badan lemas, mual muntah, tidak terjadi mimisan, tidak terdapat
perdarahan ditempat lain seperti buang air besar (BAB) hitam negatif dan terdapat bintik-
bintik kemerahan pada kulit wajah 5 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala sejak
10 hari SMRS dengan skala nyeri 2 dengan jenis nyeri akut.
Pasien sebelumnya pernah mendapatkan obat ceftazidime 3x50mg, paracetamol
3x500 mg, aviter 2x1 sachet, ranitidine 2x50 mg IV dan tidak terdapat riwayat alergi pada
pasien. Pada hasil pemeriksaan fisik pasien didapatkan keadaan umum sedang, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 130/100 mmHg, respirasi 20x/menit, suhu axilla/rectal 360C,
nadi 88x/menit.
Pada mata tidak ditemukan adanya tanda-tanda anemis, ikterus dan edema palpebra.
Reflek pupil positif. Tonsil lebar, hiperemi pada pharing negatif, perdarahan pada gusi
positif. Pada pemeriksaan leher didapatkan jugular venous pressure (JVP) dalam batas
normal, tidak terdapat pembesaran kelenjar dan kaku kuduk negatif. Pada pemeriksaan thorax
tampak simetris, cor (S1,S2 tunggal, reguler dan murmur negatif), pulmo (suara nafas
vesikuler/vesikuler, ronchi dan wheezing negatif). Pada abdomen didapatkan distensi positif,
meteorismus negatif, peristaltik normal, ascites negatif, tidak terdapat nyeri tekan, hepar dan
lien tidak teraba. Teraba ekstremitas hangat.
22
Telah dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang pada pasien antara lain
pemeriksaan darah lengkap, blood smear, pemeriksaan kimia darah, foto thorax, pemeriksaan
immunologi DHF, pemeriksaan hematologi malaria dan Computed Tomography (CT) scan.
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan mulai tanggal 18 November sampai dengan 23
November 2013. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan jumlah platelet dibawah normal
(Tabel 1).
23
Pemeriksaan blood smear, dilakukan pada tanggal 19 November 2013 didapatkan
hasil eritrosit normokromik normositer anisositosis, leukosit (jumlah cukup, differential count
relatif, neutropenia, atypical limfosit positif dan sel blast negatif), platelet didapatkan dengan
jumlah menurun dengan clumping platelet negatif dan memberikan kesan trombositopenia.
Pada hasil pemeriksaan kimia darah yang dilakukan pada tanggal 19 November 2013
didapatkan peningkatan SGOT, penurunan kreatinin, total protein dan globulin (Tabel 2).
Pada foto thorax tidak didapatkan adanya kelainan, cor dan pulmo dalam batas
normal. Pada pemeriksaan immunologi DHF dan hematologi malaria yang dilakukan pada
tanggal 20 dan 21 November 2013 didapatkan hasil negatif. Pemeriksaan CT scan pada
tanggal 21 November 2013 dengan klinis cefalgia sekunder type vasculer dengan funduscopy
papil edema +/+, et causa suspect berkaitan dengan kelainan sistemik (ITP). Hasil
pemeriksaan multi slice computed tomography (MSCT) scan kepala irisan axial, tanpa dan
dengan kontras adalah sebagai berikut :
a. tak tampak lesi hipodens / hiperdens abnormal pada brain parenkim yang pada
pemberian kontras tak tampak abnormal contrast enhancement.
b. sulci dan gyri normal;
c. sitem ventrikel dan cisterna normal;
d. tak tampak deviasi midline struktur;
e. tak tampak kalsifikasi abnormal;
f. pons dan cerebellum tak tampak kelainan;
24
g. orbita dan mastoid kanan kiri tak tampak kelaianan; h. tampak penebalan mukosa pada
sinus maksilaris, ethmoidalis, sphenoidalis kanan kiri dan frontalis kiri, sinus frontalis
kanan tidak berkembang sempurna; i. calvaria dan basis cranii tak tampak kelainan;
j. SCALP tak tampak kelainan; dan
k. saat ini tak tampak tanda-tanda perdarahan intrakranial, sinusitis maksilaris,
ethmoidalis, sphenoidalis kanan kiri dan frontalis kiri.
Diagnosis kerja pasien dengan suspek ITP. Dilakukan penatalaksanaan dengan
pemberian :
1. intravenous fluid drops (IVFD) NaCl 0,9% 20 tpm.
2. paracetamol 3x500 mg dan diet lunak.
3. Dilakukan monitoring pada keluhan, tanda vital dan cairan.
4. Diberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien dan keluarga.
5. Pasien dirawat dirumah sakit untuk menegakkan diagnosis dan diijinkan untuk
dirawat dirumah setelah menjalani perawatan selama lima belas hari.
25
BAB V
KESIMPULAN
Klasifikasi ITP
1. ITP Akut.
2. ITP Kronis
3. Kambuhan
Kambuh
atau terus Prednison, 1mg/kg/ hari secara oral selama 7 10 hari.
atau
menerus
Dexamethasone, 40 mg/hari secara oral selama 4 hari selama 6 bulan
dan
Rituximab, 375 mg/m2 anti-D, 75 mcg/kg secara IVIG, 1 g/kg/hari secara
secara intravena selama 4 atau intravena sesuai kebutuhan untuk atau intravena selama 2 hari sesuai
minggu. trombosit < 30000/moL kebutuhan untuk trombosit <
30000/moL
Trombopoietin,
atau atau Spelenektomi
agonis reseptor
26
DAFTAR PUSTAKA
27