Disusun Oleh :
Reni Agustin
NIM : 16612780
Kelompok V /2A
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017
i
KATA PENGANTAR
ii
Reni Agustin
NIM : 16612780
DAFTAR ISI
Halaman Sampul…………………………………………………………………...i
Daftar Isi…………………………………………………………………………..ii
Kata Pengantar……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...…2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….....2
1.4 Manfaat……………………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Purpura Trombositopenia Imun……………………………………4
2.2 Etiologi Purpura Trombositopenia Imun……………………………………5
2.3 Manifestasi klinis Purpura Trombositopenia Imun…………………………5
2.4 Pemeriksaan Penunjang Purpura Trombositopenia Imun…………………...6
2.5 Penatalaksanaan Purpura Trombositopenia Imun…………………………..6
2.6 Discharge Planning Purpura Trombositopenia Imun……………………….8
2.7 Komplikasi Purpura Trombositopenia Imun………………………………..8
2.8 Patofisiologi Purpura Trombositopenia Imun……………………………....9
2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Purpura Trombositopenia Imun….....12
2.10 Diagnosa Keperawatan Purpura Trombositopenia Imun…………………..14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...36
3.2 Saran……………………………………………………………………….36
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah adalah suatu cairan yang diciptakan untuk memberi tubuh kita
kehidupan, ketika beredar di dalam tubuh, darah menghangatkan,
mendinginkan, memberi makan, dan melindungi tubuh dari zat-zat beracun
(Lini, 2012). Darah terdiri dari beberapa sel darah yaitu eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Trombosit memiliki peranan penting bagi tubuh manusia yaitu
sebagai sel darah pembeku karena fungsinya dalam proses pembekuan darah.
Peran penting lain dari trombosit adalah penyumbatan kebocoran kapiler
yang lain mungkin menjadi pintu masuk bagi kuman, kehilangan darah juga
dapat dicegah dengan tindakan ini, dan meningkatkan daya tahan tubuh
(Sridianti, 2016). Jika jumlah trombosit menurun, sistem kekebalan tubuh pun
ikut melemah. Akibatnya tubuh manusia semakin tidak berdaya dalam
melawan penyakit.
Faktor yang mempengaruhi penurunan kadar trombosit yaitu tifus,
penyakit ITP (Immunologic Thrombocytopenia Purpura), kasus DIC
(Disseminated Intravascular Coagulation), penderita penyakit leukemia, dan
penderita penyakit mielofibrosis. Keadaan normal, trombosit dalam darah
mencapai 150 ribu-450 ribu/mm3. Dalam keadaan tidak normal, trombosit
yang berperan dalam pembekuan darah ini bisa turun. Keadaan ini disebut
dengan trombositopenia, yakni trombosit berada dalam keadaan rendah.
Demam berdarah hanyalah salah satu penyakit yang ditandai oleh kadar
trombosit turun. Trombositopenia merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan pada anak sakit berat dan kelainan laboratorium yang umum
ditemukan, insidennya dilaporkan bervariasi 13-58%.
Pasien trombositopenia kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan
dasar klien yang terganggu. Menurut tingkatan pada teori Hirarki Maslow,
pemenuhan kebutuhan dasar manusia diawali dengan pemenuhan kebutuhan
fisiologis yang meliputi oksigenasi, nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi,
1
2
termoregulasi, personal hygene, aktivitas tidur dan istirahat, serta seksualitas. Jika
pemenuhan kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, maka kebutuhan keamanan dan
kenyamanan pada tingkatan selanjutnya yang harus dipenuhi. Pasien yang
mengalami trombositopenia akan mengalami ketidaknyamanan akibat nausea.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi Purpura Trombositopenia Imun
1.3.2 Mengetahui etiologi Purpura Trombositopenia Imun
1.3.3 Mengetahui manifestasi klinis Purpura Trombositopenia Imun
1.3.4 Mengetahui pemeriksaan penunjang Purpura Trombositopenia Imun
1.3.5 Mengetahui penatalaksanaan Purpura Trombositopenia Imun
1.3.6 Mengetahui discharge planning Purpura Trombositopenia Imun
1.3.7 Mengetahui koplikasi Purpura Trombositopenia Imun
1.3.8 Mengetahui patofisiologi Purpura Trombositopenia Imun
3
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa
Keperawatan diharapkan dapat memahami konsep dasar penyakit
Purpure Trombositopenia Imun yang berguna bagi profesi dan orang
sekitar kita
1.4.2 Bagi dosen
Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi saat kegiatan belajar
mengajar.
laksana ITP adalah apakah seharusnya pada semua penderita ITP, terutama
anak-anak perlu diberikan pengobatan. Pada sebagian pasien, meskipun telah
mendapatkan pengobatan tetap tidak membaik sampai lebih dari 6 bulan dan
mengalami perjalanan penyakit menjadi ITP kronis. Makalah ini membahas
tentang ITP pada anak, terutama mengenai patofisiologi, tata laksanaan dan
kontroversinya.
2.1.2 Etiologi
Sindrom PTI disebabkan oleh autoantibody trombosit spesifik yang
berkaitan dengan trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari
sirkulasi oleh system fagosit monokuler melalui reseptor fc makrofak. Pasien
yang trombositopenia ringan sampai sedang mempunyai masa hidup terukur
yang lebih lama dibandingkkan dengan pasien dengan trombositopenia berat.
2. PTI Kronik
a. Tidak menentu
b. Riwayat pendarahan sering, dari ringan sampai sedang
c. Pendarahan dapat berlangsumg beberapa hari sampai beberapa
minggu mungkin intermiten atau bahkan terus menerus
d. Infeksi dan pembesaran lien (jarang terjadi)
e. Ekimosis, petekie
6
2.1.5 Penatalaksanaan
Tata laksana ITP pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi
farmakoligis. Tindakan suportif merupakan hal yang penting dalam
penatalaksanaan ITP pada anak, diantaranya membatasi aktifitas fisik,
mencegah perdarahan akibat trauma, menghindari obat yang dapat menekan
produksi trombosit atau merubah fungsinya, dan yang tidak kalah pentingnya
adalah memberi pengertian pada pasien atau orangtua tentang penyakitnya.
Pada beberapa kasus ITP pada anak didapatkan perdarahan kulit yang
menetap, perdarahan mukosa, atau perdarahan internal yang mengancam jiwa
yang memerlukan tindakan atau pengobatan segera. Transfusi trombosit
jarang dilakukan dan biasanya tidak efektif, karena trombosit yang
7
2.1.7 Komplikasi
1. Peradarahan Kranial (pada Kepala). Ini penyebab utama kematian
penderita ITP.
2. Kehilangan darah yang luar biasa
3. Efek samping dari kortikosteroid
9
2.1.8 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya trombositopenia pada ITP ternyata lebih kompleks
dari yang semula diduga. Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan
otoantibodi terhadap glikoprotein yang terdapat pada membrane trombosit.
Sehingga terjadi penghancuran terhadap trombosit yang diselimuti antibodi
(antibody-coated platelets) oleh makrofag yang terdapat pada limpa dan
organ retikuloendotelial lainnya. Megakariosit dalam sumsum tulang bisa
normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombopoitin dalam
plasma yang merupakan progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit
mengalami penurunan yang berarti, terutama pada ITP kronis.
Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara ITP akut
dan kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi
terjadinya trombositopenia di antara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya
bahwa penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibodi yang
dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri/virus atau pada
pemberian imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit.
Mediator-mediator lain yang meningkat selama terjadinya respon imun
terhadap infeksi, dapat berperan dalam terjadinya penekanan terhadap
produksi trombosit.
Pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem
imun seperti pada penyakit otoimun lainnya, yang berakibat terbentuknya
antibodi spesifik terhadap trombosit. Saat ini telah diidentifikasi beberapa
jenis glikoprotein permukaan trombosit pada ITP, di antaranya GP IIb- IIa,
GP Ib, dan GP V. Namun bagaimana antibody antitrombosit meningkat pada
ITP, perbedaan secara pasti patofisiologi ITP akut dan kronis, serta
komponen yang terlibat dalam regulasinya masih belum diketahui.
10
Patofisiologi
Penghancuran dan
pembuangan trombosit
Ketidakefektifan
Dinding kapiler rusah perfusi jaringan perifer Suplai darah ke perifer
Penumpukan darah intra Kapiler mukosa pecah Kapiler bawah kulit pecah
dermal
Intoleransi aktivitas
12
e. Sirkulasi.
Gejala : - riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat.
- palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : - TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
Gejala : - keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan:
penolakan transfuse darah.
Tanda : - DEPRESI.
g. Eliminasi.
Gejala : - Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : - distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
Gejala : - penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
Tanda : - turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
Gejala : - sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : - epistaksis.
- mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : - nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : - takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
Gejala : - nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : - takipnea, dispnea.
l. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah
sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.
14
struktur, fungsi)
7. Mengungkapkan
persepsi yang
mencerminkan
perubahan individu
dalam penampilan.
Objektif
1. Perubahan actual
pada fungsi
2. Perubahan actual
pada struktur
3. Perilaku mengenali
tubuh individu
4. Perilaku memantu
tubuh undividu
5. Perubahan dalam
kemampuan
memperkenalkan
hubungan special
tubuh terhadap
lingkungan
6. Perubahan dalam
keterlibatan social
7. Perluasan batasan
tubuh untuk
menggabungkan
objek lingkungan
8. Secara sengaja
menyembunyikan
bagian tubuh
9. Secara sengaja
23
menonjolkan bagiab
tubuh
10. Kehilangan bagian
tubuh
11. Tidak melihat
bagian tubuh
12. Tidak menyentuh
bagian tubuh
13. Trauma pada bagian
yang tidak berfungsi
14. Secara tidak sengaja
menonjolkan bagian
tubuh
Subjektif
1. Depersonalisasi
kehilangan melalui
kata ganti yang
netral
2. Depersonalisasi
bagian melalui kata
ganti yang netral
3. Penekanan pada
kekuatan yang
tersisa
4. Ketakutan terhadap
reaksi orang lain
5. Focus pada
penampilan masa
lalu
6. Perasaan negative
tentang sesuai
24
7. Personalisasi
kehilangan dengan
menyebutkanya
8. Focus pada
perubahan
9. Focus pada
kehilangan
10. Menolak
memverifikasi
perubahan actual
11. Mengungkapkan
gaya hidup
Factor yang
berhubungan:
1. Biofisik, kognitif
2. Budaya, tahap
perkembangan
3. Penyakit, cedera
4. Perseptual,
psikososial, spiritual
5. Pembedahan, trauma
6. Terapi penyakit
25
capillary / artery
wedge pressure
14. Monitor status
cairan yang
meliputi intake
dan output
15. Monitor penentu
pengiriman
oksigen ke
jaringan (PaO2,
SaO2 dan level
Hb dan cardiac
output)
16. Pertahankan
potensi IV line
bleeding
reduction :
would/ luka
17. Lakukan manual
preasure
(tekanan) pada
daerah
perdarahan
18. Gunakan ice pack
pada area
perdarahan
19. Lakukan preasure
dressing (perban
yang menekan)
pada area luka
20. Tinggikan
28
ekstremitas yang
perdarahan
21. Monitor ukuran
dan karakteristik
hematoma
22. Monitor nadi
distal dari area
yang luka atau
perdarahan
23. Instruksikan
pasien untuk
menekan area
luka pada saat
bersih atau batuk
24. Instruksikan
pasien untuk
membatasi
aktivitas
Bleeding reduction :
gastrointestinal
1. Observasi adanya
darah dalam
sekresi cairan
tubuh ; emesis,
feses, urine,
residu lambung
dan drinase luka
2. Monitor complete
blood count dan
leukosit
3. Kolaborasi dalam
29
pemberian terapi:
lactoluse atau
vasopressin
4. Lakukan
pemasangan
NGT untuk
memonitor
sekresi dan
perdarahan
lambung
5. Lakukan bilas
lambung dengan
NaCl dingin
6. Dokumentasikan
warna, jumlah
dan karakteristik
feses
7. Hindari pH
lambung yang
ekstrem dengan
kolaborasi
pemberian
antacids atau
histamine bloking
agent
8. Kurangi focus
stress
9. Pertahankan jalan
nafas
10. Hindari
penggunaan
30
anticoagulant
11. Monitor status
nutrisi pasien
12. Berikan cairan
intra vena
13. Hindari
penggunaan
aspirin dan
ibuprofen
aktivitas 6. Evaluasi
yangberulang) bersama pasien
8. Mengekspresikan dan tim
perilaku (mis, gelisah, kesehatan lain
merengek, menangis) tentang
9. Masker wajah (mis, ketidakefektifan
mata kurang control nyeri
bercahaya, tampak masa lampau
kacau, gerakan mata 7. Bantu pasien
berpancar atau tetap dan keluarga
pada satu focus untuk mencari
meringis) dan
10. Sikap melindungi area menemukan
nyeri dukungan
11. Fokus menyempit 8. Control
(mis, gangguan lingkungan
persepsi nyeri, yang dapat
hambatan proses mempengaruhi
berfikir, penurunan nyeri seperti
interaksi dengan suhu ruangan,
lingkungan dan pencahayaan
orang) dan kebisingan
12. Indikasi nyeri yang 9. Kurangi factor
dapat diamati presipitasi nyeri
13. Perubahan posisi 10. Pilih dan
untuk menghindari lakukan
nyeri penanganan
14. Sikap tubuh nyeri
melindungi (farmakologi,
15. Dilatasi pupil non
16. Melaporkan nyeri farmakologi
33
administration
1. Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
2. Cek insruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat
alergi
4. Pilih analgenik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika
pemberian lebih
dari satu
5. Tentukan
pilihan
analgesic
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
6. Tentukan
analgesic
pilihan, rute
35
pemberian, dan
dosis optimal
7. Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
8. Monitor visual
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesic
pertama kali
9. Pemberian
analgesic tepat
waktu terutama
saat nyeri hebat
10. Evaluasi
efektivitas
analgesic, tanda
dan gejala
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran